Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Only Sunshine - TAMAT

Bimabet
Pressed F​

Yaelah karakter dipinjam bentar aja udah mau ngilang tam, kan jd ga pengen balikin wkwk

Alias

Semangat tam kejar semua, setidaknya ada kampret yang berhasil ehe canda. Please get back here if you have some free time, we need some bullyable member after all.

XOXO​
 
Huuueeee, keren mas Tam~
Sukses buat RLnya, hehe
Terimakasih kak Dim~

Pressed F​

Yaelah karakter dipinjam bentar aja udah mau ngilang tam, kan jd ga pengen balikin wkwk

Alias

Semangat tam kejar semua, setidaknya ada kampret yang berhasil ehe canda. Please get back here if you have some free time, we need some bullyable member after all.

XOXO​
Iya deh nanti gantian Aby yang masuk sini ya gimana?
Ini sejak kapan Tama di cap kampret sih heran :(
Di bully doang pula nasibnya:(

anw,
Thankyou Kak Wijat~

Yusange kan ada, kita hujat aja dia sampe nangis.
#TeamHujatYusange
Aku sih setuju

Woy kurang ngajar ya :marah:

Oh ini maksudnya Dellanya kurang diajarin cara slruup...slruup sama ah...ah....terus...ah ya?
Aku sih setuju.2
 
Hai, halo semua~
Mohon maaf updatenya mandek. Saya lagi hectic-hecticnya dengan real life.

ditambah ini baru saja tiba di kota kelahiran tercinta ehe.

ditambah lagi, beberapa minggu lagi harus wisuda dan langsung berangkat untuk menjalani pendidikan selanjutnya.

mohon maklum ya.
terimakasih kak~




nb. tadinya mau ditamatin aja ceritanya, cuman kok ya nanggung hehehe
Terima jasa joki pengetikan stensilan, via COD, tlp, VC.
pengetikan memakai media mesin tik, pc, laptop.
biaya beragam, bisa nego.
pembayaran via wesel atau cicilan melalui mamang kredit keliling.
untuk lebih jelasnya PM saja Tuan.

hari ini pesan, 100tahun kemudian kelar.
terimakasih
 
Part 7 – Menghitung Hari


“Ken..” suara seorang wanita menembus gendang telingaku. Lembut sekali.

“Kenan..” suara itu membuatku sadar, namun belum membuka mata.

“Artama." Baiklah. Suara itu sukses membuatku terbangun. Mataku kubuka perlahan. Seorang gadis tersenyum kepadaku. Kelopak mataku ia kecup.

“Selamat pagi tukang tidur.” Gadis itu turun dari tubuhku. Aku menggeliat sebentar, lalu menyisir rambutku dengan tanganku. Gadis di depanku, yang kebetulan rambutnya sama panjangnya dengaku, mengikuti gerakanku.

caf847f48dbf932b1b06e1849840e87d.gif



“Tidur di sofa mulu hobinya.” Ucap Chaeyoung sembari meneguk segelas air. Aku tidak menghiraukannya. Mataku memperhatikan wajahnya, dan menemukan sesuatu yang membuat mataku tertarik.

“Dih, tindik stroberi nya dipake.” Aku menunjuk telinga kanan Chaeyoung.

“Dih, cowo pake tindik stroberi.” Chaeyoung membalas dengan menunjuk salah satu tindik di telinga kananku. 6 buah, lebih tepatnya. Salah satunya adalah tindik stroberi yang kami beli secara custom, satu berwarna perak untuk Chaeyoung, dan satu lagi berwarna hitam untukku.

“Hei, Kenan sudah bangun?” Bunda melongok ke arah ruang tamu depan. Semalam aku sibuk merenung disini, hingga tertidur. Aku menengok bunda, lalu tersenyum dan mengangguk pelan.

“Kalau sudah, yuk sarapan dulu.” Bunda tersenyum lalu kembali masuk kedalam. Kulirik Chaeyoung, ia masih tersenyum memandangiku.

“Kenapa?” Chaeyoung tidak menjawab, namun dengan gerakan cepat ia mengecup bibirku lalu berjalan menuju dapur dengan langkah cepat.

Dasar..


---

“Bunda kira, kamu udah gak nambah tindik.” Bunda menghampiriku yang sedang menyantap sarapan sendirian di taman belakang, sembari membawa beberapa piring yang masih basah untuk di lap. Aku menoleh, lalu tertawa kecil.

“Habis, aku suka.”

“Hahaha. Baiklah, Tama. Ada apa?”

Bunda bertanya yang membuatku bercerita seluruh kisah yang terjadi.

“Begitu ceritanya, bunda.” Aku mengikat sedikit rambutku setelah selesai bercerita dengan bunda dan menyelesaikan sarapanku. Bunda tersenyum.

“Hidup kadang menawarkan kamu dua pilihan, Tama.” Bunda memulai ucapannya sembari mengelap piring, dibantu denganku tentunya.

“Baik dan sangat baik. Tidak ada yang buruk dari pilihan yang hidup berikan. Semua tergantung kepadamu. Bunda cuman bisa berpesan, jangan lukai hati seseorang yang selalu ada untukmu.”

“Tapi, siapa bunda?” aku memotong dengan nada memelas.

“Coba sebutkan.”

“Hirai Momo, mantan tunanganku, pergi begitu saja. Anindhita Rahma, tiba-tiba mengaku kalau dia sudah punya pacar. Lalu, sekarang, Puti Nadhira.” Aku mengelap piring basah itu perlahan. Kulirik bunda, ia menatapku sembari tersenyum.

“Yang selalu ada untukmu?” aku berfikir sejenak. Mata bunda melihat kepada seseorang dibelakangku. Aku menoleh.

“Kenapa dia?” tanyaku sembari sedikit tertawa. Bunda hanya tersenyum.

“Kamu tidak tau jika dia kehilanganmu?”

Aku memandang lurus kearahnya. Chaeyoung sedang asik mengajari beberapa anak-anak menggambar.

“Aku juga rindu dia, bunda.”

---


“Kenapa?” Chaeyoung menatapku yang sedang asik duduk di ayunan sebelahnya.

“Aku harus gimana?”

Mataku dan Chaeng bertemu. Ia tersenyum lebar, hingga lesung pipitnya itu terlihat.

“Kamu maunya gimana?”

“Gatau. Aku cuman gabisa terima alasan dia aja.” Mataku memandang turun kearah bebatuan kecil. Tangan Chaeng meraih tanganku.

“Semua orang pernah berbuat salah. Itu pasti. Sekarang caranya gimana kamu lihat ketulusan dia untuk tidak mengulangi itu.”

“Aku takut dia pergi.”

Genggaman tangannya mengerat.

“Kamu pikir aku gak takut waktu dulu kamu pergi?” Chaeyoung menatapku lalu tersenyum. Senyuman getir. Matanya berkaca-kaca.

Tubuhnya mendekat kearahku. Wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter lagi.

“Aku cuman takut kehilangan kamu lagi sekarang.”

Bibir kami bertemu. Tidak ada nafsu yang kurasakan, hanya ada ketulusan dari Chaeyoung ketika menciumku. Tidak lama, ciuman kami terlepas. Beberapa tetes air liur menetes.

“Tolong, jangan tinggalin aku lagi.” Chaeyoung memelukku erat. Aku membalas pelukannya, namun tidak membalas permintaanya tadi.

“Mau pulang?”

“Kamu ngapain nyuruh aku bawa paspor kalo gitu?”

“Ya gapapa, tadinya mau ngajak ke Gangnam, tapi kok ya gamau.”

“Aneh emang.” Chaeyoung mencubit hidungku gemas. Aku hanya tertawa. Kami berjalan masuk kembali ke dalam. Beberapa anak sudah tidur siang, sementara kulihat bunda juga sedang beristirahat di dalam.

“Kamu yakin mau diemin Pucchi gitu aja?” Chaeng yang sedang menggandengku bertanya.

“Gak tau juga, mungkin besok aku balik.” Jawabku.

“Emang kamu yakin dia gapapa disana?”

Pertanyaan Chaeyoung yang cukup singkat itu sukses membuatku menghentikan langkahku.


---


Kiss and make, kiss kiss and make up~

Kiss and make, kiss kiss and make up~



Nada dering telfonku membuatku terbangun. Tubuh Chaeyoung yang sedang memelukku bergeser, membuat sang empunya tubuh membuka mata. Aku cukup kaget ketika membaca identitas penelfon.

Pak Irham Dosbing.



“Halo, pak.”

“Mas, mau ikut wisuda gelombang satu gak?” Pertanyaan yang membuat mataku berbinar-binar.

“Eh, mau sih pak, siapa yang gak mau juga. Ada apa ya pak?”

“Yaudah, besok revisian nya bawa. Jam 10 di kampus ya, jam 1 soalnya saya udah harus ke bandara. Mau pulang soalnya.”

Aku terkejut terheran-heran. Dosen pembimbing skripsiku ini terkenal sulit jika ingin bimbingan.

“Baik pak. Jam 10 pak di kampus.” Aku menjawab dengan nada mantap.

Telfon diakhiri sepihak oleh Pak Irham. Aku melirik Chaeyoung, ia kini setengah tertidur dengan posisi tubuh duduk.

“Pamit Bunda, yuk. Kita pulang.” Aku mengguncang sedikit tubuh gadis itu agar ia terbangun. Setelah matanya terbuka sedikit lebih lebar, ia mengangguk lalu tersenyum.

Setelah mencuci muka dan berpamitan, kami segera kembali ke Jakarta untuk menuntaskan seluruh kegiatan kuliahku agar aku bisa segera resign dari pekerjaan tidak tetapku ini dan mengejar mimpiku.

Sepanjang perjalanan di sore hari ini, cuaca kurang bersahabat. Cenderung gerimis ditambah kabut di ruas tol Cipularang. Chaeyoung kembali tidur, membuatku hanya ditemani suara radio sepanjang perjalanan.

Radio tersebut kumatikan bersamaan dengan tibanya kami di depan sebuah rumah.

“Chae..” tanganku meraih pipinya, mengelusnya sedikit.

“Chaeng..” ia masih tidak bergerak. Karena gemas, aku colok sedikit pipi itu dengan telunjukku.

“Katarina Son Chaeyoung~” Berhasil. Tubuhnya sedikit menggeliat. Ia menatap keluar, lalu menatapku.

“Selamat malam, bapak Kenan Artama.” Rambutnya kembali ia angkat keatas. Gerakan yang sama setiap kali bangun tidur.

“Dah sana masuk. Ini udah malem banget. Aku besok harus ke kampus juga, jadi revisian aku harus di print sekarang.” Aku mengacak-acak rambutnya. Ia hanya tersenyum kecil.

“Terimakasih ya, meski aku gatau kenapa kamu nyuruh aku bawa paspor.” Ia membuka pintu mobil diiringi tawaku. Tangannya berhenti ketika akan menutup pintu. Wajahnya melongok kedalam, menghampiri wajahku. Sebuah ciuman mendarat di pipi kananku.

“I’ll see you soon, Tama.” Ia menutup pintu, lalu berlalu. Meninggalkan aku yang masih mematung karena tindakan nya tadi. Mobilku kupacu kembali untuk segera pulang, meski aku masih belum siap jika harus bertemu dengan Pucchi kembali.


**


Kriet

“Kosong?”

Tidak ada siapa-siapa didalam kamarku. Semua barang dalam keadaan rapih. Aku menutup pintu lalu segera berjalan ke arah lemari pakaian.

“Kirain doi balik.”

Aku bernafas lega begitu masih melihat pakaian Puci masih ada didalam lemari ini, menandakan ia masih tinggal disini. Sebelum membanting badanku, aku segera mencetak hasil revisi yang aku kerjakan itu untuk diserahkan besok.

Sebuah sticky notes menempel di monitorku. Tulisan tangan yang cukup aku kenal.

“Kalo kamu pulang, aku lagi diluar. Gausah dicari.


Dasar.


Revisiku selesai. Setelah kupasangkan klip dan memasukannya kedalam tas, aku segera membanting diri keatas kasur dan menuju alam mimpi.

---

Aku berdiri di hadapan seorang gadis yang sangat cantik. Menggunakan gaun berwarna putih yang khas. Gadis itu tersenyum dengan sangat indah, membuat lesung pipitnya itu nampak.


“Saya persilahkan saudara masing-masing menjawab pertanyaan saya.”

Seorang Imam membangunkanku dari lamunanku.

“Tama Arnes Andhika, bersediakah anda menikah dengan Katarina Son Chaeyoung dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun duka?”

Wanita di depanku tersenyum lebih lebar. Matanya berkaca-kaca. Aku membalas senyumanya itu.

“Ya, saya mau.”

“Katarina Son Chaeyoung, bersediakah anda menikah dengan Tama Arnes Andhika dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun duka?”

Satu tetes airmata mengalir dari pipinya.

“Ya, saya mau.” Jawab wanita itu dengan tegas. Tangisannya makin deras. Pengeras suara didalam gereja ini berbunyi.



BLACKPINK IN YOUR AREA!

BLACKPINK IN YOUR AREA!

Been a bad girl, I know I am~

And I’m so hot, I need a fan~

I don’t wanna boy, I need a man~


Mataku terbuka lebar. Alarmku berbunyi keras sekali karena gawaiku kuletakan di samping bantalku. Jam menunjukan pukul 8 pagi ketika aku menggeser layarnya untuk mematikan alarm itu.

Mimpi itu..

Nyata banget..

Aku segera bangkit dari kasurku. Mataku tidak dapat melihat tanda-tanda Pucchi semalam pulang kesini. Aku hanya menghela nafas lalu bersiap menuju kampus untuk menunaikan kewajiban dan segera menyelesaikan segala urusan agar bisa segera lulus.


Kampus pagi menjelang siang kali ini cukup ramai. Beberapa mahasiswa lain keluar-masuk ruangan dosen, sepertinya selesai bimbingan. Aku tidak melihat seseorang yang aku kenal selain seorang gadis.

“Jinan.” Tanganku melambai kearahnya. Jinan sedikit terkejut, lalu menghampiriku.

“Rajin sekali kakak kita satu ini ya.” Ia duduk di sebelahku. Wangi parfumnya menusuk hidungku. Segar sekali wajahnya.

“Ehehe, iya nih janjian bimbingan. Kamu darimana? Tumben di lantai satu.”

“Habis ngasih proposal buat acara anak-anak Ilmu Budaya nanti kak.” Jinan mengibas-ngibas sebundel dokumen.

“Oh, acara gitu kapan emang? Kok dari sekarang?”

“Seminggu sebelum UAS sih, iya kak biar dana cepet cair biar bisa ngurus ini itu hehe.” Jinan sedikit tertawa. Tawanya gmz.

“Acara apa aja sih emang?” Aku memangku skripsiku dan mengambil proposal itu, lalu membalik-balik nya sedikit.

“Ya kayak Bazar Budaya gitu kak, kakak mau ngisi juga?” Jinan mendekatkan tubuhnya kearah tubuhku. Rambutnya wangi sekali.

“Haduu, siapa lah saya ini, Nan. Gapapa deh nanti-nanti aja ngisinya.” Aku menyerahkan kembali proposal itu, yang membuat tubuh Jinan kembali sedikit menjauh dariku.

“Eh, Pucchi juga panitia loh kak.” Nada Jinan terdengar menggodaku. Menyebalkan sekali nadanya.

“Yaudah lah, yang panitia kan Pucchi, akumah apa atuh ahaha.” Aku tertawa sedikit. Meski dibuat-buat.

Sejujurnya, tawaran Jinan tadi menarik perhatianku juga. Aku selalu ingin tampil bernyanyi didepan banyak orang.

“Yang tampil anak FIB juga?” aku menoleh kearah Jinan.

“Iya, kak. Ada yang dari kelasku juga, kemarin baru aja meeting sama Pucchi.”

Aku yang sudah berdiri itu mematung sesaat.

“Sekelas kamu?”

Jinan hanya mengangguk.


“Namanya?”


“Dimas.

Kakak kenal?”
 
Lol, ayok berantem biar rame

Ayo ribut!!! Ayo ribut!!!

:pandabelo::pandabelo::pandabelo::pandabelo::pandabelo:

Ayodong ada baku hantam dong :pandabelo:
Kenapa kalian suka sekali melihat baku hantam :(

silahkeun gelud, biar kitorang yg enaena
:bacol:
WOE:groa:

Meeting itu biasanya pertukaran informasi... Ini malah pertukaran lendir.......
gatau tuh pacarnya siapa....

ea ada dimas berarti ada cinhap juga dong
hehehehehehehe embull....:pandajahat::pandajahat:
 
Udah, ajakin 3some aja jika sama cindy nya mas tam eh, mas ken, eh siapa sih sebenernya?

Mas tam aja lah, kalo 'ken' kayak pacarnya barbie, kasihan kakinya gak bisa ditekuk :pandaketawa:
 
Ayo garap cindhap biar adil

Si mbul lagi galau tuh kak Tam, sikaaatt. Muehehehehe :pandajahat:
Tama anak baik baik, gak ngembat pacar orang sembarangan kak ;(

Wadoh ada dimas nih
wadoh ada kakak nih

Tuker pasangan kayaknya wkwkwkwka
enggak kak enggak...

....tau maksudnya

Gelut dong hu... Kita suka baku hantam :pandajahat::pandaketawa:
Tama gabisa gelud ;(

Udah, ajakin 3some aja jika sama cindy nya mas tam eh, mas ken, eh siapa sih sebenernya?

Mas tam aja lah, kalo 'ken' kayak pacarnya barbie, kasihan kakinya gak bisa ditekuk :pandaketawa:
nanti deh kita tampung ide menarik ini hehehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd