Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Aku dan Putri

Semangat suhu. Ceritanya bikin baper. Mana namanya putri lagi. Jadi inget si man... ah sudahlah
 
Part 13 Awal Mula Rencana

POV Andre

Hooaaamm gua terbangun dari tidur, dan mendapati Putri yang masih telanjang bulat dalam pelukan gua. Gua coba melihat jam dinding di sudut ruang mini bioskop ini. Hhhh masih jam 2 dini hari.

Ingatan gua melayang ke beberapa jam yang lalu. Dimana gua merasa menjadi sangat ‘liar’ dalam pergumulan dengan Putri. Ini mungkin akibat dari cerita Bokap gua. Mendadak mendengar Bokap bercerita seperti itu, nafsu birahi gua meningkat. Maka setelah pulang jalan bareng Bokap, gua langsung mencari Putri untuk menuntaskan hasrat yang meningkat tersebut. Hehehe.

Sebaiknya gua pindahin Putri ke kamarnya. Dari pada dia masuk angin kena ac dengan tubuh tanpa sehelai benang pun.

Supaya tidak membangunkan Putri yang tertidur nyenyak, dengan hati-hati gua bangkit dan mencari pakaian gua yang berceceran di ruang tersebut. Kemudian gua pakai kembali pakaian gua dengan lengkap.

Lalu gua ambil selimut yang berada di rak kecil di sudut ruang mini bioskop ini. Gua lilit tubuh telanjangnya Putri, setelah itu gua angkat Putri menuju kamarnya.

“Eeeehhhmmm.” Suara Putri saat gua angkat dengan masih tertidur. Mungkin saat ini dia sedang bermimpi hehe.

Setelah sampai di kamarnya, kembali gua baringkan Putri di kasur dan gua duduk di pinggiran kasur. Sesaat gua perhatikan kalung yang katanya diberikan oleh Nyokap, yang masih menggantung di lehernya yang putih. Mmm makin cantik kamu Put pakai kalung ini. Kata gua dalam hati.

Gua belai pipinya yang halus dan chuby tersebut. Melihat Putri tertidur nyenyak seperti ini memberikan kedamaian tersendiri buat gua. Maafin aku ya Put udah buat kamu capek 3 hari belakangan ini, kamu emang pacar yang baik. Kata gua dalam hati.

Memang dalam 3 hari terakhir gua selalu bernafsu untuk menggarap Putri. Rasanya seperti sebuah candu yang susah untuk berhenti. Pantas jika Putri selalu tidur nyenyak karena kelelahan melayani nafsu gua yang tinggi belakangan ini. Gua juga nggak tahu kenapa birahi gua bisa naik lebih cepat dari biasanya.

Gua majukan wajah, lalu gua cium kening Putri. Setelah itu gua tinggal Putri tidur di kamarnya. Gua pun juga kembali ke kamar sendiri dan melanjutkan tidur yang tertunda.

*

POV Putri

Huuuuhhhh rasanya lelah sekali semalam habis bermain dengan Andre. Eh Andre? Hm? Oh aku sudah berada di kamar ya. Pasti Andre yang membawaku ke kamar. Sedetik kemudian aku baru menyadari jika aku masih telanjang bulat di bawah selimut yang aku gunakan ini.

Melihat tubuhku yang telanjang bulat, aku hanya bisa tersenyum. Kulihat jam di hp ku. Aaahh sudah waktunya bangun. Jam bangun di keluarga ini memang lebih awal, jadi aku harus mulai terbiasa dengan hal tersebut.

Aku buka selimut yang menutupi tubuhku. Lalu aku ngulet meregangkan tubuhku sebentar di atas kasur. Hoooaaaaammm. Setelah merasa sudah cukup lemas semua ototku. Aku bangkit dari tempat tidur menuju ke kamar mandi.

Saat akan ke kamar mandi, melewati cermin di meja rias dan aku dapat melihat seluruh tubuhku tanpa sehelai benang pun, hanya kalung emas saja yang menggantung.

Aku perhatikan tubuhku, sambil sedikit memutarkan badan.

Hmm aku kelihatannya harus mulai diet lagi nih. Aku merasa gemukan belakangan ini. Kataku dalam hati. Kemudian aku memegang kedua payudaraku yang menggantung. Aku pun menyadari bila ukuran payudaraku memang cukup besar seperti yang sering Andre bilang ketika kami sedang bersetubuh.

Dan aku perhatikan lebih detail lagi. Eehhh sekitaran aerolaku ternyata tercetak sedikit warna merah. Ini pasti ulah Andre. Semalam ia memang seperti lebih ‘liar’ dari biasanya. Tapi aku pun senang dan suka dengan tingkah liar Andre setiap kita berhubungan sex.

Aduh kalo aku merhatiin tubuhku terus, kapan mandinya. Kataku dalam hati dengan tersenyum kecil.

Lantas aku langsung segera masuk ke dalam kamar mandi.

Begitu selesai mandi dan mengeringkan rambut. Aku keluar kamar. Baru beberapa langkah aku keluar kamar, ada Tante Salma lewat.

“Hhhmm anak Mama masih pagi udah cantik banget.” Ujar Tante Salma dengan mencium rambutku. “Sarapan yuk, udah ditungguin tuh di meja makan.” Ajak Tante Salma padaku.

Kami berdua pun menuju meja makan. Di meja makan ternyata sudah ada Om Budi yang sedang santai membaca tab miliknya, kemudian juga ada Bi Asih yang sedang mempersiapkan sarapannya.

“Pagii Om, pagi Bi Asih.” Ujarku pada mereka berdua.

“Pagi juga Put, gimana udah biasa kan bangun pagi di rumah ini?” Tanya Om Budi padaku.

“Hehehe iya Om, bagus juga kan bisa ngerasain udara pagi.” Jawabku pada Om Budi.

“Ayo Neng Putri, duduk.” Kata Bi Asih dengan menggeser keluar kursi untukku.

“Makasih Bi...” Kataku singkat dengan tersenyum ramah.

“Putri.. kamu harusnya manggil Om Budi “Papa” juga dong. Biar nggak cuman Mama aja, kan aneh jadinya.” Sela Tante Salma mengoreksi bicaraku barusan dengan Om Budi.

Om Budi terlihat bingung dengan apa yang kami bicarakan.

“I..iya Maa.” Kataku dengan perasaan malu terhadap Om Budi.

“Ada apa sih Maa kok bawa-bawa Papa segala nih?” Tanya Om Budi dengan penasaran.

“Ini loh Paa, si Putri Mama suruh buat nggak manggil kita “Tante” sama “Om” lagi, tapi “Mama” sama “Papa””. Jelas Tante Salma.

“Ooohhh begitu, kirain apaan kali hahaha.” Om Budi dengan tertawa ramah. “Iya Putri, gimana juga kan kamu udah jadi bagian keluarga kita.” Jelas Om Budi padaku.

Aku yang masih merasakan malu hanya tersenyum menunduk saja. “I..iya Paa, hehehe maaf.” Kataku dengan memainkan jari-jariku di atas pangkuanku.

“Oh iya Paa, si Andre belum bangun?” Tanya Tante Salma yang sadar dengan ketidakhadiran Andre di meja makan.

“Udah kok, tadi Papa liat sih dia masih ngerjain sesuatu di kamarnya.” Kata Om Budi setelah menyesap kopinya pagi hari tersebut.

“Yaudah Mama samperin Andre dulu yaa.” Kata Tante Salma. Namun saat Tante Salma ingin bangkit dari kursi, aku mencegahnya.

“Eh Maa, nggak usah. Biar Putri aja yang nyamperin Andre.” Kataku pada Tante Salma.

“Oke deh sayang, tapi jangan lama-lama ya. Nanti kamu malah berduaan di kamar Andre.” Ucap Tante Salma setengah bercanda padaku.

“Ih Mama apaan sih, masih pagi udah bercanda aja.” Kataku dengan malu-malu. Lalu aku beranjak pergi dari meja makan, menuju kamar Andre yang berada di lantai atas.

*

POV Andre

Setelah membopong Putri kembali ke kamarnya, ternyata gua sudah nggak bisa tidur lagi. Entah kenapa pikiran gua melayang pada pergumulan liar dengan Putri semalam.

Lalu gua seperti mendapatkan dorongan untuk melakukan sesuatu yang liar kembali pada Putri. Mungkin benar apa yang di katakan Bokap, sex merupakan salah satu cara agar hubungan kita dengan pasangan semakin harmonis.

Entah terbesit dari mana. Otak gua menemukan cara untuk berbuat liar lagi pada hubungan sex gua dengan Putri. Saat ini gua sedang surfing di internet. Mencari barang yang gua inginkan.

“Hhhmm banyak juga ya ternyata jenisnya.” Kata gua pada diri sendiri.

Kayaknya ini cocok deh. Bolehlah kalo gitu. Setelah memilih barang yang gua mau, gua langsung pesan online barang tersebut. Setelah selesai membeli, tiba-tiba Putri datang di depan pintu kamar gua.

“Pagi sayaaaang.” Sahut Putri di depan pintu kamarku. “Kamu lagi ngapain? Kok nggak langsung turun sarapan?” Lanjut Putri.

“Oh ini tadi aku abis ada kerjaan sedikit.” Kata gua sedikit berbohong pada Putri. Lalu gua tutup laptop gua, kemudian menghampiri Putri yang berada di pintu kamar dan gua berikan ciuman di keningnya. “Yuk kita sarapan. Udah kumpul semua ya di bawah.” Lanjut gua sambil merangkul Putri dan kami berjalan menuju meja makan.

Di meja makan, semua makanan telah selesai disiapkan.

“Pagi Maa, Pagi Paa.” Kata gua pada Bokap dan Nyokap di meja makan. Kemudian gua langsung duduk.

“Ngapain aja kamu Ndre?, tumben baru turun.” Tanya Nyokap gua.

“Eh Andre ada kerjaan dikit Maa tadi, makanya telat turun” Kata gua sambil mengambil roti dan mengolesi selai pada permukaan roti.

“Oh iya Ndre, nanti malem kan Papa mau ke acara Pertemuan Pengusaha Indonesia, nanti kamu sama Putri ikut yaa.” Kata Nyokap.

“Iya Ndre, sekalian Papa kenalin kamu sama temen-temen Papa. Biar nambah channel kamu. Kan lumayan buat ke depannya.” Sela Bokap kepada gua.

“Ya Andre ikut aja deh Paa Maa. Kamu mau ikut kan Put?” Tanya gua kepada Putri yang sedang mengolesi roti dengan selai.

“Eh iya Ndre. Aku ngikut kamu aja.” Ujar Putri singkat.

“Ciieee yang mau ikut kemana aja.” Nyokap gua dengan sedikit meledek Putri.

“Ah Mama bisa aja hehehe.” Kata Putri dengan malu-malu.


*

POV Putri

Kami berempat akhirnya sudah sampai pada sebuah hotel berbintang di Pusat Jakarta. Di depan lobby hotel tersebut, sudah sangat ramai dipenuhi orang-orang. Dilihat dari penampilannya, jelas sekali jika setiap orang yang datang ke pesta ini, bukan merupakan orang sembarangan.

Aku jadi ingat saat di Bandung, Andre pernah bilang bila pesta yang didatangi oleh Papanya, Om Budi, selalu dapat dihadiri oleh keluarga para pengusaha mulai dari dalam negeri sampai luar negeri. Tak ketinggalan juga banyak pejabat tinggi negara yang hadir dalam pesta tersebut.

Ternyata pesta ini juga diliput banyak stasiun tv. Terlihat banyaknya mobil-mobil van dengan poster lambang masing-masing stasiun tv tersebut. Juga ada beberapa yang tengah melakukan siaran langsung. Aku yang notabene anak Hukum juga dapat hapal beberapa pengacara kondang yang hadir di pesta ini. Dan terlihat juga salah satu pengacara kondang yang hadir sering diliput oleh media karena gaya hidupnya yang mewah.

Lalu saat mobil tengah berada di depan pintu masuk lobby yang cukup luas, kami semua turun, sedangkan mobil diparkirkan oleh valet. Aku turun langsung digandeng oleh Tante Salma yang duduknya juga di kursi belakang mobil. Andre dan Om Budi berjalan duluan di depan. Ketika kami berempat berjalan, para fotografer langsung mengabadikan momen tersebut. Astagaaaa.. aku merasa sudah seperti selebriti ibukota saja hihihi.

“Pak Budi... selamat dan terimakasih banyak sudah datang, pak.” Sapa salah seseorang kepada Om Budi, dan mereka pun saling berjabat tangan erat. “Bersama keluarga besar, pak? Ayo ayo foto bersama terlebih dulu, silahkan pak.” Lanjut kata orang tersebut yang aku pun tak tahu namanya.

Kami berempat langsung menuju sebuah photobooth besar untuk berfoto bersama. Ketika kami akan mulai berfoto, Andre langsung merebut tanganku dari Tante Salma.

“Gantian dong Maa.” Ujar singkat Andre. “Itu Mama gandeng tangannya Papa aja, kan lebih cocok.” Lanjut Andre menyuruh Tante Salma untuk menggandeng Om Budi.

“Kamu ini Ndre, masih aja bercanda disini.” Tegur Tante Salma kepada Andre.

“Tau kamu Ndre, emang aku bakal dibawa kabur Mama apaa hihihi.” Kataku menyindir Andre.

Kemudian kami berempat berfoto bersama. Andre dan Om Budi berada ditengah, sedangkan aku di samping Andre, dan Tante Salma di samping Om Budi. Kurang lebih begitulah formasi fotonya hehehe.

Setelah sesi foto bersama selesai, kami memasuki sebuah pintu besar yang sudah terbuka sepenuhnya. Ada seorang pelayan yang menyapa kami di depan pintu masuk dengan membungkukkan badan dan memberikan sebuah senyuman.

Maka terlihatlah sebuah ballroom hotel yang luas yang di penuhi oleh orang-orang yang sedang berdiri saling membentuk kelompok diskusi. Entah apa yang sedang orang-orang itu bicarakan. Pelayan dengan dasi kupu-kupu lalu lalang di depan kami dengan membawa nampan yang berisi minuman. Jadi jika kita ingin minum, maka tinggal ambil saja dari pelayan tersebut.

[HIDE][/HIDE]

Andre yang masih di sampingku berbisik. “Hati-hati nanti kamu kesasar di sini, bikin repot lagi. Hahaha.” Andre mengejekku dengan tawa yang coba dipelankan.

“Apaan sih kamu, emang aku anak umur 7 tahun apa yang bisa kesasar.” Kataku dengan mencubit pinggangnya Andre.

“Aduuhh Put geli hahah. Oiya satu lagi Put, jangan kepincut ya sama pengusaha-pengusaha muda yang ada di sini. Soalnya kamu itu punya aku.” Kata Andre.

“Emang aku dikira barang kali. Hihih, biarin aja nanti aku cari orang yang lebih ganteng dari kamu.” Ancamku pada Andre dengan menahan tawa.

“Eh tapi aku serius Put.. dari tadi aku liat banyak orang-orang yang merhatiin kamu.” Ujar Andre. Kini kita sedang berdiri di pinggir ballroom ini. Sedangkan Om Budi sudah terlihat akrab mengobrol dengan beberapa kenalannya. Begitu juga dengan Tante Salma, yang terlihat asyik tertawa, mungkin dengan temannya sesama pengusaha bidang fashion.

“Kan berarti aku cantik makanya di perhatiin banyak orang. Harusnya kamu bangga doooongg.” Kataku dengan centil kepada Andre. hehehe.

“Iya aku bangga, sekaligus takut kamu kepincut orang lain.” Sahut Andre dengan menatap lurus ke mataku.

“Ya nggak bakal lah sayang.. masa aku kepincut sama orang yang baru aku kenal sih..” Kataku dengan menggenggam kedua tangan Andre.

“Ndre! Andre!, ke sini dulu bentar Ndre.” Panggil Om Budi pada Andre.

“Put aku tinggal dulu ya, kamu di sini aja jangan kemana-mana.” Kata Andre padaku.

Aku hanya menganggukkan kepala. Lalu Andre pun pergi ke Om Budi, mungkin mau dikenalkan dengan teman-teman Om Budi. Entahlah. Andre pun dengan cepat terlihat akrab dan mampu menyeimbangi obrolan mereka. Yang pasti Andre cukup lama mengobrol bersama teman-temannya Om Budi, maka aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar ballroom hotel ini.

Aku mengarah ke mmm apa ya, seperti sebuah balkon kecil namun masih berada di dalam ballroom ini. Jadi dari sini aku masih dapat melihat orang-orang yang sedang bersenda gurau atau pun hal lainnya.

Dan tak berapa aku berdiri di sini, aku disapa oleh seseorang yang aku sendiri pun nggak kenal.

“Hai.. sendirian?” Sapanya dengan senyuman yang sangat ramah.

“Eh mmm nggak sih, berempat ke sininya.” Jawabku mencoba bersikap ramah juga.

Aku perhatikan orang tersebut. Mungkin tingginya se Andre, atau mungkin lebih rendah dikit. Dengan pakaian formal menggunakan jas dan dasi, dengan rambut yang sangat klimis.

“Oiya kenalan dulu dong, gua Rio.” Ujar orang tersebut dengan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan berkenalan deganku.

“Putri..” Kataku dengan senyum dan menjabat tangan orang tersebut.

“Putri.. namanya yang cantik, secantik orangnya. Hahaha” Jawab orang tersebut yang mencoba mengakrabkan diri.

“Hehehe makasih..”Jawabku singkat.

Aku melihat Andre yang masih mengobrol dengan teman-teman Om Budi dari sini. Entah Andre menyadari kepergianku dari sisinya atau tidak.

Saat ada pelayan membawa minuman lewat, orang yang bernama Rio tersebut langsung mengambil 2 gelas untuknya dan untukku.

“Minum Put?” Tawarnya kepadaku.

“Boleh, makasih..” Berhubung aku juga sedikit haus maka aku terima tawaran minuman tersebut dari Rio.

“Kamu bareng siapa ke sini? Nggak sembarang orang loh bisa ke pesta ini.” Tanya Rio kembali.

“Mmm? Tadi sih bareng Om Budi. Tapi orangnya lagi ngobrol hehehe, jadi sekarang sendirian deh.” Kataku dengan menyesap sedikit minuman yang ada di tanganku.

Sebenarnya aku merasa dari awal jika Rio ini ingin mendekati aku, namun karena aku juga sedang bosan, dari pada hanya diam saja, lebih baik aku ladenin saja Rio. Lumayan juga aku menjadi ada teman ngobrol saat ini.

“Ooohh Om Budi yang pengusaha ritel itu? Wah keren. Aku denger-denger Om Budi salah satu pengusaha yang sedang melejit naik daun, karena usahanya di bidang ritel memang lagi panas-panasnya.” Jelas Rio.

“Hehehe aku sih nggak begitu tau soal itu.” Kataku dengan tersenyum.

“Dari pada diem di sini doang, mending kita jalan yuk ke dalam.” Ajak Rio padaku.

“Hm?” Aku mencoba memperjelas pendengaranku.

“Nggak ada salahnya kan jalan-jalan sebentar. Sekalian lihat-lihat hotel ini lebih dalam lagi.” Ucap Rio mempertegas tawarannya.

“Boleh.” Jawabku singkat.

Maka sambil mengobrol kami jalan semakin masuk ke dalam hotel. Setelah ruangan ballroom yang besar ini, ada sebuah taman belakang yang telah di dekor sedemikian rupa. Banyak juga di taman ini orang-orang yang sedang mengobrol, namun tidak sebanyak di ballroom memang.

Lalu Rio pun menjelaskan, jika di pesta ini tidak ada rangkaian acaranya. Jadi setiap tamu yang datang lebih sering mengobrol ngalur ngidul saja. Sekalian silahturahmi sesama pengusaha. Bisa juga untuk lobbi-lobbi pekerjaan masing-masing.

Maklum karena kebanyakan orang yang datang adalah seorang pengusaha, jadi dapat dimanfaatkan sebagai ajang melebarkan bisnisnya juga.

“Kalo gua boleh tau, kamu anaknya Om Budi? Atau siapanya?” Tanya Rio kembali.

“Bisa dibilang begitu, hehehe. Kenapa emang?” Balasku dengan bertanya kembali.

“Nggak, soalnya seinget gua anaknya Om Budi itu cowok heheh.”

“Yaaaa sebenernya aku pacar anaknya itu hehehe, kebetulan lagi liburan di Jakarta, jadi ya diajak ke pesta ini.”

Sekilas saat aku bilang pacar anaknya Om Budi, aku melihat raut wajah Rio seperti berubah. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya.

“Ooohh pacar anaknya. Lagi liburan? Loh jadi lu bukan orang Jakarta?”

“Bukan hehehe, orang jauh lah pokoknya.” Kataku sesekali menyesap minuman di tanganku. “Kalo lu? Kesini bareng siapa?” Lanjutku yang kini bertanya sama Rio.

“Bareng siapa yaaa? Sendirian sih, orang di undangannya aja sendirian.” Jawab Rio.

“Hmm berarti lu salah satu pengusaha muda yang dateng ke sini dong ya?”

“Belum bisa dibilang pengusaha sih, cuman pedagang kecil-kecilan. Maklum baru merintis.”

Kata Rio, dia memang baru memulai usahanya di bidang pariwisata. Dia ke sini juga sekalian ingin mencari orang-orang yang mungkin dapat diajak bekerja sama dengannya. Sebenarnya backgroundnya Rio yang lebih membuat namanya dikenal. Dia anak seorang konglomerat di pertambangan.

“Ya nggak masalah kali, justru lebih terasa kalo mulai dari nol kan.” Ujarku kepada Rio.

“Lagian gua juga nggak terlalu suka kalo orang bilang gua ajimumpung sama ketenaran bokap. Jelas-jelas bidang usahanya aja beda kan, gua di pariwisata sedangkan bokap di pertambangan.” Kata Rio.

“Mmm bener juga tuh. Emang nyebelin kalo orang-orang mulai ngomong yang kita jalanin sekarang itu di dapet dari orang tua semua. Padahal kan yang jalanin kita, yang tau kita masa mereka yang ngejudge. Ya kan.” Sahutku pada Rio.

Saat mulai asyik-asyiknya mengobrol dengan Rio. Tiba-tiba Andre datang dan langsung memelukku dari belakang.

Aku langsung merasakan situasi yang tidak enak.

“Sayaaang, kamu kemana aja sih, aku cariin dari tadi.” Ujar Andre sambil mencium ubun-ubun kepalaku.

“Eh kamu Ndree, ini lagi liat-liat aja. Oiya kenalin Ndre, ini Rio. Dia salah satu pengusaha pariwisata loh.” Kataku mencoba mencairkan suasana, namun justru malah semakin terasa panas.

“Rio...” Kata Rio dengan mengulurkan tangannya pada Andre.

Namun Andre tidak langsung menjabat tangan Rio, dia malah menatap Rio dengan tatapan tajam. Tapi untungnya situasi ini hanya bertahan beberapa detik, setelah itu Andre tersenyum pada Rio, dan menjabat tangannya.

“Andre, pacarnya Putri.” Kata Andre mempertegas jika dia pacarku.

Kemudian setelah itu terasa sangat canggung sekali situasi diantara kami bertiga. Andre kembali memelukku dari belakang, dan sesekali seperti menggesekkan selangkangannya ke bokongku. Andre melakukan itu semua di depan Rio. Karena situasi sudah canggung seperti itu, maka Rio memutuskan untuk pergi dari kami berdua.

“Kalo gitu gua pergi duluan ya, mau ketemu sama orang dulu.” Ujar Rio pada kami berdua.

“Buru-buru amat, di sini aja lah dulu ngobrol-ngobrol kita.” Kata Andre terdengar sangat sarkasme.

“Nggak usah ntar gua ganggu kalian berdua. Yaudah gua duluan yaa, byee.” Lanjut Rio.

“Bye hati-hati yaa.” Kata Andre dengan masih memelukku dari belakang.

“Hati-hati Rio.” Kataku singkat.

Rio hanya memberikan senyum pada kami berdua, setelah itu dia berbalik badan kembali ke kerumunan orang-orang di hotel ini. Tak berapa lama Rio pergi, Andre berbisik padaku...

“Urusan kamu sama aku belum selesai sayaaang.” Kata Andre dengan mencium rambut belakangku, sejurus kemudian menarik lenganku.

Andre membawaku ke sudut taman ini. Lebih tepatnya sekarang kami berada di depan sebuah toilet. Aku hanya diam saja mengikuti ke mana Andre membawaku.

Sejenak Andre seperti memperhatikan sekitar kita. Dia melihat kanan kiri seperti memastikan situasi aman terkendali. Dan setelah ia merasa aman, lenganku kembali ditarik untuk memasuki sebuah toilet pria di sudut taman ini.

“Ndreee, kamu mau ngapain, ini tempat ramai loh.” Kataku dengan sedikit panik pada Andre.

“Udah ikut aja, aku mau ngobrol sama kamu di dalem.” Kata Andre.

Akhirnya kami sudah berada dalam sebuah toilet pria. Karena toilet ini hanya satu saja, jadi orang lain tidak dapat memasuki toilet tersebut. Dan begitu pintu toilet dikunci dari dalam, insting birahiku merasakan hawa panasnya. Lantas aku sedikit didorong oleh Andre ke tembok samping pintu toilet tersebut. Sebelah tangannya di tempelkan ke tembok samping kepalaku.

“Sekarang kamu jelasin.” Kata Andre dengan menatapku tajam.

“Jelasin apa sayaaang? Kamu cemburu sama Rio? Aku cuman ngobrol biasa doang. Kenalannya juga baru.” Ujarku menjelaskan pada Andre seadanya. Karena memang begitu adanya.

“Kamu emang nggak bisa ditinggalin sebentar aja di sini, Put.” Kata Andre singkat, dengan napas yang sedikit memburu. “Kamu tau nggak kalo daritadi si orang yang namanya Rio itu, ngeliatin kamu kayak pengen nelanjangin kamu.” Lanjut Andre dengan napasnya yang sudah tidak beraturan.

Aku bingung harus menjawab apa. Lantas aku hanya menggelengkan kepala, sambil mencoba memasang wajah memelas pada Andre.

“Aku nggak bisa bayangin kalo seandainya kamu aku tahan 30menit lagi aja sama itu orang, mungkin ‘milik aku’ ini udah di rebut sama orang brengsek itu.” Kata Andre dengan menekankan kata ‘miliknya’ sambil mengelus selangkanganku dari balik gaun yang aku pakai.

Andre tidak berhenti untuk mengelus selangkanganku dengan matanya terus menatapku tajam. Perlahan birahiku mulai memanas, hingga terdengar suara desah napasku. Aku merasa cairan memekku mulai merembes keluar.

“ Ndree hhhh maafin aku.. aku nggak tau kalo tadi Rio itu orang yang brengsek sssshhhh” Mataku mulai sayu menatap mata Andre yang masih tajam menatap mataku.

“Kamu tau kan kalo ‘ini’ itu punya aku seorang?” Ujar Andre yang semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku, hingga deru napasnya meniup wajahku.

Aku hanya mengangguk pelan.

“ Jawab Put, ‘ini’ itu namanya apa?” Kata Andre mencoba untuk lebih membuatku panas lagi.

“Sssshhh memek Ndree.” Kataku mencoba untuk terus menikmati setiap gesekan tangannya Andre yang sudah mencoba membelah memekku dari balik gaun.

“Pinter.. memek kamu punya siapa?” Kembali tanya Andre dengan mulut tepat samping telingaku, sehingga napasnya meniupkan belakang telingaku.

“Ahhh punya ko..kontol kamu Ndree sshhh.” Jawabku mencoba menjadi lebih liar.

“Kamu liar Put, binal..aku suka.” Ujar Andre dengan semakin menekan dalam tangannya menggesek memekku.

“A..aku..aku ssshh mau kontol Ndre.” Kata-kata tersebut tanpa sadar keluar dari mulutku.

“Ha? Kamu mau kontol? Kontol siapa?”

“Ssshh kon..tol kamu sshh.”

Ujung hidung Andre kini sudah menempel pada ujung hidungku.

“Aku kasih kontol si Teddy trainer gym kamu dulu, mau?” Tanya Andre yang membuatku semakin panas, hingga peluh keringat mulai membasahi tubuhku.

Aku menggelengkan kepala. “Aaahh maunya pu..nya sshh kamu Ndre.” Kataku.

“Kenapa emang?” Tanya Andre singkat.

“Kontol sshh Teddy kecil aahhh, kon..tol ssshh kamu gede pan..jang ssshhh” Aku sudah semakin menggeliat di tembok.

Setelah aku bilang begitu, Andre langsung menjulurkan lidahnya keluar. Sedetik kemudian lidahnya sudah menjilat setiap inci dari wajahku, hingga air liurnya kini membasahi wajahku. Dengan insting birahiku, aku keluarkan juga lidahku. Dan akhirnya kedua lidah kami bertemu satu sama lain. Saling memagut mesra. Saling bertukar ludah masing-masing.

Ccccllluuurrrrppppp ccccllluurrrppp cccllluuurrrppp Mmmmppphhh begitu lah kira-kira suara mulut kami yang beradu.

Sebelah tangan Andre yang sebelumnya disandarkan ke tembok, kini menjambak rambut belakangku. Rambutku sedikit acak-acakan karena jambakan Andre tersebut.

Selama 5 menit kami saling bertukar ludah, hingga Andre melepaskan lidahnya yang sedang kulumat.

“Hhhh hhhh hhhh kamu mau kontol? Hhhh hhhh” Kembali tanya Andre padaku dengan napas yang memburu.

“Iya aku mau hhhh hhhh, please kasih aku kontoll hhhh.”

Lalu sejurus kemudian tubuhku diputar hingga menghadap tembok. Rambut belakangku ditarik oleh Andre, hingga kepalaku sedikit mendongak ke atas. Lalu Andre memajukan wajahnya hingga berada di samping telingaku.

[HIDE][/HIDE]

“Aku turutin apa yang kamu mau hhhh hhhh.” Katanya dengan setengah berbisik. Setelah itu dia buka celana bahan berikut celana dalamnya, namun tidak sampai di loloskan hanya selutut saja. Muncullah kontol yang aku inginkan. Kontolnya sudah setengah ngaceng.

Lalu Andre mendorong tubuhku hingga setengah membungkuk. Diangkatnya gaunku hingga mencapai perut. Dan tanpa melepas celana dalamku yang hanya di singkap ke samping, Andre mencoba melesakkan kontolnya lewat sela-sela celana dalamku.

Dan begitu kepala kontolnya sudah menempel dengan memekku, Andre langsung mendorong tubuhnya untuk memasuki tubuhku.

Bllleeessshhh

“AAAAHHHHH HHHHMMMPPPP” Begitu kontolnya masuk, aku langsung teriak namun segera ditutup mulutku oleh tangan Andre.

Andre mendiamkan dulu kontolnya dalam vaginaku. “Jangan teriak Put.” Andre masih dengan berbisik.

“Hhhhmmppp hhhmmmpp” Mulutku masih ditutup oleh tangannya, aku hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Aku goyang tapi kamu jangan berisik ya? Ssshh ssshhh” Ucap Andre mencoba menyuruhku untuk tidak berisik.

“I..iyaa Ndre. Cepet ssshhh goyang ssshh.”

Lalu Andre pun mulai menarik keluar kontolnya, dan memasukkan lagi secara perlahan.

“Memek kamu yang terbaik Put ssshhhh. Udah sering aku pake ssshhh tetep aja sempit ssshhh.” Ucap Andre dengan genjotan yang sangat pelan.

“Koo..nttool kamu Ndre ssshh yang kegedean aaahhh ssshhh.” Kataku mencoba untuk tidak terlalu mengeluarkan suara keras.

Ooouuggghhhsss vaginaku terasa penuh dengan kontolnya yang membesar maksimal di dalam memekku. Aaahhh cairan kenikmatanku pun keluar semakin banyak.

Setelah dirasa cukup waktu, Andre menaikan tempo goyangannya menjadi lebih cepat.

Plok Plok Plok Plok Plok Plok Plok

“Aaahh aaahh aaahh aaaah aaaahhh” desahku setiap kali Andre mendorong masuk kontolnya hingga menyentuh rahimku.

Lalu lengan gaunku digeser oleh Andre, hingga kini terpampang lah bh ku yang seperti tidak muat untuk menampung ukuran payudaraku.

Sambil menggenjot, Andre juga meremas payudaraku dari baik bh ku.

Plok Plok Plok Plok Plok

Sudah 10 menit Andre menggenjot namun tempo genjotan Andre tidak menurun sedikitpun, mungkin malah lebih cepat. Stamina Andre memang luar biasa.

Rambutku dijambak olehnya, dan dia memajukan wajahnya untuk mengendus rambutku.

“Sssshhh aaaahhh aaaahh aaaahhh aaaaah aaaahhh” Desahku yang sudah berada diambang orgasme pertamaku.

“Cukup satu ronde ssshh aja Put. Aaahh ssshh aku nggak mau orang di luar ssshh curiga.” Ujar Andre di rambut belakangku.

Aku tau Andre bisa lebih dari 3 ronde sekaligus. Namun karena kami bercumbu di tempat umum, takut ada orang yang curiga.

“I..yaa Ndree ssshhh aaaahhh. Akk.aakkuuu mau keelluuaarrr. Tuuuttuupp mulut aakuu Ndree.” Ujarku yang merasa orgasmeku sudah diujung tanduk.

Aaaahhh rasanya nikmat sekali di entot di tempat umum seperti ini. Adrenalinku menjadi meningkat.

Lantas Andre langsung menutup mulutku dengan sebelah tangan, dan tangan yang lainnya masih menjambak rambutku.

“Bareng Put, aku juga mau keluarr ssshhhh.” Sahut Andre yang juga sudah ingin mencapai orgasmenya.

Dan beberapa detik kemudian.

“HHHHHHHMMMMMPPPPP HHHHHMMMMPPP HHHMMMMPPP.”

Aaaaahhhh aku mengalami orgasme yang luar biasa. Cairan vaginaku menyiram batang kontol Andre yang masih menggenjot, dan tak berapa lama kemudian.

“Memek kamu enak Put.. ssshhhh makan nih peju aku AAHHHHHHHH AAAHHHH.”

Crot Crot Crot Crot Ooouugggghhhssss rasanya panas sekali vaginaku disiram oleh peju Andre yang sangat banyak. Terasa sampai 10 kali semprotan kontolnya dalam vaginaku, hingga cairan kami berdua tak mampu dibendung, dan merembes keluar sampai betis dan kakiku.

“Hhhh hhhh hhhh kamu masih kuat jalan kan?” Tanya Andre padaku.

Aku hanya menganggukan kepala. Namun rasanya tubuhku lemas sekali, untung permainan kami hanya satu ronde maka aku masih dapat berdiri. Jika lebih dari satu ronde, maka dapat dipastikan Andre harus membopongku keluar.

Kemudian Andre melepaskan kontolnya yang terlihat masih membesar itu. PLOP

Setelah kontolnya terlepas, peju dalam memekku semakin banyak lagi yang keluar. Andre lantas meraih tas genggamku, dan mengambil tisu basah dari dalamnya.

Dengan penuh perhatian, memekku di bersihkan. Sampai cairan yang meleleh mencapai betis dan kakiku pun tak luput dibersihkannya. Andre memang sangat perhatian sekali padaku.

Namun aku kasian dengan Andre, sepertinya dia tidak cukup hanya dengan satu ronde denganku. Itu terlihat dari kontolnya yang masih cukup ngaceng.

“Kamu nggak apa-apa Ndre cuman seronde hhhh?.” Tanyaku sambil mengelus kontolnya.

“Nggak apa-apa Put, ayo kita keluar nanti orang lain malah curiga.” Kata Andre dengan menaikkan celananya.

Huhuhu kasian kontolnya yang masih besar itu harus kembali kesarang yang sempit. Aku pun juga ikut merapikan diri. Aku rapikan gaunku seperti sedia kala. Dan mencoba menyisir rambutku yang acak-acakan dengan jari-jariku. Setelah kami berdua sama-sama selesai merapikan diri, maka kami segera keluar dari toilet tersebut.

Saat kami keluar ada seorang pria yang sedang mengantri. Andre lantas langsung meraih lenganku dan segera pergi dari toilet tersebut. Dari sudut mataku, pria yang tengah mengantri tersebut melihat kami dengan tatapan kaget.

To Be Continue
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd