Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Alamak, tuyul! (Bagian 11 dst)

Status
Please reply by conversation.
Mbak Susi muncul lagi dong, iki lho BH karo sempake sampeyan tak titipno kene, teles pliket kenek semprot peju huahahaha
 
Bagian 12

Dengan gerakan cepat, Susi mencengkeram kerah baju Boy, dibantingnya tubuh lelaki botak itu ke alas kasur tempat dia disenggamai Yono tadi. Susi langsung mempreteli celana jeans Boy, menariknya turun, merobek celana dalamnya dan menggenggam batang kontolnya.

Apa yang terjadi?

Susi seperti kesetanan, deru nafas birahi keluar dari mulut sensualnya. Boy, Gembul , dan Yono terkejut dengan perubahan dalam diri Susi. Wanita rupawan nan elok tubuhnya itu seakan memancing untuk diperlakukan lebih seksual.

"Aih ssshhh... Susi mau kontolll, kontollll", ucapnya lirih sambil matanya tak lepas dari kontol panjang Boy yang sudah tegang.

Ia lalu mengelus kontol Boy dan mengocoknya pelan.

"slep, slep, slep... slep... slep... slep..."

"Hmmmmhhhh...", lenguhnya disela-sela kocokanya.

"Huooohhhh... enak mbak Susssiiiiiih... teruss... terusss...", rintih Boy merem melek menikmati tangan lembut Susi di kulit kontolnya.

"Hehe, lihat ini Mbul, Mbak Susi seneng sama kontolku, bukan kontol cilik kalian kuwi, khahahaha..."

Yono dan Gembul masih melongo dengan perubahan yang terjadi di diri Susi. Sementara Susi, sambil tanganya tetap memainkan kontol Boy, menengok ke arah Gembul, mata sayunya menggoda, sedikit tertutup oleh rambut ikalnya yang menjuntai tak beraturan. Dibibirnya tersungging senyum genit yang tipis.

"Mas Gembul..., sini kontolnya. Sini diadu sama susu gedeku..."

Gembul terbelalak matanya. Payudara Susi adalah hal yang paling difavoritkanya. Membayangkan saja tentang ucapan binal yang dilontarkan Susi langsung membuat darah kelelakiannya naik. Tak ayal, pria bantet itupun menelanjangi diri dan segera mendekati Susi.

"Hmh, sini Mbaak, aku minta sussuuuu...."

"Aih! Hihihi..."

"NYIOT"

Kepala kontol Gembul dipenyetkan pada daging payudara Susi yang kenyal. Dipencet-pencetnya bulatan susu besar itu karena sensasi hangat dan mulusnya dirasa geli di lubang kencingnya. Susi kemudian melirik Yono. Dengan tatapan nakalnya seolah memamerkan bahwa dirinya sangat binal. Tak berapa lama saking nikmatnya dirasakan pada kontol kecilnya, pejuh Gembul mendesak untuk keluar.

"Croot croot crot..."

"Aaakh aku ngecrot mbaak..."

"Hiihihi..."

Melihat kebinalan di depan matanya, birahi Yono naik kembali. Ia tak hiraukan rasa capeknya, ia mendorong Gembul yang sudah tersenyum puas untuk menyingkir. Ia lebarkan lagi paha Susi yang sedang mengocok kontol Boy. Saat melihat gundukan memek Susi yang memerah, Yono semakin tidak sabar.

Namun sayang...
kontolnya tidak mau berdiri tegak. Akibat sesaat tadi sudah mengeluarkan banyak lendir. Hanya pikiran kotonya yang bersemangat, tubuh dan staminanya tidak mendukung. Sungguh hal yang lucu Yono keasl dengan dirinya sendiri.

Menyadari itu, Susi hanya tersenyum separuh mengejek. Segera ia menarik Boy untuk tidur terlentang di bawahnya. Susi mengangkangi Boy dengan berdiri diatasnya. Mata Boy terfokus pada belahan memek tembem Susi yang anehnya nampak tidak becek, hanya lembab. Maka pelan-pelan Susi menurunkan pinggulnya, membuat bibir memeknya merekah pelan mendekati kepala kontol Boy. Andai kontol itu punya jantung, pastilah ia sedang berdebar akan dilahap oleh daging hangat nan sempit milik Susi.

"Clep"

"aih..."

"Ughh"

"mmmh... masukk mass, aakkh...", rintih Susi menikmati kontol panjang Boy semakin memasuki dirinya.

"Hi, hi, hiya mbaaak, ho'o'o'oh....", jawab Boy gemetar, ia tak menyangka memek Susi seketat itu, bahkan setelah sempat dientot Yono tadi.

"Slep, slep, slep slep, slep..."

Lancar tanpa halangan kedua kelamin itu bersenggama. Boy pun memilih merem menikmati sendi-sendi batang kontolnya diurut-urut oleh memek Susi. Pelan namun pasti pinggul Susi bergerak liar mengebor kejantanan Boy diikuti jerit nikmat dari mulutnya.

"Aaaiiih...., aahh aah aaah ah ah ah uuuh aaah...
enaaak massshhhh, ngentoootttt aahhh"

Ketiganya melongo saja melihat sosok wanita yang baru pertama kali mereka lihat sebinal itu. Gerakanya meliuk lembut dan lekukan tubuhnya gemulai. Menggerus batang kontol yang menyesaki kelaminya. Tempo genjotan pantat yang cepat namun indah.

"Splok, splok, splok, splok, splok!"

"Aaaghhh, a' a', aku ngecrot mbaak Susssiiiiiii....!"

"Aiiih, eeeh, lho, lhoooo".

"CROOOOTTT, CROOOOOTTTTT"

"Aiiiiihhh, lho piye to mas? kok wis ngecrot wae?!", marah Susi karena Boy pun tidak setahan lama yang diharapkan.

"Hh, hh, hhfffh...., aduuhh maaf mbak, soalnya wuenak tenan jepitan memekmu.."

Perlahan kontol itupun menciut dan terlepas dari memek Susi dengan sendirinya.

"Halah!"

Cuma itu kata yang keluar dari mulut Susi. Tak dipungkiri, ia belum terpuaskan. Itu juga yang disadari oleh ketiga pengojek itu. Mereka tahu betul, Susi belum puas.
Memang,
tujuan mereka adalah menikmati tubuh bahenol si janda ini, tidak ada perasaan lain. Namun siapa sangka mereka malah membangkitkan kebinalan dalam diri Susi. Di satu sisi mereka sangat senang karena mendapat mangsa seorang bidadari, akan tetapi terselip kekhawatiran mereka tidak sanggup memuaskan Susi. Padahal tak ada tuntutan untuk mereka memuaskan wanita ini. Entah bagaimana ini semua jadi diluar dugaan.

"Jadi..., berapa lama lagi Susi musti nunggu kontol mas mas ini bisa ngaceng lagi?"

"Eh?"

"Aku pengen dientot lagi..."

"Woooh, opo tenan kuwi mbak? Ndak salah denger aku?", Gembul bersemangat.

"Huehehe, dasar wanita sundal, tunggu wae nanti, pasti kowe tak entot sampe jerit-jerit", sahut Yono dengan pongahnya. Nampaknya ia merasa gemas dengan sikap Susi yang berubah menantang.

"Bhahahahaha, maen sebentar wae wis ngecrot, malah sok sok an, Yonooo!", ejek Boy.

"Hihihihi....., Susi tunggu lho..."

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di sudut lain di lebatnya belantara alam gunung kidul. Di sebuah gua yang berupa istana ghaib yang megah, di dalamnya, tak pelak pula terjadi pergulatan birahi. Namun bukanlah antar manusia, melainkan antar dua makhluk beda alam yang memiliki ikatan hubungan persahabatan yang erat. Persahabatan yang dibalut gelora nafsu dan persekutuan setan.

"Hnnngggghh... hnnnghhhh... hngghh....", dengusan wanita ular menggema di dinding-dinding gua yang gelap. Tubuh sintalnya menggoyang kontol pria tua berjenggot dibawahnya.

"Uughh, nyaiii... nikmat tenan nyaiii!"

"Diam Jenggot! Sebentar lagiiii! Sebentar lagi akan kualirkan kanuraganku kedalam dirimu! Sssshhhh.... Kontoooolll! Ngentttoooottt!!"

Tak mau banyak meracau, Mbah jenggot cuma diam menikmati senti demi senti kontolnya diremah remah oleh memek siluman cantik yang ia panggil Nyai.

"Aaaaahhh!!! Terima ini Jenggooottt.........
TEEERRIMAAAAAAAAHHHHHHH!!!!!"

"CRRRRRRSSSSSSSHHHHHH CRRRRRUUUUUYYYSSSHHH!!!"

Derasanya semburan kelamin wanita itu menyiram dan membanjiri sendi-sendi batang kontol Mabh Jenggot. Kedutanya dahsyat menjepit hingga seperti memeras kontol sampai kering.

"CRRROOOOOOOTTTTT CROOOOTT CROOT!"

"AAAAGGHH Aku juga ngecrot Nyaiiii!"

Tubuh keduanya mengejat-ejat sebeleum akhirnya jatuh dari alas batu ke permukaan tanah.

"Hh, hh, hh, matursembahnuwun Nyai...", ucap Mbah Jenggot sambil membiarkan kontolnya tergolek lemas setelah berperang birahi dengan sang siluman ular.

"Hihihi, bagus Jenggot, aku puas, dan kanuraganku sudah mengalirimu sepenuhnya.
Sekarang kau siap untuk menyelesaikan ritualmu dengan wanita itu"

"Wooh, matursembahnuwun Nyai, khekhekhe... mmh", girang Mbah Jenggot sambil menciumi kaki wanita jadi-jadian itu.

"Tunggu..., ada yang tidak beres,...", Si Nyai memejamkan mata dan bergidik, Mbah Jenggot memperhatikan dengan seksama "...Jenggot, kowe biso ngerasa...?"

Mbah Jenggot termangu, sebentar kemudian mengangguk.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ini adalah hari ketiga,
hari ketiga Susi dijadikan budak nafsu, hari ketiga pertapaan Mbah Jenggot.

Di rumah Yono, isterinya tampak melamun, memikirkan keberadaan suaminya dan apa yang sedang dilakukanya. Belum lama tadi ia memaksa anak sulungnya, Minul, untuk terus menghubungi bapaknya melalui ponsel namun tak kunjung ada respon. Karena, sejak kemarin Yono tidak pulang. Kabar terakhirnya pun ketika semalam, Yono hanya mengirim pesan singkat bahwa tak perlu menunggunya pulang, ia sedang ada urusan. Namun begitu, tiada kabar lagi setelahnya sampai sekarang.

Sementara ternyata saat ini, Yono sedang terbangun dari tidurnya dirumah Gembul. Setelah semalaman berpesta seks bersama Boy, Gembul, dan tentu saja Susi. Ketiganya masih tergeletak lemas mendengkur. Dengan mata yang masih riyip-riyip terbuka, dilihatnya disana, diujung bale, di dekat lemari, sebongkah pantat montok menungging sedang berusaha memakai celana dalam. Ternyata itu Susi yang sudah bangun dan mulai berpakaian meskipun baru BH saja yang menutupi guung kembarnya.

"HAP! Huehehe...".

"Aiih... Mas Yono, lepasin, Susi mau pake baju".

"Hahaha, ndak usah pake apa-apa sayang, ayo kita maen lagi entot-entotan", usik Yono sambil memegangi lekukan pinggang Susi.

"Aih, semalem kan wis full terus-terusan minta jatah, apa ndak capek?", Susi masih berusaha mengelak.

"Hehe, kalo sama dirimu dan susu montokmu, ndak ada capeknya..."

"Halaah, biar sampeyan ngomong gitu juga kontole sampean ndak tahan lama "

Merasa tersinggung dengan ucapan Susi, Yono naik pitam.

"HEH LONTE! AYO LAYANI AKU SEKARANG!"

"AIIH...."

Diseretnya perempuan itu menuju ruang tamu agar tidak membangunkan kedua temanya. Ditariknya kuat-kuat BH Susi dan dipreteli sampai rusak, membuat payudara gempal itu terombang-ambing. Nampak emosi dan birahi menguasai Yono sehingga memperlakukan Susi dengn brutal. Tanpa babibu langsung disosornya bibir kenyal Susi.

"Mmmh... mm... aaah..."

"Hueheheh, kowe ngerti ndak Mbak Susi? Sejak pertama aku liat kowe, aku langsung kesengsem..., aku langsung jatu cinta", ucap Yono sambil menggerayangi badan Susi, "..***pa manismu kuwi, badan bahenolmu iki, apalagi susumu... buehh... gawe aku pengin memiliki kowe"

"Aw... aah..."

"Apalagi setelah ngerasain empot ayam dari memekmu, sekarang aku yakin, aku pengin kowe dadi bojoku, ugh"

"Aih, opo mas? B, bojo? aaw...", Susi terkaget sementara Yono berusaha menggagahinya.

"Iyo Susi sayang..., jadi bojoku, istriku! Gelem to kowe?"

"Nnngh, tapi bukanya sampean wis punya anak bojo mas?"

"Aagh persetan sama mereka, aku mau punya istri lagi, istri muda alias bojo nom, huehehe...
kalo mereka ndak mau, ya tinggal kucerai dan kutinggal!"

Susi bergidik karena menurutnya ini gawat, Yono sepertinya sudah gelap mata gelap pikiran. Susi sendiri sudah cukup dalam posisi rugi karena gagalnya ritual yang dijalani, dijadikan budak nafsu begundal-begundal dusun, sekarang malah mau diperistri tukang ojek tengik.

"Ayo Susi sayang, kowe harus gelem jadi bojoku!", disaat itu Yono sudah siap menancapkan batang kontolnya yang berbulu keriting.

Sekali tancap kontol itu langsung menguak bibir memek Susi yang tembem dan ketat. Dipeganginya kedua bahu mulus Susi agar tidak berontak. Sambil terus menggerus untuk mencari "pas"nya, si pemilik kontol melihati wajah Susi. Dipandangnya lekat-lekat paras janda yang ingin dijadikanya istri itu. Matanya yang sendu dan bibirnya yang sensual, pantas sekali menjadi wanita pendamping untuk selamanya. Dirasakanya pula kulit bahu nan lembut di cengkraman jari-jarinya. Matanya turun untuk melihat peluh yang membasah diatas payudara buntal yang ngos-ngosan itu.

"AGGH... Uwenaak...", dengusnya saat kontolnya berhasil masuk.

Sementara Susi masih menahan suara dan hanya meringis, Yono sudah memulai aksi genjot menggenjotnya. Dengan posisi seperti katak terbalik, badan sintal Susi ditumbuk-tumbuk oleh badan dekil Yono.

"Hnggh... hngh... hngh...", dengusan itu beriringan dengan pacuan birahi mereka berdua.

"Aiih mmh mmh mmh ehh... uuh... mmh...", erangan Susi tertahan, karena memang sejatinya tiada seberapa nikmat yang diberikan Yono melalui persetubuhan mereka.

Meskipun menolak, raga Susi sendiri ingin merasa dipuaskan, tidak cuma dijadikan pelampiasan syahwat lawan mainya semata.

"Oogh... ssh... uwenaak tenannn.."

"Ouh... uuh... uuh... Maaasssh... ahh..."

"Huehehe... ugh... nikmati wae sayang... akulah calon suamimu... ugh ugh..."

"Aiih... ndak maas... mmh mmh mmh... ssh..."

"Wis laah... terima ae, aku pengin bikin anak karo kowe sayang... ugh"

"Aihh... jangh..annh, aah... aw, aw, aw, aw, aw" rintih Susi terputus-putus karena Yono sedang bersemangat mempercepat enjotanya.

"Ugh ugh ugh, kalo kowe dadi bojoku, tiap hari aku iso gawe anak karo dirimu... ugh ugh ugh"

"Splok splok splok splok splok splok splok splok splok splok splok," hantaman demi hantaman terus menderu.

"HNGGH... AYO AKU METENGI KOWE! HNNGH!", suara Yono meninggi seiring urat-uratnya yang menegang.

"Aiiiaah... aah aah aah... aaa' aaaaaaaa' aa'", bibir Susi menganga karena sedang tidak bisa menyelaraskan tempo entotan Yono.

"HUEHEHEHE... cah ayuu... terimalah bibit anak kita... ugh ugh, METENG KOWE, METENG!
METENG! METENG! METENG! UWWWWOOOOOGHHHH"

"CRRRT... CRRRTT..."

"AIIIIIIIIII.....HHHHHH"

Susi menjerit sejadi-jadinya saat peju Yono menyembur di dalam rongga kemaluanya. Padahal ia belum mencapai titik orgasmenya seperti sebelum-sebelumnya, Yono memang cepat ejakulasinya. Jerit itu karena ia merasakan lendir kontol yang menyemprot di dalam vaginanya, Yono sengaja menembakan didalam seperti yang ia katakan yang bermaksud menghamili Susi. Apalagi Yono kini dengan sengaja tidak mencabut kontolnya agar spermanya tidak meleleh keluar. Sambil memeluk erat tubuh janda bahenol itu.

"Uwaahhhsshhh... nikmat tenaann, huehehe... jangan bergerak dari pelukanku dulu, biar pejuku membuahi telurmu... wahaha"

"Nggh..."

Sadar dirinya sulit lepas dari dekapan Yono, ditambah lagi sekarang pintu kamar satu-satunya di rumah itu terbuka. Munculah Si Bantet dan Si Botak.

"Wooo, wedus!"

"Ngentat ngentot wae!"

"Huahahaha", tawa Yono puas, "Tenang, nanti ada giliran dewe-dewe"

Yono sengaja tidak menceritakan niatnya mau memperistri Susi karena sudah barang pasti kawan-kawanya akan melarang. Apalagi Gembul, sebenarnya dari gerak-geriknya sejak awal Yono sudah curiga pada niatan Gembul. yang ia lihat Gembul seperti menyimpan gelagat tidak rela ketika giliran yang lain menikmati Susi. Apalagi Gembul sendiri belum beristri, maka dari itulah sebelum tiba-tiba Gembul berniat memperistri Susi, Yono mencuri kesempatan dulu.

"Ah, tapi aku bosen ngentot...", ucap Gembul.

"Ya kalo bosen, Mbak Susi biar sama aku wae", sahut Gembul tiba-tiba.

"Babi! Aku belom selesai ngomong!
Aku bosen sama acara ngentot-ngentot begini wae, gitu maksudku. Butuh suasana baru, opo ngono kek"

"Pye to maksudmu, Boy?", tanya Yono yang sudah memberi ruang gerak Susi.

"Suasana baru, tempat yang bedo gitu, ojo dirumahe si Babi iki terus..."

"Woooh, aku ngerti Boy!", sahut Gembul lagi dengan berbinar matanya, "Aku punya ide apik..."

------

Matahari sudah membenamkan diri sepenuhnya di ufuk barat. Dusun Watingin kembali memasuki masa malamnya. Di rumah keluarga kecil pengojek, sang ibu yang sudah tua sedang dirundung galau karena si kepala keluarga tak kunjung pulang. Cemas dan khawatir semakin membebani fikirnya, hatinya dipenuhi perasaan tidak nyaman, amat-amat dalam. Mendekati ba'da Isya' dirinya mondar mandir keluar masuk di sekitar rumah, suaminya susah dihubungi. Sampai pada akhirnya ia menyadari ada yang berbeda. malam itu begitu sunyi. Bahkan lebih sunyi dari malam-malam yang pernah ia lalui, meski tiada warga sekampung yang lewat, kali ini benar-benar berbeda. Tak ada satupun suara bahkan cuma angin yang menggemerisikan dedaunanpun tidak. Ia mencoba mengenok ke rumah-rumah tetangga di kejauhan juga sudah sepi. Kecemasan ini lebih dari rasa khawatir pada suaminya.

Hingga akhirnya ketika ia menengok Amin, anak lelakinya di kamarnya yang sudah tertidur pulas. Juga Minul, putrinya yang tumben pamit tidur lebih awal. Si Ibupun mendadak merasakan kantuk yang luar biasa. Tubuhnya yang sudah berumur dan renta menariknya untuk segera memejamkan mata juga.

-----

"Krosak... krosak... srek..."

"Jdug"

"Aduh"

"Jalan yang bener, Gundul!"

"Sontoloyo, kowe yang nyenterinya ora genah babar blas!"

"Aiih... mau dibawa kemana ini saya mas?"

"Huehehe, tenang mbak..., kali ini kita berpesta di alam bebas"

Di kegelapan malam, tiga pria dan satu wanita itu berjalan terseok sedikit bergegas menembus semak belukar di pinggiran alas Gunung Kidul. Di tengah pekatnya hutan, hanya dua pijar lampu senter mereka yang menerangi jalan. Di depan ada Gembul yang memegangi senter dan membuka jalan, diikuti Boy dibelakangnya. Baru Susi yang seakan tidak bisa melepaskan diri dari dekat Yono yang membuntutinya. Tak ketinggalan senter tua digenggam erat Yono berlampu kekuningan yang tidak bisa memancar lebih dari dua meter.

"Tapi kok yo, aku kok aneh yo...", celetuk Boy tiba-tiba.

"Aneh piye? Kowe iki jangan macem-macem, jangan nakut-nakuti Mbak Susi lho...", ucap Yono.

"Heeh, coba kalian denger ndak?"

Seketika keempatnya terdiam sebentar dan pasang telinga tajam-tajam.

"Aku ndak denger apa-apa"

"Nah itu dia, ndak ada suara sama sekali to? Sunyi...
Sepi..."

...

"Halah, yo wis to ndak usah mikir yang ndak penting, yang penting saiki kita segera ke TKP", sergah Gembul.

"Ngomong wae, daritadi juga ndak sampe-sampe, emang mau kemana to?"

"Huehehe... aku punya ide brilian, yaitu kita berpesta seks di pelataran sana, deket sawah"

"Wuidiih mantep juga idemu Mbul!"

"Huihihi, iya dong, bayangin aja ngentotin Mbak Susi di alam terbuka, tengah malem diterangin bulan, ssshh ahh sensasinya brooo...!
Kontolku wis nyut-nyutan iki!"

"Hmm, nah kae... sawahnya wis terlihat", seru Boy bersemangat, "...tapi, aku kok kebelet mau kencing dulu, ukh", tambahnya sambil menarik-narik bagian selangkanganya.

"Hahaha, jangan dihabisin Boy, nanti pelermu kosong ndak bisa ngaceng"

"ASUU..."

Selepas itu Boy berlari kecil ke pinggir sawah diujung hutan yang ditumbuhi ilalang yang lumayan tinggi. Sementara Gembul, Yono, dan Susi telah sampai ke tempat eksekusi.

"Waduuh, alam terbuka sih alam terbuka, tapi kalo ndak ada alasnya, bisa-bisa kontolku gatel-gatel"

"Tenang Yon, kalo kuwi wis kupersiapkan, ini sebelah ini sawahnya Pak Lurah, digubuknya itu ada tikar, biar kuambil", tunjuk Gembul.

Kemudian Gembul berlari kecil kearah gubuk reot di pinggir sawah. Dilain tempat, untuk menuntaskan hajatnya Boy memilih rimbunan pohon pisang yang terlihat tua dan tidak terawat, karena memang mungkin bukan kebon berpemilik.

"Cuuuurrrrrrr....."

"Dari bocah aku idup disini...,
ssh, Brrr, ....ndak pernah kayaknya alas sesepi ini", gumam Boy sambil bergidik ketika kencing.

Untuk memecah hening, Boy mencoba bersiul-siul sambil menebar pandangan ke sekeliling. Fokus matanya terhenti saat menuju sela-sela dua batang pisang yang letaknya kurang lebih 5 meter di sebelah kiri.

"Wih, opo kuwi? Kayak pohon pisang tapi kok putih...", katanya sambil memicingkan mata,"Jangan-jangan... HIII".

Sementara air kencingnya masih mengucur, bulu kuduknya merinding seketika.

"Ugh, ayo dong cepetan abis!", gerutu Boy pada batang penisnya.

Penasaran ia mencoba melirik dari sudut matanya ke arah kiri, sosok tersebut sudah hilang.

"Huffth...,"perasaan lega,"...eh tapi, kalo ndak ada, berarti tadi beneran bukan pohon! Wuaduuh..", dalam hatinya Boy pun kembali panik.

Keringat dingin membasahi botaknya seiring air kencingnya yang sudah mau habis.

"Ayoo cepetaaaan....", gumamnya ingin segera kembali ke tempat kawan-kawanya.

Baru ketika ia menyentil-nyentil kemaluanya untuk menghabiskan tetesan kencingya, kepanikanya semakin menjadi akrena sosok tadi muncul di sebelah kananya. Ia tidak berani menengok, tapi sudut matanya melihat buntalan kain putih seperti guling. Itu saja sudah cukup membuatnya ketakutan setengah mati.

"Adooh emaak maak, ngimpi opoo aku kok didatengi bangsa beginiii...", nada suaranya gemetar.
"Ugh, uugh...., sontoloyo ini resleting kok ya susah banget ditarik!!"

"Krasak"

Saat ia dengar daun pisang kering di tanah yang berbunyi, ia mendapati sosok itu melompat ke arahnya. Maka Boy segera balik badan tanpa menutup resletingnya, membiarkan penisnya terjuntai. Namun sosok makhluk berkafan putih itu melompat lagi dan menampakan diri tepat di depan batang hidungnya. Kini ia berdiri berhadapan dengan makhluk itu, makhluk yang lebih tinggi darinya, tubuhnya terbungkus kain kafan lusuh yang terikat simpul di kaki, tangan, dan atas kepalanya. Wajahnya rusak dengan tatapan yang mendelik memelototi Boy.

"POOCCCOOOOOOOOONGGGG!!!!!!!!"

Bersamaan dengan itu air kencingnya mengucur lagi saking ketakutanya, membasahi sekujur kaki dan celana jeans-nya.

Kembali pada Gembul yang sedang berada di gubuk terbuka milik sawah Pak Lurah, nampak sedikit kesusahan mencari tikar karena pancaran senternya semakin meredup.

"Maas..."

"Eh?", Gembul mendengar suara memanggil meski ia tengok kanan kiri tak ada siapa-siapa.

"Hihihi... maa~s...", lagi-lagi suara manja yang sama, membuat Gembul mencari-cari arah suara itu.

"Disini lho maa~ss... hihihi..."

"We'elhadalah! Ngagetin aja Mbak Susi ini!", sont ak Gembul terkaget karena sosok wanita itu tiba-tiba muncul disampingnya.

"Hihihi..."

"Ngapain nyusul kemari Mbak? Udah kowe tunggu disana wae, nanti tikernya aku bawa kesana".

"Hihihi... ndak mau~, aku mau disini sama Mas Gembul~"

"Hah?"

"...Susi ndak mau disana sama Mas Yono, orange galak dan kurang mesra~, Susi mau sama Mas gembul wae~ hihihi...", rajuk Susi manja.

Gembul yang sedari tadi sibuk mencari tikar mulai mengamati sosok Susi di depanya. Wanita bahenol dengan payudara besar yang menyembul dari lilitan jaritnya terlihat menggiurkan. Tanpa sadar ia menelan ludah, bersamaan dengan untaian tangan Susi yang membelai lehernya seolah memamerkan betapa mulusnya tengkuk dan ketiaknya. Kegelapan malam tidak meredupkan tampilan tubuh Susi seutuhnya. Ditambah satu kakinya ditekuk membuat jaritnya berbelah sampai nyaris menunjukan bagian pangkal paha mulusnya.

Napas Gembul mulai memburu, yang disambut oleh kedua tangan Susi membelai dada dan bahu Gembul. Terus melingkarkan tangan di gempalnya leher Gembul. Susi memajukan badan untuk merapatkan perut seksinya pada perut buncit pria itu. Kini tubuh mereka saling berhadapan dan beradu dada. Seakan terhipnotis oleh aura sensual Susi, badan Gembul terdorong untuk jatuh ke dalam gubuk. Diikuti tindihan badan Susi padanya, membuatnya hanya terdiam dan bernafas ngos-ngosan. Satu kaki susi menekuk untuk mengunci posisi Gembul dan membuat balutan jarit yang menutupi pantat semoknya terangkat.

Gembul hanya bisa pasrah ketika Susi membuka bibir kenyalnya dan mulai melumat bibir pria tambun itu. Tanpa ia tahu... punggung wanita yang menindihnya bolong...


Di waktu yang sama,
Susi sedikit menggigil karena tidak ada kain yang melilit badanya kecuali satu balutan kain jarit sejak ia diculik oleh ketiga pengojek itu. Disampingnya seakan tidak ingin melepaskan mangsanya, ada Yono dan matanya selalu menyisir lekuk-leku tubuh Susi dari atas sampai bawah, memperhatikan wanita itu tanpa henti.

"Ckckck... ndak salah aku memilihmu Mbak Susi, kowe akan jadi istri terbaik untukku"

"Aih aih, sadar Mas Yono! Kowe iki punya istri dan anak kan?"

"Agh aku ndak peduli! Akan kutinggal mereka untuk hidup bersamamu seterusnya. Aku pengin kowe jadi miliku, dan kita bisa entot-entotan tiap hari, hahaha"

"Aku ndak mau jadi istrimu!"

"Diem! Kalau kowe jadi istriku, kowe adalah miliku, jadi Si Gundul dan Si Babi ndak bisa lagi menyentuhmu! Ayo lekas kita menggelar pesta perkawinan kita, hahaha"

"Aih! Jangan edan mas!"

"Hahaha, aku pancen edan... keedanan dirimu! Huahahaha!
HUAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHA..."

"KHEKHEKHEKHEKHE..."

"JDUAK!"

"BRUGH!"

"KRASAK!"

Tiba-tiba Yono jatuh tersungkur di tanah setelah sesuatu menghantam belakang kepalanya. Sementara yang menghantam ternyata adalah sosok manusia tua yang kemudian turun pelan bagaikan melayang. Jenggot dan rambut tipis beruban menghiasi kepalanya yang keriput. Masih dengan baju komprong lusuh yang terbuka memperlihatkan dada sampai perutnya yang kurus kering, dan celana cingkrang berwarna hitam. Sosoknya yang kerdil tidak bisa menghalangi aura pekat mengancam yang entah kenapa membuat Yono menjadi tidak nyaman.

Melihat itu, mata Susi berbinar, "Mbah Jenggot!"

"Khekhekhekhe, piye kabarmu nduk cah ayu?"

"A, a, a...", Susi menjadi gagap karena saat ini perasaanya berkecamuk, antara kaget, senang, dan takut. Takut karena ia gagal menjaga amanah Mbah jenggot untuk menjaga janin tuyulnya.

"Hop, aku wis ngerti semuanya nduk...", ucap Mabh Jenggot yang membuat Susi lega, "...menyingkirlah dulu biar kuurus si Kamp..."

"SETAN ALASSSS!!"

Dengan gerakan cepat Yono menerjang ke arah Mbah Jenggot. Namun seperti sudah membaca gerakan Yono, Mbah Jenggot melompat untuk menghindar.

"Heit, khekhekhekhe..."

Masih dengan tawa khasnya, dukun tua itu bersalto di atas kepala Yono dan menyentil telinga pria paruh baya itu. Namun itu bukanlah sentilan biasa, seketika kuping Yono bengkak memerah seperti disengat tawon. Hal itu sontak emmebuat Yono semakin marah dan berniat segera menghajar Mbah jenggot.

"ASU! HEH, DUKUN GENDENG! NGOPO KOWE BALIK MANEH KEMARI?!"

"Khekhekhe... asal kowe tau, aku balik kesini bukan buat kowe, tapi buat Susiku yang susune guedi itu, khuekhekhekhe"

"HUAHAHA, SUSI ITU BOJOKU, ISTRIKU! KOWE NDAK BISA LAGI MENYENTUHNYA, MELIHATNYA ATAU BAHKAN MEMBAYANGKANNYA WAE NDAK AKAN KUBIARKAN!
NDAK KAPOK APA KOWE TAK HAJAR SAMPE BONYOK?!"

"Aduh aduh aduh, kowe jotosin aku dulu juga keroyokan, ndak berani satu lawan satu, khekhekhe..."

"BANGSAT, KOWE PIKIR AKU NDAK BERANI? AYO MAJU!"

"Boleh wae, thole..."

Sambil mengepalkan tangan dengan erat, mata Yono dipenuhi kemarahan menatap tajam ke Mbah Jenggot yang ada di depanya. Namun yang terlihat ada semacam asap hitam yang mengepul dan membentuk sosok makhluk tinggi besar dari punggungnya. Bayangan itu samar namun jelas sangat besar menaungi tubuh Mbah Jenggot yang kerdil. Dari jarak beberapa meter saja, Yono merasakan aura yang mengerikan mengintimidasinya. Menatap Mbah Jenggot yang menyeringai saja, ternyata membuat Yono gemetar dan mengeluarkan keringat dingin.

"Mm.. MBUULLL!! GEMBULL! ...BOY...", teriak Yono memanggil teman-temanya.

Mbah Jenggot mengambil langkah mendekat, masih dengan seringai mengerikanya. Ia sedikit menundukan kepala namun tetap fokus menatap Yono sambil merentangkan tanganya.

"WOI, BABI! GUNDUL! DIMANA KALIAN?!", Yono mulai panik.

"Lho... ono opo Yon? Bukankah tadi kowe ngomong mau satu lawan satu denganku?", suara parau Mbah Jenggot terdengar menyeramkan.

"HAAAAAAAAGGGGHHHHH..."

Maka dengan kekuatan penuhnya, Yono menerjang Mbah Jenggot. Satu kepalan tangan yang menuju pipi kirinya dapat Mbah Jenggot tangkis dengan mudah. Berganti pukulan Mbah Jenggot yang langsung tajam ke perut Yono.

"BUGHH!"

"UOHOGHK..."

Telak. Sanggup membuat Yono memuntahkan darah. Dilanjutkan dengan tinju dan tendangan bertubi-tubi.

"DUGH... DUAK... BUGH... BUGH... DIEGH!"

"Khekhekhekhe"

"DUAGH... DIESH!"

Tak memberi kesempatan Yono untuk membalas, bahkan untuk berdiri tegak, Mbah Jenggot terus melancarkan serangan. Seakan tanpa belas kasih, raut wajah tua itu seperti orang sinting, menghajar Yono sampai bonyok. Sulit diterima nalar sebenarnya bagiamana melihat seorang tua bertubuh kurus menghajar pria dewasa.

"TUNGG..."

"BUOGH!"

"CUKU..."

"DUAGH!"

Susi yang melihatnya dari kejauhan terbersit perasaan kasihan, namun ketika ia ingat bagaimana Yono memperlakukanya, berniat mengawininya, menghamili dan menanamkan benih anak padanya, ia enggan melerai. Dia cuma diam sampai...

"BUOHOOKH... UUHUUOOGHK"

"Khekhekhe... wis kedua kalinya kowe muntah darah, mana perlawananmu Yono?"

"Hh... hh... hh... bedebah...", ucap Yono sembari terengah-engah.

"Khekhekhe... khekhe... khekhekhe...", Mbah Jenggot cuma terkekeh bagai orang kesetanan, membiarkan Yono terhuyung-huyung mundur dan jatuh tersungkur dengan mulut penuh darah.

Mata Yono berkunang-kunang, kepalanya sangat pening setelah dihantam berkali-kali. Ia sempat penasaran dimana Gembul dan Boy kenapa mereka tidak lekas kembali. Namun ia tidak menyia-nyiakan jeda waktu ini, ia ingin segera menghimpun tenaga untuk balas menghajar Mbah Jenggot. Disaat dia memandang kedepan, Mbah jenggot sudah tidak ada. Ternyata dukun itu sudah berada di dekat Susi dan tampak sedang membicarakan sesuatu dengan wanita itu. Melihat sosok wanita pujaanya hanya berdiri bersebelahan dengan dukun itu, Yono dinaungi rasa cemburu dan marah. Maka kemurkaanyapun naik lagi.

"WOI DUKUN EDAN! AYO! SEKARANG GILIRANKU!
KUBUNUH KOWE!!"

"Khekhekhe...", dengan santai Mbah Jenggot melompat, satu lompatan yang langsung sampai di depan muka Yono. Seperti jurus meringankan tubuh di film-film silat Mbah Jenggot menampar muka Yono sebelum pengojek itu bergerak.

"PLAK... PLAK..."

"Khekhekhe... dasar bocah nakal!"

"PLAK, PLAK, PLAK, PLAK, PLAK"

"Kowe ndak tau sedang berhadapan dengan sopo, khekhekhe..."

"PLAK, PLAK, PLAK, PLAK, PLAK"

"Jangan ngimpi bisa ngedapetin Susi, menyentuhnyapun kowe ndak akan kuijinkan, khekhekhe..."

"PLAK, PLAK, PLAK, PLAK, PLAK"

Mbah Jenggot mempermainkan Yono dengan terus-terusan menampar mukanya bagaikan mengomeli anak kecil. Dukun ini memang sinting.

"BRUGH", lagi-lagi Yono tersungkur.

"Khekhekhe, aku rasa iki wis cukup. Akan kubawa Susi pergi," ucap Mbah Jenggot menyudahi, yang kemudian langsung menghampiri Susi.

Sebal sekali. Hanya itulah perasaan Yono, ia benci mengakui ia telah kalah oleh Mbah Jenggot. Melihat Susi berjalan pergi dengan dukun itu, Yono hanya bisa berteriak.

"HAHAHAHAHA... BIARPUN AKU BEGINI, SUSI SUDAH KU ENTOT, ******!!
AKU WIS MENGENTOTNYA BERKALI-KALI! UWENAK TENAN RASANE HAHAHAHA!
PEJUHKU WIS KUSEMPROTKAN DI MEMEKNYA!
DI RAHIMNYA AKAN TUMBUH ANAKKU!
MESKIPUN DIA NDAK BERSAMAKU! ANAK ITU ADALAH ANAKU!
DAN DIA ADALAH BOJOKU!
MAMPUS WAE KOWE JENGGOOOOOOTTT!!"

Mendengar umpatan Yono itu, mbah Jenggot terhenti dan Yono melihat itu. Kemudian tersungging senyum sebal bercampur kepuasan di wajah Yono. Mbah Jenggotpun menoleh pada Yono, menatap nanar yang bukan tatapan marah, melainkan tatapan kasihan bersama seringai mengejek.
Tiba-tiba dada Yono menjadi sesak.


Bersambung...




 
Setelah 2 tahun gak update. Makasih hu. Semoga lancar update nya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd