Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Aku, Kamu dan Kakamu (1000% real story)

Tina
Akhir pekan di penghujung bulan Mei tahun 2012 itu, Aku sudah menerima pengumuman kelulusanku, dan aku masih menjalani hubunganku dengan Tina dengan tujuan agar tetap bisa mendekat kepada Rea. Di akhir pekan itu, Tina mengajariku bahwa malam nanti sahabat2nya, termasuk Rea berencana untuk kumpul2 bareng lagi, wah aku senang bukan main mendengar kabar itu. Tapi kemudian Tina juga memberitahuku bahwa dia menolak ajakan kumpul2 itu. Karena dia ingin mengunjungi rumah neneknya di kota sebelah. Dan dia mengajak aku menemaninya kesana.
Yah, gak jadi jumpa Rea lagi deh, batinku. Aku terus mempertanyakan keputusan Tina untuk menolak ajakan sahabat2nya itu untuk kumpul, tapi jawaban Tina membuat aku menyerah. Dia berkata dia ingin mengajakku ke rumah neneknya dan menikmati akhir pekan bersamaku. Terus aku bertanya emang sepulang dari rumah nenek gak bisa gitu nyempetin ngumpul ma sahabat2nya? Dia bilang gak bisa, karena dia mau nginep disana, berangkat Sabtu siang sepulang sekolah dan balik Minggu sorenya, sementara acara sahabatnya malam Minggu. Aku kaget dong, lho ternyata Tina mau ngajak aku nginep di rumah neneknya? Padahal kan aku pacaran ma dia karena kebetulan aja, kok se serius itu dia ke aku.😅😳

Akhirnya dengan berbagai alasan aku minta izin untuk gak pulang ke orang tuaku, dan orang tuaku pun mengizinkan. Tibalah saatnya aku jemput Tina di rumahnya sepulang sekolah, kali ini aku masuk ke rumahnya, bukan seperti saat pertama kita bertemu, yang cuma sampai di pinggir jalan depan rumahnya. Aku disambut hangat oleh ibu Tina, dia benar2 mempercayakan anak perempuannya itu untuk aku temani mengunjungi neneknya dan menginap pula. Selama perjalanan aku tak hentinya berpikir apa yang akan kita lakukan di rumah nenek Tina nanti, tapi tetap saja pikiranku tak bisa aku alihkan dari Rea, aku terus membayangkan seandainya aku nginep dan diperlakukan seperti itu oleh Rea. Akan lebih indah.

Sampailah di rumah nenek Tina, ternyata neneknya itu bertempat tinggal di sebuah desa terpencil yang masih dikelilingi pohon2 bambu, yang suara gesekan antar pohonnya sangat riuh sekali menyambut kedatangan kami, hanya ada 2 rumah disitu. Kami sampai disana sekira pukul 3 sore. Di belakang rumah nenek Tina ada sebuah sungai yang airnya masih sangat jernih, airnya dangkal dengan beberapa batuan besar disana. Aku diajaknya kesana oleh Tina, menikmati suasana sore yang tenang di temani suara burung2 dan gemericik aliran air sungai. Di kejauhan aku liat beberapa orang mandi disana, sayang sekali tak ada yg bisa aku nikmati orang2 yang mandi itu, semuanya orang2 tua🤭

Masih di bantaran sungai itu, Tina duduk di sebelahku dengan menyenderkan kepalanya di pundak kiriku, rambutnya yang lurus itu wangi sekali. Kami selonjoran diatas salah satu batu besar penghuni sungai itu.
Aku bertanya apa yang membuat kamu dan keluargamu yakin kepadaku? Sehingga tanpa ragu mengenalkan ku dan bahkan menginap di rumah nenekmu ini. Tina gak menjawab, dia hanya menoleh ke arahku dan tanpa aba2 langsung mengecup bibirku. Aku terdiam, dan menahannya. Eh keliatan orang ntar, gak enak, kataku. Dia langsung turun bersembunyi dibalik baru itu dan menarikku kesana. Disini gak bakalan kelihatan orang, sini, katanya. Aku turun dan melanjutkan ciuman itu, bibirnya yang tips aku lumat habis, satu tanganku sudah berada di pantatnya dan satu lagi di bawah dagunya. Sementara tangannya entah siapa yang mengajari sudah tepat berada di samping dua buah bijiku, tapi masih di luar celanaku.
Saat itu yang aku bayangkan aku tidak sedang berciuman dengan Tina, melainkan Rea, aku membayangkan perempuan yang sedang aku cumbunitu Rea, aku salurkan seluruh hasrat ku kepada Rea untuk Tina, dibalik batu penghuni sungai itu.
Tanganku yang sedari tadi ada di pantatnya aku geser ke bagian depan selangkangan nya, aku elus lembut selangkangan nya aku gesekkan jari2 ku dari luar celananya tepat di belahan vaginanya, ciuman kita masih menyatu, belum terlepas, semakin panas. Seolah mempersilahkan tanganku masuk ke dalam celananya Tina dengan satu tangannya membuka resleting dan pengait celananya sendiri dan nampaklah sebuah kain halus berwarna biru muda yang menutupi vagina yang sedari tadi aku elus mesra itu, aku selipkan tanganku di balik kain halus itu, kurasakan ada bulu2 halus disana, dan sudah basah rupanya Tina.
Aku masukkan satu jariku di belahan vaginanya dan dia mulai mendesah dan menggigit manja bibirku. Kemudian aku bertanya, kamu masih perawan? Dia mengangguk, ok aku mengerti apa yg harus aku lakukan, aku ingin dia menikmatinya bukan menyakiti nya. Aku masukkan jari telunjuk ku secara perlahan dia makin mendesah dan memintaku untuk memasukkannya lebih dalam, sementara tangannya tak henti2nya mengelus2 burungku, kali ini tangannya sudah berada di balik celana dalamnya yang sudah terasa sangat sesak.

Aku masukkan lagi jariku makin dalam kemudian aku keluarkan, masukkan lagi, keluarkan lagi, semakin lama semakin cepat, begitu pula dengan tangannya, dia tak lagi mengelus, tapi sudah mulai mengocok burungku. Kami sudah melayang atas permainan tangan kita masing2, kami sudah lupa, apakah batu penghuni sungai ini menghalangi pandangan orang2 yg sedang mandi itu dari kami atau tidak, atau bahkan kami sudah tidak sadar lagi kami dimana, yang ada hanya kenikmatan yang kami rasakan di sekujur tubu kami, terutama di masing2 selangkangan kami. Aku minta Tina mempercepat kocokannya, dan aku pun makin mempercepat keluar masuknya jariku di vaginanya. Dan akhirnya air maniku muncrat berceceran di batuan yang jadi saksi. Dibarengi denga tubuh Tina yang ambruk ke pangkuan ku, kami berpelukan, lama, lamaaaa sekali hingga tak sadari ternyata kita sedari tadi duduk di samping batu dengan air sungai yang sudah membasahi setengah dari tubuh kita, kita basah kuyup, kemudian kita mandi bersama untuk pertama kalinya aku melihat perempuan yang dadanya sudah tumbuh dan vaginanya sudah berbulu telanjang bulat di hadapanku. Gairahku ingin sekali melihat tubuh indah Tina itu saat itu juga, tapi apa daya, malam sudah datang, hari semakin gelap dan kita harus kembali ke rumah nenek Tina.

Di rumah nenek Tina ternyata belum terpasan aliran listrik, untuk penerangan hanya menggunakan lampu yang bahan bakarnya dari minyak tanah di beberapa titik rumahnya yang dindingnya terbuat dari bambu yang dianyam itu. Disana hanya ada ruang tamu, kemudian 3 ruang tidur yang cuma disekat2 dan dapur. Yang aku pikirkan nanti tidurnya dimana, apa aku tidur ma Tina atau gimana? Awalnya aku memilih untuk tidur di ruang tamu, tapi oleh neneknya dipaksa untuk tidur di dalam. Aku gak enak sebenarnya tapi apa boleh buat, disana nenek Tina tinggal dengan Cucunya dari adik ibu Tina, sepupu Tina, umurnya masih 13 tahun.an cowok. Jadi malam itu untuk pertama kalinya pula aku tidur dengan perempuan, aku tidur sekasur dengan Tina.

Bersambung...

 
menarik ceritanya. lanjut lagi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd