Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Family is Family

Status
Please reply by conversation.

SeolHyun

Semprot Kecil
Daftar
19 Apr 2018
Post
60
Like diterima
101
Bimabet
Sudah tujuh tahun Ayah pergi meninggalkan kami. Kecelakaan motor itu membuat keluarga kami kehilangan pemimpin keluarga yg kami cintai. Aku baru memasuki semester dua masa kuliahku, saat itu aku ingat sedang sibuk mengurus kartu rencana study ku untuk semester tersebut ketika handphone ku berbunyi, ibuku mengabarkan berita duka tersebut sambil menangis sesenggukan. Mau tidak mau aku yg baru seminggu tiba diperantauan terpaksa kembali pulang ke rumah. Pun dengan Yani adikku yang jarak usianya hanya terpaut setahun denganku, terpaksa dia meninggalkan persiapan ospek kampusnya, demi mengantarkan ayah kami tercinta ke peristirahatannya yang terakhir.
Semenjak ayah pergi ibu dengan pahit berkata bahwa uang pensiunan ayah tidak seberapa, dan beliau berkata jujur bahwa sangat sulit untuk membiayai kuliah dan makan kami berdua diperantauan. Kami memang bukan keluarga berada karena ayah hanya buruh pabrik biasa. Parahnya lagi, saat ayah meninggal, ibu baru dia minggu menjelani opname karena thypus yg dideritanya. Tubuh ibu memang lemah dan mudah sakit, jadi seringkali butuh biaya pengobatan. Untunglah ajaran ayah masih terpatri dalam diri kami, tak patah arang, aku dan Yani bekerja sambil kuliah, didorong keinginan survive dan semangat pantang menyerah, kami kami tetap melanjutkan kuliah tanpa sepeserpun biaya dari pensiunan mendiang ayah. Jadi ibuku bisa tenang melihat martabat keluarga kami tetap terjaga.
Sudah tujuh tahun semenjak ayah pergi meninggalkan kami. Kondisi ibu semakin jauh menurun dan sering sakit, membuatku terpaksa pulang meninggalkan pekerjaanku yang terhitung cukup bonafit di ibukota, sudah enam bulan yg lalu aku resign, ibuku yg memintaku pulang karena Yani sering keteteran. Semenjak lulus kuliah adikku memilih membuka bisnis online aksesoris wanita dan bisnis kosmetik, dia ingin banyak dirumah menjaga ibu. Sedangkan aku sejak resign masih belum mencari pekerjaan baru, belakangan ini tubuh ibu sering limbung dan oleng, berdiri saja perlu bantuan, padahal usia beliau baru 49 tahun.

Siang itu aku sedang sibuk merawat tanaman warisan mendiang ayah diteras rumah.
"Irwan.. Uhuk..uhuk..!!"
"Iya bu.."
"Ambilin ibu obat sama air anget nak.."
Kata ibu setelah selesai makan.
"Iya"
Aku lalu mencari obat dikamar ibuku, lalu mengambil segelas air hangat dari termos, lalu kuberikan pada ibuku dimeja makan.
"Gluk..gluk.." ibuku meminum dua kapsul obatnya. Aku bergegas mendekati ibu, dan memapahnya kembali ke kamar.
"Ibu, mau Yani bikinin wedang jahe anget gak biar seger?"
"Boleh nak.."
Yani pun dengan gesit menyiapkan minuman untuk ibu.
Saat kutinggalkan ibu diranjang sekilas kulihat ibu tersenyum kecil sambil bergumam lirih "anak kita berbakti dua-duanya yah.. Kamu pasti bangga sama mereka.."
Tak terasa air mataku berkaca-kaca, buru-buru kututup pintu kamar ibuku dan kembali ke bonsai-bonsai diteras rumahku.

*
Aku Irwan, saat ini usiaku 27 tahun. Sudah cukup matang untuk seorang pria. Sedangkan adikku Yani hanya berbeda setahun denganku, saat ini usianya 26 tahun.
Seperti yang kuceritakan diatas, sejak ayahku meninggal aku fokus menata hidupku. Saat kuliah waktuku tersita untuk tugas dan kerja sambilan, siang malam penuh kerja keras. Sebagai mahasiswa teknik mesin tentu laporan dan tugas tak boleh telat, belum lagi kuis dll. Pun dengan adikku Yani, dia juga anak teknik industri, namun kami beda kampus. Aku di Jogja dan Yani di Bandung.
Sempat tiga tahun bekerja di perusahaan advertising di Jakarta aku resign karena ibu ingin dekat denganku, walau berat karena aku cukup betah bekerja disini, namun aku tak mau mengecewakan orangtuaku yang tersisa satu-satunya karena akupun bekera keras untuk beliau juga.
Sudah beberapa waktu ini aku sering mimpi basah, libidoku seolah meninggi, setiap malam sebelum tidur, pikiranku melayang ke fantasi-fantasi jorok yang membuat batang penisku berdiri malam dan pagi. Dulu tak setiap malam, karena kesibukanku di kantor, namun belakangan semakin parah setelah aku resign. Mungkin faktor kurangnya kegiatan bisa jadi pemicunya. Awalnya aku mencoba menyalurkannya ke kegiatan lain seperti jogging, mengotak atik motor honda supra fit Z milik almarhum ayah, sampai ikut gymn dan futsal, awalnya berhasil mengurangi libido ini, namun setelahnya mimpi-mimpi basah ini kembali lagi. Aku pikir ini karena faktor tubuhku yg sedang mencapai stamina puncak, harusnya aku segera menikah diusia segini seperti kawan-kawanku yang lain. Namun sepertinya sulit, ibuku tidak bisa kutinggalkan, belum lagi statusku sebagai pengangguran, mana ada wanita yang mau. Kondisi diperparah bahwa aku tak pernah memiliki pacar sejak ayah meninggal sampai saat ini, seperti yg kuceritakan diatas, aku sibuk mencari rejeki untuk ibu dan adikku.
Pagi ini aku bersiap berangkat, kemeja putih rapi karena sudah kulicin setelah shubuh tadi, lengkap dengan sepatu pantofel dan celana bahan hitam.
"Bu, aku berangkat dulu ya"
"Iya nak, hati-hati ya"
"Dek, kakak berangkat yak"
"Iya kak, jangan lupa pesenan adek ya"
"Cuma nugget sama kornet aja kan?"
"Iya"
"Btw kamu kok rapih amat, mau kemana?"
Pagi itu kulihat Yani dengan kerudung modis ala-ala hijaber dengan bunga disekujur lehernya dan bergamis oranye cerah. Wajahnya full make up.
"Aku mau ke lamarannya si Resti kak"
"Ooh, mau bareng ke depan?"
"Ga usah aku nanti dijemput Adit"
"Kamu pacaran sama si adit?" Tanyaku menyelidik.
"Enggak ih, adit juga jemput sofi sama wulan kok.. Apaan sih kak Irwan nanya kaya gituan ish"
Sengit Yani mendelik sebel. Aku hanya cengengesan..
"Hehehe.. Yaudah maaf.. Yaudah aku berangkat ya, bu, dek"
Ku ambil jaket kulitku, kugeber honda beatku dan aku meluncur ke kota, hari ini aku dapat panggilan kerja, akhirnya setelah penantian panjang ini aku dapat panggilan lagi. Semoga ini jadi akhir hari-hari pengangguranku, sudah bosan aku bangun pagi lalu ngelamun. Awalnya memang mengasyikan, bangun tidur, buka laptop, main Dota2 atau Pubg, tapi lama kelamaan suntuk juga, malu umur udah segini tapi paginya ngerem dirumah. Yah semoga saja harapanku jadi kenyataan.
Sepanjang jalan aku mencoba rileks dan fokus agar bisa berhasil di test masuk ini. Namun tiba-tiba aku memikirkan Yani adikku, saat dia menyebut akan dijemput adit teman SMP nya, hatiku agak tidak suka, kenapa ya?
Yap, sejujurnya belakangan ini aku sering memperhatikan adikku, terutama setelah resign. Aku lihat tubuh adikku semakin sintal dan padat berisi, sejujurnya sebagai pria menurutku tubuh Yani adalah tubuh idaman para laki-laki. Kalau saja mereka melihat bagaimana Yani dirumah, sudah pasti mata mereka akan melotot karena tubuhnya, padahal wajahnya ya biasa saja, tidak cantik, walau tidak bisa dibilang jelek juga sih. Untungnya adikku sering pakai gamis bila berpergian sehingga kemolekan tubuhnya bisa tersembunyi. Sedikit cerita saja, sekitar dua minggu yang lalu aku kembali bermimpi basah, dan dalam mimpi tersebut aku bersenggama dengan Yani, adikku sendiri. Saat bangun aku kaget sendiri, apa aku sudah gila?! Pikirku waktu itu. Ah sudahlah, aku kembali fokus memandang jalan raya, aku singkirkan pikiran-pikiran lain, mendapat kerja jauh lebih penting!

****
Mimpi basah dengan adikku itu membuatku pusing, aneh kalau harus memandang adik sendiri dengan nafsu. Tapi itulah yg kurasakan sekarang, tidak normal? Jelas. Asusila? Ya tentu. Tapi itulah yg terjadi padaku sekarang. Inilah buruknya belum menikah di usia segini pikirku, libido sudah butuh penyaluran tapi tidak ada, bahayanya wanita terdekatku yang memiliki body aduhai justru adik sendiri, gila memang. Tapi ya begitulah nafsu, yang ada hanyalah penis dan vagina, mungkin status keluarga tidak berlaku dalam hukum birahi. Meski sebagian orang mencoba menghindarinya tapi ini malah terjadi padaku.
"Cantik juga Yani ini" sering pikiranku berkata seperti ini. Malah belakangan aku mulai berani membayangkan mencium bibirnya, menggerayangi payudara serta vaginanya, bahkan menggumuli tubuhnya. Bayangan-bayangan kotor itu datang silih berganti merasuki kepalaku.

Update
Eps 2, page 1
Eps 3, page 2
Eps 4, page 8
Eps 5, page 9
Eps 6, to be continued
 
Terakhir diubah:
Eps 2

Malam itu ibu tidur awal, beliau tiba-tiba pusing. Kata Yani, ibu masuk angin. Setelah diurut dan dibuatkan teh hangat ibu tidur. Aku dan Yani menikmati makan malam berdua didapur. Tumis udang pedas dan pergedel jagung menjadi lauk kami malam itu. Malam itu adikku tampak cukup menggoda dengan daster batik hasil cinderamata dari Bali.
"Kak, gak kepikiran nikah?"
"Hmm?! Kenapa kamu nanya kaya gitu?"
Pertanyaan dari Yani mengejutkanku
"Ya enggak.. Cuma nanya aja"
Aku diam, berpikir mencari jawaban paling diplomatis untuk menghindar
"Kakak udah umur loh.. Udah waktunya nikah"
"Iya kakak tau kok.. Kenapa emangnya? Kamu mau nyariin calon buat kakak?"
"Bukan gitu kak.. Hmmm gimana ya ngomongnya"
"Ada apaan sih? Kamu bikin kepo aja.. Udah cerita aja.."
"Aku gelisah aja kak, kita kan cuma beda setahun, umurku udah 26.. Temen-temenku udah pada nikah, udah ada yg hamil, ada yg udah punya anak malah.."
"Ooh.. Ya kamu kalo mau duluan ya gak apa-apa.. Silahkan kalo udah punya calon.. Siapa? Si adit?"
Tanyaku sambil sedikit menggodanya
"Iish apaan sig adit lagi adit lagi, dia bukan pacarku kok.."
"Terus siapa dong pacar kamu?"
"Ada pokoknya"
"Tuh kalo ada yaudah, kamu aja duluan gak apa-apa"
"Terus ibu gimana?"
"Ya emang kamu gak bisa nikah sambil jaga ibu?"
"Kak aku kan cewek.. Gimana juga pasti bakal ikut suami.."
"Iya juga ya.. Yaudah kakak sendiri juga bisa kok.. Udah kenapa jgn di ambil pusing lah.. Kakak gak masalah kok"
"Tapi aku juga mikirin kakak loh, aku gak tega kalo kak irwan yg nanggung semua sendirian.. Dulu kakak udah nanggung biaya hidup ibu, biaya kuliah aku juga, pas udah dapet kerja, kakak rela ngorbanin itu demi ibu.. Kak, Kita kan kakak adik kak, aku gak bisa ninggalin kakak dikondisi kayak gini"
Aku agak tersentuh juga dengan kepedulian adikku ini. Namun aku mengubah wajahku agar tampak serius.
"Dek, kamu jangan nganggep ibu seolah jadi beban kita.. Ini tanggungjawab dek, gak akan ilang meski kita udah berkeluarga nanti.. Kakak ikhlas kok ngorbanin semua demi ibu dan kamu.. Ini juga kewajiban kakak sebagai pengganti ayah.. Kamu tenang aja"
"Iya kak tapi kan kakak juga berhak bahagia, berhak nikah, berhak nikmati hidup kakak.. Aku juga gak mau ngeduluin kakak"
Aku hanya bisa tersenyum
"Buat kakak, bisa ngejaga ibu dan bantu biaya kuliah kamu sampe lulus itu udah kebahagiaan kakak.. Terus sekarang, kakak masih bisa ngumpul sama ibu sama kamu juga udah bahagia buat kakak.. Biar soal jodoh itu belakangan, yang penting kakak mau jaga ibu sampe sehat dulu.."
"Ish kakak ini yah.. Sok jagoan" dengus Yani sambil mengeluarkan muka juteknya.
Aku hanya tersenyum dan menyuap nasi lagi kemulutku.

*****
Minggu pagi itu Misbah kawan SMP ku yang sekarang bekerja di Malaysia datang memberikan surat undangan pernikahannya. Tak lama dia mampir, cuma ngobrol sebentar dan mengamit secangkir teh panas lalu dia minta diri. Aku baru mau kembali ke kamar untuk bersiap main futsal ketika ibu berteriak dari dapur.
"Kapan nikahannya si Misbah wan?!
Seru ibuku sambil mengulek sambal terasi, aromanya beliau mau bikin lele dan tempe goreng nih, lengkap dengan sayur asam dan lalapannya. Wih! Jadi ngiler duluan.
"Sabtu depan bu"
"Ooh terus panggilan kerja kamu gimana? Udah seminggu loh"
"Gak tau nih belom ada kabar.. Doain aja bu"
"Iya nak.. Ibu selalu doain buat kamu"
"Iya bu.. Si Yani kemana ngomong-ngomong?"
"Lagi ke Aprilmart, ibu minta tolong beli minyak sama sabun cuci"
"Yaudah, aku futsal dulu ya buk"
"Iya nak hati-hati"
Siang jam 11 aku pulang. Baru aku duduk sebentar mengeringkan keringat diteras depan, tiba-tiba yani menghampiriku.
"Ada Undangan lagi nih kak"
Perlu beberapa saat sebelum aku mengerti maksud adikku.
"Iya si Misbah.. Masih inget gak kamu yang dulu suka main kesini.."
"Iya inget kok.. Ketinggalan lagi deh"
Yani tampak coba memanas-manasiku
"Mending kamu ambilin kakak air es sana.. Haus banget ini"
"Iya-iya.."
Dan minggu itu berjalan singkat, belum ada kabar panggilan dari test terakhirku waktu itu, sedang tabunganku makin menipis, aku makin was-was. Hari sabtu ini undangan Misbah, tempatnya di hotel yang lumayan mewah, etis gak ya cuma ngasih 50rb? Status misbah sebagai kawan lamaku membuatku tak enak hati hanya memberi demikian, yah sudahlah pikirku.
Aku semakin pusing kala tak ada kawan yang mau ku ajak pergi bersama, ada yg tidak bisa datang karena masih ada kerjaan, ada yg tidak bisa karena sudah berdomisili dikota lain, tapi lebih banyak yg menolak ajakanku karena memilih hadir dengan istri atau pasangan masing-masing. Baru kali ini aku menyesali statusku sebagai jomblo. Buat kalian yang belum tau, selama hidupku yg penuh kerja keras ini, hanya ibu dan Yani wanita yg terdekat denganku. Kuliah tak ada waktu berpikir macam-macam, saat kerja hanya sekedar teman dekat tak ada hubungan spesial, meski beberapa kawan mencoba menjodohkanku dengan beberapa wanita tetapi kutolak halus, alasannya aku tak cocok dengan gaya hidup mereka. Buatku yg introvert dan cenderung biasa hiduo sederhana, gaya hidup ibukota tidak masuk kedalam kamusku.
Dan saat ini seolah aku menyesali semua penolakan tersebut, apa aku mesti datang sendiri ke undangan Misbah? Lalu tiba-tiba Yani lewat depan kamarku. Sebuah ide terlintas dalam kepalaku, apa ku ajak Yani saja ya?
 
jomblo akut....siapa yg kena duluan nih....yani atau ibunya.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd