Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA - INEFFABLE -

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mungkin biar keliatan kenal dekat dgn RVF jd buat nickname sendiri. Meski seumur umur jd wota gue nggak pernah sekalipun dengar Ada yg manggil dia lia, kalo nggak pini, kak pini, atau semacamnya. Lagian Fitrilya kan nama keluarganya, si vidy juga pake.
Nama panjang nya si viddy itu tubagus viddy firmandiaz ya gk ada Lia nya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 8 : Confused

Tak kusangka banyak yang tetap mendukung Anin setelah klarifikasi malam kemarin, ratusan mention masuk ke akun twit**ternya berisi support dari banyak fansnya. Walau ada beberapa akun anonim yang berusaha menjadi kompor. Manajemen tempat ia bekerja belum memberikan statement apapun, kabarnya perlu waktu untuk mempertimbangkan hal tersebut. Entah berapa lama aku tak tahu, namun semoga saja ia tak ‘ditendang’ dari Jeketi atau ‘terjun bebas’ ke trainee.

Sore ini aku menjemput Anin setelah show seperti biasanya, ia nampak lelah tertidur pulas di kursi belakang mobilku, aku selimuti tubuhnya agar tak kedinginan. Saat hendak mengantarnya pulang, ada pesan dari Yuvia yang menyuruh aku menunggunya, katanya sih mau pulang bareng.

Lima belas menit aku berdiam diri di mobil, menunggu kedatangan Yuvia yang entah kapan, tak pasti layaknya menunggu waro oshi. Mengusir jenuh kusetel lagu favoritku di radio mobilku, Sleep by Savatage. Salah satu lagu pengantar tidur dan pengusir jenuh yang slalu kudengarkan dikala aku terpuruk.


*yang mencinta fortune kookiee...* ya itu dering telfonku, Anin yang menggantinya lagi secara sepihak.

“Halo, ada yang bisa dibantu?”

“Eh yon, lo dimana?” teryata suara Yuvia.

“Di Alaska ini lagi mandiin beruang kutub, kenapa?”

“Serius, ihh!”

“Di parkiran, 6B, buru kesini!” perintahku padanya.

“OK, otw. Jangan ninggal!” ketusnya manja.

“Iya-iya—“ lalu ia menutup telfonnya.



Ya begitulah Yuvia, suka seenaknya sendiri tanpa memikirkan orang lain.

***

*TOK! TOK! TOK!* terdengar suara ketukan di jendela mobilku, kuturunkan jendela mobilku hingga se-telingaku.



Yuvia hari ini mengenakan kaos putih longgar dibalut sweater ungu yang tak dikancing, juga rok mini diatas lutut yang bisa membuat siapapun anak adam gesrek dibuatnya.

“Maaf mbak gak terima sumbangan,” candaku kepada Yuvia.

Ia hanya memasang muka datar dan tak menjawab.

Kubuka kunci mobilku dan membiarkannya masuk.

“Lama banget sih!” ocehnya,

“Eh Baby Dino elu kali yang lama!”

Yuvia langsung masuk ke mobilku, ditutupnya pintu mobil lumayan keras "Blam!" untung saja tak membangunkan Anin dari tidur lelapnya. Dia lalu membuka sweaternya dan melemparnya ke jok belakang.

“Huft!” ia kesal, tangannya disilangkan di depan dadanya, mulutnya melengos ke samping pandangannya diarahkan ke luar jendela.

Nampaknya ia masih kesal dengan kejadian kemarin, ia meminta aku pulang bareng dengannya selepas teater, tapi aku menolaknya dengan alasan pulang bareng teman-teman wota-ku, padahal aku lanjut jalan bersama Anin.

“Jangan marah dong, sayang? Maaf deh...” aku mendekatkan wajahku ke tubuhnya, aku mengendus aroma tubuhnya dari lengan hingga ke telinganya perlahan.

Yuvia masih tak mau melihat ke arahku.

“Okeoke gue bakal ngelakuin apa aja asal lo gak ngambek kayak gini,” aku berbisik sensual di telinganya.

“Yakin apa aja?!” Yuvia menoleh ke arahku, mendekatkan wajahnya dan hidung kami bersentuhan.

“Iyaaahh...sayang....” Ya, aku hanya berniat menggodanya.

Yuvia meraba celana jeans pendekku, dielus-elusnya juniorku yang masih berpakaian lengkap berulang kali aku hanya tersenyum melihat wajah cantiknya.

“Yupi kangen kakak...” raut wajahnya begitu menggemaskan. Mungkin kalo Yupi nyasar di istana boneka, gue bakal perlu dua hari untuk menemukannya di antara tumpukan boneka barbie raksasa.

“Kangen gue apa adek gue?” candaku sambil mengelus lembut pipinya.

“Yupi kangen semuanya dari kakak....”

Aku yang telah dibakar nafsu karena ulah nakal tangan lembutnya di bawah sana, melihat ke sekeliling mobilku terlihat aman terkendali. Yuvia nampaknya tidak menyadari keberadaan Anin karena tubuhnya kuselimuti dengan selimut sehingga seluruh tubuhnya tak terlihat. Sengaja musik-ku tak kumatikan, agar desahan kami tak terlalu terdengar oleh Anin.

Kuraih buah dada ranum milik Yuvia, kecil namun kenyalnya seperti permen Y*pi membuatku betah memainkannya. Kunaikkan kaosnya dan kulepas pengait Bra-nya dan kutarik paksa BH nya, dan terpampang payudara putih bersih mulus tak berdaki milik seorang Idol. Lalu kunaikkan payudara sebelah kanan kuturunkan kiri, kunaikkan kiri kuturunkan yang sebelah kanan, berulang kali dan kujadikan putingnya bagai analog di stick PS. Kuputar-putar kupilin-pilin sepuasku, sebebasku, semauku karena Yuvia selalu pasrah akan apa yang kulakukan pada tubuhnya. Seakan dia telah menyerahkan jiwa dan raganya untukku, pernah kami bermain ia kusuruh mengenakan pakaian cosplay ala nekopara dan kujadikan ia sebagai ‘mainanku’ selama tiga hari penuh.

Kubenamkan wajahku di antara belahan dadanya, menciumi dan melahapnya dengan penuh nafsu. Aku menyentuh punggungnya yang mulus, menyibakkan rambut panjangnya. Aku mengendus lehernya, mencium kecil leher jenjangnya tuk membangkitkan birahinya. “Why you’re so bitchy today..?” bisikku sensual di telinganya. Puas dengan lehernya kualihkan fokusku ke buah dada ranumnya, kukenyot payudaranya berulang kali dan bergantian, tangannya kutahan diatas kepalanya, selama sepuluh menit aku mengenyot susunya bagai bayi yang kehausan, kulihat wajahnya ia hanya geleng-geleng keenakan. Kukecup kukenyot kukecup kukenyot berharap ada setetes air susu miliknya yang keluar namun nihil. Lidahku terus bermain di areola-nya, menggeliat kesana kemari memberi kecipak saliva-ku disana. Kukecup singkat lalu kuhisap lagi payudaranya sedangkan tanganku tetap menahan tangannya di atas kepalanya. Kuberi gigitan kecil di areola-nya Yuvia mendesah singkat,

“Ahnnn jan.. gan digigit aahhh...”

“Kok gak ada susunya sih?”

“Ahh.... gaatauuuhh....”

Puas menyusu nenen Yuvia, kulepaskan tangannya, ia langsung menyerbu penisku dan membuka resleting jeans pendekku dan juga Cdnya. Penisku langsung mencuat tegak sempurna mengenai mata Yuvia, Yuvia langsung mengucek matanya aku hanya tertawa melihat tingkah lucunya.

“Dia nakal kak....mukul aku....” rengeknya manja.

“Iyaa makanya dikasih pelajaran aja,” aku tertawa.

Yuvia membuka mulutnya dan dimasukkanya di sela bibirnya yang tipis lalu mengemut penisku, tangannya menghadang hand rem supaya tidak menekan badannya, dan tangan satu lagi bertumpu ke pahaku, dikulumnya maju mundur berulang kali tanpa kenal lelah. Digenggamnya penisku dan dimainkannya bagaikan persneling mobil, ia selalu gemas dengan penisku entah kenapa. “Ngeeengg ngeeeng,” suaranya manja saat memainkan penisku yang ia anggap sebagai persneling mobil.

Clp.. clp.... clp...

Ahh..ah...ah...

Suara gerakan penisku di mulut Yuvia dan desahanku mengudara mengisi keheningan mobilku. Dengan satu hentakan penisku masuk seluruhnya ke dalam mulutnya, “Mmmh...Mmhh...Mmmhh...” suara tertahan dari mulutnya terdengar seksi di telingaku. Dimaju mundurkan kepalanya dengan tempo yang teratur, dia memang mahir melakukan ini. Gila! Sensasi Deep Throat ini berbeda dari biasanya, ditambah lagi kami melakukannya di depan pacarku yang sedang tidur. Ada perasaan takut bercampur tertantang kurasakan dalam benakku.

“Rileks aja..” kata Yuvia saat merasakan kakiku yang menegang ketakutan, dia kembali mengocok penisku pelan dengan tangannya, sementara lidah dan bibirnya liar melahap penisku. Habis penisku dijilati, diciumi, dikulum, menghasilkan sensasi kenikmatan yang tak bisa kugambarkan dengan apapun. Aku menekan lagi kepalanya sampai ia tersedak namun tak kulepaskan. Kutahan terus kepala kecilnya mengulum penisku, kunaikkan dan kuturunkan berulang kali kepalanya sampai aku merasa temponya cukup. Kusuruh ia melihatku saat mengulum penisku dan ia mengangguk, dialihkan pandangan mata sipitnya ke arahku dengan tetap mulutnya terganjal penisku. Berulang kali selama sepuluh menit tak kuberikan ia kesempatan untuk istirahat sampai aku mencapai klimaksku. Kuremas buah dada ranumnya, kupilin putingnya menambah tempo kulumannya pada penisku menambah kenikmatan ku tiada tara, kenikmatan yang melebihi apapun di dunia ini.

“Ahhh terus yup... dikit lagi..” desahku pelan,

“Ahmm...ahnchiyna....achcwchjscnc...” entah aku tak bisa mendengar Yuvia ngomong apa karena mulutnya masih terganjal oleh penis besarku.

Yuvia melepas kulumannya, lalu mengaitkan lidahnya di lubang penisku, ujung lidahnya bermain disana membuat aku keenakan, sambil tangannya terus mengocok pelan penisku, tangannya yang lembut ditambah liar geliat ujung lidahnya membuatku geli tak karuan. Badanku bergeliat kesana kemari kegelian sampai tak sengaja sikutku menekan klakson.

“Ssttt” Yuvia berbisik, aku tertawa.

Ku remas-remas buah dada Yuvia bagai peternak sapi yang meremas susu sapi, aku merasa ada kedutan pada juniorku, tak mau kalah, lalu kusibakkan rok pendek Yuvia dan aku terkejut ternyata ia tak mengenakan CD.

“Loh, gapake?”

Yuvia menggeleng, nampaknya ia memang sudah bersiap untuk digarap oleh sepupunya.

Aku masukkan kedua jari tangan kiriku langsung ke vaginanya, sementara tangan kananku tetap menahan kepalanya di penisku, memberi penetrasi mengobel-ngobel bibir vaginanya hingga ia kegelian. Kumainkan kelentit kecil di vaginanya berulang kali hingga kakinya makin mengangkang membiarkanku memainkan vaginanya lebih bebas lagi. Tak kudengar desahan dari Yuvia karena mulutnya memang kusumpel dengan penis besarku agar ia tak bisa teriak, Kumasukkan lagi kedua jari tanganku mengobel-ngobel vaginanya lebih dalam lagi, lebih liar lagi, memuaskan birahi selama dua minggu yang kutampung karena aku tak menjadikan pacarku sebagai objek pemuas seksku.

“Aahhh... ahh.... ahhh...” desahan Yuvia menyeruak saat ia melepaskan kulumannya, lalu kutahan lagi kepalanya agar tetap menghangatkan penisku.

“Sstt! Ada orang di belakang..” aku menyuruh Yuvia diam agar tak membangunkan Anin dari tidur lelapnya.

“EHH?? SIAPA??” Yuvia kaget bukan kepalang, ia langsung menengok ke belakang. Saat ia hendak membuka selimut langsung kutepis tangannya.

“Lagi tidur, biarin aja..”

“Lanjutin gak nih?” godanya, kerutan di pipinya menambah kecantikan sepupuku satu ini.

“Lanjutin aja tapi desahnya dalem hati..” aku berbisik-bisik dengannya sedari tadi.

“Serius?” tanya Yuvia ragu.

Aku mengangguk.

Kuhentak-hentakkan lagi bokongku agar penisku lebih masuk ke mulutnya maju mundur maju mundur sambil tetap memainkan jariku di vaginanya. Dua puluh menit kami bertempur di mobilku sampai aku merasa ada kedutan di penisku, aliran darah pertanda akan ada cairan yang datang dari urethra-ku, aku tak kuasa menahan ledakan sperma yang akan keluar dari penisku, Yuvia mempercepat kocokannya dan kepalanya naik turun makin cepat, kulesakkan penisku lebih dalam lagi disusul oleh eluhan panjangku.

“Yuv.... Gue mau keluar...”

“AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH” aku mendesah panjang saat spermaku melesak ke dalam mulut Yuvia, ada lima kedutan sperma yang kurasakan tadi.

“Hmpphh...” Yuvia terkejut saat spermaku menyembur puas ke dalam mulutnya.

Ku tahan kepala Yuvia sampai orgasmeku selesai, setelah dirasa sudah tidak ada cairan yang keluar dari penisku lalu kepalanya kuangkat. Yuvia membuka mulutnya kulihat tidak ada spermaku disana berarti ia benar-benar menelan semua spermaku tadi, ia menjilat sisa sperma di penisku dan di sekeliling bibir mungilnya hingga bersih tak bernoda. Aku memujinya “Good Girl,” lalu ia tersenyum.



Kumundurkan jok Yuvia agar ia bisa menyender lebih nyaman lagi dan kuangkat lagi kedua kakinya ke dasbor dan menyuruhnya mengangkang. Perlahan tanganku berdansa ria di bibir vagina Yuvia mencari keberadaan klitorisnya yang tersembunyi. Setelah dirasa cukup basah, kumasukkan kedua jariku yang sempat terlepas saat aku orgasme tadi, dan kumainkan lagi vaginanya menggunakan tangan kananku sedangkan tangan kiriku mengelus-elus wajahnya. Berulang kali entah sudah berapa puluh kobelanku di dalam sana, aku sangat suka memainkan vagina wanita, bahkan aku bisa membuat wanita multiple orgasm hanya dengan petting seperti ini.

Lima menit jariku bermain disana kurasakan jariku terhisap ke dalam vagina Yuvia pertanda ia akan segera orgasme, kumasuk keluarkan lagi jariku dengan tempo yang lebih cepat, kurasakan nafasnya yang menjadi berat dan tubuhnya menggelinjang, badannya membusung dan mata sipitnya membelalak keatas, pantatnya terangkat dan kakinya menendang-nendang kaku dasbor lalu segera kukeluarkan jariku dari dalam sana dan terjadilah orgasme luar biasa milik Yuvia.

“AAHHHH.....”

“AHH Lagii....lagii.....”

“Kaakkkkk!!!”

Byur..byur...byur, cairan vagina Yuvia sampai membasahi kaca dan dasborku. Aku mengambil tisu dan mengelap kaca sebelum ada orang yang curiga.

“Begini cara membersihkan kaca mobil yang baik dan benar, gak perlu pakai wiper fluid,” candaku padanya.

Ia hanya tersenyum pasrah , nafasnya masih terengah-engah.

***

“Udah ya...?” pintanya pasrah melihat tatapan mataku yang nampak belum puas.

“Enak aja, baru juga mulai udah tumbang duluan gak kayak biasanya,”

“Gue capek.. tadi abis show terus nemenin Ayana shopping,” Yuvia menghentakkan tubuhnya ke jok.

Lo jalan sama Ayana?”

Yuvia mengangguk.

“Baru denger namanya aja udah galau gitu..” ejeknya,

“Berisik.”



Aku turunkan kepalaku menuju vaginanya, kumiringkan tubuhnya lalu kualihkan kaki Yuvia dan mengangkatnya ke pundakku. Kutahan hand rem dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku berpangku pada jok. Kubenamkan wajahku ke vaginanya, aku terfokus pada bibir vaginanya yang indah dengan sedikit berbulu, aku mulai menjilati bibir vaginanya, menjelajahi setiap lekuknya dan merasakan nikmat kewanitaannya. Aku peluk kedua kakinya dan lidahku berlenggak-lenggok liar menyapu stiap inci vaginanya, perlahan masuk ke dalam mencari klitorisnya. Saat ujung lidahku menemukan klitorisnya langsung jilatanku terfokus disana, badan Yuvia menghentak ke belakang pintu, tangan kanannya berpegang pada jok sedangkan tangan kirinya membantu menekan kepalaku lebih dekat ke vaginanya hingga ku sedikit sulit bernafas.

“Mmmhh.. aiya disituu....Mmhh...” racau Yuvia sambil tetap membenamkan kepalaku ke vaginanya.

Supaya lebih cepat, aku gunakan bibir dan lidah untuk benar-benar menghisap klitorisnya, Seluruh vulva pada vagina wanita terdiri dari serabut saraf yang sensitif, jadi aku mencoba menghisap glans atau kepala klitorisnya dan dengan ringan gigit pada labia bagian dalam dan luarnya, atau menghisap sedikit di labia, dan akan merangsang serabut sarafnya yang akan membuat wanita cepat orgasme.

Aku menekan puncak gigi dan gusiku pada area di atas kelenjar klitoris Yuvia, dan kulakukan terus hingga kurasa titik klitoris miliknya mengeras. Menstimulasi habis-habisan vaginanya,s ampai kini kedua kakinya mengait leherku makin kuat, tangannya berpegangan erat pada jok dan kurasakan ada cairan berbau amis yang sebentar lagi akan meledak dari vaginanya.

“Hmmphh ..... Ahhh.....” Yuvia orgasme lagi untuk kedua kalinya dalam kurun waktu yang tak berselang lama, langsung kuhisap habis cairan cintanya dan membersihkan sisa-sisa cairan cintanya di sekitar vaginanya. Yuvia menggeliat karena vaginanya masih sensitif akibat mutiple orgasm tadi. Setelah kurasa tak ada sisa cairan cintanya, aku bergerak menuju bibir mungilnya, menciumnya mesra bagai sepasang kekasih yang sudah tak bersetubuh dua tahun lamanya, bibir kami bergelut mesra ditambah sentuhan tanganku di punggung bersihnya menambah kehangatan tubuh kami. Aku mengambil tisu untuk mengelap sisa cairan cinta Yuvia yang jatuh ke jok. Aku perlahan menengok ke belakang, Anin masih tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Dia benar-benar lelah, gumamku.

***

Aku melihat ke belakang, kubuka sedikit selimut bagian kepala Anin untuk mengecek apakah ia masih tertidur atau tidak. Matanya terpejam dan nampaknya ia tidur dengan damai kali ini, setelah kurasa aman, kuselimuti dia lagi agar dinginnya AC mobil tak menusuk tubuh mungilnya. Kubuka minuman energi berlogo banteng dan menenggaknya habis, ingin kutawari Yuvia tapi ia sudah tertidur pulas menyusul Anin. Mungkin efek kelelahan setelah menerima dua orgasme hebatnya tadi.

Kumasukkan persneling mobilku, menurunkan hand rem, dan berangkat memulangkan dua bidadari FX yang telah tepar di dalam mobilku. Kuganti lagu agar mengembalikan mood-ku.

Kuturunkan Yuvia di rumahnya, untung sedang tak ramai orang di rumahnya. Hanya ada adeknya, Windy, yang sibuk menonton siaran TV dan tak mempedulikan raut wajah puas dari kakak kandungnya. Aku menggendong Yuvia sampai di kamarnya, meletakkan tubuhnya di ranjang dan menyelimuti dirinya. Aku lalu menyalakan AC agar ia tak kepanasan, saat hendak keluar dari kamarnya, Yuvia memanggilku lirih.

“Dion...”

“Hmm?” jawabku singkat, aku beralih menuju ranjangnya, duduk di sampingnya.

“Gue.. mau ngomong sesuatu..” Aku elus wajahnya lembut, merapikan poni goyangnya. “Iya apa? Ngomong aja..” aku tersenyum manis kepadanya.

“Gue...” aku diam, harap-harap cemas menunggu lanjutan kalimatnya.
“Sayang...” oh Yuv... please... jangan...
Sama lo.”

“.......”

“Kok diem? Marah ya?...”

“Nggak gitu, kita kan—“

“Hey, we all have secret, right? Windy juga udah tau kok..”

“HAH WINDY TAU SOAL KITA?” aku kaget bukan kepalang, pantas saja ia tak curiga saat aku menggendong Yuvia yang terkulai lemas ke kamarnya.

Yuvia mengangguk.

“Setidaknya, kita jalani aja hubungan ini dulu. Urusan ke depan..biarlah waktu yang menjawabnya. Lagipula, kan kamu sendiri yang bilang asal kita sama-sama senang kenapa tidak?” Yuvia memang tidak tahu tentang kedekatanku dengan Anin, aku bahkan tidak pernah curhat tentang Anin kepadanya.

“Gue gak bisa—“

“Kenapa? Karena Ayana ya?”

“Gak gitu..”

“Kita juga sepupu tanpa hubungan darah, inget itu. Jadi kalau misalnya kita nik—“

“Hey hey jauh amat mikirnya, udah sekarang yang penting kamu istirahat dulu,” aku mengecup dahinya, lalu beralih menuju pintu kamarnya.

Ayahku adalah kakak angkat papanya Yuvia, sewaktu kecil kakek kami kesulitan memiliki anak sehingga beliau mengadopsi ayahku menjadi anak pertamanya.Tapi tetap saja aku akan dihajar habis-habisan kalau ketahuan bermain api dengan Yuvia. Karena kami dibesarkan tanpa mengetahui hal ini sebagai sepasang sepupu kandung pada umumnya, aku bahkan baru mengetahui kalau kami tidak ada hubungan darah dari Windy yang secara tak sengaja keceplosan.

Aku perlahan meninggalkan ranjangnya, saat hendak memegang gagang pintu, Yuvia memanggil namaku lagi.

“Dion...”

“Iya?”

“Atau selama ini....lo cuman manfaatin... badan gue?”

Deg, aku diam seketika. Bingung ingin merespon apa.

“Ayo...jawab..!” bentaknya, matanya memerah, air mata meluncur deras dari mata sayunya.

“Hey hey, nggak kok. Gue gak sejahat itu, Yuv.. Iya gue akuin gue juga ada rasa sama lo. Tapi bukan sekarang ya.. Gue butuh waktu,” jawabku sambil tersenyum, menyeka air mata yang menghiasi wajah cantiknya.

Yuvia diam, ia membalikkan tubuhnya ke samping berlawanan dengan arahku, ia selimuti tubuhnya dengan selimut bagai tak ingin berkontak mata denganku.

"Tolong pergi...." ucapnya sesenggukan, diselingi dengan sesak tangisnya.

Aku menapak pelan menuju pintu keluar, saat hendak menutup pintu kamarnya, Yuvia mengucap kata yang meremukkan hatiku seketika itu juga.

".... dari hidup gue."

"Yuv... tolong jangan gi--"

"PERGI !!!" Yuvia berteriak dengan kerasnya, lengkungan suaranya melesat ke gendang telingaku. Aku yang tak ingin mengambil resiko digrebek warga segera meninggalkan rumah Yuvia.

Aku pamit pada Windy, ia nampak bingung melihatku bercucuran air mata tak seperti biasanya, air mata tak dapat kubendung lagi. Ada rasa penyesalan sedikit dalam benakku. Aku masuk ke dalam mobil, mengganti lagu sesuai mood-ku saat ini dan menuju kediaman Anin, sementara Anin masih tertidur pulas di jok belakang mobilku. Kuakui ada secuil cinta untuk Yuvia dalam hatiku, bukan sebagai partner in sex semata, tapi.. aku sudah punya Anin yang mencintai dan menyayangiku seutuhnya. Tak mungkin aku khianati ketulusannya itu. Untaian imaji berkesinambungan menghiasi otakku selama perjalanan menuju kediaman Anin.



“Anin... bangun... udah sampai...” aku menggoyang-goyangkan tubuhnya saat mobilku telah sampai di parkiran.

“Hmmhh...” Anin menggeliat, muka bantal terlihat jelas dari wajahnya.

“Bangun oi.. udah sampai.. lo tidur atau hibernasi sih?” candaku,

“Eh.. iya-iya..” Anin turun, disusul aku yang menemaninya sampai di depan pintu rumahnya.

“Makasih ya..” Anin mengucek-ngucek matanya, langkahnya gontai karena baru bangun tidur.

“Iya sama-sama, pulang dulu yaa,” aku mengecup dahi Anin singkat, lalu pamit kepadanya untuk kembali ke rumahku.


Haruskah aku mengorbankan perasaan Yuvia untuk tetap tenang menjalani hubunganku dengan Anin, atau membagi hatiku untuk dua wanita yang sama-sama mencintaiku? Shit, I can’t choose both.
 
Terakhir diubah:
pernah kami bermain ia kusuruh mengenakan pakaian cosplay ala nekopara dan kujadikan ia sebagai ‘mainanku’ selama tiga hari penuh.
Ini tolong dibikin side storynya, kalo ngga gue ngamuk.


Dion trnyata auranya lebih keluar klo lg sama Anin, jadi kliatan sih klo sama Anin emang Cinta bnget, atau ya kbtulan Anin datang disaat yang tepat... Gue ga akan berspekulasi.

Minus ?
Kecepetan di gejolak emosi Yupi yang meledak tiba tiba.
Gue yakin harusnya bisa lebih digali lagi part yupi yg emosional.
Jadi berasa yang penting sama yupi ada masalah dulu, apa gara" SS yg mkan bnyak tempat ya ?
 
Akhirnya lanjcrotkan lagi suhu gue kira gak update ternyata update juga :adek::):mantap:
 
Ini tolong dibikin side storynya, kalo ngga gue ngamuk.


Dion trnyata auranya lebih keluar klo lg sama Anin, jadi kliatan sih klo sama Anin emang Cinta bnget, atau ya kbtulan Anin datang disaat yang tepat... Gue ga akan berspekulasi.

Minus ?
Kecepetan di gejolak emosi Yupi yang meledak tiba tiba.
Gue yakin harusnya bisa lebih digali lagi part yupi yg emosional.
Jadi berasa yang penting sama yupi ada masalah dulu, apa gara" SS yg mkan bnyak tempat ya ?
Thanks sarannya, Nod. Gue bakal nyoba bikin dialog yang menyayat hati pembaca, jujur gue rada kesulitan di bagian dialog berat yang melibatkan emosi kayak gitu. Nanti gue tonton drakor-drakor dulu deh nyari referensi dialog yang bisa dapet feel-nya gitu.

Side story ya? Hmm.. boleh juga..
 
Akhirnya lanjcrotkan lagi suhu gue kira gak update ternyata update juga :adek::):mantap:
Hahaha siapp, jangan nagih Anin mulu luu Dion lagi bingung ini wkwk *canda

Yang penting nikmatin ae dulu alur ceritanya, Anin kebagian kok nanti *eh wgwg

:)
 
Terakhir diubah:
Thanks sarannya, Nod. Gue bakal nyoba bikin dialog yang menyayat hati pembaca, jujur gue rada kesulitan di bagian dialog berat yang melibatkan emosi kayak gitu. Nanti gue tonton drakor-drakor dulu deh nyari referensi dialog yang bisa dapet feel-nya gitu.

Side story ya? Hmm.. boleh juga..
Maaf ya sotoy :(

Ditunggu bnget loh update selanjutnya, haha
Kalo dikabulin gue mkasih banget
:semangat::semangat:
Tetap cemungudh eaa
 
Why not both??

Edun cerita nya, jadi ga sia sia aku ngampar di thread ini

aku nikmatin banget cerita nya, cuma kalo mau kritik dan saran, aku ga bisa ngasih, aku mah cuma penikmat yang cuma bisa baca.

Tah iya juga, jadi penasaran itu 3 hari jadi budak, mohon diadain side story nya.

Akhir kata, kompor gas!!
 
Keknya berat juga ya dari sekedar temen ena ena jadi tumbuh perasaan suka :nohope:
 
Maaf ya sotoy :(

Ditunggu bnget loh update selanjutnya, haha
Kalo dikabulin gue mkasih banget
:semangat::semangat:
Tetap cemungudh eaa
Siap, Nod !

Why not both??

Edun cerita nya, jadi ga sia sia aku ngampar di thread ini

aku nikmatin banget cerita nya, cuma kalo mau kritik dan saran, aku ga bisa ngasih, aku mah cuma penikmat yang cuma bisa baca.

Tah iya juga, jadi penasaran itu 3 hari jadi budak, mohon diadain side story nya.

Akhir kata, kompor gas!!
Yoo makasih udah setia mantengin dari awal

akhirnya ada keributan hahaha
mantap lanjutkan, jangan segan segan
Siap 86!
Kalo boleh komen, dah dah trisam.
.
.
.
.
.
.
.
Sekian..
Boleh dicoba nih ;)

Keknya berat juga ya dari sekedar temen ena ena jadi tumbuh perasaan suka :nohope:
Iya, emang.

digali lagi konflik nya, nyaris banget
Nyaris apa nih, hu?
 
Bimabet
btw kalo gua jadi Dion gua bakal tetep milih Anin, biar begimanapun Ipuy keluarganya it never work
berhubung ini fanfict saya request tolong di threesome dulu
tq
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd