Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Bimabet
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Susah ya Hu nyari buat tempat jualan?
Keburu ditarik semua nanti fasilitasnya..
Tp ada apa gerangan dgn Ayahnya?
Apa klo dpt menolong Ayahnya bisa dpt restu?
Ato malah Ayahnya mati terus dpt warisan perusahaan? Hahaha..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
duh kenapa tuh dengan ayahnya si Ricky........mau dirampok kayaknya
 
Si ricky makin lama, makin ngeselin anjir. Udah dapet enak putus. Bangst emg
 
Jangan2 ayahnya ricky kenapa2, terus ricky yg ada disitu difitnah jadi tersangka motifnya sakit hati karena dipecat 😁
 
PART 25 (S2)
POV 3rd

"TOLONG!"

Suara teriakan tersebut membuat insting Ricky menjadi bangkit. Ia langsung mencari sumber suara tersebut dan mendapati bahwa ayahnya tengah dalam marabahaya. Ayahnya kini sedang dikeroyok oleh 3 orang bertopeng yang membawa senjata tumpul. Kondisi ayahnya bahkan sudah cukup buruk. Kepalanya mengeluarkan darah dan ia dalam keadaan tersudut oleh 3 pria tersebut. Raut ketakutan tampak dari wajah ayah Ricky. Sudah jelas bahwa mereka akan menghabisi ayah Ricky.

"AYAH!"

Teriakan Ricky membuat ketiga orang tersebut menoleh ke sumber suara. Pemimpin penyerang tersebut langsung menoleh ke arah Ricky. Dengan bahasa isyarat, ia menyuruh salah satu anak buahnya untuk menghabisi Ricky.

Penyerang pertama pun disuruh oleh pimpinannya untuk maju menghadapi Ricky. Sayangnya, ayunan vertikal tongkat baseball yang dilancarkan olehnya gagal mengenai Ricky yang langsung menghindari dengan bergerak ke samping.

TRAK!

Kemudian, Ricky menendang bahu penyerang tersebut dengan keras hingga membuatnya tersungkur ke tanah dan menjatuhkan tongkat baseball tersebut.

Dengan lengan kanannya yang sudah sangat kesakitan dan tulang bahunya yang sudah patah, ia tak lagi mampu bangkit untuk menghadapi Ricky.

BUKK!

Ricky langsung menghantam keras wajah penyerang tersebut dengan telapak kakinya hingga ia tak sadarkan diri.

Penyerang kedua langsung menyerang Ricky dari belakang.

TUNG!

Palu yang dipegang penyerang tersebut menghantam punggung Ricky dan membuat Ricky mengerang kesakitan. Ricky mundur beberapa langkah sembari memegangi punggungnya yang sangat kesakitan itu.

Ricky pun memasang kuda-kuda bertarungnya sementara penyerang kedua tersebut maju untuk menyerang Ricky. Berkat kesigapan Ricky, ia berhasil mengantisipasi serangan palu dari penyerang tersebut. Palu yang sejatinya akan menghantam kepala Ricky berhasil ditangkis oleh lengan Ricky.

Ricky mendorong mundur penyerang tersebut. Penyerang tersebut mencoba menyerang lagi dengan cara yang berbeda. Kali ini ia menggunakan catut palu tersebut untuk menyabet perut Ricky. Namun dengan luwesnya tubuh Ricky yang sudah terlatih, ia berhasil mengelak sabetan tersebut.

Ia kembali menyerang Ricky dengan ayunan palu dari kanan. Ricky pun memanfaatkan serangan yang sangat ceroboh itu. Ia menangkap lengan penyerang tersebut. Dengan bantuan punggung dan pinggangnya, ia membanting tubuh penyerang tersebut dengan sangat keras ke lantai yang terbuat dari semen.

BLAM!

Penyerang tersebut terkapar karena punggungnya yang sangat kesakitan dan palunya sudah tergeletak di lantai.

Ricky lalu menyadari bahwa ayahnya sudah tak lagi di tempatnya tadi. Ia langsung berlari untuk mencarinya. Setelah berkeliling parkiran kira-kira selama 2 menit, Ricky berhasil menemukan dirinya yang sedang terpojok oleh pemimpin penyerang tersebut. Terlihat ayahnya meminta belas kasihan dari penyerang tersebut, sementara penyerang tersebut berjalan perlahan mendekatinya sembari menyeret tongkat besi.

Ricky menyelinap dengan berjalan jongkok dari satu mobil ke mobil lainnya. Ia bersembunyi sejenak dan melihat kembali keadaan. Saat penyerang tersebut sudah benar-benar mendekatinya, Ricky pun mulai melakukan tindakan.

BUMM!

Tubuh penyerang tersebut didorong oleh Ricky ke mobil yang ada di sampingnya. Ricky langsung menghantamkan sikunya ke ulu hati penyerang tersebut dengan sangat keras hingga ia terbatuk-batuk.

PRANG!

Ricky meraih kepala penyerang tersebut dan melemparkannya dengan keras ke kaca mobil yang ada di belakangnya layaknya pemain basket yang sedang mengumpankan bola ke temannya.

Penyerang tersebut langsung tumbang ke tanah sambil memegang kepalanya yang kesakitan itu. Terlihat ada sedikit darah mengalir keluar dari kepalanya yang tertutup oleh topeng. Ia bangkit dan menatap Ricky.

TSING!

Dikeluarkannya sebilah pisau kecil dari saku celananya. Ricky hanya membalas tatapan penyerang tersebut dengan mantap dan bersiap untuk berduel dengannya. Sementara ayah Ricky memandang putranya itu dengan nafas yang tertahan dan raut wajah yang sangat khawatir.

"Haaa!"

Penyerang tersebut langsung menghujamkan pisaunya secara sembarang ke Ricky. Mudah saja bagi Ricky untuk menangkis pisau tersebut. Ia langsung mengunci pergelangan tangan kanan penyerang tersebut dan memutarnya sehingga penyerang tersebut menjatuhkan pisaunya ke tanah. Ricky langsung menjauhkan pisau tersebut dan memukul wajah penyerang tersebut tepat di jakunnya dengan tangan kirinya.

ACHHK!

Penyerang tersebut pun merasakan seperti tercekik dan tumbang ke tanah sambil memegangi jakunnya tersebut.

Sementara darah di kepala penyerang tersebut semakin banyak mengalir, Ricky mencopot topeng yang dikenakannya. Betapa terkejutnya Ricky, karena yang ada di balik topeng tersebut adalah Nafli, mantan karyawan perusahaan ayahnya dan mantan anak buah di divisinya. Ayah Ricky juga sangat terkejut dan menutup mulutnya karena tidak percaya bahwa mantan karyawannya akan mencoba membunuhnya hari ini.

"Bangsat kau, Nafli," ujar Ricky dengan wajah yang geram.

Ricky langsung mencengkram kerah baju Nafli yang sudah tak berdaya itu.

BUKK!

Ia meninju Nafli tepat di hidungnya. Saking kuatnya pukulan Ricky, hidungnya langsung mengeluarkan darah seketika. Kemudian, Ricky menarik kerah baju Nafli dan menatapnya dengan sangat geram.

"Hari ini, kau akan membunuh mantan bosmu sendiri? Betapa bajingannya dirimu!"

"Hahaha… dendam harus terbalaskan, Ricky. Gue dendam sama bapak lu yang bajingan dan terutama lu juga! Kalian udah ngebuat gue kehilangan pekerjaan gue dan kembali bergaul dengan para preman pinggir jalan. Bangsat kalian semua!"

BUKK!

Satu tinjuan tangan kiri Ricky ke mulut Nafli membuatnya terdiam untuk sejenak. Ia kembali menarik kerah baju Nafli dan ia menatap Nafli yang sudah babak belur penuh darah.

BUKK!

Ricky kembali meninju mulut Nafli dan membuat Nafli semakin tak berdaya.

Ricky menjatuhkan tubuh Nafli begitu saja ke tanah. Ia berjalan dan mengambil tongkat besi yang tergeletak tak jauh dari posisinya. Saat ia akan mengayunkan tongkat tersebut, ayah Ricky langsung berdiri dan menangkap lengan Ricky untuk mencegahnya melakukan sebuah pembunuhan.

"Sudah cukup, Ricky. Dia sudah mendapatkan balasannya."

Nafas Ricky masih memburu. Tatapannya masih menandakan kalau Ricky ingin menghabisi mantan anak buahnya itu. Namun setelah menuruti akal sehatnya, ia membuang tongkat besinya tersebut.

Kemudian ia memapah ayahnya tersebut dan segera membawanya keluar dari parkiran. Ternyata di luar sudah menunggu petugas kepolisian dan paramedis. Maka Ricky dan ayahnya langsung mendapat penanganan dari paramedis. Sementara polisi langsung menyisir lokasi dan masuk ke lorong parkiran untuk mencari para penyerang.

"Terima kasih, Ricky," ucap ayahnya tersebut sambil tersenyum kepadanya.

"Harusnya kubunuh saja bajingan itu," kata Ricky masih dengan amarahnya yang membara.

"Sudahlah, dia akan diurus pihak yang berwenang."

Ricky masih belum puas dengan keadilan hukum yang akan didapat oleh Nafli. Namun ia juga berpikir kalau tidak ada untungnya ia menggunakan teknik hakim sendiri. Maka Ricky mulai menenangkan dirinya dan membuang amarahnya.

"Aku harap bajingan itu akan membusuk di penjara nantinya karena jika tidak aku yang akan membuatnya membusuk di dalam tanah," batin Ricky dalam hati.

~~~~~​

POV Ricky

"Rick, kamu gak apa-apa kan?" tanya Mella begitu aku masuk ke dalam kamar kosnya.

"Enggak apa kok, kamu udah tahu soal kejadian kemarin malam?"

"Aku kan masih kontak sama anak-anak gudang, jadi aku tahu kalau semalam kamu berantem sama si Nafli."

"Oh begitu, ya udah lupakan aja. Kita nanti fokus ninjau ruko aja."

"Rick, maafin aku ya. Gara-gara aku yang ngegodain Nafli waktu itu, kamu dan ayahmu yang jadi sasarannya," ujarnya dengan air mata yang mulai menetes.

"Gak apa kok, Mel. Kamu kan cuma khilaf waktu itu. Salah dia yang sampai bawa dendam," kataku menenangkannya.

"Aku minta maaf, Ricky. Aku bersalah banget sama kamu."

Ia mulai menangis tersedu-sedu. Secara naluriah, aku langsung mendekap kepala Mella dan membelai rambutnya dengan lembut. Kubiarkan ia menangis di dadaku. Tangisannya semakin keras saja sehingga aku menjadi iba dengan sahabatku ini.

"Mel, aku gak apa-apa kok. Semua bukan salah kamu."

"Hiks… hiks…."

Seketika, pintu pun terbuka dan menampakkan sosok Siska. Ia tampak begitu terkejut melihat kami. Mella juga ikut terkejut dan melepaskan dekapanku. Ia juga turut menghapus air matanya itu.

"Mel, gue nanti aja deh ambil sisirnya. Gue gak mau ganggu quality time kalian, bye!" ujar Siska sambil menghilang kembali ke balik pintu.

"Sis, bukan itu…," ucap Mella yang langsung terhenti begitu Siska menutup kembali pintunya.

Mella menatap diriku dengan wajahnya yang masih sembab. Kemudian ia beranjak dan mengambil sendiri selembar tisu dari kotaknya yang terletak di atas meja riasnya. Lalu ia kembali duduk di sampingku sambil mengelap sisa-sisa air matanya.

"Yuk, Rick, kalau mau pergi sekarang."

"Kamu udah baikan, Mel?"

"Udah. Lega banget rasanya," ujarnya sambil terus mengelap perlahan matanya yang basah itu.

"Ok, yuk kita pergi sekarang."

Kini kami sudah berada di dalam mobilku. Setelah memasang sabuk pengaman, kami pun tancap gas untuk menuju ke lokasi ruko yang akan kami tinjau. Sepanjang perjalanan, kami tidak banyak bicara. Aku hanya memutar musik dari radio sebagai media untuk mencegah terjadinya keheningan total di dalam mobilku.

15 menit kemudian, sampailah kami ke sebuah ruko yang terletak cukup dekat dengan pusat kota. Halamannya cukup luas sehingga muat sebagai lahan parkir. Bangunannya cukup luas dan warna catnya juga sangat bagus dan mencolok sehingga mencolok bagi orang-orang yang mencari ruko ini atau sekadar lewat saja

"Ini ruko yang mau kita tinjau? Bagus banget loh!" ungkap Mella sembari memandang ruko ini dengan penuh kekaguman.

"Iya, Mel. Yuk masuk!" ajakku.

Sesampainya di dalam ruko, kami langsung disambut oleh Om Darnu. Ia adalah pemilik ruko ini sekaligus teman dekatnya Papa. Ia mengajak kami untuk berkeliling ruko dan melihat segala detail ruangannya. Selama tur ruangan, aku memperhatikan segala aspek dari ruko ini dan langsung jatuh cinta padanya.

"Jadi gimana, Ricky? Kamu suka dengan ruko ini?" tanya Om Darnu sambil tersenyum padaku.

"200% suka om," ujarku sembari tersenyum ramah.

"Ok, jadi kita deal, Ricky?" tanya Om Darnu sembari menatapku.

"Setahun 200 juta sewanya?"

"Berhubung kamu adalah anaknya papamu, Om kasih diskon deh jadi 180 juta. Gimana?"

"Rick, boleh banget tuh penawarannya. Tempatnya bagus dan strategis loh," ujar Mella memberitahuku.

"Hahaha… pacarmu aja tahu kalau ruko ini bagus dari segala aspek."

"Maaf, Om. Dia bukan pacarku, dia sahabatku," koreksiku.

"Oh gitu? Alah, sayang sekali, padahal dia cantik kayak bidadari loh. Kalau Om jadi kamu sih, langsung Om lamar jadi istri tuh."

Kulihat Mella langsung tersipu malu mendengar pujian dari Om Darnu. Aku hanya tersenyum saja dan mengelus kepala Mella. Kurangkul pundaknya dan mendekatkan dirinya padaku.

"Aku percaya dengan kata sahabatku karena apa yang dia katakan itu benar. Jadi aku suka dengan ruko ini dan aku menerima penawaran Om," kataku dengan mantap.

"Haha… mantap sekali, Ricky. Deal!"

Kami pun bersalaman tanda setuju. Setelahnya, kami pun berjalan meninggalkan ruko ini. Kulihat Mella tampak begitu senang. Aku juga merasa sangat senang bisa mendapatkan ruko sebagus ini dengan harga yang cukup terjangkau pula.

"Rick, akhirnya kita dapat ruko yang bagus dan murah!" soraknya dengan gembira di dalam mobil.

"Semua berkat bantuan papaku yang melobi Om Darnu. Awalnya Om Darnu nyaris menjual ruko ini ke orang lain, tapi untungnya papaku langsung nelpon dia semalam."

"Oh gitu. Pokoknya aku senang banget kalau tempat usaha kita nanti sebagus ini."

"Ya, aku juga senang."

"Rick…."

HUG! Mella langsung memeluk diriku. Kurasa ia melakukan ini karena ia sangat bahagia saat ini. Aku turut membalas pelukan sahabatku ini. Kami pun bertukar pelukan yang hangat. Tak lupa, aku juga membelai kepalanya dengan pelan.

"Ini semua berkat doamu juga, Mel. Jalan kita dimudahkan oleh-Nya. Terima kasih, Mel."

"Sama-sama, Rick. Ini juga berkat usahamu dan perjuangan kamu nolong papamu semalam."

"Intinya, kita semua punya peranan masing-masing dalam mendapatkan ruko ini. Untuk itu, aku bangga dan senang punya sahabat kayak kamu. Kamu adalah partner yang terbaik untukku," ujarku sambil tersenyum hangat kepadanya.

"Makasih, Rick. Aku terharu loh," ujarnya sambil mengelap air matanya yang sedikit menetes.

"Sama-sama, Mel. Kamu emang sahabat terbaikku," pujiku sambil membelai lembut rambutnya.

Selesai berpelukan yang hangat itu, aku kembali menyalakan mobilku. Kami pun berjalan menuju ke sebuah restoran Tionghoa yang cukup terkenal. Sesampainya di sana, aku membiarkan Mella yang memesan makanan yang menurutnya enak di sini karena walaupun kami sama-sama dari etnis yang sama, kurasa ia lebih tahu mengenai makanan Tionghoa.

Selesai memesan makanan tersebut, kami pun mengambil sebuah meja. Kali ini, kami tidak duduk berseberangan melainkan duduk berdampingan. Aku tidak masalah dengan hal itu. Toh dia kan sahabatku, apa salahnya jika kami menjadi sangat dekat satu sama lain?

"Rick…."

"Kenapa, Mel?"

"Aku… aku bahagia banget buat hari ini."

"Perjuangan kita belum selesai, Mel. Ini baru tahap awal doang. Besok, aku bakal bayar uang sewanya dan tanda tangan kontrak. Doain semua lancar sampai akhir ya."

"Amin, Rick. Wish you all the best."

"Wish us all the best dong, kan ini kerja kita bersama. Lagian aku juga lagi gak ulang tahun."

"Eh iya, lupa, hehe…."

"Dasar kamu, Mel." Aku mengacak-acak rambutnya yang tergerai tersebut sehingga ia harus merapikannya lagi.

Setelah beberapa menit kemudian, pesanan kami pun datang. Seporsi hot pot, sepiring dim sum panas, sepiring chai kue, sepiring pangsit kukus, dua piring nasi porsi sedang dan minumannya berupa dua gelas liang teh. Kami pun menikmati santapan tersebut dengan perasaan penuh kebahagiaan.

Sesekali, Mella menyuapi diriku dan sebaliknya juga. Kini, tidak ada batas antara atasan dan bawahan seperti saat di kantor dulu. Sekarang, kami adalah sahabat yang saling mendukung dan bekerja sama untuk satu sama lain.
 
Makin komplit ni problem nya, kak Kimi apa kabar dirimu
Kak Kimi baik" aja kok gan :Peace:
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Susah ya Hu nyari buat tempat jualan?
Keburu ditarik semua nanti fasilitasnya..
Tp ada apa gerangan dgn Ayahnya?
Apa klo dpt menolong Ayahnya bisa dpt restu?
Ato malah Ayahnya mati terus dpt warisan perusahaan? Hahaha..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Iya susah nih nyari tempatnya, untung bisa ketemu. Apakah habis ini Ricky bakal dikasih warisan saham mayoritas perusahaan papanya?
duh kenapa tuh dengan ayahnya si Ricky........mau dirampok kayaknya
Gak tau, coba cek update
Update yg bikin penasaran Om @Ichbineinbuch, terima kasih.
:mantap: Tengkyu om dgn apdet tipisnya.....
N tetep semangat okeh?
makasi apdetnya suhu.....
Yoi gan, makasih semuanya :beer:
 
Si ricky makin lama, makin ngeselin anjir. Udah dapet enak putus. Bangst emg
Hehe maafin dia dong, soalnya Ricky lagi galau nih nyari pengganti Kak Kimi, kehidupan cintanya jadi linglung gak ada arah
Jangan2 ayahnya ricky kenapa2, terus ricky yg ada disitu difitnah jadi tersangka motifnya sakit hati karena dipecat 😁
Betul gak ya?
Mungkin ada hubungannya dengan samuel
Kurasa tidak...
Okeh...tengkyu om
:mantap:
Yoi gan :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd