Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ipar-Iparku (Tamat)

Berhubung kesibukan yg semakin padat apdetnya sedikit2 atau ditunggu urusannya beres?

  • yang penting apdet aja dulu. biarin kalo bisanya dikit

    Votes: 209 62,0%
  • sekalian diselesaikan dulu urusannya

    Votes: 128 38,0%

  • Total voters
    337
  • Poll closed .
Setelah Memperhatikan Hasil Vote, rupanya karya dari pengalaman saya cukup diminati. Oleh karena itu demi memuaskan hasrat para pembaca sekalian, saya sempatkan untuk apdet meskipun hanya se-imprit. Mohon maaf dan terima kasih

LIMA BELAS
Drrrttt……Drrrttttt……Drrrtt……

“Kang….”

“Ng?”

“Hp kamu bergetar, tuh…..”

“Iya…..sampe ketiduran. Aku cabut ya?”

“Iya.”

Plop

"Aakkhhh...."

Kucabut senjataku yang telah mengecil dari dalam vagina Rahma. Ku ambil ponselku yang tergeletak di lantai ruangan kantorku dan ku lihat nama istriku di sana.

“Halloooohhhh…..Sayanggg…..” ucapku dengan suara yang dibuat lemas. Ku tatap jam di dinding telah menunjukkan pukul 19.40.

“Sayang, kamu ketiduran?”

“Iyahh….tadi habis ngurusin berkas-berkas untuk laporan bulanan”

“Kasiannnn…..yang semangat yah lemburnya”

“Oke deh cintaku….. eh ada apa kok tumben nelpon. Apa aku udah harus pulang?” tanyaku. Ku perhatikan Rahma yang telah mengenakan kembali jubbah dan jilbab lebarnya yang panjang hingga lututnya. Cadarnya pun telah dikenakan kembali. Dia duduk di mejanya tetapi pandangannya hanya tertuju padaku yang masih telanjang dan sedang duduk di lantai yang dialasi karpet karet.

“Nggak atuh, Kang. Aku mau minta izin, mau nginap di rumah si Ima”

“Untuk?”

“Kan suaminya udah empat hari tugas. Kasian orang lagi hamil empat bulan kok nginap sendiri”

Suami Ina adalah seorang pilot yang jam terbangnya cukup lumayan, karena rute yang biasa ditempuhnya adalah rute regional Asia.

“Oh gitu. Ya udah gak papa. Tapi ke rumah Ima sama sapa?”

“Kan ada Ani di rumah mama. Jam lima tadi dia datang diantar suaminya tapi suaminya juga udah pulang”

“Ohhhh…..”

Ani datang. Berarti liburan kenaikan kelas telah tiba. Hufftttt…..Terkadang aku iri dengan guru PNS. Mereka bisa libur ketika siswanya juga libur. Ku tatap Rahma yang juga menatapku. Entah apa ekspresi yang ditunjukkan mukanya yang tertutup cadar itu. Hanya mata lentiknya yang agak menyipit.

“Ya udah dulu sayang. Yang lemburnya semangat ya? I Love U”

“I Love U too. Hati-hati ya” jawabku sambil menutup telepon.

Aku lalu mengumpulkan satu persatu seragamku yang entah dibuang kemana oleh Rahma setelah pertempuran hebat yang tidak disengaja menurutnya.

Kalian Penasaran dengan Rahma? Semoga Aku ada waktu untuk membuat Thread khusus Rahma, berhubung nama yang bersangkutan bukan ipar tapi teman sekantor. Jadi Rahma hanya pengantar, bukan cerita utama.

Drrtttt….

Notifikasi WA dari Arni.





Aku dudul di samping Rahma. Dia menunduk. Kami terdiam untuk kesekian menit dalam pikiran masing-masing. Aku yakin pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah atau berdosa, sedangkan aku sendiri berfikir hampir tidak percaya. Perempuan yang bercadar ini yang hampir tidak pernah berbicara denganku justru terlibat pertempuran dahsyat denganku di ruangan bagian kami, di saat yang lain telah meninggalkan kantor.

Aku beranjak dan berdiri meninggalkan Rahma yang masih sibuk dengan lamunannya. Ku rapikan berkas-berkas yang sempat berserakan terimbas oleh pertempuran kami. Ku pakai jaketku lalu ku toleh Rahma.

“Masih mau tinggal?” tanyaku. Rahma menatapku. Terlihat sebening titik di sudut matanya yang lentik. “Yuk. Aku antar” tawarku lagi sambil menjulurkan tangan. Perlahan Rahma menyambut tanganku dengan tangannya yang selalu tertutup sarung tangan hitam, selaras dengan busana serba tertutup yang ia kenakan. Dia berdiri di hadapanku. Entah ada dorongan apa, tiba-tiba ku dekatkan bibirku dan ku kecup bibirnya, meskipun cadarnya menghalangi kulit kami.

Cup.

Hanya sebuah kecupan kecil.

Kami meninggalkan ruangan setelah menguncinya. Ku bonceng Rahma pulang ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari kantorku, lalu menuju ke rumah Ima.

****

Bersambung
Tapi cerita khusus rahma kok malah gk tamat sig?
 
:mantap: :mantap: :mantap: Cerita ipar terkeren yg pernah ane baca. Baca marathon juga enak:mantap::mantap::mantap:
 
EMPAT

“Ahhh…Kangg……sshh…..itu jugaahhh….” Desahnya. Ternyata perut bagian sampingnya juga bagian yang sensitive ketika dibelai.

Tanganku tiba di dadanya dan langsung menengkupnya dengan telapak tanganku. Terasa pas. Ku remas pelan hingga Ani seperti kejang-kejang, apalagi ketika jariku menyentil putingnya yang berwarna pink. Ani kelojotan. Dia menunggangiku tetapi pinggulnya bergerak maju mundur tetapi gemetar. Aku berkonsentrasi pada putingnya karena aku merasa gerakan Ani semakin kacau. Sepertinya dia mau orgasme. Benar saja. Tidak beberapa lama, tubuhnya melengking ke belakang dan bergetar hebat.

“Aaahhhhhhh……..Aku datangghhhhh…….” Ujarnya lalu melemas dan rebah kembali di atas tubuhku. Kepalanya bersandar di atas dadaku dan kedua tangannya meremas tanganku. Nafsnya yang memburu menandakan orgasme yang hebat baru saja lewat seusai menghampirinya. Aku memeluk punggungnya yang mulai lembab.

“Kanghhh……..”

“Ya……”

“Gimana nih….aku udah nyampe……” ucapnya. Ani belum mengubah posisi tubuhnya di atas tubuhku. Aku terdiam. Di sisi lain aku sudah puas melihatnya seperti ini, di sisi lain egoku berkata aku harus mendapatkan kepuasan yang sama. Ani mengangkat wajahnya dan menatapku. Tatapan yang sangat damai. Matanya yang indah dan senyumnya yang mengembang.

Dia hanya tersenyum menatapku dan akupun tersenyum menatapnya. Kami diam tanpa kata, larut dalam dilemma masing-masing. Aku ingin sekali menancapkan keperkasaanku di dalamnya hingga dia bisa merasakan keahlianku memuaskan istriku. Aku ingat ketika istriku pernah keceplosan bercerita pada Ani kalau aku pernah membuat istriku orgasme sampai enam kali. Ani, menurut istriku tidak percaya mendengar ceritanya. Bagaimana tidak, secara fisik, aku sangat bukan tipe iparku ini. Aku lebih pendek dan lebih gemuk dari suaminya. Dari wajah pun, sangat berbeda jauh. Sehingga ketika kami tadi bercumbu dengan buas, aku masih serasa tidak percaya, Ani yang notabene seorang sosialita menyerahkan tubuhnya padaku.

Tiba-tiba hujan turun. Awalnya perlahan hingga ternyata menjadi semakin lebat. Aku menatap jam, sudah pukul 00.23. ternyata berciuman saja bisa memakan waktu sampai satu jam lebih ketika kegiatan itu dinikmati.

Ani bangkit dan berdiri meninggalkanku yang masih berbaring dalam dunia khayal yang mengambang. Ku tatap Ani yang dengan cueknya mengambil hp nya tanpa memakai bajunya. Suara hujan yang semakin lebat malam mini tidak mampu mengalahkan panas keringat yang menempel di tubuhku. Ani tampat menghubungi seseorang. Sepertinya suaminya.

“Halo….Pa……bisa jemput mama, gak?.......” ucapnya. Aku lemas mendengarnya.

Wah….ternyata harus berhenti sampai di sini. Aku menghela nafas dan mengambil sisi positif dari peristiwa kami mala mini. Setidaknya aku sudah menikmati setengah tubuhnya. Setidaknya aku sudah pernah membuatnya puas.

“Aku di rumah si Akang nih…..Iya….Tadi aku mau BAB di situ tapi mampet. Iya…… Gak bawa payung. Jemput dong…..”

Aku memperhatikan tubuh Ani dengan saksama. Aku ingin menikmati setiap lekuk tubuhnya sebelum suaminya datang menjemputnya dan menutup pintu gerbang kenikmatanku malam ini.

“Ohh….gitu ya…..? ya udah. Papa bicara aja sama si Akang” ucap si Ani sambil memberikan hp padaku.

“Halo…..” ucapku pelan. Ada rasa segan, takut dan tidak enak, berbicara dengan sahabatku yang baru saja kunikmati istrinya.

“Kang…. Si Ani katanya mau di jemput.”

“Oh….iya” kataku pelan.

“Tapi di sini gak ada payung. Di situ ada payung?” aku menghela nafas. Tapi tiba-tiba Ani kembali menindihku dan berbaring di atas tubuhku. Kontan juniorku berdiri kembali.

Ani mengambil hp dari tanganku dan memencet layar untuk mengaktifkan speakernya.

“Kang…..?” ujar suaminya di speaker ponsel. Entah kenapa aku jadi memiliki fikiran untuk berbohong. Rupanya si Ani sedang membuat alibi pada suaminya.

“Ehh…iya..ini lagi nyari….tapi kok gak nemu ya? Gimana nih” tanyaku balik, meskipun aku melihat sebuah payung motif batik yang tergantung di balik pintu. Ani tersenyum nakal sambil mencubit pipiku.

“Ya udah…..kalo gak ada, si Ani nginap di situ aja. Boleh kan, Kang?”

“Oh…ya udah. Mau di apain lagi. Ntar aku tidur di depan tivi aja. Dia di kamar” kataku. Senyum nakal Ani semakin mengembang. Dia mendekatkan bibirnya di telingaku.

“Kamu nakal” bisiknya.

“Maaf lho, Kang. Jadi ngrepoti nih…..”

“Oh…***k pa-pa. Kayak orang lain aja” ucapku. Si junior semakin keras. Aku kembali menyerahkan ponsel kepada Ani setelah mematikan speakernya. Aku tidak terlalu peduli dengan percakapan mereka, selain sibuk dengan membelai tubuh setengah telanjang yang berbaring di atas tubuhku. Tak lama kemudian Ani sudah menutup ponselnya. Dan mengedipkan mata kepadaku, dan Kami kembali saling melumat dalam nafsu yang kembali terbakar setelah sempat mereda.

Aku segera membalik tubuh Ani hingga dia kini berada di bawah tindihan tubuhku. Aku menggelosor ke bawah dan mulai ku kecup ringan tengkuk di bawah telinganya.

“Aowwhhhh….Kangghhhh…..”

Ani menjambak rambutku tanda libidonya terlecut dengan tingkahku. Aroma parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya betul-betul membius pertahanan imanku. Ku kecup rambut-rambut tipis yang tumbuh di sana dan bisa kurasakan tubuh lawan mainku ini menggelinjang dalam siksaan nafsu yang menggelora. Aku tidak mempedulikan rambutku yang dijambak dengan keras olehnya karena aku sedang sibuk di daerah leher dan tengkuk Ani.

Kecupan-kecupan ringanku kembali bergerak ke bagian bawah tubuhnya, hingga sampailah bibirku tepat berada di atas dadanya. Aku tidak ingin terburu-buru dalam permainan ini. Aku harus bisa mengendalikan gejolak dalam dadaku sehingga setiap jengkal kenikmatan bersama Ani bisa kunikmati dengan maksimal. Ku kecup ringan putting kirinya yang sudah menegang. Ku lakukan itu berkali-kali dan setiap kudaratkan kecupanku, Ani melenguh pertanda dia menyukainya. Hingga kemudian lidahku perlahan menjulur dan menyapa putting mungil miliknya itu.

“Shhhh….iiihhhhhhh…..Kanggghhh…….” Ani tidak tahan lagi dan langsung menekan kepalaku ke arah teteknya. Otomatis mulutku langsung penuh dengan gumpalan kenyal itu. Akhirnya aku mengalah dan memilih menyusu dengan liar. Tangan kiriku tidak tinggal diam dan sudah menngerti tugasnya, memainkan payudara kanan Ani yang menganggur.

“KAngghhhh……Aiihhhhh….aihhhh…..aku benchhiiiihhh kammuuhhh…….” Ujar Ani dalam deraan nafsunya. Kakinya membelit pinggangku dengan erat.

“Janganhhhh ada bekass nyahhh…….oouuhhhhh……” Ani mencoba mengingatkanku. Aku mengerti dan meneruskan kegiatanku menyusu di kedua teteknya secara bergantian.

Kemudian ku arahkan tanganku membelai perutnya yang rata, ku elus dank u rasakan setiap kehalusan kulitnya yang terawatt baik. Lipatan celana panjang piyamanya tidak menghalangi tanganku untuk terus menjelajah ke dalam isi celananya hingga ku rasakan gundukan yang lembab dan hangat di selangkangannya.

“Ni, aku minta izin ya? Boleh masuk gak….” Tanyaku dengan maksud bercanda. Tetapi yang ku dapat malah pelototan matanya yang indah. Ini anak kalau sudah sange begini jadi menakutkan. Ku belai dengan lembut gundukan itu dengan ujung jariku sambil tetap menyusu. Desahan Ani sudah mulau seperti teriakan kecil. Toh aku tidak peduli karena hujan yang deras didukung oleh atap aluminium yang mengalahkan suara kami sehingga mau berteriak pun tidak perlu canggung.

“Kanghh……bangsat kamuhh……bukain aja cepetan……” Ani kini sedikit membentak. Aku tau dan faham kalau iparku ini sudah sange berat. Nalarnya beserta gengsinya raib entah kemana digantikan oleh syahwat yang harus dituntaskan. Aku menuruti keinginannya. Dengan sekali Tarik, celana panjang piyama dan celana dalamnya ku loloskan dan ku lemparkan entah kemana. Terpampanglah tubuh telanjang bulat iparku dihadapanku. Betapa halus dan sempurna. Vagina yang baru selesai dicukur rapi terbelah indah di depan mataku. Aku tidak tau bahasa apa yang mesti digunakan untuk menggambarkan tubuh Ani.

Aku masih sibuk mengagumi tubuh telanjangnya, tiba-tiba Ani bangkit dan merebahkanku di karpet. Dia segera membuka celanaku dengan agak tergesa. Ketika juniorku mengacung bebas, tanpa basa basi Ani segera menunggangiku dan mengarahkan miliknya untuk kumasuki.

“Uuuuhhhhhhhh……Shhhhhh…….” Ani mendesah lembut ketika dengan perlahan aku memasuki miliknya.

Wow….luar biasa. Licin, Hangat dan sempit. Aku juga memejamkan mata dan menikmati setiap detik pertemuan kelamin kami. Untuk pertama kalinya senjataku memasuki vagina selain punya istriku. Sebenarnya aku masih mau berlama-lama di pemanasan. Aku belum merasakan menjilat dan melumat vagiannya dan sebenarnya aku sangat ingin melakukan itu. Tetapi rupanya Ani sudah tidak tahan lagi.

“Ahh…aahhh…ahhh…ah….” Hanya suara jeritan kecil itu yang terdengar ketika dengan lincahnya dia bergoyang di atas tubuhku.

“Ohh…..kamu nakal, Ni….”

“Ahhh…ahhh…***ra-gara kamuhhhh Kang…..Ohhh….ennnakkkhhh…….”

Ani semakin kencang menggoyang pinggulnya di atas tubuhku. Kedua tanganku masih belum mau memegang dadanya karena aku masih menikmati kedua benda itu bergoyang-goyang di depan mataku. Justru tanganku sibuk meremas bongkahan pantatnya.

“Kanghhhh….kanghhh……Aduuhhhh……” goyangan Ami semakin kacau. Tanganku ditariknya dan ditempelkannya di dadanya. Segera faham. Ani ingin stimulus agar orgasmenya segera tiba. Dengan gemas segera ku cubit kecil kedua putingya lalu mu pilin-pilin dengan jariku. Terang saja Ani semkin kelojotan dan akhirnya tak beberapa lama kemudian. Orgasme keduanya malam ini datang menyapanya.

“Uhhhhh….Shhhhhh…….” Ani meringkuk di atas tubuhku. Dia mengejang-kejang menikmati orgasmenya. Matanya terpejam rapat dan alisnya mengerut. Indah sekali. Hingga kemudian ia menghela nafas panjang yang jatuh telungkup di dadaku.

“Udah nyampe, kang…..” katanya lemah. Juniorku berasa dipijat lembut ketika vagianya berkedut-kedut. Nikmat sekali. Ku belai rambutnya dengan lembut dan membiarkan dia meresapi sisa orgasmenya.

Masih Bersambung
kerrennn,,,,,
 
DUA BELAS
Aku membuka mataku seiring sensasi geli-geli nikmat di daerah selangkanganku semakin nyata. Ani yang semalam tertidur dalam pelukanku kini tidak kudapati lagi. Ku sapukan pandanganku ke seluruh isi kamar hotel, hingga ku dapati Ani telah berada di sela kakiku dengan pemandangan yang langsung mengisi tenagaku. Ani sedang sibuk mengulum senjataku yang seiring bangunku juga sudah mulai menegang maksimal. Aku tidak percaya Ani melakukan ini, tetapi Mau tidak mau inilah kenyataannya.

“Niii…..Kamu nakall…..” ucapku diantara desah. Ku tatap jam telah menunjukkan pukul 04.23 berarti kami hanya tidur sekitaran dua jam saja. Ani menatapku sambil tersenyum tanpa sedikitpun mengendurkan permainannya. Wow….***panya Ani memiliki sisi-sisi binal ang selama ini tertidur, tetapi pada pagi ini, sisi kebinalan itu telah terpancing.

“Kamu udah bangun, Kang…..?” Tanya Ani setelah melepaskan senjataku dari mulutnya. Bibirnya yang seksi belepotan liur dan semenku. Luar biasa. Ani lalu menaikiku dan mengangkangkan kakinya. “Buat bayar hutang semalam…..” bisiknya sambil menggigit bibir bawahnya.

Perlahan Ani memposisikan batangku dengan celahnya yang sudah sangat becek. Aku tidak tahu sejak kapan Ani terbangun dan memulai pekerjaannya, dan aku tidak peduli. Yang ku tahu hanyalah sekarang batangku itu mulai tertelan perlahan ketika Ani menurunkan pantatnya dengan pelan.

“Uoooowwwwhhh…..Mmmmmm…..Kaanggghhhh…..” Desah Ani perlahan ketika dengan lancarnya dia memasukkanku ke dalamnya.

“Shhhh……hangat, Ni….” Bisikku.

Ani menunggangiku dan menopangkan kedua tangannya di dadaku. Tubuhnya melengkung dan kepalanya tertunduk. Perlahan ia mulai menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Entah putarannya searah jarum jam atau berlawanankah aku tidak peduli. Nikmat sekali.

“Ihhhh….Kanggghhhh…… Shhhhhhh…..” Ani mendesis dan mendesah. Dia seperti seseorang yang baru saja mengunyah cabai seliter. Liurnya menetes dan itu sangat seksi. Tangannya tidak mau ketinggalan, dia mencubit kedua putingku dengan gemas.

“Ohhh….pelannn Nii….sakitt nihhh…..”

“Bodo’ amathhhh….Ahhhh…..Sapa suruh udahh…..bikin Anii….binal gini…..Ahhhh……” racaunya. Ku belai kedua pahanya yang menjepit panggulku dengan lembut dan sedikit menggaruknya pelan. Ani kelojotan dan gerakannya mulai kacau. “Bangsatthhhhh…kamu….kanghhh….” racau Ani.

“Kamu juga, Niii….hhhh…..”

“Akuhh…..Kenapahhhh Kangghhh……?”

“Kamu binalhhh……Nakalllhhh….”

“Aaaawwwwkhhhhhh……..ooooohhhhhwwwww……”

Ani mengejang-kejang orgasme. Tubuhnya melengkung dan goyangannya menjad patah-patah tidak beraturan. Ku rasakan di dalam sana semakin hangat dan basah.

“Akuuhhhh dappetthhh Kanggghhh……” ujar Ani pelan lalu merebahkan tubuhnya di atas tubuhku. Ku ciumi ubun-ubunya sambil mencoba untuk mengambil alih. Ku goyangkan pantatku naik turun dengan perlahan untuk memberinya kesempatan meresapi orgasmenya. “Duhhh….Kanghhh….. “ racaunya. Ku dekap erat punggungnya lalu mulailah ku sodok dia dari bawah dengan gerakan cepat.

“Kyaaaaaahhhhhhh…..oohhhh….ohhhh….ohhh…..”

Ani menjerit keras ketika ku lancarkan seranganku. Ku atur nafasku dan ku goyangkan pantatku dengan tempo cepat. Lorong yang licin dan lembab itu terasa sangat nikmat ketika aku keluar dan masuk dengan cepat. Ku rasakan ada yang terus merembes keluar dari dalam vagiananya tetapi aku tidak peduli karena yang penting dia harus mendapatkan kenikmatan maksimal dari ini. Udara yang sejuk dari AC sudah mulai dikalahkan oleh peluh kami yang kini mulai menetes.

“Iiiiihhhhh…..Kaanggggghhhh…….”

Ani terus meracau tidak karuan di tengah suara kecipak kelamin yang beradu. Masih ku pertahankan kecepatanku dan ku tingkatkan konsentrasiku. Pola pernafasanku ku atur sedemikian rupa agar Ani bisa kembali orgasme. Hingga akhirnya kembali ku rasakan kedutan di dalam sana semakin kencang. Ani akan segera orgasme, jadi ku kencangkan otot kegelku dan ku tambah kecepatan goyanganku.

“Aaaaakkhhhhhhhh……..Kaanggghhhhh….mauuhhhh lagggiiii…..Iiiiihhhhh…..”

Ani meracau tidak teratur. Tetapi suaranya yang manja justru semakin membangkitkan semangatku. Aku mendengus sambil berkonsentrasi mengolah nafasku dan tetap mempertahankan kecepatanku. Pokoknya Ani harus orgasme lagi. Ani yang sudah sangat pasrah terus merintih menahan kenikmatan yang terus menderanya. Akhirnya keteguhan hatikupun terbayarkan. Ani kembali orgasme.

“Kyaaahhhhhh…..Aaaakkkhhhhhhhh…..Kaaannggghhhh…..dapppetthhhh lagghhiiiihhhh…..”

Ani menjerit menyambut orgasmenya. Ku rasakan banyak sekali basah yang ku rasakan merembes di dalam sana. Ani lalu bangkit melepaskan dekapku dan mencabut senjataku bersamaan dengan squirt yang memancar dari dalam celahnya.

“Seerrrrrr…….”

“Ooouuuuggghhhhhh…..Maaf Kaaangggghhhhhh……..”

Ani ambruk di sampingku sementara selimut dan kasur yang kami tempati sudah mulai lembab. Aku lalu bangkit dan membopong Ani untuk menungging d lantai yang berlapis karpet tebal dan lembut. Ani yang sudah lemas, pasrah menurut apa mauku. Dia pun menungging memperlihatkan lubang pantat dan celah vagina yang bengkak dan becek. Ani yang lemas meletakkan kepalanya di karpet, sehingga posisinya lebih seperti orang yang bersujud. Ku arahkan senjata kebanggaanku ke dalamnya. Tanpa banyak rintangan, senjataku menyelinap masuk dengan perlahan.

“Ohhhhh…..Hangatt Nii…..” Racauku.

“Shhhhh…..Kaangggghhhhh…….manntttahhaaappphh…..” balas Ani tetap dalam posisinya tapi mengangkat pelan jempol kanannya. Pandangaku menyenggol jam dinding, Sudah pukul 05.20-an. Wah, ini harus cepat diselesaikan, karena jadwal yang agak padat hari ini. Ku goyangkan senjataku keluar-masuk dalam tempo sedang, dengan pola empat-satu.



“Owwhhhh…..Owwhhhhhh…..Aaaakkkkhhhh……”

Ani menjerit tertahan menghadapi seranganku. Tangannya mencengkram bulu permukaan karpet. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan mengatur genjotanku sedemikian rupa, tetapi aku tidak peduli. Kini ku cengkram kedua bongkahan pinggulnya lalu kembali kusodok dia tetapi dengan tempo yang sedikit lebih cepat dengan pola yang biasanya.

“Aohhhh….Awwhhhh….Kaaanggghhhhh…….”

Ani menjerit, lebih tepatnya merintih. Tubuhnya terlonjak-lonjak menerima seranganku. Dan kini sudah mulai ku rasakan pangkal pahaku semakin sensitive dan semakin geli. Rupanya orgasmeku telah mendekat. Aku bisa merasakan senjataku agak membesar hingga Ani menjerit semakin keras dan intens.

“Kaaanggghhh…..Mauuuhhhh…..Lagiiiii…….”

“Aku jugahh…….”

“Diii dalemm ajjjaahhhhh Kaangggghhhh…..Oooohhhhhh……”

Aku menggeram gemas dan orgasmeku semakin mendekat. Ku rebahkan Ani menelungkup tanpa menghentikan goyanganku. Ani menurut dan jadilah Ani menelungkup di bawah tindihanku. Posisi ini membuat celahnya lebih sempit.

“Aaaaakkkkhhhhh……Kaaaanggghhhhhh……”

Ani kejang-kejang. Dia orgasme lagi hingga kejangnya agak mengganggu seranganku, tapi ku coba untuk tidak menghentikan seranganku karena sebentar lagi ku rasakan senjataku akan segera meledak. Dan benar saja, orgasmeku meledak di dalam liang senggamanya.

“Ohhhhhhh…..Aniiiii……….”

Ku tembakkan peluruku entah berapa kali di dalam liangnya dan ku peluk ia dari belakangnya, hingga kemudian aku lemas dan menindihnya.

“Hhooooohhhhhh……..” Ani menghela nafasnya dengan berat. ku posisikan tubuh kami berbaring menyamping tanpa melepas peraduan pelaku senggama kami. Ani kini berbaring miring membelakangiku yang memeluknya. Keringat kami yang bercampur tidak menjadi masalah lagi. Ku rasakan denyutan di dalam sana masih kencang. Untuk beberapa menit kami kembali terdiam hingga nafas kami kembali normal.

“Makasih ya, Ni….. Kamu udah bangunin aku…..”

“Iya, Kang….namanya juga bayar hutang hehehe…..”

“Kamu bayar hutang tapi banyakan kamu orgasmenya” kataku mengacak-acak rambutnya.

“Ihhhh….Akaanggg…..”

“Hehehe….ada yang sewot, rupanya. Mandi, yuk….? Udah telat subuhan nih…”

“Iya, Kang…..”

“Aku cabut ya?”

“Yang pelan ya…..”

“Plop…..cerrrrr….”

“Ahhh….Kang…..banyak nihh....wihhh banjirr....”

“Hehehe….jadi becek, ya?”

“Iyaa....Ihhh….Ayo mandi, Kang. Mau bareng?”

“Mandi sama kamu? Ahh…gak,ah...***k mau. Gak mau nolak hehehehe”

Plak!


BERSAMBUNG
baru 1ipar udah binal ginihh,,,,
 
Mumpung lagi break ngetik sejenak. mending apdet dulu. Maaf kalau belum bisa memuaskan.

ENAM BELAS
“Assalamu alaikum……..”

“Wa alaikum salam…….”

Tiga suara yang berbeda menyambut ucapan salamku sesampianya aku di rumah Ima yang lebih megah dari rumah sederhanaku. Tampak Ani, Arni dan Ima sedang sibuk ngerumpi di ruang tengah sambil melihaat Riva dan Faqih yang juga tengah sibuk bermain. Arni segera bangkit menyalamiku, dan kukecup ringan keningnya dua kali. Memang kami punya ritual yang semakin menambah kecintaan kami berdua. Setiap berangkat keluar rumah Arni selalu mengecup ringan keningku dua kali dan setiap aku tiba aku yang mengecup keningnya dua kali. Setiap dia pergi giliran aku yang mengecup keningnya dua kali dan setiap di datang dia yang mengecupku dua kali. Memang sudah kebiasaan. Satu-satunya dari keempat pasangan suami istri bersaudara ini hanya kami yang melakukannya. Yang lain hanya salim dan cium tangan saja.

“Eh, Kak Ani Kapan datang?” tanyaku seraya menghempaskan tubuhku ke sofa. Rasa lelah dan penat karena pekerjaan menjadi berkurang setelah melihat Arni dan juga tentunya Ani.

“Tadi sore, Kang.” Jawabnya datar. Ku lirik sedikit Ima yang sudah mulai agak membuncit karena hamil empat bulan. Dia sedang sibuk membaca majalah tentang kehamilan dan persalinan.

“Trus Papanya Faqih mana?”

“Udah pulang. Malam ini dia masuk shift monitoring jam 11.”

“Ohhh…. Minoritas deh.”

“Sayang udah makan?” Tanya Arni.

“Belom. Tadi gak sempat singgah. Emang ada makanan?”

“Aku gak masak. tadi Cuma makan masakan sisa tadi siang.” Jawab Ima sekedarnya. Ima adalah iparku satu satunya yang tomboy. Meskipun demikian, kecantikannya tidak kalan dengan ketiga kakaknya. Aku agak heran juga ketika ku dengar dia mau menikah karena saking tomboy nya sampai-sampai kusangka dia itu penyuka sesama jenis. Ternyata aku salah.

“Mending kamu mandi aja dulu, Yang. Pasti kamu penat, Kan?” kata istriku.

“Iya juga sih. Ima, aku mau mandi ya?”

“Di lantai dua aja kang. Kamar mandi di sini mampet semua. Tadi aku udah nelpon tukang ledeng tapi katanya besok aja.” Jelas Ima.

“Masak lantai dua jadi baru lantai satu mampet?” tanyaku.

“Kan beda saluran atuh, Kang” jawab Ima.

“Ohhh....Ada handuk?” tanyaku.

“Ada di atas” jawab Ima singkat.

Aku segera bergegas ke lantai dua untuk mandi. Rumah Ima dan suaminya tergolong besar untuk mereka berdua. Terdiri dari dua lantai dengan luas bangunan sekitar 500 m2. Wajarlah, pekerjaan suami juga elit. Di lantai dua ini ada tiga kamar yang semuanya tidak berpenghuni. Aku masuk ke salah satu kamar untuk melepas pakaianku dan mandi karena di setiap kamar ini ada kamar mandi.

Aku tinggal memakai handuk saja yang melilit perut bagian bawahku dan segera masuk ke kamar mandi. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan ku lihat Ani masuk ke dalam kamar. Matanya menatapku tajam dan seolah tidak bersahabat. Tanpa bicara dia langsung menarik handukku dan melemparnya ke ranjang menyisakan tubuhku yang telanjang bulat di depannya. Ani segera berjongkok di depanku tanpa bicara langsung meraih batangku.

“Kamu nekat, Ni.” Bisikku.

“Biarin”

“kalo ketahuan gimana?”

“Gak bakal. Percaya deh” kemudian Ani segera memasukkan batangku ke mulutnya. Tetapi tidak sampai sedetik dimuntahkannya lagi.

“Huekkk…..”

“Kenapa, Ni?”

“Batangmu habis masuk memek lagi, Kan?” tanyanya sambil menengadah menatapku tajam. Eh, tunggu. Ani bilang memek? Sejak kapan dia pintar bicara begitu? Tapi kok dia tau batangku dua jam yang lalu baru selesai menggarap Rahma padahal sudah ku cuci dengan sabun?

“Ehhh…Anu….Itu…..”

Aku tergagap. Entah aku harus memberi alasan apa ke Ani. Sepertinya dia cemburu. Tapi kan miliknya adalah yang kedua setelah milik Arni. Lalu kenapa dia mesti cemburu?

“Akkhhh……Anii…..”

Tiba-tiba Ani menggigit kepala senjataku dengan gemas dan agak keras. Terang saja aku sakit. Untungnya tidak sampai teriak.

“Rasain……dasar penjahat”

“Awww…..sakit, Ni…..”

Ani menggigit kepala batangku sambil mencubit batang yang tidak masuk ke mulutnya.

“Biarin……biar mampus nih kontol sialan” Lalu dengan gemas Ani mencabut sehelai rambut kemaluanku.

"Akkhhh....Ani....Sakit tau...."

"Bodo amat.....dasar penjahat kelamin, kamu, Kang. Hayo ngaku. Tadi kamu ngentot siapa?"

Aduh.....ngaku nggak ya? Ah. Aku menjadi dilema.

"Siapa....!!!!"

"Awwwwhhh.....Iya...iya....namanya Rahma"

Ani mencubit batangku dengan gemasnya hingga aku harus mengakui perbuatanku di kantor.

"Rahma....Siapa, tuh?"

"Temen kantor....."

"Hmmmm.....Kamu tuh ya, Kang. Udah punya istri cantik, ipar cantik, masih aja ngentotin orang lain. Dasar otak selangkangan....!"


Setelah berkata begitu, Ani kemudian memasukkan lagi senjataku kedalam mulutnya. Masuk sepenuhnya! Untuk beberapa saat dia mendiamkannya di dalam mulunya, hingga kemudian dia mulai mengulum dan menyedot batangku dengan tempo cepat. Nikmatnya tak terperi. Tapi di sela rasa nikmat yang merasukiku, ada sedikit yang mengganjal di dalam kepalaku, Ani juga sudah pintar ngomong kontol. Wow. Iparku ini mengalami kemajuan.

“Hegggg…..Gkhhokhh….Srrrlllppphhh.....” perpaduan liur dan batangku dalam mulutnya. Sesekali dia menatapku dan mengedipkan sebelah matanya lalu kembali mengulum batangku. Di keluarkannya batangku lalu digenggamnya. Dijilatinya sekujur batangku lalu dimasukkannya lagi ke dalam mulutnya yang mungil. Liurnya meluber membasahi sudut bibirnya dan turun ke dagunya yang mungil dan putih. Sungguh sebuah pemandangan yang luar biasa.

"Ghassaing...Hammoo Hanngggg....." ujar Ani. Sepertinya dia ingin mengatakan Rasain kamu Kang.

Aku gemas. Ku jambak rambutnya dan kugerakkan kepalanya. Kedua tangannya membelai kedua pahaku yang sedikit mengangkang di depan wajahnya. Wow. Ani memperlakukan batangku dengan luar biasa. Ku lihat ke bawah rupanya salah satu tangannya kini telah meremas sendiri dadanya. Libidoku semakin meledak. Ingin rasanya kuhajar selangkangan iparku ini sekarang juga.

“Ssshhhh….Aniiihhhhh….Ohhhhh……”

Racauku hampir tak tertahan. ku gerak-gerakkan pantatku memutar, karena orgasmeku sepertinya akan segera datang, padahal belum sepuluh menit Ani mengerjai batangku. Ani semakin semangat mengulum batangku. Malah jari-jarinya yang lentik menggelitik bijiku dan rasanya sangat nikmat. Ku pejamkan mataku dan kunikmati setiap hisapan dan sedotan mulutnya. Hampir saja orgasmeku meledak ketika tiba-tiba Ani melepaskan mulutnya dan bangkit. Dikecupnya ujung hidungku dengan lembut.

“Sana mandi. Bau kamu” katanya sambil meninggalkanku yang menggantung. Ah, sial.

Bersambung
cakeepp euy
 
DELAPAN BELAS

Waktu telah menunjukkan pukul 00.23 menit ketika aku terbangun di sofa. Kadang-kadang kalau sudah lelah karena kerjaan ditambah lagi karena dua kali memeras mani membuatku tidak sadar kalau ternyata aku sudah tertidur di sofa ruang keluarga. Sejenak kemudian telingaku menangkap suara yang tak lazim. Kupandangi Arni dan Ani yang tidur di karpet ruang tengah, sedangkan Ima tidak ada di situ. Ku pusatkan konsentrasiku pada pendengaranku hingga aku menyadari bahwa itu adalah suara Ima yang sdang merintih. Pada awalnya aku tidak berfikir yang aneh-aneh, karena Ima sedang hamil dan suaminya sedang terbang. Aku hanya mengira Ima kenapa-kenapa. Ku cari lokasinya hingga aku yakin kalau suara itu datang dari kamar Ima.

Aku mendekat, dengan pelan, ku tempelkan telingaku di daun pintunya.

Deg.

Ima sedang mendesah, lebih tepatnya desahan kenikmatan. Aku semakin penasaran. Senjataku perlahan menegang meskipun hari ini Rahma dan Ani telah menguras isinya. Dengan sangat pelan ku buka pintu kamarnya. Hm, tidak terkunci. Begitu celah terbuka, aku terkejut mendapati pemandangan di depanku. Ima berbaring menyamping di ranjangnya dalam posisi membelakangiku. Bugil, kakinya mengangkan dan jilbab lebarnya telah dibuka. Inilah rambut terpanjang yang pernah ku lihat di antara rambut istri dan ipar-iparku Tangan kirinya menyelusup ke depan selangkanyannya sedangkan tangan kananya digunakan sebagai penopang tubuhnya sambil memegangi ponsel. Oh, Ima masturbasi. Ku kerutkan keningku agar mendengar desahnya lebih jelas.

“Shhhhh…..Kaaakkkkhh…..pulanggghhh donkkkhhh……Aaahhhh….Immaaahhh kanggennnhhh……Ohhhh……….”

Hm….kini aku mengerti kasusnya. Libido Ima meningkat drastic karena pengaruh kehamilan. Meskipun si Ima yang tomboy ini telah bermetamorfosis menjadi seorang akhwat, tetap saja gairah yang menggebu bisa membutakan status dan posisinya. Aku ingat Arni pernah mengalami itu. Dia pernah merengek meminta untuk disetubuhi bahkan pernah sampai empat kali sehari. Hm…Sepertinya Ima juga mengalami ini. Ku perbaiki posisi mengintipku. Dari celah tangannya yang terbuka ku lihat foto suaminya yang tak berbaju terpampang jelas di layar ponsel. Ah, bentuk badannya itu sangat membuatku iri. Perutnya yang kotak dan dadanya yang bidang. Hmm…pasti dia sangat lihai memuaskan Ima. Aku memutar otak. Hasratku untuk ‘memakai’ Ima menjadi semakin besar. Apa yang harus ku lakukan?

Aha! Aku ada ide. Dengan segera aku pergi ke gudang mencari balok kayu.

Kreeekkkk…..

“Aahhhh…..”

Aku masuk dengan cepat sambil membawa balok serta memasang muka panic seolah-olah ada kejadian serius. Ima pun langsung reflek menenggelamkan dirinya di balik selimut.

“Ima….Kamu gak pa-pa? Mana malingnya?” Kataku agak berteriak tapi dengan suara ditahan. Ima yang telah tertutup selimut hanya diam.

“Maaf, tadi aku denger kayaknya ada suara yang masuk ke kamarmu. Ku kira itu maling” sambungku. Ima diam saja. Aku menghela nafas lalu keluar dari kamarnya. Tidak lama kemudian aku kembali dan membawakan segelas air putih, tentunya dengan dua tetes di dalamnya.

“Maaf udah bikin kamu kaget….Ini ku bawakan air putih. Aku mau keluar dulu. Minum airnya trus langsung tidur, ya?”

Aku keluar dari kamarnya dan menuju ke lantai dua mencari balkon untuk menikmati angina malam. Aku duduk selonjoran di balkon sambil membaca status BBM kontakku. Mataku tertuju ke DP BBM Kak Umi yang baru saja berganti. Hm, berarti kak Umi belum tidur, atau setidaknya baru bangun. Gambar DP nya hanyalah sebuah tulisan berwarna hitam dengan latar merah. Tulisannya agak menarikku untuk membacanya:

ENGKAULAH YANG TERBAIK UNTUKKU, KU BERIKAN YANG TERBAIK UNTUKMU, SETIDAKNYA BERIKANLAH JUGA YANG TERBAIK DARIMU

Entah apa maksud Kak Umi dengan gambar DP nya, tetapi yang pasti dia sedang curhat. Lebih baik ku komentari saja gambar DPnya.



Tidak lama aku menunggu, ponselku langsung bergetar. Hm, rupanya Kak Umi memang tidak tidur.



Wah menarik nih.







Tiba-tiba senjataku mengeras lagi membayangkan rintihan Kak Umi ketika sedang dalam kendaliku.





Agak lama pesanku hanya ditandai ikon R tanpa ada balasan. Daripada bosan menunggu lebih baik aku buka Instagram periksa timeline sekaligus stalking Instagramnya Rahma. Tidak ada foto sama sekali di instagramnya, kecuali hanya gambar-gambar yang berisi pesan-pesan agama. Ah, entah mengapa membayangkan Rahma membuatku terjebak antara syahwat dan kasihan. (Mengapa harus ada syahwa dan kasihan? Nantikan di Thread khusus Rahma – kalo sempat ).

Drrttt……Kak Umi lagi.







Ku tarik nafas panjang, ku timbang-timbang sejenak, lalu ku ketikkan pesan ini dengan dada berdebar.



Tidak ada balasan. Ku lancarkan lagi seranganku.



Tetap tidak ada jawaban.



Masih tidak ada jawaban, hingga kemudian, ada balasan dari Kak Umi.



Wow…..Juniorku langsung menegang setegang-tegangnya. Dengan bergetar dan dada berdebar, ku balas BBM nya.























Agak lama, aku menunggu jawaban, hingga kemudian ponselku bergetar lagi.



Wow…..luar biasa kakak iparku ini. Senjataku sudah semakin tegang, ketika ku dengar suara lembut dari belakangku.

“Kang…..”

“Eh…?”

Ima berdiri di belakangku dengan muka sendu. Jilbab lebarnya kini telah kembali menutupi rambutnya yang panjang.

Bersambung......
lanjuuttty kaangg,,,,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd