Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.

Ikhwanbaz

Semprot Kecil
Daftar
9 May 2020
Post
97
Like diterima
3.943
Bimabet
Cerita ada di halaman:
1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 14, 16, 19, 23, 28, 36, 41, 42, 52, 55, 70, 82, 86



Hari masih gelap dan matahari belum tentu bakal muncul hari ini. Bisa saja hari ini matahari kehabisan energi lalu menjadi kiamat. Tentu itu bisa saja terjadi, tapi kemungkinannya sangat kecil. Sehingga orang-orang sangat tidak memperhitungkan kemungkinan tersebut. Sama juga dengan dengan dua anak manusia yang sudah sibuk sejak dari jam 5 pagi menderes satu persatu batang karet yang ada di kebun mereka. Kebun itu tidaklah luas, sehingga bisa selesai di deres dalam waktu kurang lebih 2 jam an. Mereka yang aku sebut ini adalah aku dan ibuku.

"yang sebelah situ udah selesai nak?" tanya emakku menunjuk barisan batang karet yang ada di pinggir sungai kecil di kebun kami ini.

"yang sebelah situ udah mak, tinggal 2 baris ini aja yang belum" aku menunjukkan barisan batang karet yang sedang aku deres dan 1 baris di sebelah. Lalu emak menuju ke barisan batang karet di sebelahku.

"Jam brapa nak" tanya mak
"ha, owh, bentar aku liat dulu, jam tujuh kurang 20 menit mak" kataku setelah mengecek jam dari hp.
"owh cepetlah nanti telat sekolah"
"iya mak" kataku mempercepat langkah dan deresan karetku. Setelah beberapa waktu akhirnya pekerjaan kami pagi ini selesai. Dan seperti biasa kami selesai sebelum jam 7.
Setelah selesai aku langsung mandi di sumur di dekat pondok kami, sementara emak tidak mandi tapi membereskan segala sesuatunya di pondok. Entah itu pakaian kerja kami tadi, pisau deres ataupun handlamp yang biasa kami gunakan dikepala untuk menyinari pekerjaan kami tersebut. Setelah semuanya selesai, barulah kami pulang dengan Mio hitam satu-satunya kendaraan yang kami punya. Jarak antara kebun dan rumah tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh kurang dari 10 menit.
Begitulah aktivitasku hampir seriap pagi. Setelah menunaikan ibadah subuh, aku dan ibu langsung pergi ke kebun. Hanya sesekali saja ketika ada hal lain, seperti kecapekan, terlambat bangun, baru kami akan ke kebun setelah aku pulang sekolah. Dan kalau kalian ada yang pensaran kenapa kami memilih menderes karet sangat pagi saat masih gelap? itu karena getah karet itu akan menetes lebih lama daripada ketika menderes di siang hari. Selain itu juga karena aku masih sekolah, jadi kami musti menyesuaikan waktu supaya aku tidak terlambat ke sekolah. Itulah kenapa kami pergi ke kebun lebih pagi daripada penderes karet yang lain.
Lalu ayahku kemana? ayahku sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu. Sekarang aku tinggal di bersama Emak, Nenek, yang merupakan Ibu dari emakku, dan 3 orang adik perempuan yang semuanya masih sekolah SD. Aku sendiri kelas XI SMA.
****
"woy woy, plak, ngelamun aja ndan" tegur sohibku di kelas. Sebetulnya nggak bisa dibilang negur, karena si gepeng ini teriak keras pas ditelingaku dan menepuk kepalaku. Apalagi niatnya, udah pasti ingin merusak style rambutku yang bikin dia iri. Rambut si gepeng sohibku satu-satunya ini sebenernya lurus kayak rambutku, cuma jidatnya ketinggian, jadi style rambutnya hanya bisa disisir ke arah depan, atau belah pinggir tapi pake poni buat nutup jidat lebarnya.
"ngelamun kepala bapakmu, Orang lagi maen hp gini" yaa memang brengsek temenku ini, udah jelas aku maen hp, posisi hpnya juga depan mukaku. Udah jelas dia cuma mau nunjukin kerengsekannya dengan teriak ditelingaku gitu atau mungkin dia mau pamer kalau dia itu punya temen kayak aku gitu. Tapi nggak mungkinlah, orang dia aja bocor gitu, jadi temennya banyak ada dimana-mana. Justru akulah yang kesepian, nggak punya banyak temen. Tapi kalau cuma temen sih banyak, temen sekolah, temen sekelas, teman smp, teman sd, temen... pokoknya temen sih banyak. Tapi sohib aku yang kental cuma dia ini. Entahlah kenapa aku bisa akrab sama dia padahal nggak ada cocok-cocoknya. Dia bocor, aku rada pendiam. Dia nakal aku anak baik, kyaknya sih iya aku anak baik, tapi nggak taulah gimana menurut orang.
"Capek banget mukamu ndan, abis coli yaa, haaahaa, makanya cari pacar biar nggak coli lagi" aku langsung nengok ke temen-temen sekelas, dan kompaknya mereka pasang ekspresi mengkampretkan ke aku. Seolah-olah apa yang di ucapin gepeng ini bener.
"enggak kok, ngarang aja dia" kataku. Tapi suaraku terdengar kayak orang malu-malu. Anjrit kenapa aku malah ngasih penjelasan ke mereka-mereka. Padahal nggak usah ditanggapin juga orang-orang udah pada tau si gepeng ini bocor.
"abis coli ang ndan, pantesan mukamu kering gitu" sahut Tio yang lagi ngumpul sama 3 temennya lain.
"iih Andan, nggak nyangka yaa, ternyata kamu nggak sesuci yang aku bayangin" kata Dewi di samping Tio.
"hahaahaaa bayangin siapa lo coli ndan?"
"normal kok ndan, aku juga coli kok, tapi di coliin"
"jangan sering-sering ndan"
"hahaa anjiiir"
Suara-suara mengkampretkan entah dari siapa aku udah nggak peduli lagi. Yang salah sebetulnya bukan mereka, karena emang biasa kayak gitu, suka heboh sama hal-hal kecil apalagi yang berbau lendir. Yang salah itu adalah Aku, aku selalu lemot menanggapi candaan. Makanya aku sering diam atau mikir dulu sebelum becanda biar candaannya serius.
Entahlah, kenapa si gepeng ini kalau becanda pinter banget, otaknya itu mikir cepet kalau soal becandaan. Kalau dia lagi di bully, dengan cepat dia bisa nanggapin, atau sering bisa balik ngebully orang yang ngebullynya. Tapi otaknya kayak nggak berfungsi kalau soal pelajaran. Si gepeng ini kalau bukan karena Ibu nya guru di sekolah ini, udah pasti dia nggak bakal naik kelas. Enggak tau juga kenapa waktu SD dan SMP dia juga nggak pernah tinggal kelas. "Mungkin di SD atau SMP dulu ada saudaranya atau saudara emaknya" tebakku. Tapi entahlah.
Waktu pulang sekolah saat ngambil motor diparkiran, ada satu cewek cantik yang duduk di atas Mio ku. Aku melihat ke arah jok motorku tempat pantat sekalnya duduk.
"bruntung banget jadi jok motor, bisa ngerasain himpitan pantatnya. Memeknya pasti juga kerasa tuh, anget-anget" batinku gemes pengen.
Setelah sampai diparkiran, dia melihat ke arahku lalu memberikan senyum manisnya.
"ndan, mau nggak kamu ngantarin aku pulang" uuuh bergetar hatiku. Beneran nggak sih dia minta anter sama aku..
"iya boleh" kataku singkat. Tanpa nanya kenapa dia minta antar sama aku? apa karena nggak ada motornya atau gimana? kenapa nggak minta diantar sama pacarnya aja? harusnya kan aku nanya gitu sambil basa-basi. Karena bisa aja kan dia cuma ngebecandain aku. Setelah aku bilang" iya" terus dia bilang "ngarep banget lu.." bisa aja kan kayak gitu.
"beneran ndan boleh? yaudah ayuuk" lalu dia menggeser duduknya ke belakang.
eh ternyata beneran dia mau. Mimpi apa aku semalam ngeboncengin primadona sekolah. Kalau si gepeng tau pasti dia bakal nanyain aku ke dukun mana ngepelet Fany.
"Iya ayuuk" kataku ngambil posisi kemudi.
Nyampe depan gerbang sekolah aku belokkan motor ke arah kanan yang berlawanan dengan arah rumahku. Tujuanku adalah ke arah pasar palau tempat dimana rumah Fany berada.
Setelah agak jauh dari sekolah, jalanan ke arah pasar palau agak sepi, hanya sawah di kiri kanan jalan. Tidak ada rumah warga. Tiba-tiba Fany meletakkan tangannya dipinggangku.
"Pelan-pelan aja bawa motornya biar lama dikit sampenya" kata fany memajukan kepalanya supaya suaranya tersengar olehku.
"eh iya Fan" dengan senang hati aku mengabulkan permintaannya. "Jangankan pelan-pelan Fan, berhenti seharian aku juga mau, asal bisa deket sama kamu kayak gini" kata batinku. Mungkin kalau si gepeng dia bakal ngeluarin semua rayuannya buat bisa lama-lama dengan Fany. Aku juga pengen ngerayu Fany tapi keburu dia nanya lagi. Jadi momen pas untuk ngerayunya lewat.
"emang kamu udah tau rumah aku dimana?"
"iya tau" kataku singkat
"dimana emang?"
"di pasar palau" kataku singkat
"dimananya emang" tanya fany lagi makin memajukan kepalanya.
"dekat rumah Jeki" kataku singkat lagi
"iih beneran tau yaa, tau darimana?" tanyanya mungkin penasaran.
"Pernah liat" kataku singkat lagiii.
Kampreeeet, padahal harusnya aku bisa aja jawab "siapa yang nggak tau rumah cewek cantik kayak kamu Fan, aku udah pernah nguntitin kamu dulu. Pasti cowok satu sekolahan juga udah tau rumah kamu dimana" batinku lagi. Lagi-lagi aku hanya ngomong dalam hati.
Emang rumah Fany ini agak menonjol karena rumahnya sangat waaaw. Bukan hanya keliatan mahal tapi juga ber seni.
"Menurut kamu rumah aku kayak gimana?" tanya Fany
"Bagus, rumah orang kaya" udahlah bodoh amat, aku nggak mau mengutuk diriku sendiri karena nggak bisa ngomong lebih baik lagi.
"Ayahku sendiri yang mendesignnya itu, emang menurut aku juga bagus sih, tapi percuma aja rumah bagus tapi sepi" kata Fany. " tapi kenapa suaranya jadi agak melow yaa" batinku.
"Ayah sama Ibu aku jarang di rumah, mereka sibuk sama kerjaannya masing. Akunya nggak ke urus" owh begitu ternyata, kurang perhatian Fany ternyata.
"Mereka nggak pernah mau denger cerita aku. Sukanya cuma ceramah ngasih nasehat terus. Emang sih bener yang mereka omongin, tapi aku kan juga pengen di dengerin." Aku liat wajahnya dari spion kanan Mio agak mengkerut dan bibirnya jadi agak nyuncung ke depan, daging dagunya agak naik ngikutin tarikan bibirnya. "ndeeehh manis bangetlah kamu ini Fan, kayaknya mau gimana aja ekspresimu tetep bakal manis gemesin" batinku.
"cowok kamu gimana?" eishh kenapa aku nanyain itu sih. Pengen aku tarik lagi kata-kataku barusan. Lalu mata kami bertemu di spion kanan Mio. Aku liat dia senyum manis. Manis sih, manis banget malah. Tapi kenapa dia senyum?? apa dia curiga ada udang dibalik batu dari pertanyaanku tadi?.
"Kenapa kamu nanyain cowok aku?" yaah tuh kan. Kali ini aku harus mikir dulu, kalaupun mau jawabnnya becanda, tetap yang serius.
tik tok tik tok.. butuh beberapa detik loading mikirin jawaban biar dia nggak curiga. Biar dia tetap nyaman dan nggak ngerasa kalau aku ada maunya.
"Maksud aku, kamu kan butuh seseorang buat dengerin cerita kamu, keluh kesah kamu. Kalau nggak dapetin itu dari orang tua kamu, berarti kamu kan bisa berbagi dengan pacar kamu. Bukannya pacaran itu gunanya untuk saling berbagi yaa? makanya aku nanyain cowok kamu gimana? apa dia bisa bikin kamu nyaman? bisa jadi temenmu saling berbagi cerita? gitu maksud aku." aahh lega aku bisa ngungkapin apa yang ada di pikiran aku. Seenggaknya dia nggak bakal nganggep aku nyari keaempatan buat deketin dia lah. Meskipun pengen.
"Maksud kamu apa? aku nggak nyaman sama cowok aku gitu? kok kamu berkesimpulan kayak gitu sih dan?" eeh kok jadi gini yaa..
"eh enggak maaf Fan"
"hihiii jangan-jangan kamu mau ngerayu aku yaa. Mau bilang kalau kamu bisa bikin aku nyaman? nakal juga kamu ternyata ndan" eh kenapa dia bisa mikir kayak gitu yaa. Padahal jelas aku cuma nanyain pacarnya aja.
tik tok tik tok tik iya aku musti mikir dulu biar ga salah kata lagi. Belum selesai aku mikir dia udah ngomong lagi.
"ternayata bener yang aku denger tadi yaa, kamu tuh diam-diam nakal juga?" apalagi sih yang dia pikirin.
"emang kamu denger apa Fan?" tanyaku agak penasaran. Apa maksud dari kata-katanya ini.
"kata temen aku kamu itu mesum, suka itu.." haaaah, kenapa aku tiba-tiba jadi mesum dimatanya? wahh.
"Suka itu apa tuh Fan?"
"Kamu itu mesum suka coli, tadi kamu juga mesum kan ngeliat pantat aku?" hah astagaa
"cewek itu peka loh adan, tau mana tatapan mesum mana yang enggak?" wahhh hebat sekali dia, bisa tau mana yang mesum mana yang enggak.
"udahlah biasa aja, aku udah biasa kok diliatin kayak gitu" Maksudnya apa? dia udah terbiasa dengan tatapan mesum?
"hihii.. kenapa muka kamu memerah dan? hahaa lucu kali"
"hihii" hah kenapa aku malah ketawa? seolah mengiyakan apa yang dia pikirkan tentang aku.
Sepanjang jalan Fany terus aja ngomong nggak berhenti. Sesekali nyerempet soal kemesumanku.
"Makasih yaa adan, udah ngantarin aku. Aku seneng tadi sampe ketawa-ketawa" kata Fany setelah turun dari motorku.
"Iya Fan, aku juga seneng. Aku pergi yaa" kataku
"iya hati-hati yaa Ramadhan Kurnia Arlis"
"iya Fany Amalia Ahmad"
Auuhh tiba-tiba rasa ngilu terasa di dadaku. Ngilu terharu bahwa si primadona SMA kami ini tau nama lengkapku. Yang aku pikirkan adalah kok dia bisa tau? padahal aku nggak pernah satu kelas dengan dia, dan aku juga bukan orang yang menonjol di sekolah. Apa mungkin dia suka sama aku?. Masa sih...
Kenapa aku bisa mikir sejauh itu yaa. Bisa aja dia ngeliat nama aku di pengumuman nama-nama waktu pembagian kelas dulu atau di catatan perpus. Yaa pasti kayak gitulah, lagian apa spesialnya sih tau nama orang lain ya kan? aku juga tau banyak nama temen-temen sekolah yang gak pernah satu kelas denganku. Yaudalah emang siapa gue? lalu aku tarik gas Mio lebih dalam agar cepat sampai di rumah.
 
Terakhir diubah:
Sampai di rumah, aku rencananya mau langsung tidur. Karena tadi di sekolah bener-bener padat nggak sempat tidur. Jam istirahat tadi aku makan ke kantin, lalu nongkrong di bawah pohon pinggir lapangan basket, nontonin anak basket bertanding pakai taruhan uang. Setelah sampai di kamar, buka pakaian dan siap untuk tidur. Dan nggak lupa buka dulu pintu kecil kamar biar sirkulasi udaranya lancar, biar nggak sakit di kepala saat bangun tidur nanti.
"Creeet" bunyi engsel pintu kecil kamarku. Aku lihat di luar Emakku sedang menokok jengkol untuk misahin kulit dengan isinya. Jengkol-jengkol itu punya orang, emakku cuma di gaji untuk misahin isi dengan kulitnya. Emak di bayar 2.500 perak per karung (kalau sekarang mungkin 10 ribu). Kasihan sekali emakku ini. Mulai dari bangun jam setengah 5 pagi, lalu ke kebun. Pulang dari kebun beresin rumah, mencuci. Setelah itu ada saja pekerjaan yang beliau ambil, entah itu ngupas bawang, cabai, atau kayak sekarang menokok jengkol. Belum lagi ngurusin adik-adik. Emakku udah kayak robot, mulai dari bangun sampai tidur, kerjaaa terus. Bangun paling pagi dan tidur paling malam, itulah emakku.
Emakku nggak mau nikah lagi meskipun sebetulnya beliau masih terbilang muda 39 tahun. Emak juga masih keliahatan cantik, meskipun kulitnya agak coklat. Menurut aku justru kulit kayak emak inilah yang bagus. Hitam manis, tapi lebih kuning daripada hitam manis. Kata emak, dia nggak mau nikah lagi, karena belum tentu orang yang akan di nikahinya nanti itu adalah orang baik. Belum tentu mereka peduli dengan adik-adikku. Apalagi adik-adikku perempuan semua, beliau khwatir nanti malah orang yang dinikahinya nanti justru akan memakan adik-adikku. Awalnya aku nggak mengerti apa yang di maksud "memakan" oleh emak. Tapi sekarang, karena udah 17 tahun lebih aku sudah paham maksud "memakan" itu. Dan juga, emak mau menjaga warisan ayahku, berupa rumah ini, tanah, kebun karet dan sawah. Beliau ingin memastikan warisan ini tidak akan pernah disentuh oleh orang lain.
Melihat emak menokok jengkol sendirian, rasa kantukku jadi hilang. Aku pergi keluar dengan maksud membantu emak, sekaligus menemani emak supaya nggak terlalu sendiri.
Sebelum ke emak, aku ngambil nasi dulu sama lauknya sekalian sekakigus cerek berisi air. Emak senyum melihatku datang.
"udah makan mak?"
"udah, makanlah abang lagi, setelah itu istirahat tidur" kata emak. Beliau nggak tau aku datang untuk membantunya. Setelah makan aku lanjut membantu emak sampai selesai jam 5 sore.
*****
Seperti biasa sebelum jam 5 pagi kami sudah di kebun dan selesai sebelum subuh. Setelah aku selesai mandi, aku belum melihat emak keluar dari pondok. Lalu aku pergi melihat emak, ternyata emak masih berberes pakaian dan peralatan lain masih belum masuk ke dalam keranjang. Mungkin emak habis istirahat.
"Udah selesai mandi yaa?" tanya emak masih dengan pakaian kerja.
Lalu aku membantu emak membereskan peralatan. Sementara emak berganti pakaian. Emak menghadap ke sisi pondok yang tertutup, lebih tepatnya emak membelakangiku. Saat aku berberes dan melihat ke arah emak, Emak sedang menurunkan celana kerjanya. Tapi mak nggak pakai penutup sama sekali. Aku lihat dengan jarak 2 meteran, celana emak turun dan aku bisa melihat semua bagian bawah tubuh emak dari belakang. Aku melihat celana dalam emak warna putih. CD itu agak tertarik ke bawah sehingga belahan atas pantatnya kelihatan olehku. Pantat emak sangat indah, dan CD putihnya itu agak membayang sehingga aku bisa melihat samar-samar belahan pantat bawahnya. Lalu emak menarik CD nya ke atas, dan itu membuat aku bisa melihat gundukan diantara paha dalamnya.
Astaghfirullah astaghfirullah, meskipun aku tau nggak pantas, aku tetap melihat ke arah emak. Ada rasa malu saat melihat tubuh emakku, geli sendiri melihatnya meskipun aku tau emak nggak tau karena dia menghadap ke arah berlawanan. Di liputi rasa aneh karena yang aku lihat adalah emak kandungku sendiri. Tapi aku nggak bisa untuk menolak keinginan mataku untuk tetap menikmatinya. Berkali-kali aku mohon ampun mengucap astaghfirullah dalam hati. Tapi aku tetap meikmati melihat tubuh emak. Sampai akhirnya emak berganti pakaian. Tubuhku jelas tidak sama lagi, ada batang keras membatu di dalam celanaku.
"ayuk pulang" kata emak lembut menyadarkan aku.
"iya mak yuk" kataku berusaha terlihat santai.
Lalu kami pulang dan lanjut aku sekolah.
Nggak ada yang istimewa di sekolah, hanya berjalan seperti biasa saja. Hanya saja pikiran aku masih tidak bisa melupakan apa yang aku lihat tadi pagi. Biasanya di kebun karet, waktu kami datang keadaan masih gelap. Meskipun kami berganti pakaian dalam satu ruangan seperti kejadian tadi pagi, tapi aku nggak bisa melihat apa-apa. Karena saat emak berganti pakaian, lampu senter kami matikan. Sementara saat mau pulang, aku mandi dan berganti pakaian di sumur. Lalu di jemur di depan pondok biar nggak jamuran. Besoknya, pakaian yang di jemur itu nggak di pake, Yang dipake pakaian yang di jemur kemarennya lagi yang sudah di taro di dalam. Jadi ada 3 setel pakaian untuk kerja kami.Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa. Saat aku selesai mandi, emak sudah siap untuk pulang. Jadi tidak ada lagi momen indah seperti kemaren.
****
Sudah lebih dari 3 minggu sejak mengantar Fany pulang. Aku bertemu lagi dengan Fany dalam situasi tidak memungkinkan kami untuk tidak saling sapa. Kami bertemu di dalam perpustakaan sekolah. Aku dan Fany berada dibarisan buku yang sama dan sedang mencari buku yang sama. Yaitu buku-buku yang berisi puisi-puisi. Fany adalah anak IPA1, sementara aku anak IPS 2. Sesekali kami juga bertemu tapi kami hanya saling balas senyum aja. "lagian dia udah punya pacar, kaalupun nggak punya pacar dia juga nggak bakal mau sama aku" pikirku saat sesekali melihat Fany.
"Haii Adan, lagi ngapain?"
"nyari buku ......"
"owhh ini ada" katanya saat melihat buku yang sedang aku cari.
"owh iya, makasih yaa" kataku. Lalu berniat mengambil buku tersebut dari rak.
"eh makasih buat apa Adan... aku juga lagi nyari ini" kata Fany menggoyangkan buku yang sudah ada ditangannya.
"oowh" kataku datar. Aku ingin cepat-cepat pergi menjauh dari Fany. Karena aku fikir, semakin lama aku berdekatan dengan dia, aku semakin berasa kayak orang tolol.
Meskipun dengan teman-teman yang lain, aku juga agak pendiam. Tapi di dekat Fany berbeda. Aku nggak ingin mengesankan ke dia bahwa aku emang tolol, culun, kuper. Makanya aku ingin segera kabur.
"Adan, nanti pulang sekolah kamu kemana?" katanya. Aku menoleh ke arah suara, dan melihat wajah cantiknya lagi.
"nggak kemana-mana"
" Mau nemenin aku ke Patin nggak? sambil kita jalan-jalan makan" katanya lagi. Aku menoleh dan melihat wajahnya, aku terposona. Wajah Fany ini kok bisa cantik banget gini yaa. Nggak ada celah kecantikannya.
"gimana? mau nggak?"tanya Fany lagi.
"eh, iya bisa" kataku.
Lalu dia senyum dengan muka secantik itu. Aku menghayal gimana kalau dia ini adalah pacar aku. Pengen aku tempelin terus badanya. Mulai dari kepala sampe kaki.
"Apanya yang bisa Adan? kan aku tanya mau atau nggak? bukan bisa apa enggak? emang aku ngemis minta gitu. Kan aku cuma ngajak" Katanya sambil ketawa.
Loh kenapa dia ketawa yaa, padahal aku nggak ngelucu. Ngelucupun, teman-teman aku nggak ada yang ketawa.
"iya mau Fan" kataku sedatar mungkin.
"Yaudah nanti pulang sekolah yaa"
"iya" kataku.
Setelah itu Fany pergi membawa buku yang sebenarnya aku cari.
Aku melihat ke arah Fany, melihat pantatnya yang sekal bergeal geol. Itu Indah sekali. Fany meskipun memakai jilbab, tapi rok yang dia pakai itu agak ketat mencetak tubuh bagaian bawahnya. Emang rata-rata anak SMA disini roknya kayak Fany, bahkan ada yang lebih ketat lagi. Itu bikin kami para pejantan menghayalkan isi di dalam rok itu.
 
Setelah pulang sekolah, aku menuju ke parkiran. Belum ada Fany, tapi motor Fany masih ada. Aku mengenali Vario putihnya Fany. Lalu aku tunggu Fany tanpa harapan. Kalaupun nanti nggak jadi, aku nggak apa. Yang aku pikirin sekarang adalah, bagaimana caranya kalau nanti jadi. Apa motornya mau di tinggal di sekolah satu, atau bawa motor sendiri-sendiri. Kalau bawa 1 motor, nanti gimana kalau kelihatan sama pacarnya. Pacarnya Fany itu anak kelas 3 di SMA ini juga. Jujur saja aku nggak berani kalau berhadapan dengan pacarnya Fany. Bukan karena aku takut berkelahi, tapi aku nggak mau bermasalah. Aku nggak mau membuat emak malu. Karena kalau berkelahi dengan pacarnya Fany itu, pasti nanti berefek ke yang lain-lain. Yang lain-lainnya itu apa? aku juga belum tau sih. Tapi yang jelas, Pacarnya Fany itu anak pejabat tinggi di daerahku. Bisa aja nanti aku diperkarakan. Bisa aja kan?. Yaudah liat nanti aja deh.
Setelah nunggu agak lama akhirnya anak-anak kelasnya Fany sudah mulai ke luar. Sampai aku melihat Fany keluar juga dari kelasnya. Aku lihat Fany melirik ke kelasku yang udah kosong. Lalu melihat ke arah parkiran, dan dia melambai ke arahku. Tapi karena di samping aku ada banyak orang, ada yang menunggu temennya, ada yang ngambil motor, jadi aku nggak membalas lambayan Fany. Karena bisa aja dia sebenarnya tidak melambai ke aku. Lalu aku lihat Fany memajukan muncungnya ke depan agak cemberut.
Ditengah perjalanannya ke arah parkiran. Aku lihat pacar Fany berjalan akan menghampiri Fany, dan benar saja dia menghampiri Fany. Aku yang daritadi sudah menunggu, meskipun sedikit kecewa tapi aku ikhlas kalaupun rencana kami tadi batal.
Setelah berbincang-bincang dengan pacarnya, sambil jari-jari Fany dipegang oleh pacarnya, akhirnya Fany berjalan ke parkiran.
"udah lama yaa nunggunya" sapa Fany saat dia mencapai motornya.
"nggak juga kok" kataku berbohong. Padahal sudab 1 jam aku menunggu.
Fani memperlihatkan senyum indahnya ke arahku sebentar lalu noleh lagi ke motornya. "Yaudah yuuk ikutin aku" kata Fany menginstruksi.
Aku ikutin motornya Fany, sampai kira-kira 2 km dari sekolah, Fany membawa motornya masuk ke sebuah rumah. Motor itu dia taro di teras rumah teraebut, selanjutnya berjalan ke arahku. Lalu Fany langsung naik ke boncenganku.
"yuuuk, berangkaaaat" serunya dengan semangat sambil tangannya di kepal. Aku sempat menghindari tangannya itu, aku kira dia bakal nyerang aku.
"hahahaaaaa, kenapa adaaan, nggak mungkinlah aku ninju kamu kayak gini guup"
"aduhh" Justru dia meninjuku saat dia ngasih contoh.
"hahaa, ya kan adan aku nggak mungkinkan kayak gitu, masak iya ninju kamu kayak gini guuup"
"aaaah" kepala belakangku ditinju lagi. Dan kali ke dua ini beneran sakit.
"hahaaaahaa,haha" ketawanya puas.
"iya kan adan ga mungkin......"
"iya iya nggak mungkin" kataku memotongnya.
"hahaha ciiit"
"aaahhh" saat kurasakan cubitan pedas di perut sebelah kananku.
Aku pikir mungkin bener kata nenekku, manusia itu nggak yang sempurna. Salah satu contohnya Fany ini. Aku kira dia cewek yang kalem sesuai mukanya, ternyata sadis.
"itu tadi rumah siapa Fan" kataku memuali pembicaraan
"oowh itu rumah adiknya nenek aku"
"berarti nenek kamu juga dong" balasku. Iya kan? adik neneknya berarti masih neneknya juga.
"iya, tapi aku manggilnya umi. Dia itu adek bungsunya nenek aku, jadi umurnya nggak jauh beda dari Ibu aku" jelasnya
"oowhh"
Sepanjang jalan kami nggak banyak ngomong. Karena motor aku kendarai agak kencang, karema tujuan kami cukup jauh. Hanya saja, sepanjang jalan Fany sangat agresif. mulai dari mengusap-usap punggung aku, lalu menyandarkan kepalanya di punggungku. Sementara tangannya kemana-kemana, kadang di pinggang, kadang di perut, kadang ngusel pusar aku di balik baju, kadang juga dia kayak meluk aku erat. Mungkin dia nggak sadar, bahwa orang didepannya ini bukan pacarnya. Mungkin Fany mikir aku adalah Edy, Sementara aku yang sedang enak diperlakukan kayak gitu, cuma diam saja. Lebih baik kayak gini, dia mikir aku adalah Edy sehingga enak ini tetap berlanjut. Dadanya Fany terasa keras kenyal menggemaskan di area punggungku. Aku pikir yaa pastilah dia nggak sadar, kalau sadar, mana mau dia manja begitu denganku.
Setelah sampai di tujuan, ternyata di Patin ini tidak seperti yang diharapkan oleh Fany. Aku sendiri sebenarnya nggak tahu tujuan Fany ke Patin apa. Lalu Fany mengajakku berkeliling aja di sekitar taman pusat Kabupaten. Di taman kami mampir makan sate, Fany yang traktir. Katanya biar adil, aku beli bensin dia beli makanan.
Setelah dari taman kami pergi ke pinggiran patin, duduk-duduk di pinggir sungai. Meskipun masuk ke dalam kebun sawit, tapi tempat ini memang biasa dikunjungi. Karena tempatnya memang indah, ditengah sungai ada pulau yang sering di sebut pulau cinta. Kalau sungainya surut, akan sangat menyenangkan turun ke sungai. Menyebrangi sungai berpasir menuju pulau cinta. Cuma sayang saat kami datang, air sungai sedang tinggi. Jadi kami hanya duduk-duduk aja di atas motor sambil makan-makan cemilan yang tadi kami beli.
"nggak bisa nyebrang yaa Fan, sayang. Tadi di Patin juga nggak sesuai harapan" kataku. Aku mikir mungkin Fany kecewa jalan sama aku. Karena nggak ada yang sesuai dengan rencanya.
"emang kamu tau aku ke Patin mau ngapain" tanyanya
"nggak tahu" kataku tersadar, ternyata daritadi aku belum pernah nanyain niat Fany ke Patin ngapain.
"hahaaahaa, siapa tau aku cuma pengen jalan sama kamu aja"
"iih nggak mungkinlah" kataku spontan. Yaa memang ngapain coba primadona sekolah mau jalan sama aku, saat pacarnya sendiri punya segalanya jauh dari aku.
"kenapa emang ga mungkin?" tanyanya sambil menyodorkan kripik kentang ke mulutku.
"nggak tau" pengen aku bilang "kqmu itu cantik masa mau niat jalan sama aku" tapi aku nggak mau terlalu memandang rendah diriku.
Setelah cukup lama ngobrol, aku merasa ada semut menggigit batangku. Reflek aku masukin tangan ke dalam celana mencari semut nakal itu. Belum juga aku menemukan semut nakal itu.
" iiihh ngapain sih, jorok" kata Fany menepuk pundakku.
"ehh sory, ada semut tadi" kataku. Baru sadar ada cewek cantik dibelakangku. Biasanya kalau terasa gatal, aku langsung aja masukin tangan ke dalam celana mencari penyebab gatal itu.
Nggak lama setelah aku mengeluarkan tangan, si semut nakal beraksi lagi.
"duuuhh " leguhku kaget. Semut nakal tadi ternyata berulah lagi, menggigit leher batangku. Tapi aku berusaha untuk menahan aja, mungkin maksud dari semut nakal ini cuma mengecup saja sebentar. Tapi setelah beberapa detik aku tahan, gigitan semut ini malah makin sakit. Aku lirik Fany di spion, dia sedang memandang ke arah sungai. Pelan-pelan aku mulai memasukkan tangan ke dalam celanaku lagi, berharap menemukan si semut nakal. Baru saja aku menemukan titik tempat semut nakal tadi berulah, tiba-tiba Fany nyeletuk.
"iiiih Adan jorok iih, ikut doong" katanya menggelendot manja.
"eh ikut apa?" tanyaku. Bisa-bisa dugaanku bener. Masa iya sih.
"ikut ke dalam situ" kata Fany mengarahkan pandangannya ke tempat aku mencari semut nakal.
"Yaudah" kataku santai. Aku nggak tau kenapa aku menjawab begitu.
"beneran? katanya.
"iya" kataku menarik perut ke dalam suapaya ada ruang untuk tangannya masuk.
Lalu Fany dengan ragu memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku sendiri juga belum sadar ini nyata atau bukan.
"iiiiihh" katanya geli saat sudah menyentuh batangku. Merasakan sentuhan itu, batangku langsung melawan dengan cepat.
"eh" kata Fany. Kayaknya dia kaget karena tiba-tiba batangku mengeras.
Selanjutnya hening nggak ada suara. Aku sedang menikmati jemari gadis tercantik di sekolah ini ada di dalam kolorku dan sedang membelai kejantananku. uuuhh.... uuuhh leguhan Fany dan aku bersamaan. Lalu aku putar kepalaku melihat wajah Fany, ternyata mukanya sudah merah dan sayu. Aku berusaha bersiakap biasa saja, takutnya Fany menghentikan elusannya.
"aaahhh besar kali ini uuhh" aku diam aja bersikap se normal mungkin.
"Keluarin yaa" kata Fany.
Tanpa menjawab aku langsung membuka resleting dan hak celanaku. Lalu Fany menarik batang itu keluar.
"aaahh uuhhh""leguh kami berdua.
Melihat tangan Fany yang kayak lidi memegang batangku yang coklat, rasa geli ngilu enak itu makin menjadi.
"aaahh terus Fan" kataku reflek saat Fany mulai mengocok
"aaahh, iih cup" leguhan Fany nggak jelas sambil dia mengcup leherku. Kocokan Fany semakin cepat, Fany terasa sangat gemas, lalu tangan Fany yang satu lagi menyusul memencet-mencet kepala kontolku yang mengkilat sperti mau meledak. Posisi Fany menjadi seperti memelukku dari belakang dengan ke dua tangannya digunakan untuk mengocok batangku.
Aku tetap sadar dengan otak makin berkabut. Aku berpikir "bagaimana kalau aku pegang juga paha Fany. Dia bakal marah nggak yaa." Lalu aku taro tanganku di atas paha Fany. Uuhh begini rasanya paha cewek itu, lunak gemes. Lalu aku remas-remas pahanya, Fany diam saja. Lalu aku coba-coba naik ke atas, dibagian depan memeknya.
"aaauuhhh" luar biasa kayak gini rasa memek. Anget, lunak. Semakin gemas aku semakin kuat aku menerobos rok Fany yang agak ketat itu. Entah keberanian darimana aku mengocok bagian depan memek Fany dengan cepat.
"aaahh duh" Kata Fany meleguh.
Leguhannya itu membuat aku makin semangat. Aku lepaskan pelukan Fany, aku tarik dia sehingga kami berdiri. Aku peluk Fany, lalu lalu aku mengelus punggungnya. Dada Fany makin tertekan di dadaku. Semakin kupeluk, semakin aku tidak puas. Lalu tanganku pelan turun ke pantatnya Fany.
Uuuhh luar biasa, kayak gini rasanya pantat. Sangat menggemaskan. Aku remas-remas, aku usal-usal. Sementara Fany masih mengelus-elus kontolku yang juga sedang aku gesek dengan memek bagian depannya. Kalaulah rok Fany ini lonngar pasti batangku bisa menggosok seluruh selangkangannya.
Fany terus meleguh saat jari-jariku menusuk lebih dalam dari arah pantatnya. Mungkin jariku saat ini sedang menusuk tepat di lubang memeknya. Aku tidak puas, aku ingin menggosok seluruh permukaan memeknya. Tapi sangat sulit karena rok Fany ini ketat. Lalu Aku tarik Fany menjauh dari motor, lalu aku manggila meremas pantatnya, mencolok-colok memeknya. Saking gemasnya, pantat Fany beberapa kali aku tampar. Wajahku juga menggila di dadanya Fany. Seperti orang kehausan aku menhirup aroma dada Fany. Lalu aku turun menempatkan wajahku di depan memeknya Fany, aaahh baunya aneh tapi membuat aku semakin ingin menghirupnya.
Sementara Fany sudah tidak karuan, dia mendesah makin keras. Lalu tiba-tiba badan Fany mengejang dan mendesah keras, hanya sedikit saja lebih lemah daripada teriak. Aku yang baru pertama kalinya melakukan hal seperti ini agak kwatir melihat Fany tiba-tiba luglai tidak bertenaga. Aku menahan tubuhnya lalu medudukkan Fany di atas motor. Setelah tenang, Fany mengambit tanganku, lalu dia mencium punggung tanganku berkali-kali. Ahh ada rasa aneh muncul dihatiku. Lalu pandanganku secara tidak sengaja melihat ada seorang bapak-bapak yang melihat ke arah kami. Aku pun ketakutan langsung memaksukkan batangku yang masih berdiri membatu. Kemudian aku minta Fany duduk di motor, dan secepatnya aku bawa motor meninggalkan tempat itu.
Meskipun sudah jauh, aku tetap masih khawatir. Aku benar-benar takut. Sendainya kalau bapak tadi jahat, mungkin kami berdua akan di arak keliling kampung. Aku tidak bisa membayangkan betapa sedih dan kecewanya emakku. Terlintas wajah emak yang kecewa, pasti wajah emak menjadi kecut tidak bertenaga. . Sangat-sangat beruntung kami, bapak yang melihat aksi kami tadi bukanlah orang jahat. "Terimakasih bapak. Seandainya nanti kalau saya sukses, saya akan mencari bapak untuk membantu" batinku. Hehe,
Fany tidak lagi bersuara, dia melingkarkan tangannya diperutku dan merebahkan kepalanya dipunggungku.
"Fan" paggilku, tapi Fany tetap diam.
Apa dia marah dan kecewa karena perbuatan aku tadi? lalu aku ikut diam. Aku khwatir dia semakin emosi jika mendengar suaraku. Eh tapi kalau dia marah kenapa dia memelukku, bukannya menjaga jarak duduk.
"Fan, Fany" aku mengelus tangannya sambil memanggilnya. Tapi Fany tetap diam. Kemudia aku mengentikan motor. "Mungkin kami perlu untuk berbicara" pikirku. Dan kalaupun dia marah, aku harus menerima kemarahannya.Setelah motor berhenti, aku menengok ke belakang, dan ternyata Fany sedang tidur. Seketika perasaan hangat itu muncul lagi dihatiku. "Lucu sekali kamu Fan, bisa-bisanya tidur saat di motor gini." lalu aku biarkan saja dia tidur. Setelah kira-kira 15 menit Fany terbangun.
"ummm" itulab suara pertama saat dia sadar.
"eh aku tidur yaa?" katanya dengan muka malu-malu.
"iyaa, hehe bisa aja kamu tidur di motor" Menyindirnya. Aku sedikit berharap setelah aku sindir begitu dia akan sedikit malu.
"hihii, soalnya badanku lemas banget setelah..... eh" Fany menghentikan omongannya. Mungkin dia sekarang sudah ingat tentang semua hal yang kami lakukan tadi. Aku diam saja menunggu reaksi dari Fany.
"Jangan sampai orang tau yaa..." Fany sedikit berbisik, tapi suaranya agak keras daripada berbisik
"iya," kataku menunggu reaksi lain.
"yaudah ayuk pulang" katnya menepuk punggungku.
"iya" kataku, kemudia menjalankan motor.
"Kamu kembali lagi jadi Adan yang biasa yaa" kata Fany
"eh kenapa" kataku penasaran. Emang Aku yang biasa kayak gimana dan yang sebelumnya kayak gimana?.
"Iya kembali jadi Adan yang pemalu, Adan yang pendiam yang lebih suka mendengar orang lain ngomong"
"Iya" kataku lagi.
"emang cuman gitu yaa kamu bisa ngomong? tadi aja ganas, sekarang loyo, hihiii" Nada suaranya sih seperti meledekku. Tapi aku hanya diama saja,, karena benar-benar nggak tau mau ngomong apa. Biasanya, meskipun diam, tapi di kepala aku ada banyak hal yang mau aku ucapkan. Tapi kali ini aku merasa aneh, untuk ngebahas hal yang tadi kami lakukan, aku kwatir Fany akan jadi malu.
"Yaudab terus aja yaa , aku juga capek, lemes, habis dihajar habis-habisan. Aku mau tidur yaa" katanya.
"eh jangan nanti jatuh" kataku.
"ya kamu peganginlah tangan aku. Tanggung jawab loh, kamu yang bikin aku lemes gini" katanya sambil mencubit perutku. Tapi kali ini tidak sakit.
"iya deh" kataku sambil memegang tangannya. Bahaya sekali kalau sampai jatuh anak orang kayak Fany ini. Bisa bisa tamat hidupku.
Sepanjang jalan aku memegang tangannya Fany dan mengendarai mio sebelah tangan, hanya sesekali saja aku melepaskan tangannya. Dan saat sudah mendekati rumah tempat Fany menitipkan motor tadi, aku membangunkannya. Lalu setelah sampai dirumah Neneknya itu, Fany turun kemudian mengambit tanganku.
"cup" kembali Fany mencium punggung tanganku. Aku hanya senyum aja, aku nggak mau terlalu berharap.
"aku mau di sini dulu, kamu pulang hati-hati yaa"
"iya"
"punya kamu besar banget, cup" dia mencium punggung tanganku lagi lalu pergi. Aku masih nggak percaya bahwa tadi aku meremas seenak hati pantat Fany yang sedang bergeol-geol itu.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd