Malam Pertama
Aku yang masih memakai gaun putih lengan panjang, hijab dan cadar dengan warna senada sedang bersimpuh di atas ranjang. Sekarang adalah malam pertamaku. Tetapi aku tidak melayani suamiku saja.
Ryan, om johan, om amrul dan mas ardi sudah tidak memakai celananya kembali. Penis mereka sudah mengacung di depan wajahku. Ada tangis tertahan di mataku, karena nasib tragisku ini. Ingin memberontak, kabur dan menolak pun tidak mungkin. Aku terlanjur terjerembab dalam kubangan lumpur sangat dalam. Tubuhku tersedot sampai nafasku sesak. Mas ardi telah berhasil menyiksaku. Bohong dia berkata cinta denganku. Hanya nafsu liar untuk menikmati tubuhku bersama-sama dengan siapa saja yang ada dipikirannya.
Penis-penis itu mengelilingiku, bau amis tercium dihidungku, rasanya mual ingin muntah. Cadar yang aku pakai tidak mampu mengurangi bau dari penis-penis kotor yang bau itu di depanku. Dengan terpaksa aku memegang penis-penis itu. Aku kocok, urut sampai mata-mata itu terpejam. Kadang juga mendesah.
Om johan mengangkat cadarku, penisnya yang besar digesek-gesekkan ke mulutku.
Buka mulutmu anjing, kata om johan membentak.
Kutatap om johan yang berdiri di sampingku, kuangkat cadarku.
Penis om johan aku gesek-gesekkan ke mulutku. Om johan merem melek sambil memegang kepalaku yang terbalut hijab lebar dan cadar.
Dengan perlahan penis om johan aku masukkan ke dalam mulutku. Mulai dari kepala penis om johan yang besar seperti jamur sampai seluruh batang panjang itu amblas ke dalam kerongkonganku. Rasanya sesak sampai aku tersedak.
Uhuk, uhuk. Aku terbatuk.
******, kata om johan sambil menampar pipiku.
Aduh, om. Kenapa ditampar?
Jangan pakai gigi jalang, bentak om johan menjambak hijabku.
Ma maaf om, plop penis om johan yang besar keluar dari mulutku.
Kembali aku pegang penis om johan, lidahku menjilati senti demi senti penis besar om johan. Kuemut buah zakarnya juga.
Kutatap mata om johan. Enak om? Kataku.
Ahhh iya pinter, bener gitu enak. Om johan mendesah.
Lalu kembali aku masukkan penis om johan ke dalam mulutku. Sebisa mungkin aku coba agar gigiku tidak mengenai batang penisnya.
Di samping kananku, ryan sibuk meremas payudaraku.
Hijabku dilepas oleh ryan dengan satu tarikan bersama dengan cadarku, kini terpampang rambut lurus panjangku berwarna hitam legam. Om amrul berada di belakangku, resleting gaunku ditarik ke bawah.
Terpampanglah pundak, lenganku yang putih mulus. Om amrul menciumi pundak dan lenganku. Tiba-tiba ryan menarik gaunku ke bawah dengan kasar. Sreeettt, sedikit sobek gaunku.
Terpampang payudaraku yang mengkal tertutup BH hitamku. Ryan mengangkat BHku ke atas. Payudaraku yang mengencang menampakkan puting yang mencuat ke atas.
Mulut ryan mencaplok putingku, menyedot-nyedotnya sampai aku merintih.
Ahhh sssshhhh, aku mendesah seperti orang yang baru saja makan makanan pedas.
Aku melihat mas ardi mendekatiku, membawa sesuatu yang aku tidak tau namanya. Kata mas ardi itu adalah nipple clamp yang ada rantainya. Sekarang aku sudah telanjang dengan sempurna.
Saat mas ardi memasangkan penjepit itu di putingku, putingku membengkak. Ahhh, rasa sakit bercampur nikmat bercampur menjadi satu.
Sekarang aku terduduk dengan payudara semakin mengencang.
Saat rantai itu ditarik, payudaraku otomatis ikut ketarik ke depan.
Sakit mas, keluhku.
Makanya kamu ikutin rantainya yang aku tarik ******. Mas ardi menampar pipiku.
Aduh, rintihku. Aku merangkak seperti anjing.
Plak, kutengok ke belakang, om johan menampar pantatku.
Ayo tunggingin pantatmu lebih tinggi, perintah om johan.
Seperti ini om, aku berkata pada om johan.
Om amrul memegang pantatku lalu mendekatkan pantatku pada mesin yang ada dildonya di depannya mirip senapan. Ternyata namanya dildo machine gun.
Aku ketakutan, i ini apa om? Aku gak mau. Aku ingin kabur saat dildo itu menyentuh vaginaku.
Om amrul memencet remot dildo itu, dildo itu bergerak menembus liang senggamaku.
Ahhh, ahhh om, aku menggigit bibir bawahku. Saat aku akan ambruk ke bawah. Ryan yang di depanku menarik rantai nipple clamp yang menjepit putingku.
Aw, jangan keras-keras nariknya. Aku mengaduh.
Dengan terpaksa aku harus menegakkan badanku dengan pantat menungging. Om amrul kembali memencet remot dildo machine gun. Dildo itu bergerak kembali.
Clok clok clok, kulirik om amrul memencet lagi remot yang dipegangnya. Dildo yang bergerak memasuki liang senggamaku keluar masuk semakin cepat.
Ahhh, ahhhh, om. Aku mendesah. Genjotan dildo besar itu makin lama makin enak. Tubuhku terkejang-kejang sampai aku squirt.
Saat aku akan ambruk, ryan kembali menarik rantai yang dia pegang. Rambut panjangku yang menutupi wajahku disibakkan oleh om johan.
Ahhhh, aku orgasme lagi. Cairan cintaku meluber kemana-mana.
Tubuhku sudah lemas tak berdaya. Hanya pantatku saja yang mampu ku angkat. Ryan kembali menarik rantai di tangannya. Tanganku yang bergetar aku paksa menahan tubuh atasku.
Clok clok clok, dildo itu kembali keluar masuk dengan cepat.
Ahhhh, aku keluar. Teriakku.
Aku pun ambruk ke bawah lagi. Nipple clamp yang menjepit putingku dilepas, begitu juga dildo machine gun disingkirkan dari belakang pantatku.
Sekarang aku ditelentangkan dalam kondisi tak berdaya. Satu persatu batang penis sungguhan yang menunggu giliran menyenggamaiku bergantian keluar masuk vaginaku yang sudah sangat becek.
Karena aku lemas, aku hanya bisa memejamkan mataku. Menerima sodokan demi sodokan.
Aku yang masih memakai gaun putih lengan panjang, hijab dan cadar dengan warna senada sedang bersimpuh di atas ranjang. Sekarang adalah malam pertamaku. Tetapi aku tidak melayani suamiku saja.
Ryan, om johan, om amrul dan mas ardi sudah tidak memakai celananya kembali. Penis mereka sudah mengacung di depan wajahku. Ada tangis tertahan di mataku, karena nasib tragisku ini. Ingin memberontak, kabur dan menolak pun tidak mungkin. Aku terlanjur terjerembab dalam kubangan lumpur sangat dalam. Tubuhku tersedot sampai nafasku sesak. Mas ardi telah berhasil menyiksaku. Bohong dia berkata cinta denganku. Hanya nafsu liar untuk menikmati tubuhku bersama-sama dengan siapa saja yang ada dipikirannya.
Penis-penis itu mengelilingiku, bau amis tercium dihidungku, rasanya mual ingin muntah. Cadar yang aku pakai tidak mampu mengurangi bau dari penis-penis kotor yang bau itu di depanku. Dengan terpaksa aku memegang penis-penis itu. Aku kocok, urut sampai mata-mata itu terpejam. Kadang juga mendesah.
Om johan mengangkat cadarku, penisnya yang besar digesek-gesekkan ke mulutku.
Buka mulutmu anjing, kata om johan membentak.
Kutatap om johan yang berdiri di sampingku, kuangkat cadarku.
Penis om johan aku gesek-gesekkan ke mulutku. Om johan merem melek sambil memegang kepalaku yang terbalut hijab lebar dan cadar.
Dengan perlahan penis om johan aku masukkan ke dalam mulutku. Mulai dari kepala penis om johan yang besar seperti jamur sampai seluruh batang panjang itu amblas ke dalam kerongkonganku. Rasanya sesak sampai aku tersedak.
Uhuk, uhuk. Aku terbatuk.
******, kata om johan sambil menampar pipiku.
Aduh, om. Kenapa ditampar?
Jangan pakai gigi jalang, bentak om johan menjambak hijabku.
Ma maaf om, plop penis om johan yang besar keluar dari mulutku.
Kembali aku pegang penis om johan, lidahku menjilati senti demi senti penis besar om johan. Kuemut buah zakarnya juga.
Kutatap mata om johan. Enak om? Kataku.
Ahhh iya pinter, bener gitu enak. Om johan mendesah.
Lalu kembali aku masukkan penis om johan ke dalam mulutku. Sebisa mungkin aku coba agar gigiku tidak mengenai batang penisnya.
Di samping kananku, ryan sibuk meremas payudaraku.
Hijabku dilepas oleh ryan dengan satu tarikan bersama dengan cadarku, kini terpampang rambut lurus panjangku berwarna hitam legam. Om amrul berada di belakangku, resleting gaunku ditarik ke bawah.
Terpampanglah pundak, lenganku yang putih mulus. Om amrul menciumi pundak dan lenganku. Tiba-tiba ryan menarik gaunku ke bawah dengan kasar. Sreeettt, sedikit sobek gaunku.
Terpampang payudaraku yang mengkal tertutup BH hitamku. Ryan mengangkat BHku ke atas. Payudaraku yang mengencang menampakkan puting yang mencuat ke atas.
Mulut ryan mencaplok putingku, menyedot-nyedotnya sampai aku merintih.
Ahhh sssshhhh, aku mendesah seperti orang yang baru saja makan makanan pedas.
Aku melihat mas ardi mendekatiku, membawa sesuatu yang aku tidak tau namanya. Kata mas ardi itu adalah nipple clamp yang ada rantainya. Sekarang aku sudah telanjang dengan sempurna.
Saat mas ardi memasangkan penjepit itu di putingku, putingku membengkak. Ahhh, rasa sakit bercampur nikmat bercampur menjadi satu.
Sekarang aku terduduk dengan payudara semakin mengencang.
Saat rantai itu ditarik, payudaraku otomatis ikut ketarik ke depan.
Sakit mas, keluhku.
Makanya kamu ikutin rantainya yang aku tarik ******. Mas ardi menampar pipiku.
Aduh, rintihku. Aku merangkak seperti anjing.
Plak, kutengok ke belakang, om johan menampar pantatku.
Ayo tunggingin pantatmu lebih tinggi, perintah om johan.
Seperti ini om, aku berkata pada om johan.
Om amrul memegang pantatku lalu mendekatkan pantatku pada mesin yang ada dildonya di depannya mirip senapan. Ternyata namanya dildo machine gun.
Aku ketakutan, i ini apa om? Aku gak mau. Aku ingin kabur saat dildo itu menyentuh vaginaku.
Om amrul memencet remot dildo itu, dildo itu bergerak menembus liang senggamaku.
Ahhh, ahhh om, aku menggigit bibir bawahku. Saat aku akan ambruk ke bawah. Ryan yang di depanku menarik rantai nipple clamp yang menjepit putingku.
Aw, jangan keras-keras nariknya. Aku mengaduh.
Dengan terpaksa aku harus menegakkan badanku dengan pantat menungging. Om amrul kembali memencet remot dildo machine gun. Dildo itu bergerak kembali.
Clok clok clok, kulirik om amrul memencet lagi remot yang dipegangnya. Dildo yang bergerak memasuki liang senggamaku keluar masuk semakin cepat.
Ahhh, ahhhh, om. Aku mendesah. Genjotan dildo besar itu makin lama makin enak. Tubuhku terkejang-kejang sampai aku squirt.
Saat aku akan ambruk, ryan kembali menarik rantai yang dia pegang. Rambut panjangku yang menutupi wajahku disibakkan oleh om johan.
Ahhhh, aku orgasme lagi. Cairan cintaku meluber kemana-mana.
Tubuhku sudah lemas tak berdaya. Hanya pantatku saja yang mampu ku angkat. Ryan kembali menarik rantai di tangannya. Tanganku yang bergetar aku paksa menahan tubuh atasku.
Clok clok clok, dildo itu kembali keluar masuk dengan cepat.
Ahhhh, aku keluar. Teriakku.
Aku pun ambruk ke bawah lagi. Nipple clamp yang menjepit putingku dilepas, begitu juga dildo machine gun disingkirkan dari belakang pantatku.
Sekarang aku ditelentangkan dalam kondisi tak berdaya. Satu persatu batang penis sungguhan yang menunggu giliran menyenggamaiku bergantian keluar masuk vaginaku yang sudah sangat becek.
Karena aku lemas, aku hanya bisa memejamkan mataku. Menerima sodokan demi sodokan.
Terakhir diubah: