Akangbubun
Semprot Addict
- Daftar
- 30 Mar 2018
- Post
- 429
- Like diterima
- 407
Wokehhh... Mas bro suhuMudah2an Nanti malam bisa update..
Makasih update nya mas bro @pujangga2000Diary Seorang Istri
Part 24 – Pertemuan Tak Disangka
Adam perlahan mulai memompa batang kontolnya ke dalam Vagina Maya, gerakannya sangat lembut tak terburu-buru, Wajah Maya terlihat begitu menggairahkan di mata Adam, wajah cantik Maya terlihat menikmati setiap tumbukan kontol suaminya itu, Maya berharap Adam bisa menahan ejakulasinya selama mungkin, dan paling tidak bisa memberikannya orgasme sekali saja.
Adam merebahkan tubuhnya menindih tubuh Maya, bibirnya menangkap bibir Maya yang sedikit terbuka, Maya menyambut lumatan Adam dengan cukup bergairah, sambil berciuman, Adam terus memompa batang kontolnya keluar masuk vagina Maya.
Entah kenapa perasaan Adam sedikit berbeda melihat Maya saat ini, di matanya, Maya terlihat seksi dan menggairahkan bagaikan para terapis yang sering ditidurinya di spa, sebenarnya itu yang diinginkan Adam dari istrinya, selama dua tahun ini Adam ingin Maya tampil lebih nakal saat di ranjang, namun Adam tak punya keberanian untuk mengungkapkan kepada Maya, sehingga tak heran Adam merasa hambar saat harus menyetubuhi istrinya, bagi Adam meniduri Maya hanyalah sebuah kewajiban bukan suatu keasyikan, dan semua yang Adam impikan dari wanita diperolehnya dari para terapis spa, namun kini saat Maya mengenakan lingerie seksi dan berani mengulum kontolnya, pandangan Adam terhadap Maya berubah total, istrinya terlihat seksi dan menggiurkan.
Lenguhan dan rintihan lirih Maya terdengar merdu di telinga Adam, membuat syahwatnya makin berkobar, Adam semakin beringas menciumi leher jenjang Maya yang mulai berkeringat, Maya menjerit tertahan saat lehernya terasa sedikit perih, Maya bergidik melihat bola mata Adam yang berkilat penuh birahi, belum pernah Maya melihat Adam seperti ini, suaminya yang tampan dan kalem, biasanya menatapnya lembut saat mereka bersetubuh, kini Adam terlihat bagai seekor harimau lapar yang sedang memuaskan napsunya, dan pompaan Adam mulai cepat menumbuk vaginanya, Maya juga tak mau kalah, digigitnya lembut bahu Adam yang menindih tubuhnya, tumbukan kontol suaminya terasa menggaruk gatal birahinya, tiba-tiba berkelebat bayangan persetubuhannya dengan Anto.
Membayangkan hal itu, Maya menjadi semakin bergairah, dia ingin kembali menikmati momen saat orgasme hebat melandanya, dan Maya menyadari kalau yang diatas tubuhnya kini bukan Anto, tapi Adam, suami syahnya, lelaki yang seharusnya menjadi satu-satunya orang yang berhak menikmati tubuhnya, namun rasa adrenalin perselingkuhan membuatnya malah bergairah, gaya bercinta dua lelaki ini sungguh berbeda, Adam lebih kalem dari Anto, dan Jujur Maya menyukai perasaan bersalah atas perselingkuhannya, perasaan bersalah itu malah membuat gairahnya semakin meninggi, Maya bergairah membayangkan memiliki dua kontol yang siap memuaskan dirinya dengan gaya berbeda, ohhh Maya mulai merasakan orgasme berdatangan menghampirinya, kontol Adam semakin cepat memompa memeknya, Maya meringis dan memeluk Adam erat-erat..”yank terus..yank…aku hampir dapet…jangan berhenti yang..ohhhh…terus yank..terus…. aohh Ahhhhhhhhhhhhh…” Maya menjerit pelan, tangannya mencengkram sprei, tubuhnya mengejang tegang………
Adam memandang tak berkedip saat Maya melonjak-lonjak merasakan orgasme, gejolak syahwatnya semakin menggelora, Adam kembali memompa kontolnya dengan cepat menghujam lubang senggama istrinya itu, melihat wajah Maya yang orgasme hebat, membuat Adam tak kuasa menahan ejakulasinya, Adam menghentak-hentakkan pantatnya melepaskan seluruh benihnya membanjiri rahim Maya, Adam tersungkur lelah menindih tubuh Maya, napas keduanya tersengal-sengal, Adam melumat kembali bibir Maya, dan Maya menyambutnya dengan penuh gairah, keduanya saling melumat melepaskan gairah yang sedikit tersisa dalam keletihan tubuh mereka..
***
Maya terbangun pagi itu, jam dinding kamar menunjukkan pukul 5 pagi, Maya melihat suaminya masih mendengkur telungkup, Maya tersenyum memandang Adam, Maya mencari ikat rambut di meja nakas, lalu dia berjalan ke meja rias, dipandangi wajahnya di kaca meja rias, terlihat tanda merah sedikit hitam dilehernya, Maya mengusap tanda keganasan suaminya tadi malam, Maya tersenyum mengingat betapa ganasnya Adam tadi malam, suaminya itu bagikan bukan Adam yang selama ini dikenalnya, saat mengelus tanda merah itu, Maya teringat pada Anto, dadanya berdesir mengingat kembali keperkasaan tukang parkir saat menyetubuhi dirinya kemarin malam, Maya meihat sosok Adam yang masih lelap melalui kaca meja rias, dua orang pria berbeda telah menikmati tubuhnya, Anto pria yang telah memberikannya pengalaman hebat, dan juga Adam sosok suami yang selama ini dingin tiba-tiba menjelma ganas, duh Maya mulai merasa permainan sungguh asyik.
“Duhh, Gimana ini Maya, kenapa sekarang lu seperti wanita binal yang haus kontol..” gumam Maya memandang wajahnya di kaca meja rias, perasaan bersalah mulai menghinggap kembali di sanubarinya, namun sisi hatinya mencoba membenarkan perselingkuhan yang di lakukannya, “Adam duluan yang selingkuh loh..trus kenapa kalau lo balas dengan perselingkuhan juga, kan adil itu namanya, gak usah bersalah deh..lagian kalo gak selingkuh ama Anto, lo gak bakal ngerasain orgasme kaya kemaren, udah sekarang santai aja, nikmati aja dua kontol itu sebaik-baiknya, lo berhak bahagia juga kok May.”
Sisi hatinya yang kelam mulai menguasai logika dan pemikiran Maya tentang perselingkuhannya, sungguh Maya tak ingin atau tepatnya tak bisa menghentikan gairah ingin mengulangi persetubuhannya dengan Anto, dia ingin kembali menjerit-jerit di atas ranjang menikmati kontol pria gagah itu, Maya ingin menikmati lidah Anto menjalar di setiap inchi kulit tubuhnya, menggelitik lubang vaginanya, merasakan nikmatnya saat kontol hitam besar itu menghujam kencang memeknya, ohhh bagimana mungkin bisa menghentikan semua itu..Hati Maya berdesir hebat membayangkan semua itu.
Di sisi lain, Maya juga tak ingin imagenya sebagai wanita baik-baik jadi hilang, selama ini Maya adalah seorang istri yang baik bagi Adam, dan sungguh Maya tak bisa membayangkan hidup tanpa Adam, Maya tahu cintanya hanya untuk Adam, sedangkan Anto adalah pemuas gairahnya belaka, dan Maya tak ingin kehilangan cinta dan gairahnya itu, “Ya udah nikmatin aja dua-duanya gak usah dilema, anggap aja punya suami dua, asik kan ada dua kontol yang siap memuaskan lo..” sisi Kelam hatinya mulai mempengaruhinya lagi.
Maya menghela napasnya, dia kemudian bangkit menuju kamar mandi, dia harus siap-siap untuk berangkat kerja dan sekaligus memainkan perannya sebagai istri yang baik menyiapkan sarapan untuk suaminya.
*** “Nis…sudah siapkan? Sebentar lagi jalanan macet..” Ucap Bulik Harti sambil mengetuk kamar Anissa.
“Ya bun, sudah kok.” Tak lama pintu kamar Anissa terbuka, muncullah sosok gadis cantik dengan dari dalam kamar, Bulik Harti terperangah melihat penampilan Anissa.
“Duh cantik banget kamu, tapi kok pakaiannya kurang update nih, kamu sih datangnya mepet banget, tapi tenang, nanti sore bunda ajak kamu belanja pakaian baru biar tambah cakep.” Ucap Bulik Harti, memang pakaian yang dikenakan Nisa termasuk sederhana, Kaos rajutan berwarna coklat dipadu dengan cardigan hitam serta celana berwarna hitam, hijab yang dikenakannya juga berwarna hitam.
“Jelek ya bun.” Tanya Nisa bingung melihat buliknya memperhatikan pakaiannya dari atas hingga bawah.
“Jelek sih gak, Cuma terlalu sederhana, kecantikan kamu jadi gak glowing, nanti sore bunda jemput kita belanja pakaian yang keren buat kerja, kayaknya perusahaan kamu itu di pusat kota, jadi gak pantes untuk sederhana, keren kan gak perlu mahal, udah serahkan saja pada bunda.” Jawab Bulik Harti.
Nisa hanya tersenyum, memang buliknya ini sangat fashionable soal pakaian, Nisa mengamit lengan buliknya dia kebingungan kenapa berangkatnya harus sepagi ini, Bulik Harti sepertinya paham dengan kebingungan keponakan cantiknya itu.
“Ini jakarta nduk, kalau kita telat keluar rumah, yang ada waktu kita abis di jalan karena macet, apalagi kamu kan baru, masa anak baru datengnya terlambat.” Ucap Bulik Harti, sebenarnya bulik harti tau kalau sejak sebelum subuh tadi Nisa sudah bangun, kebiasaan Nisa selalu mandi sebelum menunaikan sholat subuh, setelah itu Nisa menyiapkan sarapan untuk seisi rumah, Nisa juga telah mencuci piring kotor bekas makan malam, setelah selesai membereskan rumah, nisa kemudian berganti pakaian.
“Kamu sarapan dulu ya nduk..tadi bunda nyicipin nasi goreng buatan kamu, wuih sedap tenan nduk..kamu gak perlu lah bebenah segala, biar bunda saja..” Ujar Bulik Harti.
“Gak apa kok bun, Nisa di rumah memang udah biasa kaya gitu, kan bunda bilang anggpe rumah sendiri, kalau Nisa gak boleh bebenah, berarti Nisa dianggap tamu dong.” Ucap Nisa sambil memonyongkan bibirnya manja.
Bulik Harti tertawa sambil mencubit bibir ponakannya itu, “Ya sudah kalau kamu gak cape, Bunda seneng kamu disini sayang..”
“Nisa juga seneng kok disini bun.” Nisa memeluk Buliknya.
“Ehmmm…. kak Nisa kok gak bangunin aku sih..” Sekar tiba-tiba muncul
“Tidur kamu enak banget sih, kakak jadi gak tega bangunin kamu.” Jawab Nisa.
“Sekar, udah sana kamu cepat mandi, abis mandi sarapan dulu tuh kak Nisa bikinin nasi goreng enak, nanti bunda mau antar kak nisa ke kantor, kamu jangan main hp lagi ya, abis sarapan langsung berangkat sekolah.” Ujar Bulik Harti.
“Ya..ya…Bund.” Balas Sekar, yang kemudian berjalan malas menuju kamar mandi. Nisa tersenyum melihat sepupu Abg nya itu.
***
Apa yang dikatakan Bulik Harti ternyata terbukti, setengah tujuh mereka keluar rumah, sekarang jam tangan Nisa menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat dirinya tiba didepan gedung megah menjulang tinggi didepannya ini, setelah berpamitan dengan Bulik, Nisa segera bergegas masuk ke dalam gedung.
Karyawan dan karyawati yang bekerja di gedung tersebut juga mulai berdatangan, Nisa tersenyum-senyum sendiri, hatinya diliputi suasana bahagia di hari pertamanya ini, Nisa melihat surat tugas yang diberikan kantor Cabang di Surabaya, Nisa mencocokan nama kantornya dengan nama-nama kantor yang ada di papan besar dinding lobby gedung ini, rupanya kantor Nisa berada di lantai 17, Nisa memasukkan kembali surat tugasnya kedalam tas dan bergegas menuju lift.
Setelah menunggu antrian Lift selama 10 menit, akhirnya Nisa tiba di lantai 17, Nisa celingak celinguk mencari keberadaan Kantornya, dia melihat Nama kantor yang ditujunya berada di sebelah kiri pintu keluar lift, Nisa segera berjalan ke arah tempat itu, seorang Satpam menyambutnya dengan ramah, Nisa segera mengutarakan keperluannya pada Satpam tersebut.
“Bu Dewi belum datang mbak, silahkan tunggu di dalam saja, oh ya mari saya tunjukkan ruangan bu Dewi.” Ujar Satpam tersebut, Nisa mengikuti Satpam tersebut, didalam gedung beberapa karyawan hilir mudik mempersiapkan kesibukan mereka masing-masing, tiba-tiba Nisa merasa canggung berada di tempat tersebut, orang-orang itu bersikap acuh tak acuh dengan keberadaan Nisa.
“Mbak, itu sebelah kanan adalah ruangan Bu Dewi, mbak bisa tunggu di depannya saja, sudah paham kan tempatnya.” Tanya Satpam itu.
“Ya pak, makasih ya.” Jawab Nisa.
Satpam tersebut kembali ke tempatnya, Nisa berjalan menuju tempat yang ditunjukkan satpam tadi, Nisa melihat sebuah ruangan yang tertutup pintu kaca bertuliskan ruangan HRD, didepan ruangan itu ada sebuah bangku panjang, Nisa kemudian duduk disana.
Tak berapa lama Nisa duduk di sana, seorang perempuan berpenampilan menarik keluar dari ruangan tersebut, perempuan itu tersenyum pada Nisa dan berlalu menuju ke suatu tempat, Nisa mengikuti perempuan itu dengan pandangannya, tak lama Perempuan itu kembali menuju ke ruangan yang ada didepan Nisa.
“Mbak ada keperluan apa ya.” Perempuan itu menyapanya.
“Ini mbak, saya di suruh bertemu dengan Bu Dewi, manager HRD, saya dari Surabaya,” jawab Nisa, dari id card yang dikalungkannya ternyata perempuan yang menyapanya tadi bernama Agustina.
Nisa memberikan surat tugasnya kepada Agustina, perempuan itu membaca dan mengangguk, “Ohh mbak ini karyawan dari Surabaya itu ya, tadi bu Dewi nelpon aku, katanya kalau mbak datang suruh tunggu di dalam saja, Bu dewi mungkin agak terlambat sedikit, yuk kita ke dalam mbak.” Ucap Agustina.
Nisa mengikuti Agustina ke dalam ruangan HRD, didalam ruangan ada sejumlah Karyawan dan Karyawati yang tengah asik dengan kesibukan masing-masing, “Mau bikin kopi mbak? itu di sana ada alat bikin kopi dan teh.” Ucap Agustina menunjuk ke sebuah meja panjang.
“Ya mbak.” Jawab Nisa singkat, dia merasa semakin canggung berada di ruangan ini, Agustina tersenyum menyadari kecanggungan Nisa.
“Santai aja mbak, gak usah tegang, semua orang juga pernah di posisi mbak sebagai karyawan baru hehehe, duduk dekat aku aja sambil nunggu Bu Dewi datang.” Agustina berusaha membuat Nisa nyaman.
Agustina merupakan gadis yang supel, sebentar saja Nisa mulai akrab dengannya, hal itu membuat Nisa lebih bisa bersikap santai, 1 jam menunggu, pintu ruangan terbuka, seorang wanita setengah baya dengan dandanan modis masuk ke ruangan, “selamat pagi..” Ucap wanita itu.
Seluruh karyawan serentak berdiri membalas salam wanita itu, Nisa juga ikut berdiri, wanita itu memandang Nisa, sejenak dia seperti bingung dengan kehadiran wajah baru yang belum dikenalnya, “Kamu yang dari Surabaya itu ya.” Tanya wanita yang rupanya bernama Bu Dewi, orang yang sedang ditunggu oleh Nisa sejak tadi.
“Ya bu..” Jawab Nisa singkat.
“Ayuk ikut saya, kita kedalam ruangan saya.” Bu Dewi kemudian masuk ke ruangannya, Nisa menoleh pada Agustina yang mengangguk, “santai aja..” ucap Agustina.
“Terima Kasih ya mbak sudah menemani saya menunggu.” Ujar Anisa santun, Agustina hanya tersenyum mengangguk, Nisa kemudian berjalan menuju ruangan Bu Dewi tadi, setelah mengetuk pintu, Nisa masuk kedalam ruangan.
Nisa melihat sosok seorang wanita cantik dengan pakaian modis tengah duduk tersenyum padanya, Parfum yang dikenakan Bu Dewi menyerbak memenuhi ruangan, parfum itu sangat soft wanginya, seketika Nisa minder, bahkan dia tak menggunakan parfum berangkat kerja, hanya bedak bayi saja di balurkan di sekujur tubuhnya sebelum berangkat tadi.
“Lho kok bengong, silahkan duduk Nis.” Bu Dewi menyapanya dengan panggilan akrab.
Nisa kemudian berjalan membungkuk dan duduk di kursi di hadapan meja Bu Dewi, sopan santun memang selalu dijaga oleh Nisa.
“Nisa..ini kamu isi formulir data Karyawan terlebih dahulu ya.” Ujar Bu Dewi sambil menyerahkan selembar kertas.
Sambil mengisi formulir Bu Dewi bertanya kepada Nisa, beberapa hal, diaman dia tinggal, dan bebrepa pertanyaan ringan untuk mencairkan suasana, Bu Dewi paham anak baru seperti Nisa pasti akan gugup menghadapi suasana kerja di hari pertama, dan sikap Bu Dewi itu rupanya mampu mengembalikan kepercayaan diri Nisa yang tadi sempat hilang.
“Ini bu sudah selesai.” Nisa menyerahkan kembali formulir yang sudah diisinya.
“Wow tulisan kamu bagus banget nis, kayaknya emang cocok ya kamu di posisi kamu nanti.” Ujar Bu Dewi. Nisa hanya tersenyum, dia memang selalu canggung kalau dipuji.
“Satu lagi nih, kamu tekan disini ya jempol kanan dan kiri kamu, untuk keperluan scan Absen.” Bu Dewi meyerahkan sebuah kotak kaca mirip seperti di tempat pembuatan SIM, Nisa kemudian mengikuti arahan dan petunjuk Bu Dewi tersebut.
“Nah udah lengkap semua, nanti sore kamu kembali kesini ya untuk ambil Id Card kamu, nah ini ada surat kontrak kerja yang harus kamu tanda tangani, di surat tersebut ada beberapa hal antara lain, posisi dan tanggung jawab pekerjaan kamu, gaji dan tunjangan yang akan kamu dapat, jam kerja dan lembur, serta tata tertib serta sanksi, silahkan kamu baca dulu.” Bu Dewi menyerahkan sebuah lembaran yang berada di dalam Map berwarna abu-abu.
Nisa berdebar membaca isi surat kontrak dihadapannya ini, bukan gaji yang membuatnya berdebar, tapi lebih karena dia merasa bangga dan terharu sebentar lagi dia akan resmi menjadi karyawan, sebentar lagi niatnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya dapat dia wujudkan, sungguh Nisa tak peduli gaji yang akan didapatkannya, dia hanya ingin bekerja sebaik mungkin di kesempatannya sekarang.
Dengan tangan gemetar dan berusaha keras menahan air mata haru yang jatuh, nisa menanda tangani surat kontrak tersebut, Bu Dewi tersenyum melihat Nisa, dalam waktu singkat Bu Dewi bisa menilai betapa santun dan baiknya gadis cantik didepannya ini.
Nisa menyerahkan surat kontrak yang telah ditanda tanganinya itu, Bu dewi menerima dengan seyum ramah, “Selamat ya Nis, kamu udah resmi menjadi bagian dari perusahaan ini.”
“Terima kasih bu.” Ucap Nisa sambil mencium tangan Bu Dewi.
“kamu ditempatkan menjadi asisten manajer pemasaran, ya mirip dengan sekretaris tugasnya, nanti pak Manager yang akan menjelaskan pekerjaan kamu, ruangannya ada di ujung ruangan ini, kamu keluar pintu lalu ke sebelah kiri, ntar saya minta agustina mengantar kamu, ya sudah kamu segera ke ruangan kamu, sepertinya pak manager juga sudah datang, kamu bawa surat ini kesana ya.” Bu Dewi menyerahkan salinan surat kontrak kepada Nisa.
Setelah berpamitan, Bu dewi mengantar Nisa keluar ruangan, Bu Dewi meminta Agustina mengantar Nisa ke ruangan manajer pemasaran, Nisa kembali membungkuk hormat pada Bu dewi, dan berjalan mengikuti Agustina menuju ruangan Manager pemasaran.
“Nih tempatnya Nis, masuk aja sendiri ya, aku banyak kerjaan soalnya.” Ujar Agustina, Nisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Nisa kemudian mengetuk pintu, dari dalam terdengar suara seorang lelaki menyuruhnya masuk.
“Permisi pak.” Nisa masuk keruangan, dilihatnya seorang pria bertubuh atletis tengah menelpon membelakanginya, Nisa berdiri menunggu pria itu selesai menelpon.
Tiba-tiba Nisa terkejut seperti melihat hantu, saat pria yang menjadi manager pemasaran itu berbalik, sama seperti Nisa, Pria itu juga terperanjat melihat Nisa, “Lho..kamu…” ucap pria itu.
“Mas..eh om…eh..” ucap Nisa terbata-bata
____________________________________________
Bersambung
Nice suhu.Diary Seorang Istri
Part 24 – Pertemuan Tak Disangka
Adam perlahan mulai memompa batang kontolnya ke dalam Vagina Maya, gerakannya sangat lembut tak terburu-buru, Wajah Maya terlihat begitu menggairahkan di mata Adam, wajah cantik Maya terlihat menikmati setiap tumbukan kontol suaminya itu, Maya berharap Adam bisa menahan ejakulasinya selama mungkin, dan paling tidak bisa memberikannya orgasme sekali saja.
Adam merebahkan tubuhnya menindih tubuh Maya, bibirnya menangkap bibir Maya yang sedikit terbuka, Maya menyambut lumatan Adam dengan cukup bergairah, sambil berciuman, Adam terus memompa batang kontolnya keluar masuk vagina Maya.
Entah kenapa perasaan Adam sedikit berbeda melihat Maya saat ini, di matanya, Maya terlihat seksi dan menggairahkan bagaikan para terapis yang sering ditidurinya di spa, sebenarnya itu yang diinginkan Adam dari istrinya, selama dua tahun ini Adam ingin Maya tampil lebih nakal saat di ranjang, namun Adam tak punya keberanian untuk mengungkapkan kepada Maya, sehingga tak heran Adam merasa hambar saat harus menyetubuhi istrinya, bagi Adam meniduri Maya hanyalah sebuah kewajiban bukan suatu keasyikan, dan semua yang Adam impikan dari wanita diperolehnya dari para terapis spa, namun kini saat Maya mengenakan lingerie seksi dan berani mengulum kontolnya, pandangan Adam terhadap Maya berubah total, istrinya terlihat seksi dan menggiurkan.
Lenguhan dan rintihan lirih Maya terdengar merdu di telinga Adam, membuat syahwatnya makin berkobar, Adam semakin beringas menciumi leher jenjang Maya yang mulai berkeringat, Maya menjerit tertahan saat lehernya terasa sedikit perih, Maya bergidik melihat bola mata Adam yang berkilat penuh birahi, belum pernah Maya melihat Adam seperti ini, suaminya yang tampan dan kalem, biasanya menatapnya lembut saat mereka bersetubuh, kini Adam terlihat bagai seekor harimau lapar yang sedang memuaskan napsunya, dan pompaan Adam mulai cepat menumbuk vaginanya, Maya juga tak mau kalah, digigitnya lembut bahu Adam yang menindih tubuhnya, tumbukan kontol suaminya terasa menggaruk gatal birahinya, tiba-tiba berkelebat bayangan persetubuhannya dengan Anto.
Membayangkan hal itu, Maya menjadi semakin bergairah, dia ingin kembali menikmati momen saat orgasme hebat melandanya, dan Maya menyadari kalau yang diatas tubuhnya kini bukan Anto, tapi Adam, suami syahnya, lelaki yang seharusnya menjadi satu-satunya orang yang berhak menikmati tubuhnya, namun rasa adrenalin perselingkuhan membuatnya malah bergairah, gaya bercinta dua lelaki ini sungguh berbeda, Adam lebih kalem dari Anto, dan Jujur Maya menyukai perasaan bersalah atas perselingkuhannya, perasaan bersalah itu malah membuat gairahnya semakin meninggi, Maya bergairah membayangkan memiliki dua kontol yang siap memuaskan dirinya dengan gaya berbeda, ohhh Maya mulai merasakan orgasme berdatangan menghampirinya, kontol Adam semakin cepat memompa memeknya, Maya meringis dan memeluk Adam erat-erat..”yank terus..yank…aku hampir dapet…jangan berhenti yang..ohhhh…terus yank..terus…. aohh Ahhhhhhhhhhhhh…” Maya menjerit pelan, tangannya mencengkram sprei, tubuhnya mengejang tegang………
Adam memandang tak berkedip saat Maya melonjak-lonjak merasakan orgasme, gejolak syahwatnya semakin menggelora, Adam kembali memompa kontolnya dengan cepat menghujam lubang senggama istrinya itu, melihat wajah Maya yang orgasme hebat, membuat Adam tak kuasa menahan ejakulasinya, Adam menghentak-hentakkan pantatnya melepaskan seluruh benihnya membanjiri rahim Maya, Adam tersungkur lelah menindih tubuh Maya, napas keduanya tersengal-sengal, Adam melumat kembali bibir Maya, dan Maya menyambutnya dengan penuh gairah, keduanya saling melumat melepaskan gairah yang sedikit tersisa dalam keletihan tubuh mereka..
***
Maya terbangun pagi itu, jam dinding kamar menunjukkan pukul 5 pagi, Maya melihat suaminya masih mendengkur telungkup, Maya tersenyum memandang Adam, Maya mencari ikat rambut di meja nakas, lalu dia berjalan ke meja rias, dipandangi wajahnya di kaca meja rias, terlihat tanda merah sedikit hitam dilehernya, Maya mengusap tanda keganasan suaminya tadi malam, Maya tersenyum mengingat betapa ganasnya Adam tadi malam, suaminya itu bagikan bukan Adam yang selama ini dikenalnya, saat mengelus tanda merah itu, Maya teringat pada Anto, dadanya berdesir mengingat kembali keperkasaan tukang parkir saat menyetubuhi dirinya kemarin malam, Maya meihat sosok Adam yang masih lelap melalui kaca meja rias, dua orang pria berbeda telah menikmati tubuhnya, Anto pria yang telah memberikannya pengalaman hebat, dan juga Adam sosok suami yang selama ini dingin tiba-tiba menjelma ganas, duh Maya mulai merasa permainan sungguh asyik.
“Duhh, Gimana ini Maya, kenapa sekarang lu seperti wanita binal yang haus kontol..” gumam Maya memandang wajahnya di kaca meja rias, perasaan bersalah mulai menghinggap kembali di sanubarinya, namun sisi hatinya mencoba membenarkan perselingkuhan yang di lakukannya, “Adam duluan yang selingkuh loh..trus kenapa kalau lo balas dengan perselingkuhan juga, kan adil itu namanya, gak usah bersalah deh..lagian kalo gak selingkuh ama Anto, lo gak bakal ngerasain orgasme kaya kemaren, udah sekarang santai aja, nikmati aja dua kontol itu sebaik-baiknya, lo berhak bahagia juga kok May.”
Sisi hatinya yang kelam mulai menguasai logika dan pemikiran Maya tentang perselingkuhannya, sungguh Maya tak ingin atau tepatnya tak bisa menghentikan gairah ingin mengulangi persetubuhannya dengan Anto, dia ingin kembali menjerit-jerit di atas ranjang menikmati kontol pria gagah itu, Maya ingin menikmati lidah Anto menjalar di setiap inchi kulit tubuhnya, menggelitik lubang vaginanya, merasakan nikmatnya saat kontol hitam besar itu menghujam kencang memeknya, ohhh bagimana mungkin bisa menghentikan semua itu..Hati Maya berdesir hebat membayangkan semua itu.
Di sisi lain, Maya juga tak ingin imagenya sebagai wanita baik-baik jadi hilang, selama ini Maya adalah seorang istri yang baik bagi Adam, dan sungguh Maya tak bisa membayangkan hidup tanpa Adam, Maya tahu cintanya hanya untuk Adam, sedangkan Anto adalah pemuas gairahnya belaka, dan Maya tak ingin kehilangan cinta dan gairahnya itu, “Ya udah nikmatin aja dua-duanya gak usah dilema, anggap aja punya suami dua, asik kan ada dua kontol yang siap memuaskan lo..” sisi Kelam hatinya mulai mempengaruhinya lagi.
Maya menghela napasnya, dia kemudian bangkit menuju kamar mandi, dia harus siap-siap untuk berangkat kerja dan sekaligus memainkan perannya sebagai istri yang baik menyiapkan sarapan untuk suaminya.
*** “Nis…sudah siapkan? Sebentar lagi jalanan macet..” Ucap Bulik Harti sambil mengetuk kamar Anissa.
“Ya bun, sudah kok.” Tak lama pintu kamar Anissa terbuka, muncullah sosok gadis cantik dengan dari dalam kamar, Bulik Harti terperangah melihat penampilan Anissa.
“Duh cantik banget kamu, tapi kok pakaiannya kurang update nih, kamu sih datangnya mepet banget, tapi tenang, nanti sore bunda ajak kamu belanja pakaian baru biar tambah cakep.” Ucap Bulik Harti, memang pakaian yang dikenakan Nisa termasuk sederhana, Kaos rajutan berwarna coklat dipadu dengan cardigan hitam serta celana berwarna hitam, hijab yang dikenakannya juga berwarna hitam.
“Jelek ya bun.” Tanya Nisa bingung melihat buliknya memperhatikan pakaiannya dari atas hingga bawah.
“Jelek sih gak, Cuma terlalu sederhana, kecantikan kamu jadi gak glowing, nanti sore bunda jemput kita belanja pakaian yang keren buat kerja, kayaknya perusahaan kamu itu di pusat kota, jadi gak pantes untuk sederhana, keren kan gak perlu mahal, udah serahkan saja pada bunda.” Jawab Bulik Harti.
Nisa hanya tersenyum, memang buliknya ini sangat fashionable soal pakaian, Nisa mengamit lengan buliknya dia kebingungan kenapa berangkatnya harus sepagi ini, Bulik Harti sepertinya paham dengan kebingungan keponakan cantiknya itu.
“Ini jakarta nduk, kalau kita telat keluar rumah, yang ada waktu kita abis di jalan karena macet, apalagi kamu kan baru, masa anak baru datengnya terlambat.” Ucap Bulik Harti, sebenarnya bulik harti tau kalau sejak sebelum subuh tadi Nisa sudah bangun, kebiasaan Nisa selalu mandi sebelum menunaikan sholat subuh, setelah itu Nisa menyiapkan sarapan untuk seisi rumah, Nisa juga telah mencuci piring kotor bekas makan malam, setelah selesai membereskan rumah, nisa kemudian berganti pakaian.
“Kamu sarapan dulu ya nduk..tadi bunda nyicipin nasi goreng buatan kamu, wuih sedap tenan nduk..kamu gak perlu lah bebenah segala, biar bunda saja..” Ujar Bulik Harti.
“Gak apa kok bun, Nisa di rumah memang udah biasa kaya gitu, kan bunda bilang anggpe rumah sendiri, kalau Nisa gak boleh bebenah, berarti Nisa dianggap tamu dong.” Ucap Nisa sambil memonyongkan bibirnya manja.
Bulik Harti tertawa sambil mencubit bibir ponakannya itu, “Ya sudah kalau kamu gak cape, Bunda seneng kamu disini sayang..”
“Nisa juga seneng kok disini bun.” Nisa memeluk Buliknya.
“Ehmmm…. kak Nisa kok gak bangunin aku sih..” Sekar tiba-tiba muncul
“Tidur kamu enak banget sih, kakak jadi gak tega bangunin kamu.” Jawab Nisa.
“Sekar, udah sana kamu cepat mandi, abis mandi sarapan dulu tuh kak Nisa bikinin nasi goreng enak, nanti bunda mau antar kak nisa ke kantor, kamu jangan main hp lagi ya, abis sarapan langsung berangkat sekolah.” Ujar Bulik Harti.
“Ya..ya…Bund.” Balas Sekar, yang kemudian berjalan malas menuju kamar mandi. Nisa tersenyum melihat sepupu Abg nya itu.
***
Apa yang dikatakan Bulik Harti ternyata terbukti, setengah tujuh mereka keluar rumah, sekarang jam tangan Nisa menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat dirinya tiba didepan gedung megah menjulang tinggi didepannya ini, setelah berpamitan dengan Bulik, Nisa segera bergegas masuk ke dalam gedung.
Karyawan dan karyawati yang bekerja di gedung tersebut juga mulai berdatangan, Nisa tersenyum-senyum sendiri, hatinya diliputi suasana bahagia di hari pertamanya ini, Nisa melihat surat tugas yang diberikan kantor Cabang di Surabaya, Nisa mencocokan nama kantornya dengan nama-nama kantor yang ada di papan besar dinding lobby gedung ini, rupanya kantor Nisa berada di lantai 17, Nisa memasukkan kembali surat tugasnya kedalam tas dan bergegas menuju lift.
Setelah menunggu antrian Lift selama 10 menit, akhirnya Nisa tiba di lantai 17, Nisa celingak celinguk mencari keberadaan Kantornya, dia melihat Nama kantor yang ditujunya berada di sebelah kiri pintu keluar lift, Nisa segera berjalan ke arah tempat itu, seorang Satpam menyambutnya dengan ramah, Nisa segera mengutarakan keperluannya pada Satpam tersebut.
“Bu Dewi belum datang mbak, silahkan tunggu di dalam saja, oh ya mari saya tunjukkan ruangan bu Dewi.” Ujar Satpam tersebut, Nisa mengikuti Satpam tersebut, didalam gedung beberapa karyawan hilir mudik mempersiapkan kesibukan mereka masing-masing, tiba-tiba Nisa merasa canggung berada di tempat tersebut, orang-orang itu bersikap acuh tak acuh dengan keberadaan Nisa.
“Mbak, itu sebelah kanan adalah ruangan Bu Dewi, mbak bisa tunggu di depannya saja, sudah paham kan tempatnya.” Tanya Satpam itu.
“Ya pak, makasih ya.” Jawab Nisa.
Satpam tersebut kembali ke tempatnya, Nisa berjalan menuju tempat yang ditunjukkan satpam tadi, Nisa melihat sebuah ruangan yang tertutup pintu kaca bertuliskan ruangan HRD, didepan ruangan itu ada sebuah bangku panjang, Nisa kemudian duduk disana.
Tak berapa lama Nisa duduk di sana, seorang perempuan berpenampilan menarik keluar dari ruangan tersebut, perempuan itu tersenyum pada Nisa dan berlalu menuju ke suatu tempat, Nisa mengikuti perempuan itu dengan pandangannya, tak lama Perempuan itu kembali menuju ke ruangan yang ada didepan Nisa.
“Mbak ada keperluan apa ya.” Perempuan itu menyapanya.
“Ini mbak, saya di suruh bertemu dengan Bu Dewi, manager HRD, saya dari Surabaya,” jawab Nisa, dari id card yang dikalungkannya ternyata perempuan yang menyapanya tadi bernama Agustina.
Nisa memberikan surat tugasnya kepada Agustina, perempuan itu membaca dan mengangguk, “Ohh mbak ini karyawan dari Surabaya itu ya, tadi bu Dewi nelpon aku, katanya kalau mbak datang suruh tunggu di dalam saja, Bu dewi mungkin agak terlambat sedikit, yuk kita ke dalam mbak.” Ucap Agustina.
Nisa mengikuti Agustina ke dalam ruangan HRD, didalam ruangan ada sejumlah Karyawan dan Karyawati yang tengah asik dengan kesibukan masing-masing, “Mau bikin kopi mbak? itu di sana ada alat bikin kopi dan teh.” Ucap Agustina menunjuk ke sebuah meja panjang.
“Ya mbak.” Jawab Nisa singkat, dia merasa semakin canggung berada di ruangan ini, Agustina tersenyum menyadari kecanggungan Nisa.
“Santai aja mbak, gak usah tegang, semua orang juga pernah di posisi mbak sebagai karyawan baru hehehe, duduk dekat aku aja sambil nunggu Bu Dewi datang.” Agustina berusaha membuat Nisa nyaman.
Agustina merupakan gadis yang supel, sebentar saja Nisa mulai akrab dengannya, hal itu membuat Nisa lebih bisa bersikap santai, 1 jam menunggu, pintu ruangan terbuka, seorang wanita setengah baya dengan dandanan modis masuk ke ruangan, “selamat pagi..” Ucap wanita itu.
Seluruh karyawan serentak berdiri membalas salam wanita itu, Nisa juga ikut berdiri, wanita itu memandang Nisa, sejenak dia seperti bingung dengan kehadiran wajah baru yang belum dikenalnya, “Kamu yang dari Surabaya itu ya.” Tanya wanita yang rupanya bernama Bu Dewi, orang yang sedang ditunggu oleh Nisa sejak tadi.
“Ya bu..” Jawab Nisa singkat.
“Ayuk ikut saya, kita kedalam ruangan saya.” Bu Dewi kemudian masuk ke ruangannya, Nisa menoleh pada Agustina yang mengangguk, “santai aja..” ucap Agustina.
“Terima Kasih ya mbak sudah menemani saya menunggu.” Ujar Anisa santun, Agustina hanya tersenyum mengangguk, Nisa kemudian berjalan menuju ruangan Bu Dewi tadi, setelah mengetuk pintu, Nisa masuk kedalam ruangan.
Nisa melihat sosok seorang wanita cantik dengan pakaian modis tengah duduk tersenyum padanya, Parfum yang dikenakan Bu Dewi menyerbak memenuhi ruangan, parfum itu sangat soft wanginya, seketika Nisa minder, bahkan dia tak menggunakan parfum berangkat kerja, hanya bedak bayi saja di balurkan di sekujur tubuhnya sebelum berangkat tadi.
“Lho kok bengong, silahkan duduk Nis.” Bu Dewi menyapanya dengan panggilan akrab.
Nisa kemudian berjalan membungkuk dan duduk di kursi di hadapan meja Bu Dewi, sopan santun memang selalu dijaga oleh Nisa.
“Nisa..ini kamu isi formulir data Karyawan terlebih dahulu ya.” Ujar Bu Dewi sambil menyerahkan selembar kertas.
Sambil mengisi formulir Bu Dewi bertanya kepada Nisa, beberapa hal, diaman dia tinggal, dan bebrepa pertanyaan ringan untuk mencairkan suasana, Bu Dewi paham anak baru seperti Nisa pasti akan gugup menghadapi suasana kerja di hari pertama, dan sikap Bu Dewi itu rupanya mampu mengembalikan kepercayaan diri Nisa yang tadi sempat hilang.
“Ini bu sudah selesai.” Nisa menyerahkan kembali formulir yang sudah diisinya.
“Wow tulisan kamu bagus banget nis, kayaknya emang cocok ya kamu di posisi kamu nanti.” Ujar Bu Dewi. Nisa hanya tersenyum, dia memang selalu canggung kalau dipuji.
“Satu lagi nih, kamu tekan disini ya jempol kanan dan kiri kamu, untuk keperluan scan Absen.” Bu Dewi meyerahkan sebuah kotak kaca mirip seperti di tempat pembuatan SIM, Nisa kemudian mengikuti arahan dan petunjuk Bu Dewi tersebut.
“Nah udah lengkap semua, nanti sore kamu kembali kesini ya untuk ambil Id Card kamu, nah ini ada surat kontrak kerja yang harus kamu tanda tangani, di surat tersebut ada beberapa hal antara lain, posisi dan tanggung jawab pekerjaan kamu, gaji dan tunjangan yang akan kamu dapat, jam kerja dan lembur, serta tata tertib serta sanksi, silahkan kamu baca dulu.” Bu Dewi menyerahkan sebuah lembaran yang berada di dalam Map berwarna abu-abu.
Nisa berdebar membaca isi surat kontrak dihadapannya ini, bukan gaji yang membuatnya berdebar, tapi lebih karena dia merasa bangga dan terharu sebentar lagi dia akan resmi menjadi karyawan, sebentar lagi niatnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya dapat dia wujudkan, sungguh Nisa tak peduli gaji yang akan didapatkannya, dia hanya ingin bekerja sebaik mungkin di kesempatannya sekarang.
Dengan tangan gemetar dan berusaha keras menahan air mata haru yang jatuh, nisa menanda tangani surat kontrak tersebut, Bu Dewi tersenyum melihat Nisa, dalam waktu singkat Bu Dewi bisa menilai betapa santun dan baiknya gadis cantik didepannya ini.
Nisa menyerahkan surat kontrak yang telah ditanda tanganinya itu, Bu dewi menerima dengan seyum ramah, “Selamat ya Nis, kamu udah resmi menjadi bagian dari perusahaan ini.”
“Terima kasih bu.” Ucap Nisa sambil mencium tangan Bu Dewi.
“kamu ditempatkan menjadi asisten manajer pemasaran, ya mirip dengan sekretaris tugasnya, nanti pak Manager yang akan menjelaskan pekerjaan kamu, ruangannya ada di ujung ruangan ini, kamu keluar pintu lalu ke sebelah kiri, ntar saya minta agustina mengantar kamu, ya sudah kamu segera ke ruangan kamu, sepertinya pak manager juga sudah datang, kamu bawa surat ini kesana ya.” Bu Dewi menyerahkan salinan surat kontrak kepada Nisa.
Setelah berpamitan, Bu dewi mengantar Nisa keluar ruangan, Bu Dewi meminta Agustina mengantar Nisa ke ruangan manajer pemasaran, Nisa kembali membungkuk hormat pada Bu dewi, dan berjalan mengikuti Agustina menuju ruangan Manager pemasaran.
“Nih tempatnya Nis, masuk aja sendiri ya, aku banyak kerjaan soalnya.” Ujar Agustina, Nisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Nisa kemudian mengetuk pintu, dari dalam terdengar suara seorang lelaki menyuruhnya masuk.
“Permisi pak.” Nisa masuk keruangan, dilihatnya seorang pria bertubuh atletis tengah menelpon membelakanginya, Nisa berdiri menunggu pria itu selesai menelpon.
Tiba-tiba Nisa terkejut seperti melihat hantu, saat pria yang menjadi manager pemasaran itu berbalik, sama seperti Nisa, Pria itu juga terperanjat melihat Nisa, “Lho..kamu…” ucap pria itu.
“Mas..eh om…eh..” ucap Nisa terbata-bata
____________________________________________
Bersambung
part 26 atau 27 nanti ada pete, cabe, bawang dan tomat juga, jadi kita bikin sambel goreng kentang sampe Maya merem melek..Wahh thankss suhuu butt kentang nah
Masih ada yang kurang. Gak ada terasi mas bro @pujangga2000part 26 atau 27 nanti ada pete, cabe, bawang dan tomat juga, jadi kita bikin sambel goreng kentang sampe Maya merem melek..
seruuuuuuusekapur sirih
cerita ini telah tayang di sebuah tempat yang karena sesuatu hal tak bisa saya sebutkan linknya disini (kalau mau tau silahkan dm aja), cerita ini adalah cerita premium yang butuh akses untuk membacanya, namun karena saya cukup senang dengan apresiasi dari teman-teman pembaca semua, maka saya putuskan cerita ini akan saya share gratis di forum tercinta ini, tentunya episodenya akan terlambat dari yang disebelah.
plot cerita ini adalah tentang seorang istri, seorang perempuan yang berasal dari keluarga baik-baik, perempuan yang penurut pada suami, namun suatu saat ada perilaku suaminya yang membuat dia kecewa, dan kebetulan ada sosok pria lain yang tanpa sengaja hadir di kehidupan perempuan ini, mereka berbeda kelas sosial, sang wanita adalah berasal dari kalangan mennegah keatas, sedangkan sosok pria yang itu berasal dari kalangan kebanyakan, mereka bertemu karena suatu hal.
mungkin terlalu bertele-tele jika saya panjang lebar disini, sebaiknya ikuti saja cerita ini, jika tak suka silahkan skip tak perlu protes, jika suka silahkan baca, mungkin bisa jadi khasanah bacaan baru buat kalian.
cerita ini minim adegan seks, ini adalah kategori cerita dewasa, adegan seks hanyalah pelengkap, sebagaimana semua cerita yang saya buat, buat momod atau mimin, jika cerita ini tak layak menjadi cerita panas, monggo di beritahukan, saya dengan ikhlas akan menghapusnya. terima kasih
tanpa panjang lebar yuk kita simak kisah ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Maya, nanti kamu tolong setor cek ini ke Bank ya, nanti seperti biasa, uangnya langsung masukin ke rekening saja.” Pak Budi menyerahkan beberapa lembar cek kontan kepadaku.
Aku menerima lembaran cek tersebut dan memeriksa jumlahnya “ Ada 5 cek ya pak.” Ujarku mengkonfirmasi.
Pak budi mengangguk, “ya benar, nanti kalau sudah, kamu langsung kabari saya ya.”, Pak budi berlalu menuju ke ruangannya kembali.
Aku menyimpan Lembaran Cek tersebut ke sebuah dompet, dan memasukkan dompet itu ke tasku, kulihat jam dinding kantor, baru pukul setengah 10 pagi, “Setengah jam lagi aku akan ke bank.” Batinku.
Menjelang tutup tahun, pekerjaanku sebagai kepala adminitrasi keuangan semakin banyak, piutang jatuh tempo yang harus dikejar, begitupula perhitungan bonus akhir tahun, sebagai orang yang paling bertanggung jawab di bagian ini, aku benar-benar tak boleh lengah, semua mesti cermat dan rapih.
***
Namaku adalah Maya, lengkapnya Dewi Maya, orang-orang yang mengenalku memanggilku dengan Maya, hanya almarhum ayah dan nenek yang selalu memanggil dewi.
Setelah ayah meninggal, aku dibesarkan oleh nenek, Almarhum ayahku adalah seorang selebrity terkenal di jamannya, harta peninggalan ayah, lebih dari cukup untuk menghidupi aku dan nenek berdua.
Sedangkan ibuku, orang bilang ibuku adalah penggemar ayah, mereka berdua berhubungan one night stand hingga kemudian hamil aku, sesuai kesepakatan, setelah lahir, maka aku diambil oleh ayah, sedangkan ibu yang melahirkanku akan diberikan kompensasi berupa uang yang lumayan besar, aku juga gak tahu terlalu persis detail kesepakatannya, itupun kudengar hanya dari rumor.
Aku sendiri tak pernah bertemu ibuku sejak aku lahir, entah apa dilarang ayah, atau hal lain, dari kecil hingga aku besar, aku tak pernah berjumpa dengan ibu kandungku, almarhum ayah juga tak pernah mengajak aku bertemu dengan ibu, bahkan gambar ibu saja tak ada di album lama foto keluargaku.
Sedangkan Ayah, Ayahku meninggal saat usiaku 12 tahun, Ayah mengalami kecelakaan di tol, kematian ayah membuat negeri ini terguncang, maklum saja, saat itu ayah adalah bintang paling terkenal di negeri ini, kepergian Ayah membuat heboh, berhari-hari televisi menayangkan breaking news peristiwa kecelakaan Ayah.
Narasi dan visual saat ayah menggendongku membuat banyak orang menaruh iba padaku, anak semanis dan secantik itu harus kehilangan ayah secepat ini, begitulah ungkapan simpati dari sebagian besar pengemar ayah, aku sendiri sudah tak terlalu ingat detailnya, seingatku banyak sekali tamu-tamu yang datang ke pemakaman ayah.
Bahkan rekan-rekan ayah mengadakan acara perpisahan dengan ayah, dari acara itu terkumpul sumbangan yang cukup besar, dan aku ingat, Om rebun salah satu pembawa acara terkenal meyerahkan secara simbolis hasil sumbangan dari teman-teman ayah.
KIni usiaku sudah 26 tahun, penampilan seharianku selalu mengenakan hijab, kalau ke kantor aku menggunakan pakaian yang longgar dari atasan hingga bawahan, yang biasanya aku mengenakan celana panjang. Alhamdulillah, aku dianugerahi tubuh yang proporsional, kulitku putih, dan wajahku kata orang sih cukup manis, aku juga mengenakan kacamata, bukan karena pengen gaya, tapi memang aku punya mata minus.
Selain sebagai wanita pekerja, aku juga adalah seorang istri, suamiku bekerja sebagai konsultan sebuah perusahaan tambang, sebenarnya tidak bekerjapun secara ekonomi aku sudah berkecukupan, namun aku sendiri merasa bosan di rumah. Aku dan suamiku sudah 4 tahun berumah tangga, namun sampai sekarang kami belum dikaruniai momongan, apalagi pekerjaan suamiku mengharuskan dia untuk pergi jauh, kadang 2 minggu baru pulang lagi ke rumah sehingga aku selalu merasa kesepian.
Aku kemudian meminta izin pada suamiku untuk bekerja, aku ingin menyibukan diri dengan pekerjaan agar aku tak bosan, pada awalnya suamiku keberatan jika aku harus bekerja, namun dengan alasan yang kuberikan, akhirnya dia juga luluh, namun dia juga mengajukan syarat, kalau aku tak boleh larut dalam pekerjaan, andai suatu saat, suamiku meminta aku berhenti, maka aku harus mengikuti perintahnya.
***
Setelah membereskan pekerjaanku, aku kemudian pergi beristirahat makan siang, tadinya aku ingin mengajak nanik, teman kantorku untuk makan siang, namun karena aku harus ke Bank untuk menyetorkan beberapa cek yang tadi di berikan oleh pak Budi, aku memutuskan untuk makan siang sendiri.
Aku makan siang di dekat bank tempat cek-cek ini aku setorkan, disana ada kedai soto mie yang cukup enak, kedai itu cukup ramai pengunjung siang itu, kebanyakan pengunjung memang para pekerja yang sedang istirahat makan siang, aku lalu mencari tempat yang kosong, rupanya meja-meja di kedai ini sudah terIsi semua, untung saja aku melihat teman kantorku di lain divisi sedang makan disana, salah satu dari mereka melambaikan tangan padaku untuk mengajakku bergabung, aku lalu bergabung dengan mereka.
Setelah makan siang, aku kemudian mengendarai motorku menuju Bank, seorang juru parkir tersenyum padaku, aku tak begitu tahu namanya, namun aku sering bertemu dengannya setiap ke bank ini, petugas parkir ini sering bergurau padaku, mungkin karena kita sudah sering bertemu, kadang aku juga meladeni gurauannya.
Mungkin sejak awal aku tak perlu menanggapinya, Andai aku tak meladeni gurauannya, mungkin Affair ini tak pernah terjadi.
Affair??
Ya, sebenarnya aku cukup malu menceritakan semua ini, seorang wanita yang sudah memiliki suami, seorang wanita terhormat, bisa terlibat cinta dan napsu terlarang dengan seorang pria dari kelas bawah, namun aku sulit untuk melepaskan diri dari jeratan godaan pria ini, pria yang berkulit legam terbakar matahari, Pria yang tak lebih tampan dari suamiku, Ahh ntahlah...
Aku benar-benar sudah terbelenggu dalam jeratan asmara, bukan asmara, tapi napsu..Ohh ya Tuhan.
Namun pria ini, mampu memberikan apa yang tak kudapatkan dari suami syahku, pria ini mampu membuatku menjerit-jerit dalam ayunan gairah, setiap aku menyesal, setiap itu hasratku mengatakan untuk mengulangi lagi..
Mungkin pembaca pensaran apa yang sebenarnya terjadi padaku, baiklah akan kuceritakan semua, semoga pembaca bisa mengambil hikmah dari apa yang kualami ini.
***
BERSAMBUNG