Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Conny Wanita ku pilih (sekuel Gairah Guru BK)

Bimabet
Lanjutan

“Beneran Mbak?” tanyaku, aku terkejut dengan apa yang kudengar dari perempuan yang kucintai. Sejujurnya aku malahan senang dengan berita ini, tapi aku masih kuliah dan berita ini terkesan medadak. “Mbak belum yakin sih, ini dugaanku. Gejala mual ini udah dua hari, makanya karena mbak kurang enak badan jadinya pulang,” katanya. Aku menjadi tidak enak, aku mengambil Handphone dari kantongku. Aku mengirim pesan ke temanku, bahwa pacarku sakit. “Bagimana mbak kita ke dokter?” ajakku, “Gak usah ton, mbak mau istirahat aja,” dengan tenang. Aku pun keluar dari ruangan, aku masih menimbang untuk pergi atau tetap disini. Hal ini ditambah dengan kemungkinan hamilnya Mbak Conny.

Aku pergi ke meja makan, makanan sudah tersedia. Aku mencoba makan, Handphone berbunyi. Aku mengambilnya, untuk melihat pesan. Temanku mengabarkan bahwa naik gunung terpaksa ditunda, karena tiket ke Malang habis dan senin uang patungan kami akan dibagikan. Aku tersenyum, setidaknya aku tidak jadi berangkat karena keadaan bukan aku membatalkan. Aku ingat mbak Conny. Aku berpikir lebih baik aku menengok keadaannya, dan juga membawakan makanan padanya. Setelah selesai, aku membawa piring ke dapur. Mbok Inem menanyakan, “Tuan, Nyonya sakit perlu dibawa makanannya?” tanya Mbok Inem penuh perhatian. “Mbok, siapin saja makanannya dan nampannya. Biar saya yang bawa, ke atas,” ujarku. Aku keluar dapur, menunggu meja makan smabil duduk. Mbok Inem menyiapkan makan diatas nampan,begitu selesai aku mengambilnya.

Aku mengangkatnya dan membawa kekamarku. Mbak Conny terbangun dan bertanya saat pintu kamar kubuka. “Siapa ya?” tanyanya. “Aku mbak, bawain makanan,” kataku dengan singkat. “Aduh Ton, Mbak belum nafsu makan. Nanti aja deh kalo beneran lapar,” katanya menolak makanan yang aku bawa. “Emangnya Mbak tadi pagi makan?” tanyaku. “Belum ton, Mbak gak nafsu makan udah dua hari ini. Dari kemarin mbak cuma makan sop ikan aja itupun malam. Pagi dan Siang makan buah aja,” jelasnya. Mendengarnya aku makin khawatir dengan kesehatanny, “Mbak jangan begitu, makan aja dulu. Biar ada tenaga, biar abis makan tidur lagi,” ujarku memintanya untuk makan. Nampan aku taruh dipahaku, dengan menyendok nasi. Aku menyuapin Mbak Conny.

Aku berusaha bagimana Mbak Conny bisa makan dengan lebih banyak. Karena mendengar pengakuan tentang sop ikan, berarti semalam Mbak Conny makan malam tanpa nasi. Aku juga mengingat bahwa semalam Mbak Conny juga mual. Namun sepertinya hari ini lebih dari kemarin. “Ih, Kamu mau suapin aku? Kok dadakan jadi romatis sih?” tanyanya dia dengan nada cukup manja. “Gak papa mbak, setidaknya mbak mau makan. Soalnya aku khawatir,” kataku. Mbak Conny menerima suapanku. Ia tersenyum melihat perhatian cukup besar kepadanya. “Kamu gak jadi naik gunung?” tanya Mbak Conny sambil mengunyah makanan yang kusuap ke dia. “Gak jadi, habis bagimana sayangku lagi sakit aku enakan di Gunung,” ucapku, mendengar itu ia tersipu malu.

Baru 5 sendok makan, rasa mual datang ke mulut Mbak Conny. Ia pergi ke kamar mandi dan muntah di wastafel. Aku menaruh makanan di kasur, lalu pergi mengejar Mbak Conny. “Hoek..Hoek…Hoek,” ujarnya. Aku tidak tega, aku mengampiri dan memijat badannya. Setelah selesai dan kumur-kumur. “Mbak, kita ke dokter aja ya. Biar ketahuan sakit maag atau masuk angin,” kataku kepadanya. “Jangan dulu, aku belum siap. Gimana kamu beli obat aja?” tanya padaku. “Tolak angin aja,” kataku. Aku mengamati seluruh badan Mbak Conny. Badan mbak Conny memang sedikit gemuk, “Kenapa kamu ton?” tanya Mbak Conny. “Gak papa Mbak, okay kita lanjutin makan lalu aku pergi cari obat. “Obat Maag sama Mual aja,” pintanya
Aku menganggukan kepala, aku kembali meyuapi Mbak Conny berberapa suap nasi. Setelah itu keluar untuk memberikan piring ke Mbok Inem. “Bagimana Tuan, Nyonya keadaannya?” tanya Mbok Inem. “Masih Mual, aku tadi maksa buat dimakan. Ini aku mau beli obat,” ujarku. Aku keluar, memakai helm dan menyalakan motor. Aku pergi klinik terdekat, Aku membeli obat maag yang berbentuk sirup dan testpack. Testpack aku beli hanya jaga-jaga itupun aku menyembunyikan dikantong. Lalu menyalakan motor untuk kembali ke rumah, sesampainya dirumah. Aku naik kelantai atas dan menuju kamar. Rupanya Mbok Inem sedang memijat Mbak Conny. Setelah selsai, aku membuka botol dan menyedokan obat pada Mbak Conny, ia meminumnya.

Mbak Conny kemudian tidur, 1 jam kemudian ia bangun karena ingin buang air kecil. “Mbak, bagimana dites dulu. Mumpung mbak mau kencing,” ujarku. “Mmm, Bagimana ya Ton. Mbak takut nih sama hasilnya,” katanya. “Makanya coba mbak dicoba dulu. Kalau minum obat nanti malah bahaya,” kataku lagi. “Okay deh, kamu punya gak?” tanya Mbak Conny. Aku mengeluarkan Testpack yang aku beli tadi dari kantong celana, dan memberikannya pada Mbak Conny. Mbak Conny terdiam sebentar, kemudian ia berkata. “Kaya gak hamil ton, mungkin masuk angin dan stress aja makanya 3 bulan ini mbak juga gak dateng bulan. Pernyataan Mbak Conny menyakiniku dia hamil, namun memberi keyakinan ia hanya sakit.

Mungkin saja Mbak Conny memikirkan aku akan meninggalkan jika ia hamil. Aku merasa sebaliknya aku merasa bangga jika berhasil menghamili Mbak Conny. Namun jika bisa memilih aku ingin menikahinya, “Cobalah Mbak, aku mohon. Setelah itu apapun hasilnya semua terserah Mbak,” kataku. Mbak Conny akhirnya menyetujuinya, ia mengambil gelas kosong. “Kita lihat samaan ya?” pintanya. Aku menunggu dikasur, Mbak Conny meminta untuk membawa testpack itu. Ia pergi ke kamar mandi untuk kencing. 6 menit kemudian ia kembali dengan gelas dibawanya. Aku memuka testpack dan mengambil kertas cukup kecil yang digunakan untuk test. Aku mengambil gelas itu, bau khas air seni cukup menyengat. Mbak Conny mematikan AC, dan kami membawa dahulu petunjuk.

Setelah selasai, aku langsung memasukan kertas itu kedalam gelas yang berisi air seni. Setelah itu mengeluarkan kembali lalu menaruh gelasnya dimeja disampingku. Kami menunggu sedang wajah cukup tegang. “Ton, kamu liat duluan aja. Aku ngga berani lihat". Aku mengarahkan testpack ke arahku. Sinar matahari sore membantuku untuk melihat testpack itu. 10 menit kemudian, perlahan terlihat 2 strip di testpack tersebut. Aku merasa bahagia, namun aku mencoba menampakan aksi diamku. “Bagimana hasilnya Ton?” tanya. Aku menoleh ke arahnya, “Mbak pasti udah tahu kan?” tanyaku lalu memeluknya dan mengecup kening dan perutnya. “Aku hamil, Aku masih belum yakin benar,” ujar Mbak Conny.

“Kenapa Mbak, Mbak malu punya anak dari saya?” kataku bertanya. “Bukan begitu Ton, Mbak hanya berpikir pas nikah gak hamil suamiku pergi. Sekarang Mbak hamil, jujur Mbak belum bisa nerima ini, terlebih kamu akan meninggalkan Mbak,” kata Mbak Conny. “Sama sekali gak mbak, okay kita ke dokter deh,” kataku. Mbak Conny menyetujuinya, ia pergi mandi dan menyiapkan diri. Aku pergi ke dapur membuang air seni Mbak Conny dan mencuci gelas tersebut. Kemudian kembali ke kamar, baru 3 menit kembali kamar. Mbak Conny keluar hanya memakai handuk, ia melepaskannya. Badan makin seksi terutama bagian payudara dan perut yang bertambah besar. Perutnya sedikit membesar.

Aku tergiur dengan badannya telanjang didepan mataku, namun aku berusaha fokus. “Ah…nanti sajalah,” ucapku dalam hati. Aku pergi ke Kamar Mandi untuk mandi, 10 menit kemudian aku keluar dan berpakaian. Mbak Conny memakai pakaian cukup seksi, Ia memakai kemeja tanpa lengan warna biru dan rok warna putih. Aku pun dengan cepat berpakaian, dan berangkat menuju klinik tempatku membeli obat tadi. Kebetulan sepi, kami langsung mendaftar dan masuk kedalam ruang tunggu. Ruangan cukup sepi, namun sebentar berberapa orang datang untuk melakukan pemeriksaan. Sambil menunggu panggilan, kami ngobrol dengan suara pelan. Mbak Conny masih saja mendebatkan ia hanya masuk angin. Namun keyakinanku Mbak Conny hamil masih besar.

“Bu Conny…Bu Conny” panggil perawat. “Iya..” kata Mbak conny, aku bangkit ketika Mbak Conny bangun dari kursi tunggu. “Kamu tunggu disini aja ya?” katanya, aku meminta menemaninya namun ia menolak dan meminta menunggu diluar. 30 menit kemudian, Mbak Conny keluar, membawa map. “Bagimana mbak hasilnya?” tanyaku. Ia berjalan kearahku dan memelukku ia menangis. “Aku hamil ton, aku hamil,” katanya menangis dipelukanku. “Mbak ngomong didalam mobil aja ya” ajakku. Mbak Conny mengangguk setuju. Kami berjalan menuju parkiran dan masuk mobil. “Ton, kamu gak tinggalin Mbak kan? Mbak gak bisa hidup tanpa kamu Ton. Mbak hamil anakmu,” kata Mbak conny. Aku diam mendengar pendapatnya itu.

“Mbak sebenarnya senang punya anak, apalagi dari kamu,” ujarnya lagi. Aku masih diam, sambil menyalakan AC Mobil. “Ton, kamu kenapa? Kamu gak suka, Mbak hamil. Kalo gitu kita cari dokter buat gugurin aja, kalo kamu belum siap,” katanya. “Lho Mbak kok ngomong gitu, aku senang kok mbak hamil,” kataku, aku menunjukan antusiasku menunjukan untuk menimpali rasa senang Mbak Conny. “Sekarang, tubuh dan hati Mbak punya kamu mbak ikutin kemauan kamu,” kata Mbak Conny mengengam tanganku. Kami berpelukan lalu berciuman,Mbak Conny yang memulainya aku membalas dengan cukup bernafsu. Aku mengajak Mbak Conny makan diluar malam itu malam minggu. Kami makan disebuah tempat makan, yang cukup murah.

Kami makan cukup banyak, Mbak Conny akhirnya bisa makan dengan cukup nyaman tanpa khawatir mual. Ia memesan Gurame Asam Manis, sedangkan memesan Nasi Goreng. Setelah selesai makan, Mbak Conny meminum obat mual dan vitamin kemudian kami pulang. Sampai dirumah aku memgedongnya hingga masuk kedalam kamar. Aku menaruh dikasur, kemudian henndak bangkit Mbak Conny menahanku dan menariku. Mbak Conny menciumku,ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora yang sangat ia menantikan. Tidak perlu banyak waktu untuk membangitkan gairah Mbak Conny. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadaku, sehingga lidahnya langsung menyambut saat Lidah Mbak Conny mulai mengajaknya bermain-main. Aku mulai naik ke ranjang.

Bibir Mbak Conny termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai bergerak. Selain berciuman, kami berguling-guling diatas kasur, hal ini membuat ciuman kami semakin panas. Awalnya kami hanya berciuman dan berpelukan bau parfum menebar dari Mbak Conny masuk hidungku, sama dengan parfumku yang baunya cukup nyaman dihidung perempuan. Tangan ku tak tahan untuk tidak mengelus-elus tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas. “Mmmh… Mmhhh…” Elusan tanganku makin mengarah ke dada Mbak Conny, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu. Perempuan itu mengejang karena rasa nikmat yang melandanya. “Mbak, udah ganti ya ukurannya,” kataku. “Mmmmhh….eh…iya…30b,” jawabnya.
“MMhhh…oh…Ton..Terus…oh….mmmmh…oh….” desah Mbak Conny berlanjut. Aku makin giat memainkan payudara Mbak Conny. “Ton,ohh…terusin..dong….ayo..oohh…kamu memang jago…oh…ah…ya…! oohh…. aahh… ssstt… aahh…,” desah Mbak Conny lagi. Aku meciumi lehernya yang putih. sementara tanganku semakin rajin mengelus dan meraba bahunya. Saat itu terdengar desahan lirih, “aaaaahhhh… aaaahhh…. ooohhh….” desah Mbak Conny makin merancau. Kedua tangannya menjambak rambutku, kubuka perlahan-lahan kancing keja birunya tubuh Mbak Conny semakin terbuka. Aku mencium dada turun perutnya, tempat anakku beada. Anak yang berusia 3 bulan, jadi persetubuhan awalku dirumah ini membuahkan hasil. Tanganku bergerak ke balik punggungnya. Aku membuka kaitan BH-nya berwarna hitam. Setelah aku membukanya terlihat Payudara yang menjulang.

Aku membuka Roknya dan Celana dalam, kudiam mengamati setiap jengkal tubuhnya. Nafsu naik, Kontolku beraksi keukuran maksimal. Pakaian Mbak Conny ku taruh ke lantai, aku juga membuka pakaianku, lalu kembali ke ranjang. Kugeser kembali tubuhku menindihi tubuhnya. kupegang kepalanya dengan lembut, dan mengarahkan bibirku kemulutnya. Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu. Kedua tangan Mbak Conny berusaha melingkar dipingangku. Setelah itu, aku kembali menjelajahi lehernya dengan lidahku. bagian belakang kupingnya. Aku juga menciumi dan menjilati bagian belakang kuping yang merupakan titik kenikmatan Mbak Conny. Tubuh Mbak Conny menggelinjang-gelinjang, matanya merem sambil menggigit bibirnya sendiri. Ia berdesah tertahan, ”Ton… aahhh…. ooohhh…. Ton… aaahhhh… mmmm…. su..su..dah…teruskan…aahh… oh..oh..nik…mat…Tonn… ohhhh…ahhhh …a..aa…aa..hhh….” desah mbak Conny makin kenikmatan.

Desahan itu membuatku makin bersemangat, Payudara yang putih bersih dengan putingnya yang kecil berwarna agak kecoklatan. kusambut kedua gundukan daging itu dengan remasan dan mulutku. Aku menjilat dan menciumi kemudian mengigiy dan menyedot puting yang ranum itu. Desahan Mbak Conny terdengar lirih.”Aaahhh….ooohhh…..ooohhh….ooohhh…mmmmmhhmm…ooohhh…mmmmm…. “, desah Mbak Conny sambil kedua tangannya mencengkeram rambutku dengan kuat. Kepala bergerak kesana kemari matanya merem melek merasakan kenikmatan. payudaranya terus kuremas-remas… dan kuciumi lalu kuurut-urut. Aku terus menelusuri setiap lekuk tubuh Mbak Conny dengan mulutku, kujilat-jilat puting dan perutnya secara bergantian. Melihat Mbak Conny mulai kecapaian, aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air lalu memberikanya padanya. Aku juga mengambil gelas dan mengisi dengan air dan meminumnya.

Kami berkeringat, Mbak Conny merasa mual dan pergi kamar mandi untuk muntah dan kumur-kumur. Aku mengambil handuk dan mengelap tubuhku dan tubuh mbak Conny. Aku menyemprotkan kamar dengan pengharum ruangan dan menidurkan Mbak Conny lagi, nafsu kami masih ada. Sulit untuk dibiarkan saja. Aku duduk diranjang disebelah kanan Mbak Conny, tangan kananku mengelus dan meraba-raba paha kirinya. Aku naik keranjang diatas badannya, Kuletakkankedua telapak tanganku dengan perlahan dikedua pahanya, kuusap-usap dengan lembut. Kugesek-gesek jari tengahku di lubang Vaginanya. Tubuh Mbak Conny tiba-tiba tersentak,ia mendesah kenikmatan”Ton…oohhh…mmhhmm…. oh..…. mmhmm… oohhh…aaahh… Ton…. mmmhhmmm… mmmhhmm…..”, desahannya merintih keenakan. Kuangkat kaki kanan lalu Kaki kirinya lalu kuletakkan di atas bahuku.

Kedua pahanya semakin merenggang, lalu kugenggam batang kontolku, kuarahkan kepalanya tepat di depan lubang vaginanya. bulu-bulu tipis halus terasa menyentuh tanganku. Vagina Mbak Conny terlihat jelas… bulu memeknya yang tipis dan halus tak, kudorong pantatku dengan sepenuh perasaan perlahan. Kepala kontolku mulai menyentuh bibir vaginanya masuk sedikit demi sedikit.”Arggh…oh…ohh..oh…” desah Mbak Conny. Kontolku semakin berdenyut-denyut,ketika kepala kontolku masuk tubuhnya tersentak. Mata mendadak terbuka, ia kaget. Kedua tanganya mencakar sprei. Aku leluasa memberikan pompaan, sedangkan tanganku kepas dari Kontolku. Dorongan dari pantatku terus menggerak-gerakkan kontolku. Kutekan sedikit kutarik lalu kugesek-gesekan ke Vaginanya. Kutekan lagi… dan kutarik dan kugesek-gesek lagi di Vaginanya nya. Aksiku membuat dia meratap sambil merintih-rintih nikmat.

20 menit Aku memompa Vaginanya dengan kontolku, seperti ada sesuatu yang membuat liang Vagina-nya bertambah licin, dan makin lama Mbak Conny terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Lalu tiba-tiba kejantanan-ku terasa seperti disedot oleh liang senggama Mbak Conny. Tiba-tiba dinding-dinding Vagina-nya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali, bisa-bisa kalau begini terus aku bisa ngecrott cepet nih,“Sssss…Aghhhhhhhhhhhhhh…Mbak…ah…ah..keluar lagi nih,” ucapnya dengan keras. Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Mbak Conny, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Akhirnya Mbak Conny terkulai lemas, tapi kontolku masih tetap tertancap dengan mantap.

Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku, “Sssss… Oughhh… Aghhhh…, ” desah Mbak Conny sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kelaminku ke dalam liang Vagina-nya, pelan tapi pasti. Kepala Mbak Conny agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam. Kelaminku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam Vagina Mbak Conny, aku mulai menggerakkan kontolku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat.

Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya yang tadi. Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan Sexy,
“ Sssss… Aghhh… Oughhh… terus Ton… terus… Aghhh… Oughhh…, ” erang Mbak Conny. Beberapa menit berlalu, kemudian Mbak Conny merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantal dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada ranjang. Saat itu lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas, dan aku merasa kelaminku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun.

Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus. Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam pantat Mbak Conny dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang Vagina Mbak Conny. “crot..crot..crot,” Tubuhku terasa sangat lemas sekali.Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan Kontolku dari liang nikmat milik Mbak Conny. Dengan rasa kecapaian yang luar biasa Mbak Conny membalikkan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut, kami tertidur.

Kami bangun, dan makan. Aku meminta Mbak Conny menjaga kehamilannya, Ia menyetujuinya. Aku bahagia sekali dengan kehamilan Mbak Conny, aku meminta menikah secepatnya. Ia menolak karena masih belum liburan semester dan banyak kerja. “Kita menikah jika, kamu sama aku benar-benar siap,”katanya.

bersambung
 
Terakhir diubah:
Lanjutan
Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Mbak Conny, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Akhirnya Tante Wilda terkulai lemas, tapi kontolku masih tetap tertancap dengan mantap.



bersambung
Tante Wilda itu siapa ya?
 
Mba conny di rayu pake lagunya payung teduh ton.biar mau di kawinin.
 
Lanjutan

“Ton, kamu siap-siap ya. Sore nanti kita ke dokter kandungan?” ujar Mbak Conny menyambutku. Satu bulan berlalu, kandungan Mbak Conny memasuki bulan ke-4 dia makin manja kepadaku. “Oh, Iya mbak,”ujarku menanggapinya. Mbak Conny memilih pulang lebih awal, pakaian kerja dengan jas hitam dengan kemeja hamil warna pink dengan celana kerja senada dengan jasnya. Mbak Conny sudah percaya diri dengan kehamilannya, bahkan sebetulnya ia mengaku bahwa aku sudah menjadi suaminya kepada rekan kerja dan pegawainya. Kehamilan dirinya bahkan sudah diketahui keluarganya bahkan meminta mempercepat pernikahan kami. Aku menyetujuinya, tapi Mbak Conny entah kenapa menolaknya. “Nanti aja, pernikahan sederhana aja. Anton kan belum liburan, jadi mesti ditunggu,” ucapnya ketika aku diajaknya menginap di Bandung bersama orangtuanya.

Kami makan bersama, Mbok Inem sudah memasak makanan sesuai dengan pesanan Mbak Conny. “Makasih Mbok, udah repot bikini pepes Ikan Nila. Jadi repotin Mbok nih,” ujarku kepada Mbok Ijah. “Iyah, makasih Mbok. Namanya lagi hamil, ada aja ngidamnya,” ucap Mbak Conny menimpali. “Gak papa, Tuan dan Nyonya. Ini sudah bagian dari tugas saya. Melayani Tuan dan Nyonya, terlebih Nyonya sedang hamil, masih masuk akal kok,” tanggap Mbok Inem sambil mengambil sayur bayam di meja makan. Perempuan itu kemudian mohon diri merninggalkan kami. Kami makan dengan hidangan yang tersedia, setelah selesai Mbak Conny menuju kamar untuk istirahat. Aku memilih menonton TV sambil meminum es the manis diruangan tengah.

Waktu mulai sore, aku menaruh gelas bekas es teh kedalam dapur. Kemudian menaiki tangga menuju ke kamar. Aku melihat Mbak Conny sedang berkaca dan memandangi kaca. Bayangan ia dengan perut yang mulai membuncit. Aku tersenyum dan berjalan lalu memeluknya dari samping kemudian mencium pipi kanannya. Ia tersenyum, “Ton, kenapa ya sejak seks dengan kamu pas les itu. Mbak ketagihan terusnya?” ujarnya aku berjalan kebelakang Mbak Conny dan memeluknya didada. Kemudian tangan kananku turus ke perut mengelus perutnya. Kemudian mencium bahu kanannya. Mbak Conny melihatnya dan tersenyum, tangan kanannya ditimpakan diatas tanganku. “Lho Mbak pernah affair dengan orang lain?” tanyaku. “Gak ton, sekalipun gak hanya dua yang pernah menyetubuhiku. Kamu dan mantn suamiku. Hanya melihat kamu, olahraga dulu, hasrat mbak naik. Mbak tau prestasi rada turun karena banyakan main, makanya mbak manfaatin,” ujar Mbak Conny. Aku mendengarnya, aku terseyum juga. “Mbak udah sore, kita mandi yuk?” ajakku.

“Oke deh, kita udah lama kaya gini. Tapi kamu ton, baru ngajak sekarang bagimana Ton?” tanya Mbak Conny. Aku terkejut dengan pertanyaan nakal Mbak Conny kepadaku. “Yah, Mbak. Aku pikir mbak gak mau,” ucapku sekenannya. Ia mutar badannya. “Alasan aja,” katanya. Ia menarik tanganku dan kami berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, aku langsung membuka kaosku dan hanya mengenakan celana pendek. "Mbak, Ini kan hari ini aku bisa masuk ke dokter pas check kandungan? " kataku menanyakan, bulan lalu Mbak Conny pergi sendiri untuk cek hamil. "Iyalah, kamu mesti ikut dong. kamu tahu itu, perut ini bucit karena siapa? Kita udah buat sama-sama,” tanggap Mbak Conny dengan mesra. "Aku ingin memanjakan kamu Mbak. Dengan cara memandikan kamu mulai dari menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower," kataku lagi.

Aku mendekati Mbak Conny,dengan lembut aku mulai membuka hem pink Mbak Conny yang masih dikenakan saat itu. Di mulai dari membuka kancing atasnya secara perlahan, sambil aku memandangi wajahnya yang manis. Ia tersenyum ketika pakaian aku lucuti, Setelah kancing kedua aku buka, maka terpampanglah keindahan bukit payudaranya yang berukuran 30b itu mencuat keluar kontras dengan branya yang berwarna hitam. Aku menyelesaikannya dengan kancing terakhir, sembari aku mengecup kecil bukit payudaranya yang lembut. Kemudian aku melepaskan dua kancing tersisa, selepas itu Mbak Conny melepaskan hemnya dan menjatuhkan ke lantai. Tinggallah celana panjang hitamnya yang belum aku sentuh. Sesaat aku mengecup bibirnya yang menantang sebenar. Kembali dengan perlahan aku membuka Celananya, yang aku awali dengan menurunkan ziper disamping. "Srett.." bunyi ziper celananya ketika aku turunkan.

Dengan sekali gerakan, terlepaslah Celana Mbak Conny menyentuh lantai. Conny mengenakan CD warna hitam juga, yang dikombinasikan renda di pinggir dan di bagian tengahnya, sehingga terpampanglah dengan transparan rerumputan hitam lebat melalui renda Cdnya. Dengan kedua tangan aku melanjutkan menurunkan CD hitamnya dan terpampanglah pemandangan yang membuat aku menelan ludah beberapa saat dan membuat kontolku tergoda. Celana pendek yang aku kenakan telah menonjol sebelum aku melucuti pakaiannya, ditambah lagi sekarang dia sudah telanjang bulat di depanku. Aku menganjak masuk ke tempat shower, dengan lembut aku mulai menyiramkan air dari shower ke seluruh tubuhnya. Yang aku lanjutkan dengan mulai menyabuni punggungnya, pinggulnya yang bahenol, serta betisnya yang jenjang. Yang membuat Mbak Conny menggelinjang pelan.

"Ohh.. Ton.." desahnya pelan. Setelah bagian belakang selesai aku sabuni, tinggallah bagian depan yang membuat kontolku semakin menengang. Aku mulai menggosok bagian lehernya terlebih dahulu, karena aku tahu, bagian ini merupakan bagian yang cukup sensitif di samping bagian sensitif yang lainnya yang ada di tubuh Mbak Conny. Perlahan tanganku mulai meraba sedikit demi sedikit leher jenjang nan mulus miliknya, dengan telapak tanganku yang penuh dengan busa sabun. Terkadang terdengar desahan lembut Mbak Conny yang menikmati setiap gerakan tanganku yang menelusuri permukaan kulit halusnya. "Ohh..Ton….oh..oh….mmmhmm," desahnya lembut.

Kemudian tanganku bergerak turun ke arah dadanya yang membusung dan licin sembari kembali menuangkan sabun cair di sekitar payudaranya sekaligus ke putingnya yang mulai menonjol keras.Sengaja gerakan tanganku di dadanya sedikit melambat, hal ini aku lakukan sekaligus menyabuni dan merangsang payudaranya secara lembut. Kembali desahan lembut terdengar olehku."Ohh..,Mas..oh..oh…Teruskan"desahnya dengan mata terpejam."Ohh..Ton.. ooh…mhhh…oh..loh..teruskan"desahnya dengan mata terpejam. Setelah cukup bermain di bagian dadanya, kembali tanganku bergerak turun ke arah perutnya yang membuncit yang hanya beberapa saat. terakhir didaerah yang berbulu lebat nan hitam, tapi tertata dengan rapi menyerupai bentuk CD. Aku menuangkan sedikit shampoo ke tanganku, kemudian aku lanjutkan dengan menggosok bukit vaginanya dengan lembut.

Sesekali tanganku menyentuh klitorisnya lembut yang menimbulkan sensasi tersendiri buat Mbak Conny. "Ssshshshshsh.." desisnya pelan. Tak lama aku lanjutkan untuk menggosok untuk lebih ke bawah lagi yaitu di bagian pangkal pahanya yang mulus dan aku menyelesaikan tugas terakhir memandikannya di bagian betisnya yang bak bulir padi itu. Setelah semua bagian tubuh Mbak Conny penuh dengan busa sabun, kembali aku menyiraminya dengan gagang shower ke seluruh permukaan tubunya untuk tahap akhir, sebelum aku mencumbu tubuhnya.”Enak Ton, makasih ya,” ucapnya manja.

Kemudian aku memeluk tubuh Mbak Conny dengan mesra, sembari membimbingya untuk duduk di pinggiran tembok kamar mandi. Aku menaruh Shower ke atas, kemudian menyalakannya kembali. Kemudian aku membuka Celana ku yang sudah basah, dan membuangnya ke lantai. Aku turun dan jongkok, Mbak Conny membuka kedua kakinya dengan lebar dan tangan kanan mengengam tiang handuk sementara tangan kiri mengengam pintu ruang Shower. Mulutku mencium paha dan selangkanya yang harum itu, kemudian lidahku mejilati permukaan memeknya. Mbak Conny mengejamkan matanya memulai menikmatinya, Lidahku begerak naik menelusuri betisnya yang jenjang dan berakhir di pahanya yang mulus. Gerakan lidahku semakin liar namun lembut, setelah sampai di pangkal pahanya. Aku menjulurkan lidahku kembali ke arah lekukan pangkal pahanya dan hal ini berpengaruh sekali untuk tubuh Mbak Conny menerima rangsangan dariku.

“Oh…mmphh…oh…Ton….enak…terusin..oh…mmmph..”desah Mbak Conny mengema di kamar mandi. Aku tahu kalau Mbak Conny begitu menikmati dan suaranya parau namun terdengar cukup sensual. Selanjutnya dengan gerakan mantap aku julurkan lidaku menerobos liang vaginanya yang mulai basah oleh lendir kenikmatan yang keluar dari vaginanya. Tiba-tiba gerakan tangan Mbak Conny begitu cepat merengkuh belakang kepalaku dan menariknya untuk lebih dalam ke permukaan vaginanya.

10 menit berlalu, Mbak Conny akhirnya orgasme. “Mmmmh….oh…..Ton, a…oh…..ku keluar….ohh…mh…” desahnya. Bersamaan dengan itu Cairan kewanitaan keluar aku minum, kemudian berdiri, aku menciumnya, sementara tangan kananku mengarah Kontolku yang sudah maksimal masuk kedalam memeknya. “Jbles.” Kontol masuk kedalam memekya, kemudian ia mendesah. Aku menciumnya dan kedua tanganku menarik kedua tangan ke atas menyandar ke tembok. Mbak Conny kemudian melepaskan ciuman kemudian mendesah, “Ah…ahh…oh..oh..Ton…oh…ter..us….oh…Ton…terus..” desahnya. Aku makin bersemangat dan mempercepat tempo. pelan mulai kugenjot keluar masuk memeknya. "oh…ah…ah…ah…ena…oh…k banget..oh….Ton,” ungkapnya menikmati permainanku. Aku juga merasakan nikmatan yang memanjakan setiap ia menikut mengoyangkan pantatnya. “Ton....oh…”desahnya lagi, akupun mendesah pula, “oh…Mbak…en…oh…ah…oh…ank,” desahku tidak karuan.

Matanya tetap melotot setiap kali kepala kontolku masuk mentok ke memeknya
"oh.....ah,….....mhh…mh,,,mmm...." setiap kali kugenjot memeknya Mbak Conny terus mendesah dan teriak Aku senang sekali dengan dia berisik ketika disetubuhi. "Ah.. ah.. aawww.. arghh.. oh..ohh..Ton….ka…mu…oh…me…ah…mang..he….oh…hebat..! Mbak..oh…ah..udah sampai dua.. kali.. keluar.., tapi.. kamu.. masih tegar.. argh.. sshh.." desah Mbak Conny. "Ah..o..h…Mbak.. Anton…oh…ju…ga…sudah.. mau keluar.. Mbak.. agh.." desahku sambil menjawab pertanyaan. Aku berusaha kosentrasi, dua puluh menit kemudian, aku klimaks. Aku mengeluarkan kedalam memeknya. "Crot.. crot.. serr.. serr.. agh.. aghr.. agh.. mbak.. Mbak Conny..memeknya memang.. luar biasa.. argh.. argh.." desahku sambil sprema masuk kedalam Vaginanya. "Ahh.. ahh.. Ton.. air mani.. kamu.. hangat.. sekali.. ahh.. Mbak.. jadi segar dan pu..as.. rasanya..,” jawab Mbak Conny.

Cairanku dengan derasnya membasahi lubang memek, sehingga agak meluber dan kelantai. Kami memisahkan diri untuk mengatur nafas dan kemudian mandi. Ternyata 2 jam lebih kami ada kamar mandi. Kemudian kami bersiap-siap ke dokter. Mbak Coony awalnya kesal karena terlambat, ia memang belum janji dengan dokter tapi jika sore mungkin akan mendapat urutan awal. Aku menemani Mbak Conny, kebangaan ku dapat mengantarkan Mbak Conny chek-up kehamilannya. Ternyata kandungan baik, dan cukup sehat. Kami pulang, kemudian makan dan istirahat. Besoknya kami sepakat untuk mengunakan jadwal untuk bersetubuh. Karena takut akan kehamilan yang masih muda, serta memiliki kesibukan masing-masing. Meski sejatinya kami sulit melepaskan diri untuk sering berhubungan, untuk Mbak Conny merasa bahwa kehamilannya ikut menaikan birahinya, namun ia menyadari kandungan masih usia muda dan baiknya menahan diri.

Namun perjanjian hanya bertahan seminggu, karena kami tidak dapat menahan diri untuk berhubungan. Hal itu terjadi kala aku menemani Mbak Conny untuk diminta untuk menemani ke kantor. Rupanya itulah alasan, “Ton, kamu mau antarin mbak ke kantor?” tanya Mbak Conny kepadaku yang baru bangun. “Kenapa mbak?” tanyaku penasaran. “Gini Ton, kemarin ada barang mbak ketinggalan diruangan. Jadi sekarang mbak perlu,” jelas Mbak Conny. “Okay Mbak, saya antarkan.” ucapku. Aku awalnya bingung, kenapa Mbak Conny memakai baju kantor untuk ke kantor dihari libur. Namun karena kebutuhan aku mengantarkannya, sesampainya di Kantor hanya ada staff keamanan. Semua pegawai bisa ada sudah pulang, wajar saja. Kami sampai pukul 9.00 pagi.

Mbak Conny memberikan amplop kecil berjumlah 10 kepada kepala keamanan, aku tidak mengetahuinya karena Mbak Conny membuka pintu dan berjalan ke pos Satpam. Kemudian kembali, “Mbak kenapa?, bahaya lho nanti bayi kita sakit,” ucapku. “Khawatir ya, gak papa kok,” ucapnya menghilangan kekhawatiranku. Aku memakirkan mobil dan keluar menuju gedung. Kami naik lift dan menuju lantai 5 merupakan lantai tempat ruangan Mbak Conny berada. Begitu sampai, Mbak Conny memintaku masuk dahulu, kemudian ia masuk dan mengunci pintu ruangan. Sementara aku kaget berbalik badan saat akan mencari barang yang dicari. Mbak Conny berjalan dan mendekapku. “Berikan kenikmatan yang sudah 1 minggu hilang dalam hidupku” rengeknya.

“Mbak…” ucapku belum selesai menjawab, bibirnya yang liar mulai mengoyak bibirku yang masih tertegun dengan apa yang sedang terjadi. Mbak Conny mendorong hingga jatuh ke Sofa. Jari Mbak Conny yang lentik mulai memereteli satu persatu kancing blusnya, sambil bibirnya memegut bibirku tiada hentinya. Kontolku ku berontak, ingin lepas dari Celana Dalam yang membatasinya. Goyangan pantat Mbak Conny diatas pangkuanku, membuat semakin tegang penisku. Aku terhanyut dengan keadaan tersebut dan lupa jika itu aku lakukan dikantor, ditempat kerjanya. Tanganku bergerak bagaikan seperti dikontrol, menggerayangi punggung Mbak Conny. Dan sesekali memainkan jariku dengan nakal, sehingga menimbulkan reaksi yangluar biasa pada tubuh Mbak Conny. Wajahku dibenamkan ke permukaan dadanya dan tangannya meremas, menjambak rambutku yang sedikit gondrong. “Sss.. Ton.. Ooohh.. ” desah Mbak Conny megejamkan matanya. “Ton.. Beri aku kenikmatan.. ” rintihnya. Aku sudah tidak sabar ingin melihat bongkahan daging dibalik Branya yang ukuran 30 B. Jari jemariku sudah hapal betul untuk mengetahui letak pengait BH, maka dengan mudah aku bisa melepasnya.

Alamak. Sepasang bongkahan daging menantang di depan mataku dengan kedua puntingnya yang berwarna merah kehitam-hitaman. Tanpa dikomando, bibirku yang sedikit sensual mulai menyentuh permukaan payudaranya. “Uggh.. Ton.. Teruss.. Uughh” tubuh Mbak Conny menggeliat saat lidahku mulai bekerja menjilati payudaranya. Geliatan tubuh Mbak Conny diatas pangkuanku membuat aku semakin berani mengoyak dadanya, puntingnya yang mengeras tidak lupa aku isap dalam-dalam. Sesekali aku gigit puntingnya yang mengencang, liarnya lidahku memainkan kedua puntingnya membuat birahi Mbak Conny semakin menggebu. Lidahku dengan liar menjilati, mengulum, menghisap, puntingnya dengan lembut sehingga membuat gerakan Mbak Conny dipangkuanku semakin liar. Disaat aku rasa libidonya mulai menanjak, aku mengangkat tubuh Mbak Conny untuk duduk di bibir meja kerjanya. Keadaan Mbak Conny yang setengah bugil membuat aku sangat bernafsu sekali menyetubuhinya.

Setelah Mbak Conny duduk di tepi meja, kakinya yang jenjang dibuka dan dijejakkan pada pegangan kursinya. Terlihat jelas CD transparan yang sudah mulai basah oleh cairan yang menetes dari lubang vaginanya. Aroma wangi, muncul dari arah lubang memek Mbak Conny. Posisiku yang duduk di kursi seperti semula, memudahkan aku untuk mulai menyerang bagian memek Mbak Conny. Hanya sedikit membungkukkan tubuhku, bibirku sudah tepat berada di depan Memek Mbak Conny. Lidahku yang panjang mulai menjilati permukan CD Mbak Conny yang sudah ditembus oleh cairan kenikmatnya. “Aoow.. Ton.. Ggellii” desah Mbak Conny kegelian. Kedua tanganku memegang erat pinggul Mbak Conny, sehingga wajahku bisa benar-benar optimal di selangkangannya. Jilatan lidahku di permukaan CD Mbak Conny, dirasakan menghentak-hentak birahinya. Ini terbukti dengan gerakan tubuhnya yang sedikit kayang, ketika jilatan aku semakin menjadi.

Disaat posisi kayang inilah, kesempatan tidak aku sia-siakan untuk melepas CD dengan motif rendra yang digunakan oleh Mbak Conny. Untuk memudahkan permainan, aku hanya melepaskan Celana Panjang yang dikenakan Mbak Conny. Begitu pula dengan CDnya aku lepas seluruhnya, Celana Panjang dan CD aku taruh dilantai. Belahan yang nampak jelas diselangkangan Mbak Cnny dan ditumbuhi rambut-rambut yang terawat, membuat birahi spontan merasuk ke seluruh tubuhku. Lidahku yang dari tadi sudah ingin menikmati lubang itu langsung mendarat dipermukaan vagina Mbak Conny. “Ton.. Adduh.. Aaku.. nggak.. Tahann.. Uuuhh” rintihnya.
“Gila.. Kamu ton.. Ooo teruss..” berkali kali Mbak Conny merintih. Klitoris Mbak Conny yang semakin memerah karena hisapan bibirku, semakin nampak membesar sebiji kacang sehingga memudahkan aku untuk menghisapnya dalam-dalam.

Sudah tidak terhitung lagi berapa kali tubuh Mbak Conny menggelinjang dengan posisi kayang. Detik-detik orgasme akan diraih ole Mbak Conny dan aku tahu persis indikasi itu, dan ketika posisi kayangnya tinggi. Aku langsung menahan pantatnya dengan bertumpu siku tanganku diatas meja. “Ton.. Mbak.. nggak tahan.. Akuu.. Gaa..” rintih Mbak Conny. “Ton.. Aaampunn” seiring rintihan panjang tersbut, tubuh Mbak Conny mengejang dalam posisi kayang. Cairan bening keluar dari sudut memeknya. “Crutt.. Crut.. Crutt” cairan itu tidak aku lewatkan setetespun untukmasuk dalam mulutku. Lidah berputar-putar di datas bibir vaginanya dimana cairan bening Mbak Conny muntah untuk kali ini. Dengan lahapnya aku menelan semua cairan yang dimuntahkan ole Mbak Conny.

Walaupun aku tahu Mbak Conny sudah orgasme untuk yang pertama, lidahku yang bandel tetap saja memainkan clitorisnya. Terkadang lidahku bergerak keluar masuk mengoyak lubang vagina Mbak Conny, dinding-dinding vagian Mbak Conny yang mengencak setelah orgasme pertama terasa asin dan manis. Setelah 5 menit beristirahat, kami melihat jam. Sudah pukul 12.00 berarti dua jam ketika melakukannya. Aku mengedongnya dan menidurkan di Sofa. Setelahnya aku menyiapkan Kontolku masuk ke memeknya. Dengan tersenyum menahan birahi, Aku naik ke sofa mendekati wajahnya. Kami berciuman, sementara aku menyiapkan permainanku. Dengan posisi masih di atas, tangan kananku kemudian memegang batang kemaluanku, lalu membuka lubang memeknya. Dengan sekali sentakan, batangku sudah masuk seluruhnya.

“Uuuhhh.., sshhhh..!” Mbak Conny melenguh kenikmatan sambil memejamkan matanya, rambutnya terkumpul disofa. Pantatnya perlahan, meski tidak cepat. Aku membantunya dengan batang kemaluaku juga mengerakan pantatku. Karena sedikit sulit, aku memengangkat tubuh Mbak Conny dan meminta mengalungkan tangan dan kakinya pada leher dan pingangku. Aku duduk di berdiri disamping sofa dan memulai permainan menjelajahi memeknya. Makin lama gerakan Mbak Conny semakin cepat, aku juga semakin keras menekan batang kemaluanku, tangaku menelusuri tubuhnya yang sudah penuh dengan keringat. Kadang kuremas kedua bukit kembarnya, sekali-kali aku pelintir kedua puttingnya. Mbak Conny terus saja menggelinjangkan tubuhnya, kulihat Mbak Conny merem-melek juga dalam malakukan gerakannya itu.

“Ooohhh.., Tonnnn..! Enak sekali ton .., ssshhh..,”Mbak Conny mendesah kembali.
“Kamu cantik sekali Mbak.., Aku sayang Kamu..!” kataku sambil menarik kepalanya untuk mendekati wajahku.Lalu kucium bibirnya. Akibat gerakan-gerakan yang dilakukan Mbak Conny, akhirnya aku tidak kuat juga.”Aaahhh.., Mbak, Aku hampir keluar Sayangg..!” kataku.”Ssshhh.., aahh.., Aaaakuu juga Ton.., bentar lagi.., aakhh.. terus Sayanng.., terusss..!” ucap Mbak Conny sambil terbata-bata menahan nafsu. Makin kupercepat tempo gerakanku, yang pada akhirnya aku sudah tidak kuat lagi. Kurangkul tubuhnya erat-erat, tampaknya Mbak Conny juga sudah pada klimaksnya, yang akhirnya.”Aaahhh.., aakkhhh..,” kami keluar bersamaan disertai desahan yang panjang.Kupeluk tubuh Mbak Conny dengan erat, begitu juga dengan Mbak Conny sambil menikmati sensasi-sensai yang tidak bisa dibayangkan. Kemudian aku Menidurkan Mbak Conny ke Sofa dan aku terduduk di sofa depannya.

30 menit kemudian, kami berpakaian, lalu pulang. “Ton, Mbak Puas. Semoga setelah menikah kita tetap panasnya,” ujarnya. Aku tersenyum, lalu mendaratkan tangan kiriku keperutnya. “Iya mbak,” ucapku. Pernikahan akan terlaksana dua bulan lagi, entah bagimana kehidupanku selanjutnya.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantap... thanks updatenya suhu... lanjutannya jangan kelamaan ya suhu hehheheh
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd