Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
"Adan, menurut kamu cinta itu apa Dan?" Rida bertanya padaku.
Aku menatap matanya. Belum pernah ada yang menyakan pendapatku tentang kata itu. Kenapa Rida tiba-tiba nanya begitu yaa.
"Yee.. nanya ke Adan, mana paham dia Rid. Pacaran aja belum pernah" Kulihat orang yang sedang berbicara, Tio. Dia tertawa meremehkanku.

"Diemlah Tio, aku nanya ke Adan kok" Ucap Rida kesal.
"Iya, menurut kamu cinta itu apa Dan?" Tanya Dewi yang duduk di samping Tio.
"ughmm,, kenapa kalian tiba-tiba nanyain itu sih" Kataku menatap ke Rida dan Dewi.
"Yeee kamu sih ngelamun aja dari tadi Dan. mereka udah bahas dari se jam yang lalu tuh" Ucap Tio menyela pertanyaanku.
"Oowhh, Cinta itu menurut aku kayak cinta kita ke Maha pencipta, kepada Rasulullah, kepada orang tua, kepada kerabat dan kepada manusia lainya" Ku buat intonasiku seserius mungkin.
Rida tertawa, bahunya terguncang. Gepeng dan Ika yang berbeda kelompok dengan kami juga ikut memutar tubuh menatapku dengan alis terangkat. Aku menahan tawa melihat ekspresi teman-temanku yang seperti akan mengamuk.
"Terus, menurut kamu, kalau cowok minta ciuman ke ceweknya itu gimana?" Tanya Rida lagi.
Kutatap mata Rida, sepertinya dia masih serius mau minta pendapatku.

"Jangan mau Rid, itu bukan cinta tapi nafsu. Cinta itu ada positif dan ada negatifnya. Negatifnya itu salah satunya, susah bedain mana cinta mana nafsu"
"Ndaaan, kamu bisa diem nggak? ku lempar nih" Kulihat Gepeng memegang botol air memandangku emosi.
"Hahaaahaa, pokoknya jangan mau di cium Rid. Dosa... " kataku lagi melihat ke Rida.
Ghuuup trak trak, kulihat botol air yang di lempar Gepeng mengenai dinding lalu menggelinding di lantai. Aku mengusap dada "untung bisa ngehindar hahaa" Gepeng makin emosi.
Kalau kalian ingat, Rida pernah aku sebutkan sebelumnya. Dia adalah pacar sohibku si Gepeng.

Setelah pelajaran kelompok selesai, kami duduk lagi seperti biasa.
"Peng, kamu minta cium sama Rida?" Tanyaku sambil tertawa pelan ke Gepeng.
"Aau ahh, bukannya bantu temen ini." kata Gepeng masih kesal. Ku elus-elus kepala sohibku ini. Seolah-seolah memintanya untuk sabar.
"Peng, kamu kalau mau ciuman sama Rida, menurut aku yaa nggak usah di tanya-tanya dulu. Langsung aja cipok. Katamu kemarin Rida itu nganggep kamu paket komplit"
"emang iya" kata Gepeng pede.
"Yaudah, kamu cium aja langsung. Kamu perkosa pun bakal tetap di maafin sama dia kok. Yaa marah-marah dikit tahan ajalah. Yang penting dapet dulu."
"Sok tau kamu... Eeh emang kamu kayak gitu ke Fany?" ku lepaskan tanganku dari Gepeng dan ku tatap matanya.
"Kenapa kamu bawa-bawa dia Peng?"
"Kamu perkosa Fany Ndan? makanya kemaren itu dia ngamuk yaa" Ku sengitkan tatapanku ke Gepeng.
"dasar buaya darat" kata Gepeng menirukan ucapan Fany beberapa hari yang lalu di kantin.
"eeishhh, urusin aja Rida sana. Masa udah mau setaun pacaran blum dapet ciuman." Kataku kesal
"Nggak nyangka aku Ndan, diem-diem ternyata temen mainmu Fany sama Yana... uuuhgg sadiis" kata gepeng menepuk bahuku.
"Rida juga cantik kali Peng, kalau kamu nggak mau buat aku aja" kataku becanda.
"Yeee anjing" Gepeng melepaskan tangannya dari bahuku dan memukulkan buku ke kepalaku.
Setelah itu kami larut dalam pikiran masing-masing. Gepeng mungkin mikirin cara untuk mencium Rida. Sementara aku memikirkan Yana.
Yana hari ini seperti sangat menghindariku. Tadi pagi saat kami bertemu, Yana tidak tidak menyapaku sama sekali. Seperti orang tidak pernah kenal. Saat di kantin tadi juga, saat aku menatap ke arahnya, Yana malah menunjukkan sikap sangat manja ke Egy. Entahlah, tapi aku merasa cemburu.
******
Setelah jam pelajaran terakhir usai, Gepeng memgajakku ke rental PS. Tapi, aku ingat bahwa aku sudah meiliki janji dengan Fany. Jadi ku tolak ajakan Gepeng. Setelah keluar kelas, aku menoleh ke arah kelasnya Fany. Untuk mencari keberadaanmya. "Apa dia lupa yaa" pikirku saat melihat kelas Fany sudah kosong. Baru beberapa langkah aku berjalan ke parkiran, aku melihat Fany dengan Vario putihnya masuk dari pagar sekolah menuju parkiran. Setelah pamdangan kami bertemu, Fany tersenyum. Fany memberi kode supaya aku mengikutinya dari belakang. Ku ambil motorku, ku ikuti Fany seperti yang dia inginkan.
Sebelum keluar dari sekolah, aku sempat melihat Fitri. Dia sedang di tawari oleh salah satu teman laki-lakinya untuk pulang bersama. Saat aku melewatinya, Fitri melihat ke arahku dengan tatapan aneh. Namun, aku tidak terlalu memikirkannya.
Aku mengikuti Fany. Kami berkendara ke arah rumahnya. "Apa dia mau mengajakku maen ke rumahnya yaa." Aku agak khwatir kalau harus bertemu orang tuanya dengan kondisi sekarang. "Nanti kalau orang tuanya bertanya, aku anak siapa, kerjaan orang tuamu apa? yaa pasti akan ku jawab sejujur-jujurnya. Karena selain aku tidak ingin berbohong, aku juga sangat bangga memikiki keluargaku. Terutama Emakku tersayang.
Eeh tapi kok Fany cuma lewat aja? Berarti tujuannya bukan ke rumah. Syukurlah" pikirku saat melihat Fany hanya melewati saja simpang ke arah rumahnya.
"owh ternyata ke pasar. Mau ngapain ke pasar?" pikirku saat Fany berbelok masuk ke dalam pasar palau.
"Ayook, ikutin aku"
"Mau ngapain Fan kita ke sini? pasar juga udah mau tutup loh" kataku setelah memarkirkan motor.
"ikut aja, jangan banyak tanya Adaaan" Fany menyeret tanganku.
"Ayo dipilih" Kata Fany tanpa menoleh.
"Apanya?"
"Bajunya, ayo pilih mau yang mana?" Fany menoleh. Lalu kembali memilih baju yang berjajar di depannya. Aku mendekat mengamati baju-baju yang dipilih Fany
"Fan, kenapa kok tiba-tiba jadi beli baju sih" tanyaku heran.

Fany menoleh "Baju-baju ini ada bebrapa yang sama, ada yang beda ukuran ada juga yang sama. Kemarin aku liat kakakku memakai baju yang sama dengan istrinya. Kata mereka itu baju pasangan. Keren loh. Aku pengen punya baju yang sama dengan kamu Adaaan" kata Fany menempelkan salah satu kaos ke badanku.

"Tapi ini kan bukan baju pasangan Fan, tuh banyak kembarannya" aku menujuk ke baju yang mirip dengan baju yang sedang di pegang Fany.
"Justru itu, kita nggak perlu lebay beli baju pasangan. Lagian baju pasangan itu mahal. Kita pilih ini aja. Apa kata kakaku kemarin yaa" kata Fany mikir.
"Kata-kata dari kakaku kemaren itu keren. Intinya sih, meskipun ada banyak baju yang mirip. Tapi justru itu yang bikin kita keliatan sebagai pasangan yang alami. Nggak di buat-buat, nggak lebay pesan baju pasangan." aku mengangguk membenarkan apa yang di katakan Fany.

Lalu kami membeli baju kaos warna coklat hampir polos. Ada tulisan kecil di bahunya. Kelihatan simple tapi keren. Dan harganya juga murah cuna 25 ribu. Kami membeli baju itu masing-masing. Fany membeli baju untukku dan aku membeli untuknya.
Aku baru tahu ternyata Fany ini tipe cewek yang Asik, dewasa, sederhana. Mau aja main ke pasar gini, padahal orang tuanya kaya. Aku tahu uang di dompetnya banyak, cukup untuk membeli baju di toko-toko mahal.
"Apa dia mempertimbangkan kondisi keuanganku yaa"Aku memandang wajah Fany berkeringat. Semakin keluar aura kecantikannya

"Cantik" kataku tanpa sadar.
Fany memandangku sebentar lalu menoleh lagi ke baju yang kami beli. Sesekali ia melihatku lalu menoleh lagi. Hahahaaa dia sedang salah tingkah. Aduuh gemas sekali melihat wajah cantikya salah tingkah begini. Kucubit ke dua pipinya pelan, ia mengibaskan tanganku malu-malu. Pengen kukawinin segera rasanya.

"eh tunggu sebentar, aku mau ke situ dulu. Mau beli sesuatu, tapi kamu disini aja yaa. Pegang ini." kata Fany memberikan kantong plastik baju yang kami beli.
"Iya, tapi jangan lama-lama nanti aku rindu"
"plaak, jangan ngegombal panas-panas gini" katanya memukul lenganku. Lalu pergi ke toko. Kira-kira 15 meter dari tempatku berdiri.

Cukup lama Fany di sana, sampai aku lihat seorang Ibu-Ibu yang sekilas mirip dengan emakku. Hanya ia agak lebih tua sedikit. Tapi masih keliahatan cantik dengan pakaiannya yang simple tapi kelihatan mahal. Ibu itu seperti sedang menunggu seseorang.
"huh" aku menghembuskan nafas ingat emakku. Harusnya emakku punya pakaian seperti itu juga.
"Apa kubelikan aja emak baju yaa, mumpung lagi di pasar." Ku lihat ke tumpukan baju di sampingku. Kulihat baju yang kira-kira sesuai dengan emak dan ukuran badan emak. Lalu aku beli baju itu, meskipun harganya agak mahal. Lebih mahal dari baju pasanganku dengan Fany.

Kalau kalian tanya kenapa aku punya uang? karena uang hasil menderes karet setiap pagi itu, di kasih emak sebagianya ke aku. Setiap minggu aku di kasih emak 100 sampai 200 ribu, tergantung dari hasil yang kami dapat. Kami bisa memperoleh uang 500 sampai 700 ribu per minggu.
Saat aku balik badan, ku lihat ibu yang tadi masih berdiri di sana. "ngapain yaa" pikirku. Di saat bersamaan ku lihat dari arah pasar ada mobil pick up berjalan mundur ke arah luar pasar. Mobil itu penuh dengan muatan kardus.
"Ibuhk, buuk awas" panggilku, tapi sepertinya dia tidak mendengar. Lalu aku lari, dan aku berhasil menarik si Ibu menghindar dari jalur pick up tersebut. Ku lihat beliau sepertinya kaget kenapa aku menariknya, baru ia sadar setelah mobil pick up itu lewat.
"Eehh makasih yaa dek, untung aja ada kamu" katanya menatapku.
"Masih cantik Ibu ini, tapi kok rasanya familiar yaa" ku coba mengingat sambil memandangnya.

Aku lihat dari arah kiri ada seorang bapak-bapak yang berlari ke arah kami. Sepertinya dia menghawatirkan sesuatu.
"Za, kamu nggak apa-apa?" tanya si bapak memutar tubuh Ibu yang tadi kuselamatkan.

Aku melihatnya agak bingung. Bapak ini khwatir seperti mengkhwatirkan orang yang ia sayang. Tapi aku tidak yakin bapak ini adalah suami dari si Ibu. Karena terlalu mencolok perbedaannya. Si bapak seperti orang biasa saja yang bekerja di pasar, sementara si Ibu lebih elegan seperti orang kaya.
"Bundaaa" ku lihat ke arah suara, Fany.
"Apa ini Ibunya Fany yaa, eh iya wajahnya emang mirip." pikirku menebak-nebak.
Si ibu melepas tangan si bapak, lalu si bapak langsung pergi. Loh kok aneh yaa, kenapa bapak itu pergi setelah Fany datang?.
"Eh kok ada di sini nak?"
"eh, iya tadi aku ketemu temen dulu di situ" Fany menunujuk toko yang tempat ia singgah tadi. Lalu menoleh ke arahku.
"kamu kenal nak?" tanya si Ibu ke Fany, lalu menatapku. Dibalas anggukan oleh Fany.
"oowh kamu temanya Fany? kenalin aku Ibunya Fany" si Ibu mengulurkan tangannya.
"ehh iya Buk, aku temanya Fany, Adan" kataku memperkenalkan diri. Lalu ku salim tanganya.
"Kalian ke sini sama apa?" tanya si Ibu
"Bawa motor Bun sendiri-sendiri." kata Fany salah tingkah.
"oowh, trus kalian sekarang mau ngapain lagi nih?"
"nggak ngapa-ngapain lagi Bund, udah selesai" sahut Fany.
"Yaudahh kamu ajak Adan main ke rumah yaa" ucap si Ibu
"ehh nggak usah Bund, kami cuma teman aja kok" kata Fany. Lalu si Ibu menoleh menatapku curiga. Aaahh kenapa Fany ngomong kayak gitu sih, kan Ibunya malah curiga.
"Teman apa teman? yaudah Adan main ke rumah yaa" Ajak si Ibu sambil mencubit pinggang Fany.
"Iya buk" kataku.
Saat kami jalan ke parkiran. Ibunya Fany sedikit berbisik "jangan bahas soal tadi dengan Fany yaa" Aku menoleh ke arah Ibu Fany. Lalu dia berjalan ke mobilnya.
Aku merasa sangat aneh, kenapa nggak boleh cerita tentang tadi? "Tapi tentang yang mana sebetulnya yaa? Tentang aku waktu nyelamatin atau tentang bapak-bapak tadi? apa jangan-jangan? ah nggak mungkinlah Ibunya Fany kayak gitu" kataku dalam hati.
*****
Setelah sampai di rumah. Basa basi lalu Ibu Fany pamit untuk pergi lagi. Fany mengajakku ke kamarnya.
"Bisa aja kamu yaa, ketemu sama Ibuku kayak begitu. Tapi Ibu agak aneh deh."
"Kenapa aneh Fan?" tanyaku penasaran.
"Iya biasanya kalau ada teman-temanku main ke sini. Pasti di tanya-tanya dulu. Dan sekarang Ibu ninggalin kita ber dua. Kalau sama Edy, Ibu tuh protectif banget. Kalau misalkan kami jalan, pasti dipesanin, jangan pulang sampe malam yaa, jangan terlalu lama yaa. Trus kalau di rumah pasti nggak akan di izinin ber dua di kamar kayak gini"
"loh kok aneh Fan" tanyaku heran.
"Itulah, tapi baguslah kita bisa ber dua gini. Tadi sebetulnya setelah pulang dari pasar, aku mau ngajak kamu ke rumah kakakku. Rumahnya lagi kosong. Orangnya lagi ke kota"
"Waahh kenapa nggak bilang dari tadi sih Fan?"
"Yaa rencananya mau kasih kejutan. Tapi nggak apa-apalah kayak gini. Di kamarku sendiri cup" Fany mengecup bibirku.
Aku menatap matanya. Lalu Fany memejamkan matanya. Waahh mantap sekali suasana inj. Langsung ku tempel bibir Fany dengan bibirku. Hanya dalam waktu singkat ciuman kami langsung panas. Ku remas pantat Fany gemas.
"Aaah" Fany mendesah. Lalu ku balikkan tubuhnya menempel di dinding. Aku berlutut ingin mencium dan mengusel-ngusel pantatnya. Tapi Fany menahanku.
"Kali ini aku ingin kita mesra, tatap-tatapan" kata Fany. Lalu aku berdiri lagi.
Kembali kami ciuman dengan mata terbuka. Rasanya aneh, tapi terasa intim dan romantis. Ku peluk tubuh Fany erat, Fanypun memelukku. Meskipun ciuman dengan nafsu, tapi kali ini terasa berbeda. Aku menciumnya, memeluknya, lalu meramas dada dan pantatnya. Itu karena rasa ingin aku memilikinya. Meskipun tubuh kami sudah menempel erat, tapi rasanya belum puas. Aku merasa masih rindu, ingin ku dekap lebih dalam, ingin ku bersatu dengannya lebih intim lagi.
"Aku kangen kamu Fany, aku rindu" kataku mengeratkan pelukan. Lalu ku buka kaitan roknya. Ku turunkan resletingnya, Lalu rok itu meluncur lepas dari tubuh Fany.
Fany tidak mau kalah, ia melepas hak celanaku, menurunkan resletingku, Lalu celanaku turun. Fany menggosok batangku yang keras dengan mesranya di balik kolorku. Tidak lama, lalu Fany menurunkan kolorku, teelepaslah batangku dari kungkungannya dari tadi.
"Aaahh Fany mendesah saat bibir kami masih menyatu. Fany mengocok batangku dari pelan menjadi semakin cepat. Tangan kananku meremas pantat telanjang Fany, karena CDnya ku dorong ke tengah. Sementara tangan kiriku meremas dan membuka baju Fany. Sangat sibuk, aku merasa butuh 4 tangan lagi untuk menggerayangi seluruh tubuh Fany. Aku ingin memeluknya tapi kedua tanganku sudah sibuk.
Ku lepaskan ciuman. Ku lepas baju, BH dan CDnya. Fany juga melakukan hal yang sama sehingga kami sama-sama telanjang. Kami melakukakannya dengan saling tatap.
"Aaah Fanyku sayaaang" kata-kataku meluncur tanpa sadar. Sepertinya aku memang sudah jatuh cinta.
"Adaaaan sayaaangku cintakuu" kata Fany tidak mau kalah.
Aku gendong Fany ke ranjangnya. Uhhb empuk sekali ranjang Fany. Sekilas aku perhatikan kamarnya yang tadi belum sempat kuperhatikan. Terlihat mewah. Aku mengaguminya sejenak, tapi Fany sudah melumat bibirku.
Fany mendorongku untuk berbaring. "Diem aja yaa, aku mau kangen-kangenan sama ini dulu." kata Fany memijit batangku. Lalu Fany duduk di sampingku memperhatikan lekat-lekat bentuk batangku. Batangku di bolak balik, di cium, di jilat aaah romantis sekali.
"Aaah yank gede banget ini, nggak akan bisa masuk." Katanya mengangkang memperlihatkan gundukan kemaluannya. Indah sekali, bulunya sedikit, lurus, rapi. Belahan memeknya hanya segaris basah. Aku dekatkan wajahku. Ku angkat tubuh Fany sehingga posisi kami menjadi 69. Bentuk selangkangan Fany kayak apel. Buah pantatnya menyembul ke atas, gundugan memeknya menyembul ke bawah. Ku perhatikan lekat-lekat. Kuhirup bau memeknya yang aneh. Agak bau sabun. Tapi bikin tambah ingin menempel di memeknya.
"Aaah jilat yaank" kata Fany menggoyang pantatnya.
Ku jilat dari kacang Fany sampai ke lubangnya. Aku bahkan hampir tidak bisa melihat lubangnya dengan jelas saking kecilnya. Ditambah lagi lendir yang merembes keluar dari lubang itu. Fany meliuk-liuk, kadang mendorong pantatnya ke wajahku, kadang mengankatnya.
"aaah aaah terus sayang terus jilat memekku"
Mendengar Fany begitu, aku semakin semangat. Kuhisap, kugigit-gigit kalentitnya, pantatnya kutampar-tampar sampai merah.
"Aaah Adan sayang terus oooh" tidak lama setelah itu. Suuurr lubang memek Fany mengeluarkan air cukup banyak menyiram mukaku memgalir sampai ke leher. Rasanya kecut asin. Lalu Fany menegang sementara tangannya masih memegang batangku.
Ku balik tubuhnya lalu kutindih. Fany tersenyum sangat manis. Entah kenapa, aura Fany sangat keluar setelah ia orgasme. Dengan manja Fany mengelap wajahku dengan selimutnya.
Kami berciuman mesra sambil ku goyang batangku di gundukan memek Fany.
"Aaah yank nggak tahan" kata Fany kembali terangsang.
"Aku masukin yaa" kataku. Fany tampak berpikir lalu mengangguk.
"Tapi harus tanggung jawab" kata Fany saat kepala batangku sudah di depan pintu lobangnya.
"iya sayang pasti" kataku tak sabar.
Ku dorong batangku tapi meleset. Ku dorong lagi. Fany menahanku.
"Sakiiit" katanya.
"iya sayang pelan-pelan kok" kataku. Aku berpikir gimana cara masukinnya yaa? Lobang Fany sangat kecil, cuma se ukuran ujung spidol. Apa dintekan keras aja?
Kutekan dengan kuat. Baru masuk setengah kepalanya saja Fany sudah teriak.
"aduuu sakiit berhenti" kata Fany menangis.
"Kamu tuh nggak bisa caranya..." kata Fany menepuk dadaku. Aku melongo tapi masih ingin. Tapi aku juga masih mikir gimana cara masukinnya biar nggak sakit.
"Hahahaa, dasar pejaka" kata Fany mengejekku.
Kuposisikan lagi ujung batangku ke lubang Fany. Kali ini aku bertekat untuk tega.
Kudorong lagi batangku dengan kuat. Masuk sedikit lebih dalam dari tadi. Tapi tetap nggak bisa masuk. Aku merasa ada sesuatu yang menahan di dalam sana.
"aaaa ampun sakiiit berhenti" teriak Fany.
Kasihan juga aku melihat Fany kesakitan. Kuhentikan usahaku. Kutatap wajah Fany, Fany juga menatapku. Lalu kami tertawa bersama.
"Kontol kamu tuh terlalu gede, jadi kamu harus belajar dulu. kalau nggak, nggak akan bisa masuk" kata Fany meleletkan lidah.
"Yaudah terusin lagi, pelan-pelan aja"
"iya Fan" kataku.
tok tok tok Fany ngapain di kamar. Buka pintunya Fan. Suara Ibu Fany dari luar. Detak jantungku langsung berdebar cepat. Mati aku.. emak maafin Adan maak.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd