Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Alamak, tuyul! (Bagian 11 dst)

Status
Please reply by conversation.

doubleo

Semprot Kecil
Daftar
20 Mar 2016
Post
80
Like diterima
183
Bimabet
Silahkan dibully, silahkan diprotes, asal jangan minta segera diposting lanjutanya.
japri aja kalo mau tau kenapa berlanjutnya saaangaaat laaamaaa, barangkali bisa membantu hehe.

Karena mungkin hanya sedikit penikmat cerita ini, dan mungkin hanya beberapa yang masih eksis di forum ini, terima aksih dan silahkan dibaca.
Buat yang belum tau ini cerita apa dan berkenan mengikuti dulu silahkan ke sini
Bagian 1 - 9 https://v1.semprot.com/threads/alamak-tuyul.1187741/ (maaf indexnya kacau setelah terkunci)
Bagian 10 https://v1.semprot.com/threads/alamak-tuyul-bagian-10.1241057/

Selamat Membaca
Bagian 11

"Jgrek grek grek grek grek..."

"Buu..."

"Hm?"

"Bapak kok belom pulang yo?"

"Embuh, tumben-tumbenan sampe jam segini belom sampe rumah lho".

"Iya lho, wis jam setengah sembilan gini..."

"Wis to, palingan lagi nganterin penumpang sampe jauh, atau lagi nongkrong dirumahe paklikmu Gembul..."

"Jgrek grek grek grek grek..."

Di malam hari suasana rumah Yono, terlihat percakapan antara Amin, putra Yono dengan ibunya yang sedang menjahit. Nampak sang putra yang selesai mengerjakan PR sedang heran karena tak biasanya si bapak belum pulang. Tak jauh dari keduanya, si kakak perempuan terlihat menyamankan diri di kursi depan TV. Paha mulusnya terekspos jelas karena ia hanya mengenakan celana pendek ketat, begitu pula lengan, bahu, ketiak hingga dada putihnya terlihat jelas akibat singlet yang nampak kekecilan.

"Atau jangan-jangan, bapak digondol demit gunung kidul, hihihihi..."

"Hus, Minul! Jangan nakutin adekmu!", tegur sang ibu.

"Hihihi..."

"Lagian kowe ini lho, malem-malem gini kok cuman pake singlet! Awas masuk angin!"

"Halaah ibuk, wis to enakan gini... lebih lega...", jawab Minul.

"Wuu, biar dicokot nyamuk kowe Mbak!", celetuk si adik.

"Nyamuk e yang tak cokot balik!", jawab Minul lagi tak mau kalah.

Tak lama berselang terdengar suara motor butut Yono diluar rumah.

"Krung krung krung krung krung.... Jglek"

"Biar aku wae yang bukain pintu!", seru Amin bergegas membukakan pintu untuk bapaknya lalu melihat bapaknya masuk dan langsung duduk di kursi.

"Bapak kok baru pulang?", tanya istri Yono, ia menangkap raut wajah gembira dari muka Yono. Seperti orang yang sudah puas dan bahagia.

"Nul, bikinin bapak kopi", perintah Yono seakan tak menggubris pertanyaaan istrinya.

"Ah Bapak, lagi pewe iki...", gerutu Minul, meski begitu gadis ayu itu tetap beranjak ke dapur.

"Biasalah bu... penumpang jauh", jawab Yono acuh.

"Wah, berarti dapet duit banyak dong Pak?", tanya Amin bersemangat.

"Eh, anu... ya cuma sedikit soalnya tadi dipinjem Gembul...", Yono beralasan.

Istri Yono sedikit merasa aneh dengan jawaban Yono, namun ia tidak begitu menggubrisnya, ia tetap melanjutkan pekerjaan jahitanya. Ia berpikir suaminya pastinya lelah bekerja seharian dan tidak ingin membebaninya dengan pertanyaan. Kemudian si Amin terlihat membereskan buku-bukunya. Dari balik gorden dapur, Minul muncul membawa secangkir kopi lengkap dengan cawanya. Ditaruhnya kopi itu di meja depan bapaknya yang sedang senyum-senyum sendiri.

"PLAK!"

"AW!"

"Ish, bapak! Salah Minul apa kok pantatku dipukul?!"

"Heh, ini lho nyamuk", jawab Yono menunjukan nyamuk mati di telapak tanganya.

Benar saja, ada bekas gigitan nyamuk membentol kecil di paha belakang minul agak keatas nyaris dekat pantat kencangnya. Namun lucunya bekas itu bertambah parah dengan bekas memerah akibat tamparan tangan Yono yang kelewat keras. Jadilah pantat putih itu kemerah-merahan. Minul dengan bersungut-sungut kembali kekamarnya mencari minyak kayu putih.

Sementara Yono, dalam lamunanya setelah tanpa sengaja merasakan kenyalanya bokong putrinya sendiri, teringat tubuh Susi...

"Ooh... Mbak Susi...", lirih Yono pelan.

[HIDE]Di suatu sudut lereng bukit gunung kidul, di tengah lebatnya rimba dan dinginya malam. Di sebuah tempat tak kasat mata, berupa gua dan bebatuan ditepi tebing yang menghadap langsung dengan samudra selatan. Sudah barang pasti tak ada satu manusia biasa yang mampu datang atau bahkan mendekat ke area ini. Jangankan manusia, bangsa lelembutpun hanya yang berilmu tinggi yang sanggup menjamah wilayah ini. Bersama gelapnya langit tanpa rembulan semakin membuat pekat tempat itu.

Di dalam sana, sesosok tubuh tua sedang bersemedi diatas batu berlumut. Disekitarnya tumbuhan merambat disegala arah. Wajah tuanya semakin terlihat kusam dan tidak terawat. Yang paling mengerikan adalah tubuhnya terlilit oleh seekor ular sanca yang terus bergerak. Lidah ular itu meliliti jenggot putihnya. Di kepala ular itu berkilapan seperti mahkota kecil. Mata ular itu menyala merah namun si tua itu tak bergeming sedikitpun. Sampai akhirnya ular tersebut menyusur turun ke tanah, melingkarkan tubuhnya dan mengeluarkan sinar kemerahan.

Sinar itu semakin terang dan semakin terang sampai menerangi seluruh penjuru gua. Tak lama, sinar itu berubah bentuk membetuk suatu wujud tubuh wanita. Sosok tersebut berwujud layaknya manusia dengan lekuk-lekuk tubuh yang indah. Wajah cantiknya bagaikan bidadari, berambut panjang dan bermahkota delima, mengenakan kemben merah yang membungkus dadanya yang padat, serta jarit merah pula, dihiasi berbagai perhiasan keemasan di pergelangan tangan, kaki dan lehernya.

"Jenggot...", gumam wanita itu lirih.

Mbah Jenggot seketika membuka matanya perlahan dan tiada raut terkejut dari mukanya.

"Nyai..."

-----------------------------------------------------------------------

Di sebuah rumah sederhana di salah satu ujung dusun Watingin. Rumah yang sedianya hanya memiliki satu penghuni karena dirinya belum beristri dan tidak memiliki sodara yang bertempat tinggal dekat.

"Cruuut... crut... crut..."

"Agh... wuenak Mbak Susiiiihh..."

"Aih aih... hihihi ngecrotnya kok dikit dikit mas Gembul..."

Di dipan berkasur kapuk dengan sprei berserakan, nampak seorang pria bantet sedang duduk berkeringat dengan kaki berselonjor. Dada gempal diatas perut buncitnya kembang kempis seiring napas kelelahanya setelah mengeluarkan air mani. Mata kantuknya masih dipaksakan melihat sosok janda cantik yang bersimpuh diantara kakinya. Wanita berdada besar yang sudah berhasil memuaskan kontolnya dengan kuluman mautnya itu adalah Susi. Cipratan pejuh di pipinya ia lap saja dengan sarung bantal seadanya.

"Hh... hh... aku ngantuk mbak... hh..."

"Kalo ngantuk ya bobok to mas...", jawab Susi sambil menyanggul rambut indahnya keatas, memperlihatkan ketiak mulusnya.

"Tapi aku mau mimik dulu dong... huehehe...", kata Gembul dengan senyum cabulnya.

"Yo wis tak ambilke aer dulu..."

"Lho, maksudku kuwi tolong susuin aku mbak... biar boboku nyenyak huehehehe"

"Aih, wis tua kok masih kayak bayi lho Mas Gembul iki..."

Meski begitu, tak ada penolakan dari Susi. Ia geser tubuhnya keatas, bersandar pada kepala ranjang lalu berbaring menyamping menghadap Gembul. Ia letakan bantal untuk menyangga payudara montoknya seakan mempersilahkan Gembul. Oleh gencetan bantal dari bawah dan gravitasi dari atas, membuat sepasang buah dada bulat itu saling menempel kencang. Maka tak mau membuang waktu Gembul langsung memposisikan tubuhya berbaring juga menghadap pada payudara itu dan mencaploknya.

"Homym..."

"Aih"

"Nyup... nyup... nyup... nyup..."

Sambil mulai memejamkan mata, Gembul mengenyot bagaikan bayi yang disusui ibunya. Sedangkan tangan Susi mulai membelai rambut ikal Gembul, mengelusnya agar pengojek cabul itu segera terlelap.

Bukan

Ini semua bukan kemauan Susi tentu saja. Ia melakukan ini karena terpaksa, ia sudah menimbang-nimbang dengan benar, bahwa tidak ada cara lain selain ini. Ia memilih untuk mengulur waktu dan memuaskan nafsu birahi ketiga pengojek dusun itu tanpa membiarkan mereka menyetubuhinya.

Susi ingat betul siang tadi sesaat setelah dirinya memuaskan nafsu Yono, Gembul, dan Boy, tubuhnya diseret-seret untuk dibawa pergi dari gubuk kediaman Mbah Jenggot. Ketiga pengojek itu sempat berdebat panjang sampai malam bahwa akan diapakan dirinya setelah ini. Ketiganya sudah barang pasti sangat menginginkan Susi. Namun tidak mungkin mereka membawanya pulang, terutama Yono yang sudah memiliki anak istri dan Boy yang baru saja memiliki istri. Akan tetapi mereka berdua juga tidak setuju jika Gembul yang mendapatkan jatah menyembunyikan Susi dirumahnya.

"NDAK BISA! Enak di dia dong berarti! Mbak Susi bisa dicabulin terus sama Babi ini!", tegas Yono mengatai Gembul.

"Lha terus piye, kan yo cuma aku yang tinggal sendirian...", jawab Gembul pede.

"Ah, mending kita cari rumah kosong atau ungsikan ke mana gitu. Jadi ndak ada yang lebih deket sama Mbak Susi! Biar adil!", usul Boy.

"Bener juga! Oke besok kita cari tempat kosong!", Yono langsung menyetujui.

"Yo wis, biar malem ini Mbak Susi nginep dirumahku dulu. Tenang wae, ndak akan kubiarin dia kabur... huehehe"

"Yo wis lah mau gimana lagi... bejo tenan kowe babi setan!", kata Yono sambil tetap memaki.

Setelah Susi dipakaikan kemben seadanya untuk menutupi tubuhnya, Susi dipaksa ikut pergi dari tempat itu untuk menuju ke rumah Gembul yang kebetulan berada di ujung dusun. Sengaja mereka melewati area persawahn yang sepi agar tidak diketahui warga dusun yang mungkin masih beraktifitas di jalan.

Tak ada pilihan lain bagi Susi, jika ia melawan tentu dia akan dibunuh atau malah dilaporkan ke warga yang menyebabkan gagalnya ritual pesugihan yang ia jalani. Yang paling penting baginya adalah menjaga rahimnya agar tidak terisi oleh sperma lelaki lain. Ia wajib menjaga janin tuyulnya. Ia berpikir yang ia perlukan hanya memuaskan birahi ketiga pengojek dusun itu. Toh mereka bukan orang yang bisa berulang kali ereksi. Jikalau ia bisa melayani nafsu mereka sebelum dientot, tentulah ia aman. Maka ia harus pintar-pintar bersandiwara dan menyamar.

Maka disinilah ia sekarang, menyusui pria cabul untuk mengantarnya tidur.

''tiga hari...", gumam Susi dalam hati," ya... hanya tiga hari, Mbah Jenggot pasti akan datang membawaku pergi, aku harus bertahan..."

Tapi rencana tidak selalu seiring sejalan dengan kenyataan.

Adalah dorongan kebutuhan biologis dari dirinya sendiri...

Seperti halnya malam ini, puting susu dan daging payudaranya yang terkenal sensitif dengan rangsangan lagi-lagi menggugah birahinya akibat sedotan Gembul yang sedang tidur sambil menyusu, kembali dinding memeknya berkedut-kedut dan melembab...

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Subuh sudah berlalu cukup lama pagi itu, di rumah Yono, Amin terlihat sudah selesai keluar dari kamar mandi karena memang kebiasaan anak itu yang selalu mandi pagi lebih awal. Disaat sedang menjemur handuknya disamping rumah, anak itu mendengar suara mesin motor bapaknya. Karena penasaran ia menyibakan jemuran lain dan melihat sang bapak beranjak pergi nampak tergesa-gesa memacu motor bututnya.

"Krung... krung... krung... krrrruuuunggggg...."

Baru ingat bahwasanya si bapaklah yang selalu mengantarkanya sekolah tiap pagi, Amin bergegas menemui ibunya.

"Buuk, buuk, kae bapak kok wis pergi ngojek? Lha yang nganter Amin sekolah siapa?"

"Lho, lho... iyo, lha bapak kae piye to? kok pergi ndak pamit... wis sana bangunin mbakmu, suruh dia yang nganter kowe nanti!"

Memang setelah melewati ujian kelulusan SMA, kegiatan Minul hanyalah dirumah sambil menunggu pengumuman kelulusan dari sekolahnya. Maka gadis itu tidak nampak bangun pagi untuk bersiap sekolah. Saat mau membangunkan kakaknya, Amin menyingkap tirai kamar kakanya itu, tepat saat itu juga Minul hendak keluar kamar. Dengan singlet putihnya yang salah satu talinya melorot kebahu hingga menampakan dada kencangnya yang membuncah, Gadis itu mengucek-ucek matanya. Rambutnya yang awut-awutan menutup matanya juga, jadilah Amin dan Minul bertabrakan.

"Jduk!"

"Aduh!"

"Aw"

Kepala Amin memebentur dagu Minul cukup keras.

"Bocaah! Kalo jalan liat-liat!", gerutu Minul.

"Mbak Minul wae yang masih ngantuk! Aduh sakit...

Coba tadi nabraknya susu Mbak Minul, pasti empuk, ndak sakit gini..."

"Woooh, bocah geblek, masih kecil ngomonge saru!

Buuk, ini lho anakmu omonganya cabul!"

"Hish, wis wis, ojo bertengkar wae, kwi adekmu nanti anterke sekolah, bapakmu wis berangkat", jawab si ibu acuh.

"Tumben...", batin Minul dalam hati.

Sementra itu dirumah Gembul,

Di alam bawah sadar Susi yang sedang terlelap tidur di ranjang Gembul. Wanita molek nan cantik itu sedang bermimpi. Dalam mimpinya ia sedang dicumbu mesra oleh mendiang suaminya. Ia mendesah-desah dan mneggeliatkan tubuh montoknya, keringatnya sudah membasahi sprei Gembul yang memang sedari malam sudah acak-acakan. Gejolak birahi yang dipendamnya seakan bersambut dengan digumulinya dirinya oleh sang suami di alam mimpi. Dengan perkasa, suaminya menindih tubuhnya, membuka pahanya lebar lebar dan memposisikan kontolnya di depan memek tembem Susi.

"Aah...", Susi mendesah pelan saat penis sang suami menyeruak masuk

Cukup lama bagaimana kontol si suami dirasakanya mengulik-ulik liang kewanitaanya untuk mencoba menelusup semuanya. Susipun memeluk dan mendorong pantat suaminya untuk membantu

"Ssshh... ayo massh, masukin.... ssshhh..."

"Slepppph..."

Setelah masuk, si suami segera melakukan gerakan menojos-nojos memek Susi. Dalam himpitan ketatnya memek Susi, kontol itu terlihat kesulitan untuk mengorek-orek dinding vaginanya. Susi sendiri yang sedang dialnda birahi juga mencoba menggoyangkan pinggul sintalnya untuk mencari gesekan kenikmatan yang ingin segera ia dapat.

"Ssshhh... aaah... terus maaasshhh... ngggh... entottt...."

Namun beberapa kali Susi bergoyang, ia merasakan keanehan. Entah kenapa kontol suaminya terasa lebih kecil dari yang ia kenal. Tapi itu tak membuat Susi kehilangan nafsu birahinya. Malahan dipeluknya punggung sang suami agar tubuh kekarnya menempel ketat menghimpit dada montoknya dan menyatu dengan dirinya. Akan tetapi kedua kalinya Susi merasa aneh karena ia merasakan tubuh si suami yang lebih gempal dan lebar.

Benar saja, adalah Gembul yang sekarang menindih tubuh Susi di ranjang kamarnya yang awut-awutan. Meski Susi belum sadar dan terbawa mimpi bahwa suminya yang menyetubuhinya, ternyata pengojek bantet itu yang berhasil memasukan kontolnya dengan susah payah. Dibiarkanya Susi yang menggeliat-geliat dibawah tubuh gempalnya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mneghujamkan kontolnya keluar masuk memek sempit Susi.

"Aih... entot adek maaashhh... entot yang kerassshh..."

"SPLOK... SPLOK... SPLOK... SPLOK...", suara paha gempal gem,bul yang menumbuk selangkangan Susi

"Huehehe... tentu mbak Susi yang semokkk... oooghh..."

"EH? Lho? Lho mas?! Mas Gembul??!!"

"Huehehehe... uenakeeee, memekmu pancen sempit bener mbak, kontolku tadi susah masuk, ummh....", kata Gembul sambil menjilati leher susi yang penuh keringat.

Susi yang masih setengah sadar agak pusing dan memastikan bahwa benar Gembul yang sedang menyetubuhinya. Susi akhirnya sadar suaminya hanyalah mimpi. Hal ini membuatnya panik meskipun setengahnya masih dilanda birahi. Apalagi ketika ia menyadari memeknya sudah dimasuki oleh batang kontol orang lain.

"AIIIH! Cabut Mas! Aaah... kok Mas Gembul ngentotin Susi siiih...?!", protes Susi sambil sekuat tenaga mendorong Gembul.

"Ssh... uummmh... huehehehe soalnya kowe bahenol mbaaak... sayang kalo ndak dientooottt!"

Tangan Gembul yang menyusup dibawah ketiak Susi dan memagang kepala janda sintal itu membuat rontaanya tak begitu berarti. Bahkan Gembul dengan nafsu liarnya menjulurkan lidah untuk menijlat bibir Susi yang nampak basah dan kenyal. Sedangkan dibawah sana, kontolnya yang meski tak seberapa besar namun dengan ereksi sempurna mencabuli liang surgawi Susi keluar masuk.

"Mmmh Nyupphhh Sluurppphhh... uaahhh nikmat tenan...cyupph"

"Nggh.. aahhmmhhh... mmmh...."

"SPLOK... SPLOK... SPLOK... SPLOK..."

Tubuh keduanya yang memang tergolong besar berguncang hebat membuat ranjang lusuh itu bergoyang juga. Makin lama intensitas genjotan gembul makin hebat setelah dirasakanya empot ayam memek Susi yang begitu dahsyat.

"Woooghhh... memekmu pancen juara mbaaak! Sssshhh....!"

"SIAL SIAL SIAL!", begitu batin Susi, gagal sudah ritual pesugihanya sekarang. Ia shock berat. Ia lengah dan menganggap remeh kesiagaannya sendiri. Namun itu tak lalu membuatnya putus asa. Ia masih berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh Gembul agar lepas dari pergumulan itu.

"Aiiihh... cabut massshhh... cabut!"

"Lho kok dicabut to? Lhawong enak gini... huehehehe"

Rontaan dan rintihan Susi justru membuat Gembul semakin bersemangat menggenjot. Alhasil puncak nafsunya pun sudah diubun-ubun. Ujung kontolnya berkedut-kedut. Susi yang merasakan itu menjadi panik bukan main.

"Eh? eh? Aduh... lho... eh!"

"Aaagh... aku mau ngcrot mbaaaaaakkkkkkk.... uughh NGENTTTTT..."

"BRUAK!"

"BANGSAT KOWE BABI! ENAK WAE NGENTOTIN MBAK SUSI DULUAN!"

"Lho? Yon?!"

"Jduk"

"PLop"

"Cruuut... crut... cruuttt.. crrutttt"

Di detik-detik terakhir, pintu kamar Gembul didobrak oleh Yono. Gembul yang kaget teralihkan sekejap dan Susi berhasil mendorong keluar kontol si bantet itu dari memeknya. Hasilnya pejuh yang muncrat keluar dari ujung kontolnya menyemprot paha Susi. Menyemprot beberapa kali dengan kecil-kecil namun lumayan banyak. Beberapa lelehanya berhasil muncrat di bibir memek Susi namun tak sampai masuk ke dalam. Dengan itu Susi langsung sigap mengambil ujung seprei untuk mengelap memek tebalnya.

Meski begitu, ada sedikit rasa kecewa dalam diri Susi karena memeknya yang gatal belum terpuaskan untuk digaruk. Sejatinya gejolak kewanitaanya juga sudah terlanjur membara dan butuh dipuaskan.

"Ckckck, pantes wae pas aku sampe di depan rumahmu ini tadi aku denger suara-suara desahan sama ranjang bergoyang, brengsek tenan kowe Mbul!"

"Kowe yang asu! lagi enak-enak malah ganggu!"

"Kampret! Kalo ngerti kowe bakal nyuri kesempatan duluan kayak gini, ndak bakal kemaren tak ijinin mbuk bawa walopun sementara"

"Huehehe, bukan salahku, kwi salahe mbak susi..."

"Eh lho kok saya?", jawab Susi kaget.

"Lhaiya mbak salahmu, pagi-pagi kok keliatan semok bahenol keringetan, gawe wong kudu ngentotin, huehehehe..."

Memang tidak sepenuhnya salah yang dikatakan Gembul, oleh Yono, Susi memang kelihatan menggoda dengan tubuh telanjang bersimbah keringat seperti itu. Tanpa sadar ia mengelusi selangkanganya karena kontolnya terbngun akibat dari pemandangan indah di depan matanya. Dada bulat itu dan paha gempal Susi yang kencang menggugah kelelakian Yono.

Tanpa menggubris kedua lelaki mesum yang mendebatkan dirinya, Susi segera beranjak turun dan hendak keluar kamar sambil menenteng sebuah jarit.

"Lho eh? Mau kemana?"

"Mau mandi", jawab Susi sekenanya.

Yono masih sebal dengan tingkah polah Gembul yang seakan tidak punya dosa, cengengesan dan tidak bisa menahan nafsu birahinya. Sambil bersungut-sungut Yono hendak mengomeli Gembul lagi, namun ia masih mencari cacian yang pas untuk diucapkan. Ingin ia gampari muka babi jelek Gembul yang berkeringat penuh kepuasan, tapi sepertinya juga sudah tidak ada gunanya.

Sementara Susi, ia teringat bahwa dirumah petak Gembul yang kecil itu tidak mempunyai kamar mandi, hanya bilik bambu dibelakang rumah yang sudah reyot. Maka bergegaslah ia kesana, sesaat setelah menengok kedalam sumur yang cukup banyak volume airnya, Susi segera menimba. Perlahan-lahan ia mengguyuri tubuh mulusnya. Berharap agar bekas lengket keringat dan liur Gembul di kulitnya segera hilang. Terlebih lagi, berharap agar libidonya yang sudah terlanjur bangkit, bisa terkikis oleh dinginya air bening itu.

Namun, berapa kalipun Susi berusaha menepis gairahnya, itu tidak bisa hilang. Seakan meraung-raung untuk dipuaskan. Entah apa yang sudah ditanamkan pada jiwa raganya selain benih tuyul oleh MBah Jenggot. Memeknya berkedut-kedut. Berulang kali Susi membasuh daging tebal di selangkanganya itu, tak kunjung meredakan syahwatnya. Malahan, semakin digosok semakin menjadi-jadi. Susi bingung, gatal sekali ingin rasanya sebuah benda bernama kontol mengobok senggamanya.

Ditengah kebingunganya itu, Susi tak sadar sedang diintip oleh pria gundul yang mengendap-endap. Boy sengaja tidak menggubris suara kedua rekan pengojeknya yang terdengar sedang cekcok di dalam rumah. Ia memilih mengambil kesempatan ketika tadi melihat sang bidadari ayu keluar dari belakang rumah Gembul menuju sumur untuk mandi. Diperhatikanya tubuh mulus nan bersih itu sedang terbasuh air.

"Ckckck, emang amazing bodymu Mbak..., bojoku wae tak jamin kalah meskipun aku penganten anyar", gumam Boy sambil melotot.

"Weleh weleh... itu memek tembem tenan, munuk-munuk gitu, slurrp..."

"Sssh... aiih kenapa memeku jadi gatel giniiih....", tanpa sadar Susi menuruti instingnya untuk menggesek-gesek selangkanganya.

Saat Susi melirik ke samping bilik, ia melihat kepala gundul sedang bergerak-gerak. Susi langsung tahu bahwa itu Boy. Ia sudah tidak peduli lagi. Birahi telah mengalahkan nalarnya. Bagaikan sudah kesurupan setan Susi memanggil Boy.

"Mmm... Masssh Boy...."

"Eh? Duh ketauan deh... hehehe", cengengesan Boy melongokan kepalanya.

"Sini maaassssh.... uughh", ajak Susi.

Mata Boy langsung melotot menuju bibir selangkangan Susi yang nampak putih basah kemerahan. Tak sadar Boy menelan ludah. Susi yang menyadari itu tak menyiakan kesempatan.

"Sini mas Boy... jilatin memek Susi... nngghhh", desahnya.

Bagaikan kerbau dicucuk hidungnya, Boy langsung meloncat menghampiri memek janda bahenol itu. Muka cabulnya tepat berada di depan selangkangan Susi yang sedang berdiri bersandar di tepi sumur. Boy tertegun saat ia mencium aroma memek Susi yang harum, seakan mempunyai feromon yang menghipnotis. Tanpa babibu, Susi memegang kepala plontos Boy dan menubrukanya langsung ke memeknya.

"HEBH..."

"Aiiih... ayo mass, jilat memek Susi... ayoo"

"Mmh... iya mbakk... slurppphhh", Boy langsung mengeluarkan lidahnya dan memulai aksinya.

"Clap... clap... clap... Slrrppph... clphh... Slyurrrpphh..."

"Aiiihh... aah aaah aah... aaaaih aiih..."

Tak hanya menjilat tapi lidah panjang Boy menggelitik klitoris Susi yang berwarna merah muda setelah bersusah payah ia sibakkan kedua gerbang surgawi itu.

"AAAAIIIHH... Enaak mass... hihihi... enak, Susi sukaaa... terusss, ooohh..."

Perkataan Susi membuat Boy makin bersemangat utnuk mencucup-cucup dan mengenyot gumpalan daging empuk itu.

"Crupph... crupphhh.. aahh.. hehehe... Myummmhh"

Dengan telaten, si gundul itu memegang kedua paha Susi yang sekarang terentang lebar. Ia berusaha menelusupkan lidahnya untuk masuk ke dalam memek Susi. Boy merasakan Susi sedang menahan nikmat dan tubuhnya menegang, namun ia cengkeram erat kedua paha wanita semok itu dengan melingkarkan kedua tanganya, kemudian menaruh paha Susi di bahunya.

"HNGGGHHH...", erang Susi tertahan ketika lidah Boy masuk semakin dalam dan semakin dalam.

Sampai di dalam, Boy merasakan lidahnya bagaikan dijepit oleh benda hangat yang sangat kuat. Namun tekad pengojek gundul ini tak kalah kuat. Ia berusaha menggerakan lidahnya untuk menggelitik dinding vagina Susi.

"Aaaaahh.... Mas Boyyyyhhhh...., enakkkk... nggghhh..."

"Mmmbh... sllrpphhmmmbbhnn... nylpbbhh...."

Dengan tubuh gemetaran Susi menopang badan semoknya dengan satu tangan di bibir sumur. sementara tangan yang lain ia pakai menahan mulutnya agar tidak mengerang terlalu keras. Yang membuatnya terkesan adalah tenaga Boy yang tidak diduga mampu menopang tubuh bongsornya dangan bahunya. Sementara itu, tangan Boy yang sebelumnya memegang erat paha Susi, kini merayap keatas meraih kedua bongkahan payudara yang sekal itu.

Susah menggapainya karena proporsi tubuh Susi yang tergolong tinggi, namun karena gondal gandulnya susu raksasa itu, jemari kurus boy berhasil meraihnya. Seketika diremas pelan untuk menambah sensasi kenikmatan janda yang kini sedang dikerjainya.

"Aiiiihhh... masss.... aku mau ngecriiittt.... sshhh"

"Slurrppphh aaahhh... hehehe... keluarin saja mbak Susi..."

"AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHH", tak kuat menahan lagi, Susi mengerang sejadi-jadinya, hingga terdengar oleh Gembul dan Yono dari dalam rumah.

"CRRRSSSHHHH.... CRRRRR.... CRRSSSSHHH....", beberapa kali semburan orgasme menabrak mulut dan muka Boy sampai kelagepan.

Akan tetapi itu tidak membuat Boy marah, justru si gundul itu kegirangan.

"Hehehehek... buanyak bener Mbak, uenak to?", tanya Boy menggoda.

"Sssshhh... aa~hh masss, enak tenann....", jawab Susi tanpa malu.

Tubuh Susi bergetar dan merosot bersender pada dinding sumur dan alas sumur yang berlumut. Tiba-tiba dari arah dalam rumah muncul Gembul dan Yono yang bersungut-sungut marah.

"KAMPREET!! GUNDUL SETAN!"

"Lhah, bener to, tadi aku denger desahan dari belakang kayak ada yang ndak beres.

Ternyata kowe Boy! Bangsat, buk apain mbak Susi ampe lemes gitu?"

"Glek... hehehe, cuma tak kasih servis lidah saktiku, wehehehe"

Diantara mereka, Yono lah yang paling emosional. Bagaimana tidak, dia sudah kecolongan dua kali oleh kedua rekannya. Kali ini ia bertekad akan segera mengeksekusi Susi untuk disetubuhi.

"AGH, Kowe berdua pancen asu! Aku ndak peduli, sekarang giliranku!

Ayo bopong janda semok ini kedalem rumah!"

Orgasme yang luar biasa itu karena tertahan sebelumnya membuat Susi menjadi tak berdaya. Badanya seketika lemas, tak bertenaga ketika ketiga pengojek itu membopongnya kedalam rumah. Dengan tidak sabaran Yono melucuti pakaianya sendiri, kontolnya sudah tegak mengacung, sementara Gembul sudah menarik kasurnya ke lantai untuk dijadikan alas eksekusi.

Susi direbahkan di kasur itu. Tidak perlu banyak melakukan foreplay lagi, hawa disekitar keberadaan mereka sudah dipenuhi aura birahi yang pekat. Entah darimana datangnya itu, namun sepertinya keberadaan Susi-lah yang menyebabkanya. Pesona seksual janda bahenol ini memang semakin kuat sejak ditanami aji-aji Mbah Jenggot.

Ketika Yono sudah mengangkangkan paha Susi, membukanya lebar-lebar, kepala Susi yang masih sedikit berat bersandar di perut Boy yang sedang duduk membopong tubuh atasnya. Leher dan bahu Susi yang mulus berkeringat dipapah oleh Boy. Gembul?

Apalagi kalo bukan mulai bermain dengan payudara raksasa Susi. Diremah-remahnya seperti mainan bocah.

"Huoohhh, akhirnya tak entot juga dirimu Mbak...", pongah Yono lalu mencobloskan batangnya.

"SSSSLLLLLL,,,LLLP,"

"Nghhh...", pekik Susi tertahan.

"AAGH, Bangsat! Susah tenan! Susah masuk!!", umpat Yono,

"Tenang mbak Susi, kontolku pancen kegedean, tapi nanti pasti masuk, hehehe".

"Buahahaha, kuwi memeknya mbak Susi wae yang sempit, lhawong lidahku wae bisa dijepit ketat lho!", seloroh Boy mentertawakan Yono.

"Kontol cilik wae..."

"Agh Asu!", tak menggubris ejekan Boy, Yono tetap berusaha memasukan kontolnya.

"SSSSHHH,, HOHHH..."

"Aiiih... mas, jangannn, mmmh", ucap Susi di sisa-sisa tenaganya, namun, ia tak berdaya, apalagi titik rangsang lain ditubuhnya, yaitu buah dada besarnya sedang dipermainkan oleh Gembul.

"Woy Mbul! Mainin susu wae kowe! Kayak bocah nyusu simboknya!"

"Biar wae to ya! Huihihihi, ayo pentilnya mbak Susi, ngaceng dong! towel towel towel nii~h", goda Gembul mempermainkan puting Susi.

"Aaaahhsssshhh, mas Gembulll... Susi geliiiih..."

Tak kuasa Susi menghalangi perbuatan cabul tiga orang itu. Keringat mulai membasahi dahinya pertanda ia semakin gerah dan terangsang. Pikiranya pusing karena tak mempu menahan keinginan tubuhnya yang meminta untuk disetubuhi.

"Sedikit lagi Mbak, SSSSHH.... OOOHHHG"

"SLEBBBB!!"

"MASUK! HOOHHH... Bangsattt sempit tenan koyo memek perawan, sakit cuk!", dengan susah payah akhirnya Yono berhasil menanamkan tongkolan hitamnya.

Perlahan-lahan ia menarik mundur berniat mulai memainkan aksinya.

"SS..RR..TTTT..."

"HUOGH, HNGGHH", wajah Yono meringis menahan sakitnya jepitan memek Susi. Matanya terpejam dan tanganya bergetar mencengkeram paha gempal Susi.

"SETAN ALAS! Nyokot (menggigit) tenan ini memek!"

Belum sempat menarik banyak, kontol ngacengnya tersedot kembali.

"Lho lho, eh eh..., iki piye to..."

Kaget karena sedotan dinding vagina Susi yang begitu kuat, Yono kebingungan dan takjub. Ia merasakan hisapan yang sangat hebat menarik kontolnya untuk masuk ke dalam. Semua itu terjadi secara reflek oleh syaraf kewanitaan Susi, meski dirinya tak menginginkan hal itu namun tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

"EDIANNN TENAN!! Iki memek super bisa nyedot kayak gini... huehehehe", girang Yono kemudian.

Sejenak beradaptasi, iapun mulai mengentot Susi pelan-pelan. Dengan tubuh bergetar-getar nikmat, ia merasakan sensasi geli di kulit kontolnya. Tak lain karena gesekan dinding vagina Susi yang bergerinjal.

"AIIIH... Jangannn maaasshhh...

Memek ku! Memmekku... kemasukan kontol laggiiiii....", ceracau Susi ditengah tubuh lemahnya.

"splek, splek, splek, splek, splek,", pelan tapi pasti, Yono berhasil mengatur ritme menggenjot vagina Susi. Tampak dari hantaman-hantaman ringan jembutnya pada bibir memek Susi, hal itu sudah cukup membuat kulit memek itu memerah.

"Huehehehe, heh Boy, ayo kita mimik cucu bareng-bareng!"

"SIAP MBUL!"

"HAP~!"

"HAPMMH!"

"AAAAAIIH.........."

Melepas kepala Susi dari pangkuanya, Boy langsung melompat join dengan Gembul untuk menikmati keindahan payudara Susi. Keduanya nampak berloma menyedot kedua bongkah melon kencang itu. Tak hanya itu, mereka juga gemas untuk meremas-remas daging kenyal yang ujungnya sedang mereka kulum penuh nafsu.

Susi tak bisa berbuat apa-apa ketika tubuhnya dicabuli oleh tiga pengojek kampung ini. Dibawah sana memeknya dihantam kuat-kuat oleh Yono yang seperti kesetanan menyodok liang senggamanya. Sedangkan kedua buah susunya dihisap-hisap oleh yang lain bagaikan bayi kehausan.

"AIIIIHHHH.... AAAHH... AIIH AIH AIH... AAAAAHH"

"SLUURRRRRP... CYUP... CYUPPPH... AHH"

"MNNNYYMMHH... MMMNNMM... UAAHH..."

"SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK"

Tangan Susi berusaha meremas rambut ikal Gembul dan kepala botak Boy. Bermaksud untuk menarik dan menjauhkanya dari payudara jumbonya, namun yang terjadi malah sebaliknya. Akibat cakupan mulut mereka yang terlalu kuat pada pentilnya, membuat buntalan dadanya ikut tertarik mancung keatas dan semakin membuatnya terangsang.

"UAAAAHHHH... UDAHHH... SUDAH MASSShh, Susi ndak tahannnnnnnhhhhh..."

"CRRRRRRRRRSSSSSHHHH"

Satu semburan orgasme membanjiri liang surgawinya, menyiram kontol Yono yang masih setia mengaduk-aduk.

"HUOOOHHH... kowe wis ngecrit mbaaakk... anget... anget tenan kontolku di dalem memekmuuu!"

"SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK"

Masih menumbuk dan menghantamkan keras-keras selangkangan buriknya kepada paha gempal Susi. Cupangan demi cupangan membekas di daging putih payudaranya, menghiasi semburat kehijauan pada kulitnya yang tipis. Seakan Boy dan Gembul berlomba menyisakan "tanda".

"OOOGHHHH! SETAN ALASSS! KAYAKNYA KONTOLKU WIS NDAK TAHAN!!!

AAAGHH ENAAAAAKK TENAANNNN"

"Huehehehe, masa segitu wae wis mau ngecrot kowe Yon?"

"Hahahaha, cupu!"

"SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK, SPLAK"

"Minggir kalian, aku mau nyucup bibirnya ini wadon! Hnnggh!"

Boy dan Gembul mengalah minggir untuk memberi posisi Yono mendekap Susi. Kini posisi keduanya layaknya betina dan jantan yang sedang kawin. Mulut berkumis Yono menyosor bibir kenyal Susi yang sedari tadi merintih tertahan. Sambil dilemotnya, kontolnya semakin intens menyodok-nyodok vagina Susi pertanda ia akan segera menyemprotkan pejuhnya. Susi sendiri sudah seperti setengah pingsan, benar-benar dimabuk oleh birahinya sendiri sehingga lupa kewajibanya untuk melindungi janinnya.

"Slurrpp mmhhhhh nymmmhhh nymmmhh...

HuuuuhH Uuoooogghhh, iinnnii diaaaakkkhh...."

"CRUOOOT CROOOT CROOT"

"AAAAAAAAIIIIIIIIIIIIHHH", rintihan panjang itu membuat Susi tersadar bahwa rahimnya telah tersembur oleh sperma orang lain.

"Cabuuut maasss! Cabuuutttt!!!", Seru Susi sambil memukul-mukul badan Yono yang mendekapnya.

"Sssssshhhhaaahhhh... uwenak tenannn...", seakan tak mempedulikan wanita yang ia senggamai sedang marah, Yono membiarkan batang kontolnya masih tertancap, bahkan pantatnya masih berkejat-kejat untuk menumpahkan sisa pejuhnya.

Perlahan air mata Susi keluar, hancur sudah harapanya menjaga benih yang ditanam oleh Mbah Jenggot, benih yang akan menolong kehidupanya. Kini sirna karena ulah 3 pengojek edan, meski ia sedniri tak bisa memungkiri dorongan seksualnya juga tanpa sadar mengambil alih kewaspadaanya.

Setelah Yono mencabut kontolnya, si kumis itu terduduk lelah bersimbah keringat. Senyum puas khas begundal menghiasi wajahnya ktika ia lihat pejuhnya mengalir keluar di sela-sela memek Susi.

"Huehehehe, sekarang giliran kita Mbul, penasaran aku pye rasane ngentotin memek yang ketatnya kayak perawan"

"Hihihi bener Boy..."

Saat kedua pengojek itu hendak beraksi, mereka melihat ada yang aneh dari diri Susi. Tampak wanita itu menggeliat, tubuh putihnya sedikit kemerahan, seakan dari pori-pori kulitnya mengeluarkan aura hangat yang menggelora. Susi terduduk dengan muka yang sayu, bibirnya terlihat lebih merekah, dadanya lebih membusung, dan daya seksualnya lebih pekat.

Bersambung...[/HIDE]
[/spoiler]


 
Tetap semangat update om suhu....
Jangan sampe putus ditengah ini cerita bagus bgt om
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd