Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Aku dan Putri

Part 16 Kecanggungan Membawa Birahi 2

POV Andre

Benar dugaan gua, pasti gua bakalan canggung sama Teh Ratna. Saat ini gua dan Teh Ratna sedang dalam perjalanan di dalam mobil menuju rumah untuk mengambil obat asmanya Bang Haris. Karena kecanggungan ini sunggup menyiksa gua maka gua putuskan untuk mencairkan suasana.

“Bang Haris sakit asma udah lama Teh?” Tanya gua basa-basi untuk mengajak ngobrol Teh Ratna.

“Iya Ndre, udah dari sebelum nikah.” Jawab Teh Ratna.

Shit kenapa jawabannya malah jawaban yang nggak bisa dibahas lagi. Kan jadinya gua harus cari topik lain untuk ngobrol. Sesudah itu kami kembali hening. Selang beberapa menit akhirnya Teh Ratna yang buka suara lebih dulu.

“Ndre..” Kata Teh Ratna namun ada jeda yang cukup lama. Gua hanya diam menunggu dia terus bicara. “Teteh minta maaf ya soal kejadian semalem..” Lanjut Teh Ratna dengan suara pelan tertahan.

Gua pun bingung mau respon apa, jadi gua mencoba untuk membuat santai suasana. “Yaelah Teh, itu kan juga salah Andre yang nggak ngunci pintu.” Kata gua tetap berusaha bersikap santai.

“Iya tapi Teteh tetep nggak enak sama kamu.” Ucap Teh Ratna di sampingku dengan wajah yang menunduk.

“Udah lah Teh, ya kan kita sama-sama salah jadi impas dong hehehe.” Ujar gua.

“Iya deh Ndre, kamu bener juga.” Jawab Teh Ratna yang kini sudah dapat tersenyum kembali dan menoleh ke arah gua.



Kalo gua perhatiin Teh Ratna lumayan cantik juga. Berbeda dengan Putri yang menurut gua lebih cenderung manis. Penampilan Teh Ratna hari ini juga cukup modis. Dengan gamis terusan panjang berwarna ungu dan jilbab dengan warna yang sama. Walaupun memakai gamis yang cukup lebar, namun sepertinya Teh Ratna memiliki body yang cukup montok seperti Putri. Dan kalo ditaksir-taksir ukuran payudaranya juga hampir sama dengan Putri. Eh tunggu... kenapa gua jadi mikir yang nggak-nggak sama Teh Ratna. Aduh gua harus buru-buru ngilangin pikiran kotor gua yang mendadak muncul ini. Maka dengan cepat kembali gua fokus ke jalan.

Sikap Teh Ratna pun perlahan mencair dan kembali seperti semula. Sepertinya dia memang aslinya memiliki sifat yang cerewet seperti adiknya Putri. Ya namanya juga kakak adik, pasti sifatnya pun tak jauh berbeda hehehe.

“Kamu di Pangandaran berapa hari Ndre?” Ujap Teh Ratna

“Yah palingan 3 hari doang Teh. Setelah itu balik ke Bandung. Masuk kuliah sih masih seminggu lagi, tapi kan masih ada yang harus diurus sebelum perkuliahan di Bandung dimulai lagi.” Jelas gua pada Teh Ratna.

Tak lama setelah itu, kami sampai rumah. Begitu gua parkirkan mobil, Teh Ratna langsung keluar berjalan cepat ke rumah. Dari dalam mobil gua melihat dia berjalan cepat, namun pandangan gua salah fokus pada bokongnya yang bulat. Walaupun dibalut gamis panjang, bulat bokongnya tidak dapat dipungkiri. Aduh sial gua mikir kotor lagi tentang Teh Ratna. Segera gua geleng-geleng kepala mencoba untuk menghilangkan pikiran kotor tersebut.

Lalu saat Teh Ratna sudah tiba di depan pintu rumah, dia terlihat seperti mencari sesuatu. Kemudian dia menoleh ke arah gua yang masih di balik setir mobil.

“Ndre.. Andreee.. tolong ambilin kunci rumah dong diatas dashboard mobil, Teteh lupa.” Teriaknya dari depan pintu rumah. Begitu gua liat ke dashboard mobil ternyata ada kunci rumah yang ketinggalan, gua juga daritadi nggak nyadar.

Lalu segera gua ambil dan berjalan menuju ke arah Teh Ratna di depan pintu. “Ini Teh kuncinya.” Ucap gua sambil memberikan kunci rumah tersebut.

“Makasih Ndre.” Kata Teh Ratna singkat dan langsung segera membuka pintu.

Setelah pintu terbuka Teh Ratna langsung masuk menuju kamarnya untuk mengambil obat asma yang dicari.

Berhubung sudah ada di rumah, gua memutuskan untuk buang air kecil terlebih dahulu. Maka selang tak berapa lama Teh Ratna masuk, gua ikut masuk menuju kamar mandi. Gua lewati kamar Teh Ratna, dan sekilas dari sudut mata gua dia sedang mencari obat.

Setelah kelar buang air kecil, Teh Ratna tengah duduk menunggu di ruang tamu. Obatnya telah ada tangan. “Udah ketemu Teh obatnya?” Tanya gua.

“Udah Ndre, nih.” Katanya dengan menunjukkan obat tersebut kepada gua. “Langsung jalan aja yuk..” Lanjut ajak Teh Ratna.

“Ayo dah.” Jawab gua singkat.

Dan saat Teh Ratna berjalan ke arah gua yang sedang berusaha mengambil kunci mobil di kantong celana. Tiba-tiba Teh Ratna terpeleset dan menabrak tubuh bagian depan gua. BRUUKK. Begitulah kiranya suara tubuh belakang gua jatuh menimpa lantai. Tubuh Teh Ratna jatuh diatas tubuh gua. Bokong gua sih nggak terlalu sakit, tapi yang bikin sakit itu kontol gua. Posisi Teh Ratna saat ini dia jatuh di atas tubuh gua, dan tangannya menimpa kontol gua yang menjadi topangannya.

Ada jeda beberapa detik sebelum kami berdua akhirnya sadar telah terjatuh.

“Aduh maaf Ndre maaf.. maaf banget. Sakit yaa?” Ujar Teh Ratna pada gua. Dan SIAL dia ngomong seperti itu namun tangannya tidak dipindahkan dari kontol gua.

“Ngg..nggak kok Teh, ngg..nggak sakit, cuman ngilu aja anu Andre.” Jawab gua dengan tergagap sambil menatap ke selangkangan.

“Eh oiya maaf Ndre, aduuhh jadi sakit yaa. Maaf yaa.” Kata Teh Ratna yang kini malah mengelus kontol gua dari balik celana. SHIT. Masalahnya kini gua sedang memakai celana santai yang lumayan tipis untuk ke pantai. Karena elusannya itu, kontol gua perlahan bangkit dari tidurnya. Kontol gua NGACENG.

“Eh malah bangun..nakal ya..” Ucap Teh Ratna dengan begitu santai. Gua hanya melongo melihat dia berbuat seperti itu. “Udah yuk Ndre.. nanti yang lain curiga lagi kita lama-lama.” Lanjut Teh Ratna dengan mengedipkan sebelah matanya pada gua.

Sebelum dia bangkit berdiri, kontol gua yang lagi ereksi itu diremas oleh tangannya. “Ssshshhhh.” Gua sedikit mendesah saat dia meremas kontol gua.

Kemudian Teh Ratna bangkit, dan langsung berjalan meninggalkan gua dengan penuh tanda tanya. “Nanti jangan lupa dikunci lagi ya Ndre rumahnya.” Kata Teh Ratna sambil berjalan tanpa menoleh ke gua.

Gua bangkit berdiri, dan berjalan untuk kembali mengunci pintu rumah. Teh Ratna telah menunggu di depan pintu mobil. Kemudian kami kembali jalan ke pantai.

Dalam mobil kami kembali saling diam. Sialnya kontol gua dari tadi nggak mau tidur lagi. SHIT. Lalu Teh Ratna melihat ke arah selangkangan gua yang menonjol itu.

“Itu nggak mau tidur lagi Ndre?” Kata Teh Ratna.

“Eee..eee.. maaf Teh, emang susah kalo udah bangun.” Jawab gua berusaha untuk menutupi selangkangan yang menonjol ini dengan tangan kiri, sedang tangan kanan gua megang setir.

Bangsat. Asli BANGSAT. Kalo Teh Ratna bukan kakaknya Putri, mungkin udah gua sambar dari di rumah tadi. Ini masalahnya kakak Putri, jadi segan gua.

“Nggak usah ditutupin kali Ndre, kan Teteh juga udah liat.” Sahut Teh Ratna dengan santainya. Sifat dia berbeda banget, gua pikir kami berdua bakal lebih canggung dari sebelumnya. Ternyata salah.

“Apa mau ‘dipaksain tidur’ sekalian?” Lanjut Teh Ratna, namun tatapannya hanya lurus ke depan jalan.

“Apaan sih Teh nggak ngerti Andre hahaha.” Ujar gua pura-pura nggak ngerti.

“Putri pasti nikmat banget ya Ndre pacaran sama kamu.” Kata Teh Ratna.

“Nikmat gimana Teh maksudnya?” Tanya gua kembali pura-pura nggak ngerti. Padahal mah pernyataan ambigu begitu gua udah sangat paham. Mungkin Teh Ratna kira gua pemain baru dalam dunia perlendiran kali.

“Hihihi daritadi kamu itu pura-pura nggak ngerti terus.” Jawab Teh Ratna. Tiba-tiba tangan kiri gua disingkirkan, dan dia kembali meremas kontol gua. “Gemes jadinya sama ini.” Lanjut Teh Ratna.

“Ssshhhh Teh jangan...” Jawab gua, namun tidak mengenyahkan tangannya itu.

Kemudian akhirnya Teh Ratna langsung melepaskan remasannya itu. Gua merasa sedikit lega. Gua kembali fokus ke jalan dan mobil gua kebut sekebut-kebutnya, biar Teh Ratna nggak bisa godain gua lagi. Kan bahaya kalo gua lagi ngebut terus dia godain gua.

Sepanjang sisa perjalanan kami hanya diam. Dan 15menit kemudian kami telah sampai kembali di pantai.

“Teh, Andre beli minuman dulu ya.” Kata gua pada Teh Ratna.

“Yaudah sana Ndre, beli yang dingin biar ‘Anunya’ nggak tegang lagi hihihi.” Kembali goda Teh Ratna ke gua.

Jujur dalam hati gua sedikit kesal karena tidak mampu berbuat apa-apa. Gua merasa seperti dilecehin sebagai laki-laki. Rasanya gua ingin buat perhitungan sama Teh Ratna. Liat saja nanti. Jika ada kesempatan pasti bakal gua balas. Kata gua dalam hati sambil melihat bokong Teh Ratna yang sedang berjalan meninggalkan gua.

*

POV Teh Ratna

Aduhhh gila rasanya deg degan banget. Aku tidak menyangka akan melakukan tindakan gila tersebut. Kenapa aku bisa seberani itu sih?? Ingat Ratna kamu istri yang sudah bersuami. Kataku dalam hati.

Tapi memang ‘burung’ Andre itu gede banget. Aku jadi semakin penasaran. Sewaktu aku memegangnya saja tanganku tidak melingkar dengan sempurna. Vaginaku rasanya telah basah tadi. Maafin Teteh yaa Putri. Teteh tidak dapat menahan birahi Teteh sama pacar kamu. Dan maafin aku juga Bang Haris aku telah menggoda orang lain. Kataku dalam hati.

Aku memang biasa ngomong blakblakan jika sedang menggoda seseorang, namun itu semua hanya sebatas lewat mulut, tanpa tindakan sedikitpun. Berbeda saat aku menggoda Andre. Dia seperti memiliki daya tarik yang kuat, sehingga aku dapat melakukan tindakan bodoh seperti barusan.

Aku harus menenangkan diri. Takut nanti suamiku dan yang lainnya curiga. Huuuhhh. Setelah mengambil napas panjang aku menghampiri suamiku.

“Paa, ini aku udah bawain obat asma kamu. Diminum langsung ya.” Kataku saat sudah berada di dekat suamiku.

“Iya Maa, nanti aku minum. Oiya Andre mana?” Ucap suamiku yang menyadari aku tidak bersama Andre.

“Oh tadi dia mau beli minuman dulu katanya.” Jawabku singkat. “Taufan mana Paa?” Lanjutku bertanya bagaimana keadaan anakku.

“Itu Maa, masih main sama Putri.” Kata suamiku menunjukkan Taufan yang sedang tertawa bersama dengan Putri di pantai.

Aku langsung menghampiri mereka. Melihatku sudah kembali, Taufan langsung berlari ke arahku. “Mama.. mama..” Kata Taufan dengan lucunya.

“Iya sayang, Mama udah balik.” Ujarku yang langsung menggendong Taufan.

“Udahan Teh ngambil obatnya.?” Tanya Putri padaku.

“Udah Put, itu tadi langsung Teteh kasih obatnya ke Bang Haris.” Jawabku.

“Andre mana Teh? Soalnya kita nungguin Teteh sama Andre mau ke pasir putih.” Kembali tanya Putri.

Sebelum aku menjawab, Andre telah datang dan langsung merangkul Putri.

“Kenapa sih nyariin aku? Kangen yaa? Hehehe.” Kata Andre bercanda kepada Putri.

“Apaan sih Ndre, malu tau ada Teh Ratna hihihi” Ujar Putri.

“Hahaha nggak apa-apa lagi Put santai, Andre lagi pengen kali sama kamu.” Ucapku dengan kalimat yang sedikit ambigu. Sepertinya aku merasa senang menggoda Andre lagi.

“Pengen apa Teh maksudnya?” Tanya Putri yang sepertinya memang tidak tahu arah pembicaraanku.

“Pengen manja-manjaan sama kamu Put, ih masa gitu aja nggak tau sih. Gimana sih ini anak muda nggak pekaan uy hahaha.” Jawabku dengan bercanda.

“Hahaha Teteh bisa aja nih.” Ujar Putri kepadaku sambil merangkul Andre lebih erat lagi.

Andre hanya menundukkan kepalanya. Dia terlihat sesekali melihatku namun dengan cepat mengalihkan pandangannya. Dari raut wajahnya, sepertinya dia sedikit kesal dengan bercandaanku. Apa aku terlalu kelewatan ya?

Ternyata Putri telah menyewa sebuah perahu untuk kami naiki menuju pasir putih. Sekedar informasi saja, sebenarnya dinamakan pasir putih karena pasir disana berbeda dengan di pantai pangandaran, disana pasirnya berwarna putih. Itu saja sih hahaha. Pasir putih ini berada dalam cagar alam pangandaran, jadi untuk menuju kesana kita harus masuk lewat cagar alam, atau menaiki perahu.

Bunda dan Ayah tidak ikut ke pasir putih, katanya tidak kuat lagi harus jalan kaki ke cagar alamnya. Jadi hanya aku, suamiku, Taufan, Andre dan Putri yang ikut.

Anakku Taufan sangat senang sekali ketika dia menaiki perahu. Dia terlihat bahagia. Namun aku harus tetap hati-hati untuk menjaganya, karena di atas perahu ombaknya cukup besar.

Untuk ke pasir putih tidaklah lama, hanya perlu 15menit perjalanan dengan perahu. Ombak di pantai ini lebih tenang, dan air lautnya pun bening sampai ke dasar. Jadi sangat bagus untuk snorkeling. Taufan kini pindah ke gendongan suamiku. Karena Taufan sudah terlalu aktif, dan aku perlu bantuan suamiku untuk menjaganya.

Sesampainya di pasir putih kami berempat segera masuk ke cagar alamnya. Di cagar alam ini, semua hewan dilepas liar. Mulai dari monyet, rusa sampai banteng pun ada di cagar alam ini. Kami pergi bersama seorang guide yang akan menemani kami berkeliling cagar alam, sekaligus menceritakan setiap sejarah yang ada di cagar alam ini.

Ada cukup banyak goa yang berada di cagar alam ini. Mulai dari goa alami, sampai buatan manusia. Untuk goa buatan manusia, ini dibuat sewaktu jaman penjajahan Belanda. Dibuat sebagai tempat persembunyian dari musuh. Seperti itulah kurang lebih informasi yang diberikan oleh tour guide kami.

Kami pun memasuki salah satu goa yang dibuat pada jaman penjajahan Belanda. Didalam goa ini sangat gelap sekali, sehingga kami harus melangkah dengan hati-hati. Untungnya bukan sedang musim penghujan, jika musim penghujan maka akan sangat becek dengan lumpur dan genangan air di dalam goa ini. Panjang goa ini hingga 100meter, jadi dibutuhkan sekitar 20menit sudah ditambah penjelasan sejarah dari tour guide kami.

Aku berjalan di paling belakang di antara kami semua. Namun saat akan memasuki goa, Andre terlihat seperti ingin menelpon seseorang. Maka Andre kami tinggalkan terlebih dulu untuk masuk ke dalam goa.

Dan tak lama kami masuk ke dalam goa, Andre menyusul. Namun karena jalur goa ini hanya muat untuk satu orang, maka Andre jadi di belakangku. Posisi kami kurang lebih seperti ini; tour guide, Putri, Suamiku yang menggendong Taufan, Aku dan Andre.

Tour guide sibuk menjelaskan setiap sejarah dari goa ini. Semakin masuk ke dalam, maka jalur pun menjadi semakin sempit. Mungkin jika orang yang terlalu gendut tidak akan bisa masuk ke goa ini.

Ketika aku sedang berjalan, aku merasa ada sesuatu di bokongku. Aku pikir mungkin itu ranting pohon atau sejenisnya, tapi rasanya tidak mungkin. Namun alangkah terkejutnya aku, saat aku mengecek dengan menyentuh bokongku, ternyata tangannya Andre yang berada di sana.

“AAWH” Aku berteriak ketika tangan Andre meremas bokongku.

“Kenapa Maa? Ada apa?” Tanya suamiku yang berada di depanku. Suamiku sampai menoleh ke belakang.

“Nggak Paa, itu tadi ada tikus lewat. Aku cuman kaget doang kok.” Jawabku dengan berbohong. Sial. Apa yang aku lakukan? Aku telah berbohong kepada suamiku sendiri. Aku jadi merasa bersalah.

“Teteh nggak apa-apa Teh?” Tanya Putri di depan.

“Nggak kok Put. Lanjutin aja.” Kataku mencoba bersikap baik-baik saja.

“Ndre kamu paling belakang kan? Jagain Teh Ratna dong, gimana sih kamu.” Ucap Putri sedikit berteriak pada Andre.

“Iya nggak usah teriak juga Put, kita di dalem goa, kamu ngomong biasa aja udah kedengeran.” Jawab Andre dengan nada candaan santai.

Tak lama setelah itu kami kembali melakukan perjalanan ke dalam goa. Dan tak lama juga tangannya Andre kembali mengelus bokongku dari balik gamis yang aku kenakan. Aku tetap mencoba menyingkirkan tangannya dari bokongku.

Aku tidak menyangka jika Andre melakukan hal tersebut di sini. Di dalam goa. Dan di belakang suamiku dan Putri pacarnya. Tiba-tiba wajah Andre sudah berada tepat di belakang kepalaku.

“Time to revenge.” Bisik Andre dengan sangat pelan, namun aku masih dapat mendengarnya.

Aku pun merinding dibuatnya. Dan lebih parah lagi kali ini dia meraih sebelah tanganku, dan menempelkan di selangkangannya. Entah setan mana yang telah merasuki tubuhku sehingga tidak melakukan perlawanan sedikitpun. Aku yang penasaran dengan burungnya semenjak kejadian di kamar mandi semalam, hanya mengikuti arus permainan Andre saja. Sesaat tanganku di selangkangannya, tanpa disuruh aku mulai meremas burungnya yang mulai ereksi itu. Ya Tuhan. Gede sekali burungnya. Jantungku serasa mau copot saking degdegan.

Aku terus meremas-remas burung Andre. “Ssshh” Andre terdengar sedikit mendesah saat aku meremas burungnya.

Peristiwa itu terjadi saat kami semua sambil berjalan pelan menelusuri goa. Suamiku yang berada persis didepanku sedang sibuk untuk menenangkan Taufan yang tidak bisa diam. Sedangkan aku istrinya sibuk saling menggoda dengan lelaki lain, persis dibelakangnya. OMG!.

Ternyata perjalanan kami telah berada diujung goa dan akhirnya selesai. Keadaan yang tadinya gelap, kini kembali terang dengan matahari bersinar terik. Entah kenapa aku merasa kecewa dengan selesainya perjalanan menelusuri goa ini. Padahal rasanya vaginaku telah basah gara-gara kelakuan Andre dan aku sendiri di dalam goa.

Andre masih berada di dalam goa, dia terlihat memainkan hpnya. Namun aku yakin itu hanya triknya saja untuk menunggu burungnya kembali normal agar tidak dicurigai. Dan tak berapa lama dia keluar. Sikapnya biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa saat di dalam goa tadi.

Dia langsung menghampiri Putri. “Kamu kenapa keringetan banget Ndre?” Kata Putri sembari mengelap keringat Andre dengan sapu tangan.

“Iya Put panas banget di dalem huhhh” Jawab Andre. Dia terlihat dapat mengendalikan dirinya. Ada sedikit rasa kagum muncul dalam diriku padanya. Saat aku sedang melamun, aku dikagetkan oleh anakku Taufan.

“Maamaa..maamaa..ndoong” sepertinya dia meminta digendong olehku. Maka segera aku gendong dia yang berpindah dari gendongan suamiku. Kami pun meneruskan perjalanan lebih dalam lagi ke cagar alam. Dan aku berharap kami akan memasuki goa lagi yang lebih panjang. Namun harapanku sirna. Ternyata tadi satu-satunya goa yang kami kunjungi. Karena Putri ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama di pantai.

*

Matahari telah lama terbenam dan kami semua telah pulang kembali ke rumah. Sungguh jalan-jalan kali ini sangat menguras pikiran, tenaga sekaligus birahiku. Aku tidak menyangka telah saling menggoda dengan Andre. Aku wanita yang telah bersuami dengan keseharianku memakai hijab rasanya tidak pantas melakukan tindakan kotor seperti demikian.

Namun aku tidak munafik. Aku memiliki nafsu birahi yang bisa dibilang cukup tinggi. Dan diperparah saat berhubungan badan dengan suamiku, seringkali aku tidak merasakan kepuasan bercinta. Suamiku selalu orgasme lebih dulu dibanding aku. Tapi aku sebagai istri yang berbakti berusaha menutupi ketidakpuasanku tersebut. Aku selalu tersenyum dan berpura-pura sangat menikmati. Padahal justru sebaliknya.

Suamiku bekerja di luar pulau dan hanya pulang sebulan sekali ke rumah. Sedangkan aku seorang wanita yang memiliki kebutuhan biologis yang besar. Sering saat suami sedang bekerja, aku hanya memuaskan diriku sendiri dengan cara masturbasi sambil menonton film biru. Namun aku tidak pernah bermain serong dibelakang suamiku. Aku selalu menjaga kesetiaan suami.

Tapi sialnya untuk kasus kali ini berbeda. Aku tidak tahu apakah aku telah berselingkuh dibelakangnya atau tidak. Yang pasti aku sangat menikmatinya. Aku menikmati caraku menggoda Andre, dan begitupun sebaliknya cara Andre menggodaku.

Dan selepas sampai di rumah kami semua langsung beristirahat. Kami semua telah makan malam di luar tadi. Taufan telah tertidur nyenyak. Mungkin dia kecapekan setelah seharian jalan-jalan.



Setelah menidurkan Taufan dan mengganti bajuku, aku langsung masuk ke kamar. Terlihat suamiku sedang mengotakatik laptopnya di meja, mungkin sedang membalas email. Tiba-tiba saja hasrat birahiku muncul. Langsung kuhampiri suamiku dan kulingkarkan kedua tanganku memeluk dia dari belakang.

“Paa.. main sebentar yukkk” Kataku dengan nada manja.

“Maa kita lagi nggak di rumah sendiri, ini di rumah bunda loh.” Ujar suamiku yang tidakku mengerti.

“Ya terus kalo di rumah bunda kenapa? Toh sekarang kita ada di kamar cuman berdua.” Tanyaku dengan mengelus-elus dada suamiku.

“Nggak enak Maa nggak sopan, nanti kalo ada orang yang liat gimana.” Balas suamiku. Dia memang menjunjung tinggi kesopanan. Tapi untuk urusan berhubungan suami-istri menurutku tidak masalah itu adalah hal yang wajar. Aku tetap tidak menyerah, akan terus kubuat suamiku terangsang.

Tanganku perlahan turun menuju selangkangannya dan kuelus serta kuberikan remasan kecil pada burungnya. Kelihatannya suamiku telah terangsang, dia telah melepaskan laptopnya yang hanya menyala di atas meja.

Lalu Bang Haris memutar kursinya meninggalkan meja kemudian beralih menghadapku. Dengan perlahan aku naik ke kursi itu dan duduk di pangkuan Bang Haris. Sedetik kemudian kami berciuman.



Kumasukkan lidahku ke dalam mulut Bang Haris, kusedot lidahnya. Bang Haris bersusah payah untuk mengimbangi perlakuanku padanya. Dia hanya diam saja sambil sesekali meremas bokongku.

Tanganku yang tadi hanya diam, perlahan membukakan satu demi satu kancing kemeja Bang Haris. Lalu setelah semua kancing terbuka, kuelus tubuhnya perlahan. Masih tetap mencumbu lidahnya.

Bang Haris sepertinya sudah terbawa oleh permainanku. Maka dia melepaskan cumbuanku pada mulutnya. “Aku udah nggak tahan Maa.” Katanya dengan mencoba mengangkatku dari pangkuannya. Karena tidak kuat maka aku yang inisiatif berdiri.

Kemudian Bang Haris mengarahkanku untuk berbaring di kasur. ”Tiduran Maa.” Ucap Bang Haris.

Aku langsung rebahan diatas kasur dengan pakaian yang masih lengkap. Bang Haris dengan tergesa-gesa membuka celananya hingga telanjang tanpa apa-apa. Lalu dia ikut naik ke atas kasur. Disingkapkannya rokku hingga mencapai perutku. Kemudian ditarikknya celana dalamku sampai terlepas dan dilempar entah kemana.

Burung Bang Haris sudah tegak maksimal. Aku jadi teringat milikknya Andre. Sepertinya burung Bang Haris tidak ada setengahnya burung Andre. Kok saat-saat seperti ini aku malah membandingkan suamiku dengan orang lain? Dan saat aku memikirkan hal tersebut tiba-tiba Bang Haris sudah menancapkan burungnya di dalam vaginaku.

“Uuggghhh pelan-pelan Paa sakit.” Kataku. Vaginaku memang sedikit terasa sakit. Karena cairan vaginaku sepertinya masih belum cukup. Aku perlu beradaptasi untuk mengeluarkan cairan dalam vaginaku.

Namun sepertinya Bang Haris sudah sangat bernafsu, sehingga tidak memperdulikan kata-kataku. Langsung tanpa basa-basi dia menggenjot burungnya dengan cepat.

“Ssshhh aaahhh ssshhh.” Aku mendesah. Namun aku mendesah bukan karena menikmati persetubuhan ini. Aku mendesah karena vaginaku terasa sakit oleh genjotan Bang Haris yang sangat cepat dan acak-acakan ini. Tapi tidak mau membuat Bang Haris kecewa, makanya aku berpura-pura menikmatinya.

“Aaahh aaahh aaahh aaaahhh Maa aku mau sampeee.” Ucap Bang Haris yang sepertinya ingin orgasme. Hhhh sepertinya persetubuhan ini akan berakhir seperti biasa. Aku tidak orgasme.

Benar saja, beberapa detik kemudian.. “Aaaahhhh Maaaa uugghh” crot crot crot. Bang Haris mengeluarkan spermanya di pahaku.

“Hhhhh hhhhh hhhhh” Suara Bang Haris yang kehabisan napasnya.

Aku memberikan senyuman termanis kepada suamiku. Bagiku yang terpenting dia puas, walau dari dalam hati aku juga sangat ingin sekali merasakan orgasme. Setelah itu Bang Haris merebahkan tubuhnya disampingku.

Aku langsung bangkit mengambil tisu basah untuk membersihkan sperma yang berceceran di pahaku. Bang Haris bangkit lalu memakai pakaiannya kembali dengan lengkap.

“Makasih ya Maa, malem ini kamu liar banget.” Kata Bang Haris padaku.

“Iya Paa, Mama juga seneng kok.” Ucap mulutku yang tidak dibenarkan oleh hatiku.

Setelah itu Bang Haris langsung bergegas tidur meninggalkan aku sendirian. Aku yang sudah membersihkan pahaku, segera mencari celana dalamku yang tadi dilempar oleh Bang Haris dan memakainya kembali.

Setelah lengkap aku keluar kamar untuk mengambil segelas air mineral di dapur. Keadaan rumah sudah gelap semua. Sedikit terdengar suara ngorok Ayah dari balik kamarnya saat aku melewati kamar tersebut.

Saat aku ke dapur yang gelap, aku berusaha menyalakan lampu dapur. Saat kunyalakan lampu.. Tek(suara saklar lampu). Alangkah terkejutnya aku mendapati Andre yang tengah duduk di kursi meja makan. Untungnya aku tidak sampai berteriak. Jika aku teriak mungkin orang rumah akan terbangun.

“Aa..aaa..Andre ka..kamu belum tidur?.” Kataku yang gagap karena masih tidak menyangka ada Andre disini.

Kemudian Andre bangkit dari duduknya, dan mengambil sebuah gelas lalu menuangkan air mineral. Dia berjalan ke arahku. Lalu seolah-olah mengerti untuk apa tujuanku ke dapur, dia memberikan gelas berisi air mineral tersebut.

“Ini Teh minum.” Ujarnya memberikan gelas tersebut. Aku lalu meminum gelas tersebut hingga habis.

Setelah habis Andre kembali mengambil gelas tersebut, dan menyimpannya kembali di rak. Kemudian dia kembali padaku. Kami masih sama-sama berdiri saling berhadapan. Anehnya aku hanya terpaku seperti tidak dapat bergerak saat Andre mendekatkan wajahnya, sangat dekat di samping telingaku. Hingga dapat kurasakan hembusan napasnya. Lalu Andre berbicara...

“Andre tau Teteh belum puas, kan?” Bisiknya samping telingaku... DEG.....

To Be Continue
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd