Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Afterglow

Lanjut

W: "Maksudnya tadi apa Van" Lagi-lagi aku di interogasi.
R: "duduk deh" ucapku padanya.

Setelah berbagai macam penjelasan, akhirnya Wiya sadar bahwa kedekatan kami tidak hanya sebatas rekan kerja saja.

*Flashback*

Pertemuan pertama.

"Bugg" .... "Aduh sorry mas, saya buru-buru"
"Iya, gapapa"

Sebuah percakapan singkat yang menandai pertemuan pertamaku dengan Wiya, kami melamar disebuah perusahaan yang sama, dari ciri-cirinya terlihat begitu. Pakaian formal, membawa map dan terkesan buru-buru, selayaknya para pelamar kerja lainnya yang sama-sama gelisah dan tegang menantikan interview perusahaan ini.

Aku yang jalan dengan santai dan kalem melihat kesekitaran para pelamar kerja lainnya, wanita tadi cukup menarik perhatianku, ia terlihat modis dan casual dalam balutan pakaian formal yang sudah ditentukan oleh bagian rekrutmen. Tak ada senyum, dahi mengeryit, wajahnya yang cantik tertutupi rasa gelisah, bagaimana tidak, jumlah pelamar dengan kapasitas yang diberikan berbanding jauh sekali, hanya ada 10 posisi yang mereka tawarkan, sedangkan pelamar yang datang saat ini hampir seperempat gedung! Maklum saja, perusahaan ini sedang tenar-tenarnya dikalangan start-up.

Nomer peserta sudah dibagikan, dan beruntungnya aku mendapat nomer urut yang tidak terlalu jauh dari wanita tadi. Kami dikumpulkan diruangan terpisah, setiap orang mendapatkan waktu presentasi 3 menit saja, sebelum dilakukan penyaringan selanjutnya.

Satu tahap sudah lolos, dan wanita tersebut juga lolos. Akhirnya ada sebuah momen kami duduk bersebelahan.

"Eh, mbak yang tadi" ucapku menyairkan suasana. Ia diam dan sedikit bingung, "saya yang tadi mbak tabrak" ucapku memperjelas siapa aku.

"oh maaf ya mas, tadi saya buru-buru" ucapnya sedikit mengenaliku.

"Revan" ucapku sembari mengulurkan tanganku padanya

"Wiya" sambutnya singkat.

Kami sedikit berbincang-bincang mengenai background kami masing-masing.

Hingga tersisa sekitar 60 an pelamar yang lolos berbagai tahap dan seleksi yang diberikan oleh perusahaan ini.

"Baik, untuk yang masih bertahan. Sekarang buat kelompok 10 orang, dan diskusikan posisi yang ingin kalian duduki, setelahnya serahkan kepada kami biodata dari kelompok kalian, Terima Kasih".

Team HRD memberikan intruksi untuk kami berkelompok, dan inilah awal mula aku, Wiya, Retno dan Pak Hendra bergabung menjadi satu divisi bahkan sebelum kami diterima bekerja, sedangkan beberapa yang lain saat itu sudah ada yang resign dan digantikan oleh orang lain.

Saat menjadi satu kelompok, terlihat sekali bahwa Wiya sangat gugup dibanding dengan yang lainnya, berkat kedewasaannya Pak Hendra memberikan arahan dan wejangan yang bisa menenangkan Wiya, aku selalu ingat kata-kata Pak Hendra saat itu.

"Jangan cari lawan, bisa jadi orang yang kamu coba jatuhkan saat ini adalah salah satu rekan kerja yang bisa kamu andalkan di masa depan".

Jika mengingat kata-kata itu, hal itu benar-benar terjadi di kemudian hari, bagaimana Wiya dan aku menjadi sangat dekat karena kami saling membantu di masa-masa awal kami bekerja.

Kembali ke masa sekarang.

W: "Lucu ya Van, aku bisa deket sama kamu karena kata-kata Pak Hendra dulu, dan sekarang beneran kejadian, kamu bantu aku di kondisi saat ini, bantu Mbak Retno juga" ucapnya padaku.

R: "emang Pak Hendra kalo urusan motivasi emang top" timpalku menyetujuinya.

W: "kamu baik Van, aku ga nyangka aja" matanya berkaca-kaca.

Aku langsung memeluknya, dan ia menangis dipelukanku. Banyak kejadian yang sudah kita lalui bersama, bagaimana Wiya sempat berada dibawah tekanan karena kinerjanya yang sedikit lamban, tuntutan perusahaan, deadline, presentasi dan lain sebagainya nyaris membuatnya menyerah. Namun support yang kami berikan mampu membuatnya bertahan.

Momen-momen itulah yang menjadikan kami dekat, dan saling memiliki perasaan, tapi kami sadar, landasan kedekatan kami bukan karena hubungan yang intens diluar pekerjaan, semua karena pekerjaan dan sekarang karena seks.

R: "udah sedih-sedihannya, sekarang waktunya ena-ena" candaku padanya

W: "mesum!" hardiknya sambil tersenyum manis sekali.

Akupun mengecup bibirnya dan disambut dengan bergairah olehnya, percumbuan kami mengalir begitu saja sampai-sampai kami sudah tidak berbusana.

Ditengah lumatanku pada lehernya, Wiya mendorongku dan berkata, "aku mau diatas".

Tidak banyak foreplay yang kami lakukan, hanya saling mencumbu satu sama lain dan melucuti pakaian masing masing, tangan Wiya sudah menggenggam penisku dan siap mengarahkannya pada vagina imut miliknya, dengan satu hentakan turun saja "bless" penisku sudah setengah masuk kedalam vagina Wiya yang sudah sangat basah.

"Hhhnghh, Ahhh" desah Wiya saat penisku sudah masuk seutuhnya.

Aku membiarkannya memegang kendali saat ini.

"aku goyang ya Van" ucapnya sambil menggerakan pinggulnya maju mundur. Akupun meremas bokongnya dan ikut mengkomando gerakannya, payudaranya yang menganggur langsung kulumat habis.

"Uhhhh, enak Van, berasa banget, gigit dikit Van" perintah Wiya yang sudah larut dalam permainan kami yang baru saja dimulai.

Aku menggigit puting kiri Wiya yang berada dimulutku, seraya tetap mengkomandoi gerakan pinggulnya melalui tanganku.

Lima menit berlalu, sesekali aku berganti sisi payudara Wiya dan juga melumat lehernya, gerakan pinggul Wiya semakin tak teratur, terkadang ia bergoyang cepat dan bergetar, terkadang ia membenamkan vaginanya dalam dalam.

"Vann Ahhhh" desahannya yang tipis-tipis selalu membuat gairahku bergelora.

"Coba panggil sayang" ucapku iseng disela-sela cumbuanku pada payudaranya.

"Iyaa sayang, Ahhh Van" desah Wiya karena kini pinggulku ikut kugerakan menyambut goyangannya.

"Ahh sayaang, aku mau keluar sayaaangh" ucapnya sembari meremas kepalaku dan membenamkan wajahku pada payudaranya, akupun memainkan payudaranya dengan lidahku.

Goyangan Wiya semakin liar dan tak terkendali, sebuah jepitan dari Vaginanya menandakan orgasmenya akan tiba.

"Ayo sayang jangan ditahan sayang" ucapku merangsangnya melalui kata-kata. Benar saja, area Vaginanya semakin menghangat, suara becek pun semakin terdengar jelas.

"Ahhhh, aku keluar sayaaanghhhh" ucap Wiya dengan kondisi matanya yang memutih, pinggulnya bergetar dan vaginanya menyemburkan cairan orgasmenya dengan jumlah banyak, banjir sudah kasur dan lantaiku hari ini.

Wiya menghela nafas sambil memukul dadaku dan berkata "Curang, aku keluar duluan mulu" ucapnya manja, ia yang lemas langsung terjatuh dipelukanku dengan vaginanya yang masih menancap dan berkedut-kedut meremasi penisku.

Aku yang masih sangat bernafsu langsung merubah posisi dan menelentangkan Wiya tanpa melepas penisku dari vaginanya.

Dengan pompaan yang cepat, aku menyerang vagina Wiya sambil menciumi wajahnya.

Wiya hanya bisa mendesah pasrah sambil sesekali membalas ciumanku

"Ahhh sayang, enak sayaang" desahnya menerima penetrasi yang kulakukan

10 menit sudah berlalu. Goyanganku semakin cepat dan menggebu-gebu, aku ingin menggapai klimaksku

"Uhhh, lebih dalem lagi yang"
"Ahhhh sayaaaang"
"Iya gitu yang"
"sayang aku keluar lagi ahhhh"

Wiya kembali takluk, namun akupun sudah berada diujung klimaksku, rasa nafsu dan kaki Wiya yang menjepit pinggulku membuatku tak mampu meredam nafsuku untuk orgasme didalam vagina Wiya.

Satu hentakan dalam kuberikan dan spermaku menyembur deras didalam Vagina Wiya.

"Ahhhh sayaang, aku keluar lagiiih" ucapnya lemah karena mendapatkan orgasme ketiganya malam ini.

"sayang" ucapnya pelan.
"Iya sayang?" aku meresponnya.

Ia diam dan mengecup bibirku, sambil berkata "besok di dalem lagi ya sayang, enaak".

Bersambung~
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd