Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Family is Family

Status
Please reply by conversation.
Eps 4

Aku bernafas lega, adikku menolak memberikan nomor kontaknya kpd kawanku. Seolah dalam hati ini berteriak, "Yani ini hanya milikku!" Walau aku juga tau aku tidak mungkin memilikinya.
Semakin hari semakin nafsu ini semakin subur setiap melihat adikku, bagiku Yani adalah gadis manis, rasa nafsu yg membara perlahan diikuti dengan rasa sayang dan aku rasa aku sudah jatuh hati pada adikku. Sudah beberapa bulan ini sejak aku dirumah, aku mendapati bahwa sifat Yani semakin dewasa, dia rajin mengurus rumah, pandai memasak, dan yg paling aku suka, dia dengan laten dan sabar merawat mamaku. Benar-benar wanita sejati dan istri idaman pikirku. Oh Adikku Yani, kamu harus jadi milik kakak mu ini.

*

Malam minggu, hari ini ibu kedatangan teman-temannya yg datang menjenguk beliau. Mereka adalah istri dari sahabat mendiang ayah. Belakangan kondisi ibu berangsur semakin membaik. Beberapa hari ini beliau tampak lebih segar dan mencoba beraktivitas ringan dirumah. Kami senang dengan hal itu.
Ibu sedang asyik mengobrol diruang tamu ketika tiba-tiba perutku keroncongan, aku liat kedapur tak ada makanan apapun. Ah beli makan diluar aja lah, pikirku.
Aku hanya ambil sweater Real Madrid tim favoritku dari gantungan baju, ku ambil dompet dan hp. Baru aku keluar kamar aku berpapasan dengan Yani yg juga baru keluar dari dapur.
"Kak mau kemana?"
"Mau beli makanan, laper nih"
"Aku ikut kak.. Laper juga aku"
"Yaudah buruan"
Aku dan Yani membelah udara dingin malam itu diatas Yamaha Mio milik adikku. Udara malam kota ini cukup dingin, tapi aku merasa cukup hangat, kenapa? Karena dibelakangku Adikku menempel cukup dekat, sehingga dua bukit kembat itu sesekali menyenggol punggungku. Penisku?! Tentu sudah berdiri dari tadi. Aduuh dek, badanmu kok nafsuin amat sih!!

****

Aku memesan dua nasi goreng kambing pedas. Warung nasgor ini tidak begitu ramai, pengunjung paling hanya datang sesekali untuk membeli nasi atau mie goreng dan membungkusnya untuk dibawa pulang. Hanya aku dan adikku yg makan ditempat.
Aku sedang asyik memandang jalanan ketika Yani menowel tanganku.
"Kak, nomorku gak dikasih ke Saddam kan?"
"Enggak lah, kan kamunya ga ngizinin.. Ya ga kakak kasih"
"Huu kirain.. Takutnya kakak disogok rokok gitu buat maksa ngasih nomor aku ke dia"
"Enggak kok dek tenang aja.. Lagian kakak seneng kok kamu ga mau ngasih nomor mu ke dia.. Kakak tau dia orangnya gimana.. Bisa bahaya kalo kamu mau sm orang kek dia dek.."
"Ooh gitu.. Emang dia bahaya kenapa kak? Playboy?"
"Ya gitu, kebanyakan maen-maen sama cewek.. Ga ada komitmen sama setianya.. Kamu mau sama cowok kek gitu?"
"Hehehe.. Ya enggak kak.. Kalo gitu makasih ya udah ngelindungin aku.. Hihihi" Kata Yanu sambil mendelik manja kepadaku, dia memeluk tanganku dan menaruh kepalanya dibahuku.
"Apaan sih dek.. Ish.." aku mencoba menolak, padahal dalam hati aku senang bukan main.
"Hehehe.. Kenapa kak? Kelamaan jomblo ya? Jadi jarang dirangkul kayak tadi.. Hihihi" sifat jahilnya mulai kumat. Aku paham kalau dia mulai mengejek orang pasti bisa berlarut-larut, jadi sebaiknya aku diamkan.
"Kak, emang kakak gak lagi naksir cewek?"
"Ada kok"
"Siapa kak? Aku kenal gak?" Adikku mulai kepo.
"Nanti kakak ceritain, sekarang makan dulu" kataku demi melihat tukang nasi goreng sudah menaruh nasi di dua piring. Pesanan kami tiba, dan kamipun makan dengan nikmat.
Selama makan, aku terus diberondong pertanyaan dari adikku perihal siapa wanita yg aku sukai, meski sebal aku juga senang, bisa menghabiskan waktu berdua dengan Yani seperti ini. Ingin rasanya kuberitahu padanya kalau wanita yg saat ini ada dalam hatiku, dan juga ada dalam birahiku adalah dia sendiri. Tapi bagaimana caraku mengatakannya?

*

Aku tak bisa tidur sepanjang malam, rasanya hatiku gelisah, pun dengan pikiran kotorku. Rasanya perasaan sayang dan nafsu bercampur menjadi satu, sebenarnya tadi aku ingi sekali jujur pada Yani tentang perasaan aneh dan tidak rasional pada diriku ini, namun aku ini memang sudah lupa caranya mengungkapkan perasaan pada wanita. Aku pikir, soal perempuan aku adalah orang terbodoh dimuka bumi.
Jam menunjukan pukul setengah satu dini hari, aku masih terjaga dikasurku, belum mampu terbang ke alam mimpi. Lalu aku bangkit, mungkin segelas teh hangat bisa membantuku tidur.
Aku menuju dapur, begitu keluar kamar ternyata lampu kamar adikku masih menyala, suara televisi dikamarnya juga pelan-pelan masih terdengar. Aku beranikan diri untuk mengetuk pintu kamar yani.
"Masuk" sahut adikku dari dalam.
"Loh kak, ada apa?" Tanya yani begitu melihatku masuk. Dia yg sedang berbaring dengan selimut tipis langsung bangun. Aku duduk dipinggiran kasurnya.
"Dek, kakak mau cerita.."
"Hmm.. Cerita apa kak? Tumben"
Adikku tampak menaruh perhatian sepenuhnya padaku.
"Kamu tau kan selama ini, selama sekolah kita berdua sering bantu ibu sama almarhum ayah buat nyari duit, jadi kadang kita gak ada waktu buat maen.. Kamu inget gak, dulu kita pernah kompak marah sama ayah gara2 kita ngotot buat minta duit supaya kita bisa maen.."
"Iya kak, aku inget kok.."
"Yah, dari dulu emang kita kayak kurang bisa gaul kaya temen-temen kita. Sampe kuliah kita juga begitu kan. Bisnis sampingan supaya bisa bayar kostan sama uang makan.
Kalo kakak sendiri, boro2 bisa sering maen sama temen dek... Apalagi pacaran, haduuh gak ada waktu deh."
"Ooh.. Jadi kakak selama SMA sampe kuliah ga pernah pacaran?"
"Gak pernah dek"
"Hmmm.. Emang hidup kita berat ya kak.."
"Iya dek, jadi selama ini cewek yg paling kakak kenal dan paling deket sama kakak ya cumq kamu sama ibu"
Adikku menatapku penuh perhatian, lalu dia menyentuh pundakku, entah untuk menyemangatiku atau apa aku tidak tau, yg jelas wajahnya saat menatapku membuatku bergidik, dia sungguh manis.
"Terus cewek yg sekarang kakak suka, bisa deketnya gimana? Apa temen kerja kakak pas di jakarta?"
Aku menghirup napas, berharap mengumpulkan keberanian dan nyaliku untuk melanjutkan keluh kesahku.
"Bukan dek, bukan temen kerja"
"Ooh bukan.. Terus siapa kak? Bisa kenal dimana"
Lagi-lagi aku menghirup napas, mencoba serileks mungkin, meski gugup bukan main.
"Tadi kakak kan udah bilang, cewek yg paling deket sama kakak cuma kamu sama ibuk"
Adikku mulai bingung, dahinya mengkerut.
"Iya terus?!" Dia semakin penasaran.
"Dek, Yani.. Hmmm..."
Dengan nekat, aku kecup kepalanya secara tiba-tiba.
"Cewek yg sekarang ada dihati kakak, itu kamu dek"

Bersmbung


Ps: sorry baru bisa apdet lagi.. Baru keluar pulau hu.. Keep support
 
Eps 4

Aku bernafas lega, adikku menolak memberikan nomor kontaknya kpd kawanku. Seolah dalam hati ini berteriak, "Yani ini hanya milikku!" Walau aku juga tau aku tidak mungkin memilikinya.
Semakin hari semakin nafsu ini semakin subur setiap melihat adikku, bagiku Yani adalah gadis manis, rasa nafsu yg membara perlahan diikuti dengan rasa sayang dan aku rasa aku sudah jatuh hati pada adikku. Sudah beberapa bulan ini sejak aku dirumah, aku mendapati bahwa sifat Yani semakin dewasa, dia rajin mengurus rumah, pandai memasak, dan yg paling aku suka, dia dengan laten dan sabar merawat mamaku. Benar-benar wanita sejati dan istri idaman pikirku. Oh Adikku Yani, kamu harus jadi milik kakak mu ini.

*

Malam minggu, hari ini ibu kedatangan teman-temannya yg datang menjenguk beliau. Mereka adalah istri dari sahabat mendiang ayah. Belakangan kondisi ibu berangsur semakin membaik. Beberapa hari ini beliau tampak lebih segar dan mencoba beraktivitas ringan dirumah. Kami senang dengan hal itu.
Ibu sedang asyik mengobrol diruang tamu ketika tiba-tiba perutku keroncongan, aku liat kedapur tak ada makanan apapun. Ah beli makan diluar aja lah, pikirku.
Aku hanya ambil sweater Real Madrid tim favoritku dari gantungan baju, ku ambil dompet dan hp. Baru aku keluar kamar aku berpapasan dengan Yani yg juga baru keluar dari dapur.
"Kak mau kemana?"
"Mau beli makanan, laper nih"
"Aku ikut kak.. Laper juga aku"
"Yaudah buruan"
Aku dan Yani membelah udara dingin malam itu diatas Yamaha Mio milik adikku. Udara malam kota ini cukup dingin, tapi aku merasa cukup hangat, kenapa? Karena dibelakangku Adikku menempel cukup dekat, sehingga dua bukit kembat itu sesekali menyenggol punggungku. Penisku?! Tentu sudah berdiri dari tadi. Aduuh dek, badanmu kok nafsuin amat sih!!

****

Aku memesan dua nasi goreng kambing pedas. Warung nasgor ini tidak begitu ramai, pengunjung paling hanya datang sesekali untuk membeli nasi atau mie goreng dan membungkusnya untuk dibawa pulang. Hanya aku dan adikku yg makan ditempat.
Aku sedang asyik memandang jalanan ketika Yani menowel tanganku.
"Kak, nomorku gak dikasih ke Saddam kan?"
"Enggak lah, kan kamunya ga ngizinin.. Ya ga kakak kasih"
"Huu kirain.. Takutnya kakak disogok rokok gitu buat maksa ngasih nomor aku ke dia"
"Enggak kok dek tenang aja.. Lagian kakak seneng kok kamu ga mau ngasih nomor mu ke dia.. Kakak tau dia orangnya gimana.. Bisa bahaya kalo kamu mau sm orang kek dia dek.."
"Ooh gitu.. Emang dia bahaya kenapa kak? Playboy?"
"Ya gitu, kebanyakan maen-maen sama cewek.. Ga ada komitmen sama setianya.. Kamu mau sama cowok kek gitu?"
"Hehehe.. Ya enggak kak.. Kalo gitu makasih ya udah ngelindungin aku.. Hihihi" Kata Yanu sambil mendelik manja kepadaku, dia memeluk tanganku dan menaruh kepalanya dibahuku.
"Apaan sih dek.. Ish.." aku mencoba menolak, padahal dalam hati aku senang bukan main.
"Hehehe.. Kenapa kak? Kelamaan jomblo ya? Jadi jarang dirangkul kayak tadi.. Hihihi" sifat jahilnya mulai kumat. Aku paham kalau dia mulai mengejek orang pasti bisa berlarut-larut, jadi sebaiknya aku diamkan.
"Kak, emang kakak gak lagi naksir cewek?"
"Ada kok"
"Siapa kak? Aku kenal gak?" Adikku mulai kepo.
"Nanti kakak ceritain, sekarang makan dulu" kataku demi melihat tukang nasi goreng sudah menaruh nasi di dua piring. Pesanan kami tiba, dan kamipun makan dengan nikmat.
Selama makan, aku terus diberondong pertanyaan dari adikku perihal siapa wanita yg aku sukai, meski sebal aku juga senang, bisa menghabiskan waktu berdua dengan Yani seperti ini. Ingin rasanya kuberitahu padanya kalau wanita yg saat ini ada dalam hatiku, dan juga ada dalam birahiku adalah dia sendiri. Tapi bagaimana caraku mengatakannya?

*

Aku tak bisa tidur sepanjang malam, rasanya hatiku gelisah, pun dengan pikiran kotorku. Rasanya perasaan sayang dan nafsu bercampur menjadi satu, sebenarnya tadi aku ingi sekali jujur pada Yani tentang perasaan aneh dan tidak rasional pada diriku ini, namun aku ini memang sudah lupa caranya mengungkapkan perasaan pada wanita. Aku pikir, soal perempuan aku adalah orang terbodoh dimuka bumi.
Jam menunjukan pukul setengah satu dini hari, aku masih terjaga dikasurku, belum mampu terbang ke alam mimpi. Lalu aku bangkit, mungkin segelas teh hangat bisa membantuku tidur.
Aku menuju dapur, begitu keluar kamar ternyata lampu kamar adikku masih menyala, suara televisi dikamarnya juga pelan-pelan masih terdengar. Aku beranikan diri untuk mengetuk pintu kamar yani.
"Masuk" sahut adikku dari dalam.
"Loh kak, ada apa?" Tanya yani begitu melihatku masuk. Dia yg sedang berbaring dengan selimut tipis langsung bangun. Aku duduk dipinggiran kasurnya.
"Dek, kakak mau cerita.."
"Hmm.. Cerita apa kak? Tumben"
Adikku tampak menaruh perhatian sepenuhnya padaku.
"Kamu tau kan selama ini, selama sekolah kita berdua sering bantu ibu sama almarhum ayah buat nyari duit, jadi kadang kita gak ada waktu buat maen.. Kamu inget gak, dulu kita pernah kompak marah sama ayah gara2 kita ngotot buat minta duit supaya kita bisa maen.."
"Iya kak, aku inget kok.."
"Yah, dari dulu emang kita kayak kurang bisa gaul kaya temen-temen kita. Sampe kuliah kita juga begitu kan. Bisnis sampingan supaya bisa bayar kostan sama uang makan.
Kalo kakak sendiri, boro2 bisa sering maen sama temen dek... Apalagi pacaran, haduuh gak ada waktu deh."
"Ooh.. Jadi kakak selama SMA sampe kuliah ga pernah pacaran?"
"Gak pernah dek"
"Hmmm.. Emang hidup kita berat ya kak.."
"Iya dek, jadi selama ini cewek yg paling kakak kenal dan paling deket sama kakak ya cumq kamu sama ibu"
Adikku menatapku penuh perhatian, lalu dia menyentuh pundakku, entah untuk menyemangatiku atau apa aku tidak tau, yg jelas wajahnya saat menatapku membuatku bergidik, dia sungguh manis.
"Terus cewek yg sekarang kakak suka, bisa deketnya gimana? Apa temen kerja kakak pas di jakarta?"
Aku menghirup napas, berharap mengumpulkan keberanian dan nyaliku untuk melanjutkan keluh kesahku.
"Bukan dek, bukan temen kerja"
"Ooh bukan.. Terus siapa kak? Bisa kenal dimana"
Lagi-lagi aku menghirup napas, mencoba serileks mungkin, meski gugup bukan main.
"Tadi kakak kan udah bilang, cewek yg paling deket sama kakak cuma kamu sama ibuk"
Adikku mulai bingung, dahinya mengkerut.
"Iya terus?!" Dia semakin penasaran.
"Dek, Yani.. Hmmm..."
Dengan nekat, aku kecup kepalanya secara tiba-tiba.
"Cewek yg sekarang ada dihati kakak, itu kamu dek"

Bersmbung


Ps: sorry baru bisa apdet lagi.. Baru keluar pulau hu.. Keep support


Adeknya ada pacar ndak ?
atau blom pernah pacaran juga?
Klop dah ..Lancroootkann suhuu
 
dek yani gimana jawabannya tolong dijawab jangan bikin hati kakak resah hahaha
 
Terus yani marah apa gimana ya,sewajarnya marah tp dengan seiring waktu berjalan yani akan memahami keadaan tersebut .kita doakan
 
Dilanjut suhu,,, ceritanya bagus,,, ngga vulgar tapi dapet ceritanya,,, berasa nonton pilem,,,:semangat: keep update suhu,,,
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd