Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Kartonyono ninggal janji.. :sedih:

Thx banyaak atas suguhan kisahnya yg istimewaa, hu.. Ditunggu jg utk cerita2 lainnya n sukses slalu di RL..
:beer: :beer:
 
PART 54
POV Ricky

Hari ini adalah hari keduaku bersama dengan Kak Kimi semenjak kejadian itu. Kak Kimi sendiri keadaanya sudah mulai sembuh walau belum 100 persen. Sesungguhnya aku amat senang kalau Kak Kimi udah mulai membaik, namun itu juga membuatku bertambah sedih karena artinya waktu kebersamaan diriku dengan Kak Kimi bakal lebih singkat.

Pagi ini, aku bangun pada pukul 4 demi membuatkannya bubur dengan bahan-bahan yang kubeli di minimarket. Walau aku gak yakin bakal seenak punya Mama, tapi setidaknya aku berusaha dan mencoba dengan segenap cinta serta usahaku. Semoga aja sih enak biar Kak Kimi berselera buat makan.

Tidak ia sadari, saat di sela-sela membuat bubur itu, aku meluapkan tangisanku karena aku sadar aku gak akan lama lagi bersama Kak Kimi. Aku akan meninggalkan Kak Kimi ke tempat yang jauh dan tanpa tahu kapan akan pulang, mungkin jadi aku gak akan pulang lagi.

Pagi jam 7, aku menyuapi Kak Kimi seperti biasanya. Melihatnya wajahnya yang sudah berseri-seri membuatku kembali bahagia. Untuk sejenak aku bisa melupakan kalau aku bakal pergi nanti. Andai aja seterusnya aku bisa kayak gini terus.

Sepanjang hari, aku menemani Kak Kimi menonton film dari layanan streaming kami. Aku benar-benar memanfaatkan waktu ini sebaik-baik mungkin. Aku memeluk dirinya dengan mesra saat aku menonton. Kudekatkan kepalanya ke dadaku dengan harapan kalau Kak Kimi bakal terus dekat di hatiku walau diriku nun jauh di sana.

Aku turut mengenakan cincin 'My Love' pemberianku ke jari manisnya. Saat aku memasangkan cincin tersebut, ia menangis bahagia dan langsung memeluk diriku. Aku berusaha agar tak ikut menangis. Maka aku mencium bibirnya itu dan mengelus rambutnya untuk melampiaskan segala kasihku selama kemesraan ini masih berlangsung.

"Kak, walau kita gak menikah, cincin ini layak kok di jari manis Kakak."

"Makasih, Sayang."

"Aku janji, Kak. Aku gak bakal pergi. Biarlah cincin dan kalung ini menjadi bukti cintaku yang tersemat di diri Kakak yang amat kucinta." Hatiku menjerit begitu mengatakan aku gak bakal pergi. Sungguh, aku ingin menangis dan memeluk Kak Kimi serta menceritakan semuanya. Namun aku gak bisa melakukan itu, biar aku seorang yang tersakiti dan hancur, Kak Kimi gak boleh merasakan kesedihan yang kurasakan saat ini.

"Sayang, aku gak tahu gimana kalau kamu benar-benar pergi kemarin."

"Itu gak bakal terjadi. Percaya sama aku, Kak," ujarku dengan senyum lebar untuk menebarkan keyakinan positivisme yang hanya adalah kebohongan belaka.

"Hiks… Sayang. Aku benar-benar cinta mati sama kamu!" Ia langsung memeluk diriku dan meluapkan tangisannya dengan deras. Aku tak tahu kenapa, sepertinya ia merasakan hal yang sama denganku. Aku juga meneteskan air mataku dalam pelukannya.

"Aku juga sama, Kak. Aku cinta banget sama Kakak."

"Hiks… Sayang, gak tahu kenapa aku sedih banget."

"Itu cuma perasaan Kakak kok. Yuk kita senang-senang aja," ujarku sembari mengelus pipinya dan menyeka air matanya.

Kini kuajak ia untuk bermain permainan ringan yang ada di ponsel kami. Kami memainkan banyak sekali permainan seperti monopoli, ludo, ular tangga, catur, hingga werewolf. Tak terasa, sudah berjam-jam kami habiskan saat kami bermain bersama. Suasananya begitu menggembirakan seolah kalau aku gak akan pernah berpisah dengan Kak Kimi nanti.

"Ihh, Sayang. Kok kamu ngasih tahu sih kalau aku werewolf-nya?" tanya Kak Kimi agak kesal dan ia mencubit hidungku gemas.

"Hehe… maaf atuh, Kak."

"Jahat kamu ah."

"Ya udah, makan yuk, Kak."

"Iya deh, babysitter-ku," ujar Kak Kimi yang kembali mencubit hidungku.

Saat malam hari tiba, aku pun membawa Kak Kimi untuk tidur. Karena pengaruh efek samping dari obat yang ia minum, dengan cepat ia mengantuk dan terlelap. Diriku yang masih terjaga mulai meneteskan air mataku saat aku menatap wajah polos Kak Kimi yang tertidur. Aku mengelus pelan rambutnya itu dan mengecup keningnya yang masih hangat.

TING!

Ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk. Aku mengambil ponselku dan akan membacanya di luar kamar saja. Rupanya pesan tersebut dari Mama. Ia mengirimkan foto boarding pass-ku menuju ke Amerika, dimana aku akan berangkat lusa hari. Maafkan kalau aku memang cengeng. Aku langsung menumpahkan air mataku sembari menatap foto boarding pass tersebut.

Setelah aku menangis beberapa saat, aku mulai menghapus air mataku. Timbul sebuah rencana dalam diriku. Kenapa aku gak bertahan saja di rumah ini bersama Kak Kimi? Mungkin aku harus memberontak kali ini demi cinta sejatiku, whatever it takes.

Ah, tidak. Itu terlalu gila. Aku belum bisa berbuat apa-apa tanpa orang tuaku. Gak ada yang mau menerimaku bekerja hanya berbekal ijazah SMA yang bahkan belum keluar. Aku juga gak mau durhaka terhadap orang tuaku mengingat mereka lah yang merawat diriku sedari aku masih bayi.

Maka aku hanya mengirimkan emot jempol ke Mama dan menutup ponselku. Kemudian aku kembali ke kamar Kak Kimi dan melihatnya masih tertidur dengan pulas tanpa beban, berkebalikan dengan diriku saat ini. Aku membaringkan diriku dan mencoba untuk tidur, memeluk erat tubuh Kak Kimi yang sangat kucintai selagi waktu belum merenggut dirinya dari pelukanku.

~~~~~​

POV Kimi

"Morning, Kakak yang cantik bagai bidadari," sapa lembut dari Ricky sesaat setelah aku membuka mataku.

"Ah, Sayang. Pagi-pagi udah gombal ah."

"Kan cuma nyapa, Kak."

Aku sudah beranjak sendiri dari ranjangku sekarang. Sudah hari ketiga semenjak aku sakit kemarin. Berkat perawatan dan kasih sayang dari Ricky, kini aku sudah hampir sembuh, walaupun aku masih harus meminum obat setidaknya sampai besok.

"Cium dulu dong, Sayang."

"Sini deh, Kak."

CUP! Ia mengecup pipiku dengan romantis. Kemudian aku membalas mencium pipinya pula. MUACH! Aku tertawa kecil sembari memegang hidungnya yang mancung. Entah kenapa dari seluruh bagian tubuh Ricky, hidungnya itu yang paling aku suka. Udah dari kecil malahan aku selalu mainin hidung dia sampai-sampai Ricky yang masih balita pernah menangis saat aku cubit kuat-kuat hidungnya. Hihi… lucu ah kalau diinget-inget.

"Sayang, badanku udah gatel nih. Aku mandi dulu ya," ujarku sembari mencari handuk di lemariku.

"Ya udah sana."

"Mau ikut gak mandiin? Hihi…." godaku padanya.

"Gak usah, sendiri aja sana," jawabnya datar.

Saat hari pertama, gila itu menderita sekali aku tuh. Gatal banget dari ujung kepala sampai ujung kaki. Untung kemarin aku udah agak baikan, jadinya aku bisa bersih-bersih badan walau belum mandi.

Selesai mandi, aku keluar dan melihat Ricky sedang melamun di sofa. Entah kenapa, aku emang ngerasa Ricky agak berbeda dari biasanya. Banyak kali aku melihatnya kalau ia agak sedih gitu. Feeling-ku juga mengatakan ada sesuatu yang gak beres dengan Ricky. Apa sebenarnya yang disembunyikan Ricky dariku?

Saat ia melihat aku sudah keluar, tiba-tiba aja ia tersenyum. Kan ada yang aneh, biasanya dia gak tiba-tiba senyum ke aku gitu. Ini kayak dia seolah-olah pengen senyum terus ke aku kayak orang gak waras. Unnatural deh aku bilangnya.

"Kakak cantik ya kalau habis mandi gini. Nampak segar."

"Iyalah, namanya juga kena siram air jadi segar."

"Ya udah, ganti baju sana, Kak."

Kan ada yang aneh dengan cowokku ini. Kenapa sih dengan dia? Apa dia lagi kena masalah lain lagi? Apa dia udah bosan tinggal serumah denganku? Ihh jangan ah, katanya Ricky sayang sama aku.

Selesai mengenakan pakaianku, aku membuka pintu secara perlahan. Aku pun mengintip keluar. Benar aja kan, Ricky nampak kayak orang tertekan gitu. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri. Kemudian wajahnya mulai berubah juga. Ia mulai menutupi wajahnya dan… Ricky menangis?

"Sayang!" panggilku.

Buru-buru ia menghapus air matanya. Kemudian ia berlagak seolah tak ada yang terjadi. Ia menampakkan wajah cerianya namun sudah terlambat. Aku udah ngeliat semuanya dengan jelas.

"Kenapa, Kak?" tanyanya dengan suara yang ia kondisikan namun tetap sedikit serak.

"Kamu kenapa sih?"

"Ah, gak apa kok, Kak."

"Sayang, cerita dong. Tadi aku lihat kamu nangis loh."

"Gak ada apa-apa kok, Kak. Aku cuma sedih aja ngebayangin sakitnya Kakak kemarin."

"Segitunya kamu sama aku? Kan aku cuma sakit biasa." Aku sangat ragu kalau itu yang terjadi sama Ricky. Pasti ia punya sebab lain kenapa ia menangis. Kata-katanya itu gak meyakinkan sama sekali loh.

"Beneran, Kak. Buat apa aku bohong sama Kakak?" Ia membuat tanda V dengan mengacungkan jari telunjuk serta jari tengahnya.

"Sayang! Kalau kamu gak mau cerita yang jujur, aku ngambek nih," ancamku padanya.

"Silakan aja, Kak. Palingan Kakak yang nyari aku duluan."

"Ihhh, Sayang! Kamu kenapa sih?"

"Ya deh, aku jujur aja. Tapi nanti ya, Kakak makan dan minum obat dulu."

"Ihhh kamu kira aku anak kecil apa? Aku mau cerita dari kamu sekarang."

"Nanti aja aku ceritanya. Lagian aku juga lapar nih."

Aku gak kuasa lagi buat mendesak dirinya. Keras kepala banget dia. Ya udah deh, aku turuti aja keinginan dia. Kali-kali aja, dia benar-benar cerita nantinya. Maka kami berdua pun makan bersama dan habis itu, aku meminum obatku seperti biasa.

"Aku ngantuk nih, Sayang," kataku saat efek obat itu mulai bekerja dalam diriku.

"Yuk, aku temani tidur deh. Sekalian aku cerita."

"Makasih, Sayang."

Di kamarku, ia membaringkan dirinya ke sampingku. Ia juga turut memeluk dan mengecupku di kening. Kemudian ia pun menceritakan kalau ia sangat sedih melihat keadaanku yang sedang sakit. Awalnya sih aku masih gak yakin dengan ceritanya yang lebih kayak omong kosong, tapi lama-lama mataku menjadi semakin berat saja. Akhirnya aku pun tertidur tanpa sempat mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya terjadi dengan Ricky.

~~~~~​

POV Ricky

Maafkan aku, Kak. Aku gak bisa menceritakan yang sesungguhnya kepada Kakak. Maafkan aku, aku gak bisa menjadi cowok yang jujur. Maafkan aku, aku gak bisa lagi menjadi cowok Kakak lagi.

TING!

Ponselku berbunyi tanda pesan masuk. Dari Mama, memberitahu kalau ia akan sampai sebentar lagi. Huft… aku menarik nafasku dengan berat. Aku mengusap wajahku perlahan. Kutatap Kak Kimi yang sudah tertidur pulas. Kalung pemberianku masih tersemat di leher indahnya. Begitu pula dengan cincin terpasang di jari manisnya. Kurasa aku sudah meninggalkan bukti cintaku pada Kak Kimi dan kini saatku untuk… pergi.

Aku beranjak dan merobek selembar kertas dari buku tulis. Dengan pulpen milik Kak Kimi, aku mulai menulis surat yang kutujukan pada Kak Kimi. Tanpa kusadari, aku kembali meneteskan air mata lagi saat aku menulis dan jatuh ke lembaran kertas putih tersebut.

Selesai menulis, aku menyemprotkan sedikit parfumku ke kertas sebagai perlambang kehadiranku. Aku harap surat ini dapat menjadi sebuah perpisahan manisku pada Kak Kimi. Kulipat surat itu dan menaruh di atas mejanya ditimpa oleh ponsel Kak Kimi.

"Kiki, jaga baik-baik Kak Kimi ya. Hibur dia kalau sedih dan ingatkan dia akan diriku kalau dia lagi kangen sama aku," pesanku pada boneka beruang yang terpajang di ranjangnya. Wajahnya selalu tersenyum, pertanda ia membawa semangat semangat positif bagi siapapun yang memegangnya.

"Hiks… maafkan aku, Kak. Aku udah menghancurkan hati Kakak. Maafkan aku hiks…."

Aku mengecup pipinya perlahan agar tak membangunkannya. Kukecup pula keningnya tersebut. Aku mengelus rambutnya dan menciumnya sebelum aku beranjak keluar dari kamarnya. Sebelum aku menutup pintu kamarnya, aku menatap ia yang sedang tertidur selama beberapa detik. Sepertinya aku bakal kangen berat dengan Kak Kimi seumur hidupku.

"Goodbye, Sis. You will be always in my heart forever. You are truly my best lover."

~~~~~​

POV Kimi

Huhu… Ricky!

Aku menangis terisak begitu mendapati Ricky sudah tak ada di rumahku. Aku mencarinya di seluruh ruangan yang ada, namun ia tak nampak. Aku kembali ke kamarku dan terbaring di ranjangku pasrah.

Aku melihat ke arah meja dan mendapati kalau ada selembar kertas yang tertimpa oleh ponselku. Harum kertasnya mirip banget dengan parfum yang biasa digunakan oleh Ricky. Aku membuka lipatan kertas dan mendapati kalau ini adalah surat dari Ricky.

Hai Kakakku yang cantik bagai bidadari. Kurasa panggilan itu bakal menjadi panggilan terindah yang pernah kuucapkan kepada orang yang paling kusayangi. Mengetahui aku gak bakal bisa manggil Kakak dengan panggilan itu lagi, aku juga merasa sedih deh.

Aku mau minta maaf ke Kakak. Maafkan aku kalau udah tega berbohong ke Kakak. Mama dan Papa sepakat buat mengirimku kembali ke Ohio. Sebenarnya aku meminta izin kepada Mama agar aku bisa bertemu Kakak untuk terakhir kalinya. Namun begitu melihat Kakak lagi sakit, maka aku dan Mama berkompromi biar aku bisa merawat Kakak sampai sembuh.

Belakangan Kakak sering melihatku menangis sendiri. Inilah alasan yang gak sempat kuceritakan jujur kepada Kakak. Aku juga benar-benar gak ingin meninggalkan Kakak kayak gini. Tapi aku gak bisa berbuat apa-apa, Kak. Aku hanya bisa merasakan sakitnya kehilangan kekasih yang paling kucintai untuk kesekian kalinya.

Intinya, aku benar-benar minta maaf, Kak. Aku janji aku bakal menjaga hatiku buat Kakak nanti. Kelak ketika aku sudah sukses, aku akan kembali dan menjemput Kakak kembali ke sanubariku. Pegang janjiku, Kak. Aku gak akan melanggar janji ini karena bagiku ini adalah janji yang paling suci yang pernah kuucapkan.

Oh ya, tolong jaga Kiki baik-baik ya. Kalau Kakak sedang kangen dengan aku, peluk aja Kiki sebagai penggantiku. Tolong jaga juga semua pemberianku pada Kakak, aku ingin melihat Kakak berdiri di depanku lagi dengan kalung dan cincin tersebut. Tunggu aja ya aku saat aku kembali.

Tapi, kalau Kakak gak mampu untuk menunggu diriku, aku rela kok Kakak menjadi milik yang lain. Aku gak bakal sakit hati apalagi membenci Kakak kok. Mungkin kita emang gak ditakdirkan menjadi jodoh. Walau kita hanya diberi waktu bersama selama setahun, tapi aku merasa kalau aku sangat bahagia bisa tinggal bareng dengan Kakak. Aku gak tahu, apa aku bisa merasakan kebahagiaan yang sama.

Kurasa ini semua yang pengen aku sampaikan. Aku harap, Kakak dapat menungguku. Kalaupun Kakak tak sanggup, silakan aja Kak. Aku gak pernah melarang Kakak kok. Goodbye, my sweetest sister and lover. Lots of love from your dear brother and boyfriend.

Ps: tetap semangat ya, Kak. Aku harap Kakak gak galau terus dan bisa ngelanjutin kuliah Kakak. Jangan lupa makan dan minum obatnya ya
.

Hiks… air mataku mulai menetes perlahan membasahi surat tersebut. Tangisanku yang sudah mereda kembali menjadi menjadi. Aku menaruh surat tersebut dan menumpahkan semua air mataku ke bantal pemberian Ricky. Huhu… aku gak sanggup buat kehilangan kamu, Ricky.

Kudekap Kiki dengan sekencang yang aku bisa. Aku menangisi Ricky yang kini sudah direnggut pergi dariku. Orang tuaku jahat! Mereka telah mengambil kekasih tercintaku pergi dari hidupku. Kata Mama, ia akan melakukan segalanya buat membahagiakan diriku, tapi… kini ia yang merenggut kebahagiaanku pergi ke tempat yang jauh.

"RICKY! huhu…."

~~~~~​

POV Ricky

Did I disappoint you or let you down?
Should I be feeling guilty or let the judges frown?
'Cause I saw the end before we'd begun
Yes I saw you were blinded and I knew I had won

So I took what's mine by eternal right
Took your soul out into the night
It may be over but it won't stop there
I am here for you if you'd only care

You touched my heart you touched my soul
You changed my life and all my goals
And love is blind and that I knew when
My heart was blinded by you

I've kissed your lips and held your head
Shared your dreams and shared your bed
I know you well, I know your smell
I've been addicted to you

Goodbye my lover
Goodbye my friend
You have been the one
You have been the one for me

I am a dreamer but when I wake
You can't break my spirit - it's my dreams you take
And as you move on, remember me
Remember us and all we used to be

I've seen you cry, I've seen you smile
I've watched you sleeping for a while
I'd be the father of your child
I'd spend a lifetime with you

I know your fears and you know mine
We've had our doubts but now we're fine
And I love you, I swear that's true
I cannot live without you

Goodbye my lover
Goodbye my friend
You have been the one
You have been the one for me

And I still hold your hand in mine
In mine when I'm asleep
And I will bear my soul in time
When I'm kneeling at your feet

Goodbye my lover
Goodbye my friend
You have been the one
You have been the one for me

I'm so hollow, baby, I'm so hollow
I'm so, I'm so, I'm so hollow

Aku berusaha sebaik mungkin agar aku gak menangis di ruang tunggu bandara ini. Lagu Goodbye My Lover mengalun di earphone wireless milikku. Aku sengaja memilih lagu ini karena lagu ini benar-benar mewakili hatiku saat ini.

Tak bisa kugambarkan lagi betapa hancurnya hatiku saat ini. Tadi pagi, aku masih bisa memeluk Kak Kimi. Aku masih bisa mencium harum tubuhnya. Aku masih bisa merasakan halus rambut panjangnya. Aku masih bisa melihat wajah cantiknya. Aku masih bisa merasakan sikapnya yang manja padaku. Kini dan nanti, aku gak akan bisa lagi bersama dan dirinya dan itu adalah mimpi burukku yang akhirnya menjadi kenyataan saat ini.

Aku mengusap wajahku begitu suara pengumuman memberitahukan kalau ini adalah panggilan terakhir untuk penumpang pesawat Rajawali menuju ke Jakarta. Kelak dari Jakarta aku akan menuju ke New York dan melanjutkan perjalananku lagi ke Cleveland.

Langkahku terasa berat ketika harus meninggalkan bandara ini menuju ke pesawat. Dengan wajah yang lesu, aku masuk ke dalam pesawat itu. Setelah memesan minuman dingin kepada pramugari pesawat, aku membuka ponselku sebentar untuk mengirimkan foto diriku kepada Kak Kimi. Tujuanku adalah agar Kak Kimi mempunyai kenang-kenangan terakhir sebelum aku pergi. Apakah dia bakal sedih atau enggak, aku gak tahu deh.

Aku membuka galeriku dan melihat foto kebersamaanku dengan Kak Kimi. Melihat foto-foto tersebut, hatiku jadi berat rasanya mau meninggalkan dirinya. Ingin sekali aku berlari keluar dari pesawat ini, memesan taksi untuk pulang ke rumah Kak Kimi, dan memeluknya sambil berkata "aku gak bakal pergi lagi, Kak."

Kumatikan ponselku dengan alasan menjaga keamanan pesawat ini. Sejujurnya juga biar aku gak semakin terlarut dalam kesedihanku dalam mengingat Kak Kimi. Semakin kutatap foto itu, semakin besar kerinduanku pada Kak Kimi. Padahal kamu baru berpisah selama beberapa jam, tapi rasanya sudah seperti sedekade aku meninggalkannya.

"Permisi," ucap seorang wanita berumur 30an yang adalah penumpang di kursi sampingku.

"Silakan," balasku sembari memberinya ruang untuk lewat.

"Makasih."

Aku kembali ke lamunanku. Aku mengingat kembali momen-momenku bersama dengan Kak Kimi. Termasuk ketika kencan pertama kami di taman atau di saat aku menyatakan perasaanku kepada dirinya di gerai makanan di mall. Aku juga ingat harum tubuhnya di saat aku memeluk dirinya dan senyumannya yang selalu memberiku semangat setiap harinya.

"Ah, Kak Kimi. Kau memang seorang bidadari. Kau telah menyihir diriku agar aku gak bisa melupakanmu barang sedetikpun," batinku.

Tak terasa, pesawatku sudah akan lepas landas. Aku mengenakan sabuk pengaman sesuai dengan instruksi dari pramugari. Setelah beberapa menit kemudian, pesawat sudah mulai terbang stabil di udara. Aku menurunkan topi baseball milikku sebagai penutup mataku dan dalam gelapnya topi yang menutupi wajahku, aku mulai memejamkan mataku hingga akhirnya diriku terlelap.

"Goodbye, Kak Kimi. Cintaku akan terus menyertai dirimu hingga akhir hayat kita nanti."


-Tamat-​


Apakah akan berlanjut hu?
 
kimi anak kandung Orangtuanya....
Ricky anak kandung mama papanya.....
dah gitu aja........ :ngupil:
Jadi beda orang tua gitu?
Wuaaaaaaa Kimi :((
Ditinggal sendiri tuh si Kimi
Thanx upnya Hu.... :beer:
Yoi gan :beer:
Thanks updatenya suhu TS

:beer:
Sama-sama gan :beer:
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Tp ya koq tamat, hiks...
Sad ending lg..
Padahal aku ngiranya merekan bukan saudara kandung..
Ditunggu cerita baru lg dari suhu @Ichbineinbuch ..
Terimakasih..
Udah siapin kok cerita barunya, cuma ane bakal ambil rehat dulu beberapa minggu
 
:hua::sakit:
Makasih udah berbagi ceritanya dengan kami om @Ichbineinbuch, ditunggu karya om selanjutnya.
Tetap semangat dalam bekerja dan berkarya.
Sama-sama gan, ditunggu ya cerita berikutnya
Kartonyono ninggal janji.. :sedih:

Thx banyaak atas suguhan kisahnya yg istimewaa, hu.. Ditunggu jg utk cerita2 lainnya n sukses slalu di RL..
:beer: :beer:
Makasih gan atas supportnya :beer:
:mantap: :mantap: :mantap: :mantap:


waahhh, sayang sekali ceritanya berakhir sampai disini nih suhu @Ichbineinbuch

anyway, terimakasih updetnya, keep posting dan sehat selalu :beer:
Tenang aja, bakalan ada lagi kok
Sad ending 😔btw nice story suhu @Ichbineinbuch
Makasih gan
Thanks for finishing the story hu
Yoi, sudah kewajiban biar gak kentang
Apakah akan berlanjut hu?
Bisa jadi, tergantung keinginan semproters semua
Bener ni, sad ending...tapi critanya luarbiasa...bener2 klimaks suhu
Makasih gan atas pujiannya
 
lanjut cuk loh kok ke epilog wkwkw langsung ke season 2 dong aku mah orangnya ngegas dikasi kentang gini ambigu gini gak bisa aku ku tunggu season 2 kimiiiiiiii
 
Bimabet
Aaaaaa.. :tidak:
gak keresa udah usai aja Kisah "Kimi & Ricky ini.kisah Cinta 2 insan sedarah .
Ada Kala nya cinta tdk mmndang Status & Usia.karna Cinta adalah sebuah " ANUGRAH "...

ditnggu season 2 nya om Suhu @Ichbineinbuch ...

Thks bnyk atas karya yg " AMAZING" ini.
terus berkarya hu
Keep healthy
Be happy..

:beer::beer::beer:

:jempol:




Lanjut season 2 Suhu @Ichbineinbuch
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd