Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story of Adelaide (Indo-Australi)

Mantap suhu.... semua kisah pasti akan ada akhirnya... ada awal pasti ada akhir... trimakasih sdh share kisah yg fantastis ini.... good job...
 
untung masih idup gan ckck
 
mantab gan ceritanya menarik banget.. kayak mau kisahin cinta tak harus memiliki
:beer:
 
Masih kami tunggu update nya Suhu. Jangan biarkan cerita indah ini berhenti..
 
27 - Gila

Malam hari habis capek seharian genjot-genjot, saya tidur pulas kayak bayi. Tidurnya enggak pakai mimpi dan konon kalau kita tidur tanpa mimpi itu tandanya tidur kita berkualitas.

Tidur bersama Adelaide di pelukan memang selalu nikmat.

Tapi, kenikmatan itu terganggu karena tiba-tiba saya membuka mata dan melihat Adelaide berada di atas saya.

"I know how to wake you," kata dia pakai bahasa Inggris.

Rupanya dia sedang memegang penis saya. Si jenderal yang tadi sedang tidur langsung tegap waktu saya sadar dia sudah di atas.

"Buset. Lagi?"

"Kan, tadi gua bilang gua mau bayar yang lu tenggelam itu."

Saya pikir sudah lunas tadi siang. Rupanya belum.

Okelah, saya biarkan dia menjilati saya dari leher, ke dada, merasakan lidahnya bermain di puting lalu ke perut, ke pusar sebelum akhirnya mengulum penis.

Itu adalah blowjob terbaik yang pernah saya rasakan. Adelaide menjilatinya pelan dan lembut lalu memasukkannya dalam-dalam ke mulut. Diam sebentar di dalam sambil memainkan lidahnya.

Selang beberapa menit, dia berhenti dan membalik badan saya. Dia menjilati tengkuk, punggung, pantat dan terus ke bawah sampai ke lubang anus.

Uh! Sensasi baru dan saya suka itu. Langsung meledak gairah saya.

Lalu Adelaide menempelkan badannya di punggung saya dan menggesek-gesekkan kulitnya di kulit saya sambil mendesah. Saya bisa merasakan putingnya yang berdiri dan basah oleh keringat di kulit.

Terus badan saya dibalik lagi. Kali ini Adelaide menjepit penis saya di antara payudaranya lalu digerak-gerakkan. Ini juga enak luar biasa.

"Lu mau apa?"

"Maksudnya?"

"Lu mau apa gua jabanin."

Saya berpikir keras. Main di kamar mandi sudah, di sofa, di meja, di kasur. Blowjob sering, berdiri sama nungging sudah. Anal? Enggak mau.

Karena tidak ada ide, saya asal sebut saja. "Main di luar, yuk."

"Oke."

Anjir.

"Kok, oke? Saya bercanda."

Tapi Adelaide tidak bercanda. Dia menarik saya bangun dan membawa saya ke pintu. Dia melongok ke luar sambil lihat kiri dan kanan.

"Enggak ada orang," katanya terus membuka pintu lebar-lebar. Dia menarik saya ke lorong di antara kamar lalu berjongkok dan melumat penis saya lagi.

Tegang campur enak plus degdegan ternyata membuat libido saya makin tinggi. Karena khawatir ada yang lihat, saya percepat tempo kuluman Adelaide.

Saya pegang kepalanya lalu saya gerakan pinggul maju mundur dengan cepat. Adelaide kewalahan ketika penis saya masuk total ke mulutnya. Ujung penis kayaknya kena ke belakang mulut Adelaide dan itu rasanya enak buanget.

Adelaide terbatuk dan saya sempat berhenti tapi dilarang. Ya, sudah saya hantam lagi.

Setelah penis saya belepotan ludah dan wajah Adelaide sudah merah padam, saya tarik Adelaide bangun. Saya memutar badannya agar menghadap tembok dan menghajarnya dari belakang.

Penis masuk tanpa halangan. Adelaide sudah basah banget.

Genjotan saya langsung ngebut. Adelaide berbunyi uh ah kencang sekali dan saya yakin ada yang dengar. Tapi karena main di lorong yang berisiko ketahuan itu tegang dan nikmat, saya biarkan.

Tapi ada bunyi kamar sebelah yang terbuka. Saya dan Adelaide buru-buru ngacir ke dalam kamar dan menutup pintu. Kami tertawa lepas.

Lalu Adelaide membawa saya ke pinggir jendela dan menyibakkan gorden. Lampu ibu kota yang kerlap kerlip menghiasi malam dan saya menggenjot Adelaide dari belakang sambil menatapnya.

Itu adalah permainan saya yang paling lama. Lutut sampai lemas tapi si jenderal belum mau selesai. Adelaide pun tampak masih belum puas.

Kami berdua jatuh ke lantai dan saya berada di atas, masih menggenjot. Adelaide sudah menutup mata sedari tadi tapi saya membuka mata lebar-lebar menikmati wajah blasteran bule itu.

Adelaide melompat ke atas saya dan kami bertukar posisi. Dia di atas selama beberapa saat tapi kelelahan dan saya mengambil posisi atas lagi.

Napas saya mulai tidak keruan. Jenderal siap muncrat.

"Kalau mau keluar bilang."

"Keluar, nih."

Adelaide bangun, berjongkok, dan memosisikan wajah di depan penis. Dia masukkan penis saya dan duar! Meledaklah dia di dalam mulut Adelaide.

Selama beberapa saat Adelaide membiarkan penis saya di dalam mulutnya lalu membersihkannya dengan lidah.

Kemudian sehabis itu dia lari ke kamar mandi untuk memuntahkan cairan lengket hasil si jenderal.

Waktu dia keluar lagi, dia mengeluh. "Gua belum orgasme."

Saya cuma bisa minta maaf dan kami kembali berpelukan untuk tidur.

Paginya, saya bangun sendirian. Adelaide sedang duduk di kursi di samping jendela. Dia sudah pakai baju walaupun cuma kaus saja. Saya belum dan saya merasa malu.

Ketika saya bangun dan mau ambil baju, Adelaide menyetop saya.

"Kenapa?"

"Duduk," kata Adelaide.

Saya duduk. Adelaide tampak serius sekali.

"Gua mau ngomong."

"Ada apa?"

"Lu cinta sama Tessa?"

Saya sempat diam sedetik tapi kemudian menjawab, "Iya."

"Terus lu ngapain di sini, Anjing?"

Lah? Kan, situ yang ngajak saya kemari?!

Tapi saya tidak mengatakannya keras-keras. Cuma dalam hati.

"Kalau lu cinta sama Tessa, lu ngapain ML sama gua?"

Saya masih diam karena bingung.

"Gua bukan perek yang bisa lu pake terus buang. Gua juga punya perasaan."

"Ngomong apa, sih? Saya juga punya perasaan."

"Kalau punya lu enggak akan ada di sini."

"Justru saya di sini karena saya punya perasaan. Perasaan sama kamu!"

Adelaide berjalan ke arah saya dan menampar saya kuat sekali.

"Anjing, lu."

"Apa, sih?"

Sumpah. Saya bingung sama sikap Adelaide. Semalam masih baik-baik sekarang kayak orang gila.

"Kalau lu ada perasaan sama gua lu enggak bakal jadian sama Tessa!" Adelaide menampar saya lagi.

Saya kabur menjauh.

"Yang mutusin dulu siapa?!" saya mulai naik pitam.

Adelaide menjambak rambut saya dan mendorong saya ke ranjang. Dia naik ke atas saya dan mencekik leher saya.

Dia gila benaran, pikir saya. Dia mau bunuh saya.

"Lu cinta Tessa, kan? Sayang, kan, sama dia? Jawab!"

"Iya! Tapi saya juga suka sama kamu!"

"Anjing lu!"

Saya siap membalas umpatannya tapi Adelaide keburu mencium saya kuat-kuat. Saking kuatnya gigi saya yang beradu dengannya sampai sakit. Lalu tangan Adelaide memegang penis saya dan menggosoknya.

Dia ini kelewat horny sampai gila atau gimana saya tidak mengerti. Yang jelas dia bikin saya horny.

Adelaide membuka kausnya dan bertelanjang. Dia melemparkan kondom padaku untuk dibuka. Saya tidak buang waktu. Langsung saya pasang.

Adelaide langsung memasukkan penis saya ke vaginanya dan mulai naik turun terus maju mundur.

"Jangan dulu keluar," ancamnya.

Memang belum mau.

Adelaide kasar sekali pagi itu. Kuku jarinya mencakar pundak saya dan dia naik turun di penis saya kuat-kuat. Enak, sih, tapi takut.

"Kalau lu suka sama gua harusnya lu jadian sama gua! Tapi lu cinta sama Tessa jadi lu pacaran sama dia, kan?"

Saya siap membantah tapi Adelaide melanjutkan marah-marahnya.

"Tapi kita emang enggak bisa jadian. Kita beda agama. Kita beda suku. Bego kalau kita jadian. Hancur."

Genjotan Adelaide makin kencang, makin nikmat. Dia mengoceh lagi tapi saya sudah tidak fokus. Nikmatnya tidak ketulungan.

Saya merem saking enaknya, tangan saya yang satu ada di payudara Adelaide dan satu di pinggangnya.

"Jangan dulu keluar!"

Tapi sudah hampur crot.

"Jangan dulu!"

Tepat ketika dia bilang begitu, jenderal crot dan Adelaide pun selesai dengan desahan panjang.

Dia jatuh ke pelukan saya dan kami ngos-ngosan berdua. Adelaide membenamkan wajahnya di dada saya.

"Kamu stres, ya?" tanya saya.

"Lu yang stres."

Idih.

"Jelas-jelas-."

"Sut," Adelaide menyela lalu kami diam lama. Kemudian terdengar isakan Adelaide dalam sunyi.

"Lah? Kenapa lagi?"

Adelaide menangis lama sekali dan saya bingung dibuatnya. Setelah menunggu, akhirnya Adelaide berkata tanpa mengangkat wajahnya dari dada saya.

"Mulai hari ini kita enggak usah ketemu. Enggak usah kenal lagi. Aku bakal hapus kontak kamu dari HP aku. Aku bakal lupain nama kamu sama apa yang pernah kita lakuin. Kalaupun nanti kita ketemu di Kampung Halaman, jangan panggil atau sapa aku lagi. Mulai hari ini kita enggak kenal. Kamu habis ini telepon Tessa dan minta maaf. Balikan lagi sama dia. Oke?" kata Adelaide tiba-tiba dan mengubah gaya gua - lu menjadi aku - kamu.

"Maksudnya?"

"Udah gitu aja."

Adelaide bangun. Dia masuk ke kamar mandi dan keluar terus berpakaian. Setelah selesai, dia mengepak barangnya lalu pergi.

Saya diam di kamar kayak kambing conge yang bingung.
 
There's not enough room for both of 'em in your heart. You HAVE TO CHOOSE!

Biasanya sih cewek kalo sikapnya kaya gitu ya lebih kurang seperti itu deh. Sederhananya konsep cinta bagi adel itu "you can only live once and love one"
 
Apakah gw kecepetannya nanya hu, bagaimana setelah itu dengan adelaide?
 
Bimabet
My favorite adel, kamu memang cewek keren. Bego lu, hu...:Peace::tegang: . Terakhir itu kyk film deh...hmm adegan closer pas natalie ngusir pacarnya. Tp ini kebalikan..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd