Sebelas
Pesmol Ikan
Reynold.
Hal yang gue gak suka terjadi juga, meeting online dadakan. Karena ini hal penting soal masa depan perusahaan gue juga.
Lebih cepat dari yang gue duga, karena gue kira sekitar 4 jam, jadi 6 jam. Karena kendala sinyal dan juga peralatan lainnya.
“Yuk balik don, mau berendam gue rasanya, “
“Kalau udah balik gue omelin tuh orang, lihat aja” desis kesal donny
“Gak usahlah, ini salah gue juga kok, lupa kasih tau dokumennya”
“Tapi investasinya tetap lanjut ke perusahaan?”
“Untungnya masih percaya, habis liburan gue mau lihat produk kosmetik yang akan di jual pasaran.” Ini sedikit melenceng keluar dari bidang property dan sejenisnya.
Gue lakuin ini karena mau buktiin gue bukan numpang kekayaan, tapi punya kualitas buat untuk menghasilkan sesuatu. Termasuk produk kosmetik, aneh tapi ini gue yakin.
“balik ke hotel?”
“Ke villa aja, gue mau tau jawaban si shanty dan udah gue minta masak makan malam”
“haaa?” gue belum kasih tau soal tadi pagi, dan soal tadi malam tentunya Donny tau.
Dia yang foto sekaligus rekam saat gue copotin satu persatu pakaian shanty, dan juga cumbu dia sampai klimaks.
Masih terasa aneh memang, dia sadar saat gue mainin tapi pagi-pagi dia hanya ingat soal mabuk aja.
“gila lo, serius lo mau dapetin dia?” gue angguk-angguk, tapi gue sedikit ragu dia terima apa ngak.
“terus lo pacaran sama dia?”
“pastinya, sampai thalita sadar gue punya cewek beneran bukan sewaaan” senyum gue penuh keyakinan.
“gue punya ide,”
“Ide?”
“yups, biar lo di terima sama shanty” Donny senyum penuh makna,
“apa?”
“Nanti di villa lo bakal tau, surprise buat lo berdua deh” tawanya bikin gue penasaran.
***
Sampai juga di villa, pintu depan gak ke kunci seperti biasanya. Gue gak kwahtir juga soalnya pasti aman.
“eeehhh” jerit shanty pas mau masuk kamarnya sambil pakai handuk. Gue langsung ke belakang buat berendam sebentar,
Sambil tunggu shanty masak, soalnya di meja belum ada masakan. Cuman nasi putih yang masih hangat.
Cukup sepuluh menit gue berendam, gue selesai dan langsung mandi, terpaksa pakai sabun seadanya, termasuk pakai sabun shanty sekian kalinya. Tapi itu cukup buat gue.
“Sana mandi don, “
“Makan dulu rey, shanty udah siapain makanannya” Donny udah bersiap buat makan, dan shanty lagi siapin piring.
Seperti biasa dia pakai pakaian tidur, tapi bedanya gue bisa lihat tali bra tipis. Gue rasa dia masih malu kalau gue udah lihat di telanjang bulat.
“Masak apa?” tanya gue penasaran.
“Pesmol, lo pasti gak bakalan tau makan kayak gini ya?” tanyanya agak ragu, tapi benar gue baru pertama kali tau namanya pesmol, dan ternyata isinya ikan.
“Ikan apa?”
“Mujaer, lo gak suka ikan?” tanyanya lagi pelan.
“suka kok,, gue cobain ya” sepertinya enak dari bau masakannya.
Gue langsung cicipin bumbu di atas ikannya, rasanya enak bumbunya kerasa di lidah atau bahasanya balance.
Kini giliran gue cicipin ikan sekaligus pakai nasi, shanty sesekali lihatin gue pas lagi kunyah pelan.
“wow,,,” gumam gue benar-benar gue suka masakan yang shanty buat, dan paling gue suka bumbunya.
“Gila lo rey, bersih tuh ikan,” Donny tunjuk tulang ikan yang tersisa tulang belulang, shanty juga kelihatan terkejut pas gue selesai makan.
“Sini gue cuci.“ shanty langsung ambil piring gue sama Donny,
“Dan sekarang rencana di mulai” bisik Donny langsung bangun.
“Rencana apa?” Donny gak jawab cuman senyum, dan langsung ke kulkas buat ambil sesuatu. Dia ambil juss jeruk yang beli di jalan dan tuang menjadi tiga gelas.
“WHAT?” pekik gue pas Donny masukin sesuatu ke satu gelasnya. Gue langsung ke ruang depan buat nonton tv,
Shanty selesai langsung ikut duduk, tapi beda jarak di lebih pojok dari gue.
“Minum dulu, gue bawain juss, ini buat lo shanty, dan ini buat lo rey, ini buat gue”
“Cicipin enak gak” pinta Donny, shanty langsung cicipin sampai setengah gelas.
“enak seger, hehe, makasih” senyumnya langsung minum lagi.
“Okeh, kalau gitu gue ke hotel dulu yah, mau mandi sekalian. Lo apa yang mau di bawain rey?” kedipan mata Donny mengisyaratkan tunggu aja.
“Gak usah, besok pagi kesini aja jemput gue”
“wahh,, mau tidur bareng lagi yah?”
“GAKKKK!!” jawab gue sama shanty bersamaan.
“kompak amat, hahaha”tawanya langsung keluar pintu, gue gak tau bubuk apa yang di masukin ke minuman si shanty. Antara obat bius sama obat perangsang.
Shanty langsung tenggak habis sampai tetes terakhir, gue cuman tunggu reaksinya antara tidur dan gelisah.
***
Sepuluh menit berlalu, tapi tak ada reaksi dari shanty. Gue curiga Donny kasih gula bukan bubuk yang aneh-aneh.
“Boleh tanya sesuatu gak?” tanya shanty pas gue lagi serius liat berita sepuluh pengusaha muda, dan nama gue ada masuk di list itu berita
“apa?” gue langsung matiin tv nya, terus noleh ke arah shanty.
“Soal semalam”
“lo mau jawab?”
“bukan ituu…enggh” shanty gigit bibirnya.
“gue masih gak yakin sih, soalnya hnmmm”
“gue ngerasa lo yang… cium gue dan seterusnya gitu” katanya pelan sambil gigit bibir lagi.
“Maksudnya?”
“maksudnya gue mimpi, ada yang cium gue tapi rasanya kayak beneran” lama-lama makin mengoda itu bibir kalau di gigit terus.
“lo gak mimpi kok,”
“heeee??” pekiknya terkejut.
“gue memang cium lo karena gak sengaja buat ganti pakaian, tapi lo malah balas cium gue” kata gue senyum,
“HEEE?” jeritnya lebih besar dari sebelumnya, tapi kali ini dia langsung tutup mulut,
“dan kalauu ittuuuuuu” tanya shanty lagi, gue tau maksudnya. Dia mau tanya soal gue mainin vaginanya sampai klimaks.
“gue juga,” tubuh shanty langsung gue Tarik sampai dia duduk di samping gue.
“dan sekarang lo jawab pertanyaan gue tadi pagi” dia langsung terdiam tatap wajah gue.
“Gue belum siap, sumpah… hmmm”
“kalau begitu pakai jawaban simple aja” shanty langsung noleh ke gue lagi.
“apa?”
“kalau lo tolak kiss in ur lips, bearti jawaban lo no, dan sebaliknya?” gue langsung dekatin bibir gue pelan, kayaknya serbuk yang Donny kasih gak ada efeknya.
Semakin lama semakin dekat dan gue bisar rasain bibirnya shanty, dan jawabannya yes, Matanya terpejam membiarkan bibir gue melumat bibirnya perlahan.
“ngghhh” desahnya pelan pas gue cium perlahan lehernya, shanty tak menolak membuat gue pangku dia sambil terus cium bibir nya lagi.
“ASHHHhh reyyyy ngghhhh” lenguhnya pas gue jilatin leher bawahnya, kadang belakang kuping kiri dan kanan.
“boleh pegang ini?’ tanya gue remas buah dadanya pelan dari luar.
“uhm,, iah,” jawabnya sambil tahan desah, gue langsung buka satu persatu kancing baju tidurnya sampai kancing terakhir dan gue singkap sampai baju tidurnya terlepas.
Tinggal bra dan celana tidurnya, tangan gue agak susah buka pengait tali bra nya. Walau cukup lama tapi bisa, dan gue lupa bibir gue gak lepas dari bibirnya.
Shanty langsung gue rebahin di sofa, sambil gue tahan dua tangannya pakai satu tangan,
Lidah gue mulai bermain pelan di buah dadanya menurut gue ideal, hari ini gue bisa ukuran buah dadanya dengan jelas.
Shanty cuman pejamin mata sambil menggeliat pas putingnya gue pilin sekaligus di hisap pelan.
“auhhhhhh ssshh” desahnya panjang pas gue hisap panjang juga salah satu buah dadanya, kali ini perlahan tangan gue Tarik perlahan celana tidurnya sampai betis.
“Geliii ohhhhhhh~~” ucapnya sambil mendesah saat tangan gue masuk kedalam celana dalamnya sekaligus elus pelan bagian belahan vaginanya.
“Jangan di situuu ahhh uhm” racaunya, padahal kemarin-kemarin gue mainin kayak seperti ini. Apa ini efek dari serbuk yang Donny kasih,
Perlahan celana tidur, sekaligus celana dalamnya berhasil gue lepas, shanty sudah telanjang bulat di sofa,
“sinii” pinta gue Tarik tangannya ke pangkuang gue lagi, tapi bedanya shanty menghadap depan dan ngebelakangin gue.
Kakinya di paha kiri kanan, kalau gue rentangin kaki gue, kakinya jgua ikut terbuka.
“uhhhmm” lenguhnya gue ciumin tengkunya lagi dan remas buah dadanya perlahan. Sambil memposisikan kepala shanty di pundak kiri gue.
Bibirnya gue cium perlahan, dengan tangan kanan mainin buah dadanya, sedangkan tangan kiri gue mainin vaginanya.
“ohhhhh reyyyy” desisnya panggil nama gue pas dua jari gue masuk ke vaginanya dan kocok perlahan.
“Mau di keluarin?” bisik gue rentangin kedua kakinya lebih lebar, kalau di cukur bulunya lebih gampang gue temuin klitorisnya dalam posisi kayak gini.
“iaahhh keluarinn uhhmm” jawabnya sambil desah, tangannya juga pegang tangan gue.
Hal ini bikin gue lumayan horny, yang jelas horny gue berkelas dan gak gampangan,
“ohhhhh terussssss” jeritnya saat dua jari gue kocok cepat sampai terasa vaginanya udah sangat licin, lebih licin dari yang kemarin-kemarin.
“ohhhhhhhh guee ahhhhhhh” desahnya tertahan, kedua kakinya langsung jepit tangan gue di selangakangannya. Tubuhnya juga ikut menggeliatn.
“Basah~~~” bisik gue sambil tunjukin jari-jari yang lengket dengan cairan putih kental langsung dekatin ke bibirnya.
“gak mauu uhm” bibirnya tertutup rapat, walau akhirnya gue bisa masukin jari gue ke mulutnya sambil di maju mundur pelan.
***
Bibir gue sama shanty kembali saling lumat, tapi kali ini duduk berhadapan, “ke kamar yuk” gue langsung siap-siap bangun.
“ngapain?” tanya shanty pelan, tangannya langsung lingkarin ke leher gue.
“Yang lebih seru” senyum gue langsung angkat tubuhnya, dan gak terlalu berat badannya, mungkin factor tinggi badan juga..
Gue ngerasa kayak gendong anak-anak tapi lebih dewasa dikit, kalau posisi kayak gini dan bisa juga ML posisi seperti ini.
Gue langsung rebahin shanty di Kasur, dia langsung Tarik selimut tutupin tubuhnya,
“Lanjut?” tanya gue buka pakaian gue satu persatu dan gue sisain celana dalam, gue yakin shanty bisa lihat penis gue dari tonjolan di celana dalam,
Yang jelas ini belum ekresi, tepatnya setengah bangun.
“Udah pernah lihat pasti sebelumnya” kata gue ikutan masuk ke dalam selimutnya.
“apanya?”
“ini?” gue arahin tangannya ke selangkangan gue.
“uhm,, di film udah, lihat langsung belum ehmm” jawabnya tanpa lepasin tangannya dari selangakangan gue.
“wait, biar lo gampang pegangnnya” gue langsung lepas celana dalam, arahin tangan shanty biar gengam penis gue.
“udah on yah?” tanyanya malu-malu,
“belum kok, pengan erat terus kocok naik turun seperti ini” gue ajarin sebentar caranya,
“eehhh, makin gede” bisiknya pas ngerasa penis gue juga semakin tegang.
“kalau gitu, lo masih virgin?” tanya gue langsung dekatin tubuhnya ke tubuh gue,
“iah, masih kok, uhmm” desisnya pelan saat jari gue mainin lagi belahan vaginanya, gue sama shanty masing-masing mainin kelamin.
“ehhh mau apa?” pekiknya kaget gue kangkangin kakinya, dan gesekin penis gue yang udah tegang dank eras.
“gesekin aja kok, enak?” gue selipin kepala penis gue di belahannya, kerasa kepala penis gue benar-benar gak muat.
“slruupsss” lidah gue kembali jilatin vaginanya sambik buka belahan vaginanya, terlihat merah dan lubangnya kecil.
Bibir shanty berkata tidak, tapi dia tak cegah gue gesekin kepala penis di vaginanya. Dan sesekali gue masukin kepalanya yang kini terasa lebih elastis.
“sakit?” tanya gue ganjal pinggulnya pakai bantal,
“gak kok, hmm geli” jawabnya, gue masukin kepala penis lagi sepenuhnya,
“awhh” desisnya saat kepala penis gue utuh mulai masuk, rasanya bikin linu di ujung penis gue. Sambil mainin klitorisnya gue semakin tekan ke dalam,
“stoooppp reyy,, uhhhh” tanganya lagnsung pegang tangan gue yang lagi pegang kakinya.
“pelan kok, ssttt” bisik gue dorong perlahan dengan terus mainin klitorisnya, shanty mendesah antara sedikit linu dan geli.
“tinggal setengah lagi kok” gue terus dorong perlahan, dan
“plokkkk!” hentakan pelan membuat penis gue masuk dan tersisa batangnya sedikit, shanty juga ikut berteriak lumayan keras, gue sumpal dengan bibir.
Tangannya gengam erat tangan gue, dan sedikit matanya beair, “sakit?” shanty angguk pelan, gue langsung mainin lagi buah dadanya, sambil sedikit gerakin pinggulnya.
“ssghhhagh” desahnya antara sakit atau geli, gue gak bisa bedain.
“kalau sakit gue stop” kata gue pas shanty meringis
“terus uhmm,” bisiknya raih tangan gue agar remas buah dadanya, pinggul gue semakin agak cepat, dan erangan sakit shanty mulai menjadi desahan,
Matanya terpejam dengan tubuh yang bergoyang ikutin irama pompaan penis gue di vaginannya. Bibirnya juga di gigit pelan.
“aahhh reyyy, gue mau pipis aahhhh ahhh gak kuat ahh” racau,
Gue juga merasakan hal yang sama, sambil gerakin maju mundur gue mainin klitorisnya pakai jempol.
“aaahhhhhhhhhh~” pekiknya panjangan sambil cakar lengan gue,
“oh my god,” vagina shanty terasa mau telan penis gue dalam-dalam, dan gue juga kerasa gak kuat untuk itu.
“ooohhhh” gue hentakin dalam, kaki shanty ikut melingkar di pinggang gue,
“crotttt vrottt” ohh gue klimaks sambil terlungkup buat cium bibirnya. Entah brapa kali gue kerasa tembakan ke dalam vaginnay, yang jelas lebih nikmat disbanding thalita.
Nafas seolah terputus-putus, gue langsung cabut perlahan sampai terlepas semuanya, shanty menutup wajahnya dengan tangan.
“Darah?” gumam gue melihat darah di sekitar vaginanya, darah yang bercambut cairan putih. Gak di vaaginanya, tapi di batang penis gue juga.
Gue langsung bersihin pakai tissue basah, tissue yang bersihin vaginanya yang kemarin-kemarin sampai tak ada cairan tersisa.
Tak ada darah lagi, tapi vaginanya sedikit memerah, seperti kulit kena tampar. Jari gue elus sedikit klitorisnya membuat shanty sedikit menggeliat.
“maaf” bisik gue peluk dari belakang,setelah matiin lampu kamar, shanty gak respon tapi dia genggam erat tangan gue,
“love you shanty” bisik gue Tarik selimut, temanin dia sampai pulas, baru gue pakai pakaian gue lagi.
Bersambung...
#Note, update ya hu, maklumin aja kalau banyak typo.. haha,..