needlenbitch
Guru Semprot
- Daftar
- 5 Nov 2014
- Post
- 531
- Like diterima
- 295
Sebut saja namaku Rini, saat kutulis
cerita ini aku berusia 25 tahun dan
kejadian itu telah 4 tahun yang lalu,
aku mempunyai kakak kembar laki-
laki, sebut saja namanya Tanto dan
Yanto dan ayahku adalah salah satu
staff kedutaan di Belanda.
Di rumahku aku tinggal hanya
berempat, aku, dua kakak kembarku
dan Mbok Ijah yang sudah ikut
keluargaku semenjak usianya 12
tahun dan pada saat itu usiaku 9
tahun, kakak-kakakku berusia 11
tahun. Dan kedua orang tuaku
sedang tidak pulang ke Indonesia.
Kejadian itu saat aku berusia 21
tahun dan kakak-kakakku Tanto dan
Yanto berusia 23 tahun. Saat itu
tanggal 12 Oktober 1996, aku pulang
kuliah dan melihat kakak-kakakku
nonton film BF bersama Mbok Ijah,
Tanto di kanan dan Yanto di kiri. Aku
tidak tahu apa yang mereka perbuat,
perlahan-lahan aku ingin melihat
apa yang mereka lakukan, aku keluar
rumah lagi dan masuk melalui
jendela kamar Mbok Ijah, yang
kebetulan tidak dikunci.
Aku masuk perlahan-lahan, dan aku
menuju ruang tengah di mana kedua
kakakku dan Mbok Ijah. Astaga! aku
melihat Mbok Ijah sedang dipegangi
oleh kedua kakakku, dengan mulut
terkatup hampir berteriak, kulihat
Mbok Ijah mengerang-erang seperti
orang berlari 100 km. Hampir saja
aku ketahuan oleh kedua kakakku.
cerita ini aku berusia 25 tahun dan
kejadian itu telah 4 tahun yang lalu,
aku mempunyai kakak kembar laki-
laki, sebut saja namanya Tanto dan
Yanto dan ayahku adalah salah satu
staff kedutaan di Belanda.
Di rumahku aku tinggal hanya
berempat, aku, dua kakak kembarku
dan Mbok Ijah yang sudah ikut
keluargaku semenjak usianya 12
tahun dan pada saat itu usiaku 9
tahun, kakak-kakakku berusia 11
tahun. Dan kedua orang tuaku
sedang tidak pulang ke Indonesia.
Kejadian itu saat aku berusia 21
tahun dan kakak-kakakku Tanto dan
Yanto berusia 23 tahun. Saat itu
tanggal 12 Oktober 1996, aku pulang
kuliah dan melihat kakak-kakakku
nonton film BF bersama Mbok Ijah,
Tanto di kanan dan Yanto di kiri. Aku
tidak tahu apa yang mereka perbuat,
perlahan-lahan aku ingin melihat
apa yang mereka lakukan, aku keluar
rumah lagi dan masuk melalui
jendela kamar Mbok Ijah, yang
kebetulan tidak dikunci.
Aku masuk perlahan-lahan, dan aku
menuju ruang tengah di mana kedua
kakakku dan Mbok Ijah. Astaga! aku
melihat Mbok Ijah sedang dipegangi
oleh kedua kakakku, dengan mulut
terkatup hampir berteriak, kulihat
Mbok Ijah mengerang-erang seperti
orang berlari 100 km. Hampir saja
aku ketahuan oleh kedua kakakku.