Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
PART 24 (S2)
POV Mella

Hari ini adalah hari kedua kami untuk berpetualang mencari ruko tempat usaha kami. Tapi seperti hari sebelumnya, pencarian kami ini belum berbuah hasil. Jadi kasihan deh sama si Ricky. Pasti dia capek nyetir buat aku.

"Ricky," panggilku sambil menarik lengan bajunya.

"Kenapa, Mel?"

"Hmm boleh gak aku aja yang nyetir? Soalnya aku kasihan lihat kamu udah capek gini," tawarku sambil menatap wajah tampannya itu.

"Jangan ah, Mel. Nanti mobilku penyok kena kamu hahaha…."

"Gak kok. Aku pandai nyetir, dah diajarin sama Papa soalnya."

"Oh ya? Ya udah deh, aku percaya sama kamu."

"Tapi maaf ya kalau misalnya belok agak goyang atau aku bawanya gak enak, jarang-jarang soalnya aku nyetir. Tapi aku jamin kok kamu bakal selamat sampai kosan aku," kataku berusaha meyakinkannya.

"Ya udah, ini kuncinya."

Asik! Kapan lagi sih aku bisa nyetir mobil mahal? Duh… ini tuh mimpi aku dari dulu pengen nyetir mobil pabrikan Eropa yang berkelas gini. Dengan antusias, aku masuk ke dalam mobil dan segera menyalakan mobil ini. Namun karena ini sistem buat nyalain mobilnya berbeda, Ricky membantu diriku untuk menyalakan mobilnya.

Aku mengenakan sabuk pengamanku dan begitupun dengan Ricky. Dengan senyum yang mengembang, aku mengemudikan mobil ini dengan hati-hati. Duh… enak banget nyetir mobil mahal kayak gini. Beda banget sama mobil murah yang biasa dipakai oleh Papa.

"Mel, aku tidur bentar ya. Kalau udah sampai, bangunin aja aku," pesan Ricky padaku.

"Siap, tidur aja, Rick."

Ricky pun terlelap. Aku terus mengemudikan mobil ini dengan perlahan. Hingga sampailah kami ke kosanku sekitar 15 menit kemudian. Aku menoleh ke Ricky yang masih tertidur di sebelahku. Ingin kubangunkan dia, tapi aku jadi gak tega ngeganggu tidurnya yang pulas itu.

Rasa ragu yang hinggap di diriku memancingku untuk terus menatap wajah Ricky. Perlahan, aku merasakan sensasi yang berbeda dari dalam diriku. Kutatap wajah Ricky yang ganteng banget kayak pangeran dongeng. Bayangkan, dia tidur aja gantengnya minta ampun.

Hatiku mulai bergejolak melihat wajah polos Ricky. Kurasakan jantungku jadi berdebar-debar. Ya Tuhan, aku jadi gugup sendiri buat bangunin Ricky. Aku jadi bingung mau ngapain sekarang.

Aku merasakan ada suatu dorongan dalam diriku. Kemudian kudekatkan wajahku ke wajah Ricky yang masih tertidur. Dengan semakin dekatnya wajahku ke wajahnya, aku bisa merasakan nafas halus yang dihasilkannya saat tertidur. Duh… jantungku semakin berdetak gak karuan.

Aku mengarahkan bibirku menuju ke bibirnya. Eh gak jadi deh. Nanti kalau Ricky tiba-tiba bangun gimana? Aku takut kalau Ricky melihatku sebagai wanita yang nakal dan kehilangan kepercayaannya. Maka aku memutuskan untuk mengarah ke pipinya.

Perlahan…

Perlahan…

Bibirku mendekat…

Dan…

CUP!

YASS!

Aku berhasil mengecup pipi Ricky! Uhh, senang banget diriku! Ternyata begini rasanya mencium seorang Ricky Mahendra. Rasanya benar-benar beda di saat aku mencium mantan-mantanku dan juga lelaki yang pernah menemaniku.

Karena tak ada reaksi dari Ricky, maka aku menjadi semakin nekat. Aku mengarahkan bibirku ke bibirnya Ricky. Aku menutup mataku. Kurasakan nafas hangat dari Ricky menghembus ke wajahku.

CUP! SLURP!

Aku mencumbu bibir Ricky dengan mesra. Aku masih belum percaya kalau kali ini aku bisa berciuman dengan Ricky walaupun ia sedang gak sadar. Perlahan air mataku menetes. Aku benar-benar bahagia bisa merasakan bibir seorang cowok yang istimewa seperti Ricky.

Setelah berciuman selama 5 detik, aku melepaskan bibirku dari bibirnya Ricky. Aku benar-benar sangat bahagia saat ini. Air mataku sampai menetes membasahi pipiku. Aku mengusapnya dengan telapak tanganku sebelum Ricky tahu kalau aku menangis.

Setelah diriku sudah siap, aku pun membangunkan Ricky. Kutepuk-tepuk lengannya dengan perlahan. Namun ia tetap belum bangun. Aku menepuknya semakin keras, namun hasilnya tetap nihil. Maka dengan rasa di dalam diriku, aku mengangkat tanganku. Kuelus-elus bagian samping kepalanya itu seperti mengelus anak bayi. Aku… aku benar-benar sangat bahagia dengan yang kulakukan saat ini.

"Mella, udah sampai?" tanya Ricky sembari membuka matanya perlahan.

"Iya, Rick. Kamu susah banget sih bangunnya."

"Ah, maaf. Kayaknya aku kecapekan deh," ujar Ricky sambil mengucek matanya.

"Rick, ini kukembalikan ya mobilnya," ujarku sembari memandangi wajahnya yang rupawan itu.

"Ok deh."

"Ricky…."

"Kenapa lagi, Mel?"

"Aku cuma mau bilang terima kasih," ujarku sembari meneteskan air mataku.

"Emangnya aku ngasih kamu apa hari ini?" tanyanya terheran.

"Terima kasih, buat semua yang kamu berikan ke aku selama ini, termasuk kepercayaanmu kepadaku," ujarku sembari menangis perlahan.

"Mella, kamu kenapa sih sebenarnya?"

"Gak apa kok. Aku cuma bahagia karena bisa mendapat kepercayaan kamu lagi."

"Sejak awal kamu gak pernah menghilangkan kepercayaanku. Jadi gak perlu terima kasih sama aku."

"Rick, sebagai sahabat kamu, boleh gak aku meluk kamu? Anggap aja balasanku atas kebaikan kamu selama ini sama aku."

"Ya gak harus sih kamu ngasih pelukan sebagai terima kasih, tapi boleh deh."

HUG!

Setelah melepas sabuk pengamanku, aku langsung memeluknya dengan kilat. Ia tampak terkejut namun tetap membalas pelukanku. Aku menangis bahagia di pundaknya tersebut. Aku benar-benar gak bisa mengungkapkan rasa bahagiaku lagi selain dengan menangis.

"Makasih, Ricky," ujarku setelah diriku melepaskan pelukan.

"Ya, ya."

Suasana menjadi hening setelahnya. Aku menatap dengan dalam wajah Ricky. Ia hanya menatapku dengan wajah yang datar, sementara aku menatapnya dengan wajah tersenyum. Kalau boleh, rasanya aku pengen deh mencium wajah Ricky lagi.

"Mel, gak mau keluar?" tanyanya setelah sekian lama kami bertatapan.

"Eh, iya. Maaf ya, Ricky."

"Ya, makasih ya udah bawa diriku dengan selamat sampai sini."

Aku pun membuka pintu mobil dan keluar. Sebelum aku masuk ke kos, aku melempar senyuman kepada Ricky yang ada di dalam mobil. Ia turut tersenyum padaku sebelum akhirnya ia memutar mobilnya. Bertolak belakang dengan mobilnya yang sudah mulai menghilang di kejauhan, senyumku masih terpasang di wajahku sembari menatap kepergian mobilnya tersebut.

"Cieeee!" sorak para penghuni kos yang ternyata memperhatikan kami sedari tadi.

"Apaan sih?" tanyaku berpura-pura polos.

"Mel, jangan lu kira kami gak tahu ya dengan apa yang lu perbuat di dalam mobil," ujar Siska mewakili para penghuni kos.

"Emang ada apa?"

"Lu pikir kami buta apa? Pasti lu pelukan sama cowok itu di mobil kan? Nampak kok dari sini," ujar Siska yang langsung membuat wajahku tersipu malu.

"Tuh kan, merah mukanya. Cieee Mella, katanya sahabatan doang. Sahabat kok pakai peluk-pelukan sih?" Siska kembali mengolok-olok diriku yang membuatku semakin malu.

"Ihh gak ada ah. Kami ngobrol doang tahu," bantahku sebisa mungkin.

"Ngobrol kok lama banget, di dalam mobil lagi. Itu mah kumpul kebo namanya," ujar Siska yang langsung disambut tawa dari segenap penghuni kos.

"Dah ah, aku masuk dulu ya."

"Cieee Mella. Kan lu dah jadian tuh sama cowok tajir, traktir kami semua dong," celetuk salah satu penghuni kos.

"Gak ada ah aku jadian sama dia," bantahku lagi.

"Uhh kasian banget si lu, udah dikasih pelukan sama tuh cowok, masih gak dianggep pacar," celetuk dia lagi.

"Udah kubilang kan, kami sahabatan doang. Itu kan pelukan antar sahabat."

"Tapi jujur aja, lu naksir kan sama doi?" tanya mereka yang sekali lagi membuatku tersipu malu dan tak bisa menjawab.

"Cieee….yang kasmaran sama sahabat sendiri," ledek Siska.

"Aku diam-diam suka kamu~"

Aku semakin tersipu mendengar seluruh penghuni kos yang menyanyi untukku. Maka aku langsung menuju ke kamarku sebelum aku semakin malu. Setelah menutup pintu kamarku, aku langsung berbaring di ranjang. Tersenyumlah diriku sambil menatap langit-langit kamar. Duh… aku jadi teringat ciuman aku tadi deh. Aku mengambil bantal milikku dan kudekap dengan erat seolah bantal itu mewakili Ricky.

"Ricky, sebagai sahabat, boleh gak aku mencintai dirimu?"

~~~~~​

POV Ricky

Kau adalah incaran hatiku
Ku slalu memperhatikanmu
Tak henti menjadi teman berbagi

Semoga kau rasa apa yang kurasa
Dibalik senyumku ada cinta untukmu
Dibalik matamu ada hati yang menunggu

Aku diam diam suka kamu
Ku coba mendekat
Ku coba mendekati hatimu
Aku diam diam suka kamu
Semua kan indah seandainya aku bisa memilikimu~

Aku mengganti saluran radio yang ada di mobilku. Jujur saja, aku tak menyukai lagu seperti ini. Lagian aku juga sedang tidak jatuh cinta pada orang lain. Apalah arti lagu tersebut bagi diriku.

Ngomong-ngomong soal jatuh cinta, aku jadi teringat dengan Kak Kimi. Seorang gadis yang membuatku merasakan jatuh cinta terindah dalam hidupku. Membuatku merasakan bahwa sebuah cinta tak memiliki batas, walaupun ia adalah kakak kandungku sendiri. Hubungan darah tak serta merta menghalangi kami untuk jatuh cinta dan terkadang itu yang menjadi keindahan tersendiri dalam hubungan kami.

Ah, sepertinya aku benar-benar sedang merindukan Kak Kimi. Tadi saat tertidur di mobil saja, aku bermimpi sedang berada di dalam mobil Kak Kimi. Kulihat ia menghampiriku dan menciumi bibirku. Semuanya memang hanya mimpi, namun entah kenapa terasa seperti nyata. Aku benar-benar merasakan bibirku seperti menempel dengan bibir asli Kak Kimi. Ah, sepertinya cuma perasaanku saja yang sudah rindu berat dengan dirinya.

Untuk itu, aku segera berbelok ke arah kantor ayahku. Mungkin aku ingin bertemu dengan Kak Kimi dan berbicara sebentar dengannya. Setidaknya, aku harus menghilangkan rasa rindu yang mendera ini.

Sesampainya di sana, aku langsung turun dan menuju ke meja resepsionis untuk bertanya mengenai keberadaan Kak Kimi. Sayang, Kak Kimi sudah pulang duluan menurut resepsionis tersebut. Kulihat arlojiku memang sudah menunjukkan pukul 7. Kalau ia tak lembur, sudah pasti memang ia akan pulang duluan.

Dengan perasaan yang sedikit kecewa, aku pun kembali ke parkiran. Suasananya hening dan juga dingin pada malam ini. Entah kenapa, perasaanku sedikit tidak enak saat masuk ke dalam parkiran ini. Tapi kurasa, itu hanya perasaanku yang timbul akibat ketiadaan Kak Kimi.

"Tolong!"

Terdengar teriakan seorang pria yang menggema di lorong parkiran ini. Tampaknya aku seperti mengenal suara ini. Ya, ini adalah suara ayahku. Dengan perasaan khawatir, aku langsung berlari menuju ke sumber suara. Sesampainya di sana, aku sangat terkejut dengan apa yang kulihat.

"AYAH!"
 
Loh ayah, ayah kenapaa???
Ini aku yah, menantu mu :dance::dance:
 
kirain mella mau diajak ngisi kamar di apartnya ricky
Hmm mau gak ya si Ricky?
Yes artinya Ricky bisa happy ending dengan kak kimi
Maybe yes maybe no
Mantap suhu
Yoi gan
Kimmmmiiiiii

:angel::angel::angel:
Ricckkkyyy
hajar lagi si Mella Rick............. biar pentil dia segede bakso
Gila, ekstrim amat gan haha...
Makasih om updatenya....
Di tunggu kelanjutannya. Sehat slalu
Yoi gan, makasih doanya
 
Kak kimi ngumpet dimana, nih.. ;)
Ngumpet di mana ya? :huh:
Absen dulu.... author
Jngn sampai hilang nie....
Yoi gan, selalu di sini kok
Gw pantengi terus ceritanya sampe tamat
Hmm tunggu aja gan
waduh, kenapa ayahnya :eek: :takut:
Kenapa coba?
Ayah kenapa?
Kenapa oh kenapa....
Loh ayah, ayah kenapaa???
Ini aku yah, menantu mu :dance::dance:
Waduh, agan suaminya Ricky ya? :takut:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd