wajar22
Semprot Lover
- Daftar
- 8 Aug 2017
- Post
- 214
- Like diterima
- 1.164
Lanjutan
“Beneran Mbak?” tanyaku, aku terkejut dengan apa yang kudengar dari perempuan yang kucintai. Sejujurnya aku malahan senang dengan berita ini, tapi aku masih kuliah dan berita ini terkesan medadak. “Mbak belum yakin sih, ini dugaanku. Gejala mual ini udah dua hari, makanya karena mbak kurang enak badan jadinya pulang,” katanya. Aku menjadi tidak enak, aku mengambil Handphone dari kantongku. Aku mengirim pesan ke temanku, bahwa pacarku sakit. “Bagimana mbak kita ke dokter?” ajakku, “Gak usah ton, mbak mau istirahat aja,” dengan tenang. Aku pun keluar dari ruangan, aku masih menimbang untuk pergi atau tetap disini. Hal ini ditambah dengan kemungkinan hamilnya Mbak Conny.
Aku pergi ke meja makan, makanan sudah tersedia. Aku mencoba makan, Handphone berbunyi. Aku mengambilnya, untuk melihat pesan. Temanku mengabarkan bahwa naik gunung terpaksa ditunda, karena tiket ke Malang habis dan senin uang patungan kami akan dibagikan. Aku tersenyum, setidaknya aku tidak jadi berangkat karena keadaan bukan aku membatalkan. Aku ingat mbak Conny. Aku berpikir lebih baik aku menengok keadaannya, dan juga membawakan makanan padanya. Setelah selesai, aku membawa piring ke dapur. Mbok Inem menanyakan, “Tuan, Nyonya sakit perlu dibawa makanannya?” tanya Mbok Inem penuh perhatian. “Mbok, siapin saja makanannya dan nampannya. Biar saya yang bawa, ke atas,” ujarku. Aku keluar dapur, menunggu meja makan smabil duduk. Mbok Inem menyiapkan makan diatas nampan,begitu selesai aku mengambilnya.
Aku mengangkatnya dan membawa kekamarku. Mbak Conny terbangun dan bertanya saat pintu kamar kubuka. “Siapa ya?” tanyanya. “Aku mbak, bawain makanan,” kataku dengan singkat. “Aduh Ton, Mbak belum nafsu makan. Nanti aja deh kalo beneran lapar,” katanya menolak makanan yang aku bawa. “Emangnya Mbak tadi pagi makan?” tanyaku. “Belum ton, Mbak gak nafsu makan udah dua hari ini. Dari kemarin mbak cuma makan sop ikan aja itupun malam. Pagi dan Siang makan buah aja,” jelasnya. Mendengarnya aku makin khawatir dengan kesehatanny, “Mbak jangan begitu, makan aja dulu. Biar ada tenaga, biar abis makan tidur lagi,” ujarku memintanya untuk makan. Nampan aku taruh dipahaku, dengan menyendok nasi. Aku menyuapin Mbak Conny.
Aku berusaha bagimana Mbak Conny bisa makan dengan lebih banyak. Karena mendengar pengakuan tentang sop ikan, berarti semalam Mbak Conny makan malam tanpa nasi. Aku juga mengingat bahwa semalam Mbak Conny juga mual. Namun sepertinya hari ini lebih dari kemarin. “Ih, Kamu mau suapin aku? Kok dadakan jadi romatis sih?” tanyanya dia dengan nada cukup manja. “Gak papa mbak, setidaknya mbak mau makan. Soalnya aku khawatir,” kataku. Mbak Conny menerima suapanku. Ia tersenyum melihat perhatian cukup besar kepadanya. “Kamu gak jadi naik gunung?” tanya Mbak Conny sambil mengunyah makanan yang kusuap ke dia. “Gak jadi, habis bagimana sayangku lagi sakit aku enakan di Gunung,” ucapku, mendengar itu ia tersipu malu.
Baru 5 sendok makan, rasa mual datang ke mulut Mbak Conny. Ia pergi ke kamar mandi dan muntah di wastafel. Aku menaruh makanan di kasur, lalu pergi mengejar Mbak Conny. “Hoek..Hoek…Hoek,” ujarnya. Aku tidak tega, aku mengampiri dan memijat badannya. Setelah selesai dan kumur-kumur. “Mbak, kita ke dokter aja ya. Biar ketahuan sakit maag atau masuk angin,” kataku kepadanya. “Jangan dulu, aku belum siap. Gimana kamu beli obat aja?” tanya padaku. “Tolak angin aja,” kataku. Aku mengamati seluruh badan Mbak Conny. Badan mbak Conny memang sedikit gemuk, “Kenapa kamu ton?” tanya Mbak Conny. “Gak papa Mbak, okay kita lanjutin makan lalu aku pergi cari obat. “Obat Maag sama Mual aja,” pintanya
Aku menganggukan kepala, aku kembali meyuapi Mbak Conny berberapa suap nasi. Setelah itu keluar untuk memberikan piring ke Mbok Inem. “Bagimana Tuan, Nyonya keadaannya?” tanya Mbok Inem. “Masih Mual, aku tadi maksa buat dimakan. Ini aku mau beli obat,” ujarku. Aku keluar, memakai helm dan menyalakan motor. Aku pergi klinik terdekat, Aku membeli obat maag yang berbentuk sirup dan testpack. Testpack aku beli hanya jaga-jaga itupun aku menyembunyikan dikantong. Lalu menyalakan motor untuk kembali ke rumah, sesampainya dirumah. Aku naik kelantai atas dan menuju kamar. Rupanya Mbok Inem sedang memijat Mbak Conny. Setelah selsai, aku membuka botol dan menyedokan obat pada Mbak Conny, ia meminumnya.
Mbak Conny kemudian tidur, 1 jam kemudian ia bangun karena ingin buang air kecil. “Mbak, bagimana dites dulu. Mumpung mbak mau kencing,” ujarku. “Mmm, Bagimana ya Ton. Mbak takut nih sama hasilnya,” katanya. “Makanya coba mbak dicoba dulu. Kalau minum obat nanti malah bahaya,” kataku lagi. “Okay deh, kamu punya gak?” tanya Mbak Conny. Aku mengeluarkan Testpack yang aku beli tadi dari kantong celana, dan memberikannya pada Mbak Conny. Mbak Conny terdiam sebentar, kemudian ia berkata. “Kaya gak hamil ton, mungkin masuk angin dan stress aja makanya 3 bulan ini mbak juga gak dateng bulan. Pernyataan Mbak Conny menyakiniku dia hamil, namun memberi keyakinan ia hanya sakit.
Mungkin saja Mbak Conny memikirkan aku akan meninggalkan jika ia hamil. Aku merasa sebaliknya aku merasa bangga jika berhasil menghamili Mbak Conny. Namun jika bisa memilih aku ingin menikahinya, “Cobalah Mbak, aku mohon. Setelah itu apapun hasilnya semua terserah Mbak,” kataku. Mbak Conny akhirnya menyetujuinya, ia mengambil gelas kosong. “Kita lihat samaan ya?” pintanya. Aku menunggu dikasur, Mbak Conny meminta untuk membawa testpack itu. Ia pergi ke kamar mandi untuk kencing. 6 menit kemudian ia kembali dengan gelas dibawanya. Aku memuka testpack dan mengambil kertas cukup kecil yang digunakan untuk test. Aku mengambil gelas itu, bau khas air seni cukup menyengat. Mbak Conny mematikan AC, dan kami membawa dahulu petunjuk.
Setelah selasai, aku langsung memasukan kertas itu kedalam gelas yang berisi air seni. Setelah itu mengeluarkan kembali lalu menaruh gelasnya dimeja disampingku. Kami menunggu sedang wajah cukup tegang. “Ton, kamu liat duluan aja. Aku ngga berani lihat". Aku mengarahkan testpack ke arahku. Sinar matahari sore membantuku untuk melihat testpack itu. 10 menit kemudian, perlahan terlihat 2 strip di testpack tersebut. Aku merasa bahagia, namun aku mencoba menampakan aksi diamku. “Bagimana hasilnya Ton?” tanya. Aku menoleh ke arahnya, “Mbak pasti udah tahu kan?” tanyaku lalu memeluknya dan mengecup kening dan perutnya. “Aku hamil, Aku masih belum yakin benar,” ujar Mbak Conny.
“Kenapa Mbak, Mbak malu punya anak dari saya?” kataku bertanya. “Bukan begitu Ton, Mbak hanya berpikir pas nikah gak hamil suamiku pergi. Sekarang Mbak hamil, jujur Mbak belum bisa nerima ini, terlebih kamu akan meninggalkan Mbak,” kata Mbak Conny. “Sama sekali gak mbak, okay kita ke dokter deh,” kataku. Mbak Conny menyetujuinya, ia pergi mandi dan menyiapkan diri. Aku pergi ke dapur membuang air seni Mbak Conny dan mencuci gelas tersebut. Kemudian kembali ke kamar, baru 3 menit kembali kamar. Mbak Conny keluar hanya memakai handuk, ia melepaskannya. Badan makin seksi terutama bagian payudara dan perut yang bertambah besar. Perutnya sedikit membesar.
Aku tergiur dengan badannya telanjang didepan mataku, namun aku berusaha fokus. “Ah…nanti sajalah,” ucapku dalam hati. Aku pergi ke Kamar Mandi untuk mandi, 10 menit kemudian aku keluar dan berpakaian. Mbak Conny memakai pakaian cukup seksi, Ia memakai kemeja tanpa lengan warna biru dan rok warna putih. Aku pun dengan cepat berpakaian, dan berangkat menuju klinik tempatku membeli obat tadi. Kebetulan sepi, kami langsung mendaftar dan masuk kedalam ruang tunggu. Ruangan cukup sepi, namun sebentar berberapa orang datang untuk melakukan pemeriksaan. Sambil menunggu panggilan, kami ngobrol dengan suara pelan. Mbak Conny masih saja mendebatkan ia hanya masuk angin. Namun keyakinanku Mbak Conny hamil masih besar.
“Bu Conny…Bu Conny” panggil perawat. “Iya..” kata Mbak conny, aku bangkit ketika Mbak Conny bangun dari kursi tunggu. “Kamu tunggu disini aja ya?” katanya, aku meminta menemaninya namun ia menolak dan meminta menunggu diluar. 30 menit kemudian, Mbak Conny keluar, membawa map. “Bagimana mbak hasilnya?” tanyaku. Ia berjalan kearahku dan memelukku ia menangis. “Aku hamil ton, aku hamil,” katanya menangis dipelukanku. “Mbak ngomong didalam mobil aja ya” ajakku. Mbak Conny mengangguk setuju. Kami berjalan menuju parkiran dan masuk mobil. “Ton, kamu gak tinggalin Mbak kan? Mbak gak bisa hidup tanpa kamu Ton. Mbak hamil anakmu,” kata Mbak conny. Aku diam mendengar pendapatnya itu.
“Mbak sebenarnya senang punya anak, apalagi dari kamu,” ujarnya lagi. Aku masih diam, sambil menyalakan AC Mobil. “Ton, kamu kenapa? Kamu gak suka, Mbak hamil. Kalo gitu kita cari dokter buat gugurin aja, kalo kamu belum siap,” katanya. “Lho Mbak kok ngomong gitu, aku senang kok mbak hamil,” kataku, aku menunjukan antusiasku menunjukan untuk menimpali rasa senang Mbak Conny. “Sekarang, tubuh dan hati Mbak punya kamu mbak ikutin kemauan kamu,” kata Mbak Conny mengengam tanganku. Kami berpelukan lalu berciuman,Mbak Conny yang memulainya aku membalas dengan cukup bernafsu. Aku mengajak Mbak Conny makan diluar malam itu malam minggu. Kami makan disebuah tempat makan, yang cukup murah.
Kami makan cukup banyak, Mbak Conny akhirnya bisa makan dengan cukup nyaman tanpa khawatir mual. Ia memesan Gurame Asam Manis, sedangkan memesan Nasi Goreng. Setelah selesai makan, Mbak Conny meminum obat mual dan vitamin kemudian kami pulang. Sampai dirumah aku memgedongnya hingga masuk kedalam kamar. Aku menaruh dikasur, kemudian henndak bangkit Mbak Conny menahanku dan menariku. Mbak Conny menciumku,ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora yang sangat ia menantikan. Tidak perlu banyak waktu untuk membangitkan gairah Mbak Conny. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadaku, sehingga lidahnya langsung menyambut saat Lidah Mbak Conny mulai mengajaknya bermain-main. Aku mulai naik ke ranjang.
Bibir Mbak Conny termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai bergerak. Selain berciuman, kami berguling-guling diatas kasur, hal ini membuat ciuman kami semakin panas. Awalnya kami hanya berciuman dan berpelukan bau parfum menebar dari Mbak Conny masuk hidungku, sama dengan parfumku yang baunya cukup nyaman dihidung perempuan. Tangan ku tak tahan untuk tidak mengelus-elus tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas. “Mmmh… Mmhhh…” Elusan tanganku makin mengarah ke dada Mbak Conny, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu. Perempuan itu mengejang karena rasa nikmat yang melandanya. “Mbak, udah ganti ya ukurannya,” kataku. “Mmmmhh….eh…iya…30b,” jawabnya.
“MMhhh…oh…Ton..Terus…oh….mmmmh…oh….” desah Mbak Conny berlanjut. Aku makin giat memainkan payudara Mbak Conny. “Ton,ohh…terusin..dong….ayo..oohh…kamu memang jago…oh…ah…ya…! oohh…. aahh… ssstt… aahh…,” desah Mbak Conny lagi. Aku meciumi lehernya yang putih. sementara tanganku semakin rajin mengelus dan meraba bahunya. Saat itu terdengar desahan lirih, “aaaaahhhh… aaaahhh…. ooohhh….” desah Mbak Conny makin merancau. Kedua tangannya menjambak rambutku, kubuka perlahan-lahan kancing keja birunya tubuh Mbak Conny semakin terbuka. Aku mencium dada turun perutnya, tempat anakku beada. Anak yang berusia 3 bulan, jadi persetubuhan awalku dirumah ini membuahkan hasil. Tanganku bergerak ke balik punggungnya. Aku membuka kaitan BH-nya berwarna hitam. Setelah aku membukanya terlihat Payudara yang menjulang.
Aku membuka Roknya dan Celana dalam, kudiam mengamati setiap jengkal tubuhnya. Nafsu naik, Kontolku beraksi keukuran maksimal. Pakaian Mbak Conny ku taruh ke lantai, aku juga membuka pakaianku, lalu kembali ke ranjang. Kugeser kembali tubuhku menindihi tubuhnya. kupegang kepalanya dengan lembut, dan mengarahkan bibirku kemulutnya. Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu. Kedua tangan Mbak Conny berusaha melingkar dipingangku. Setelah itu, aku kembali menjelajahi lehernya dengan lidahku. bagian belakang kupingnya. Aku juga menciumi dan menjilati bagian belakang kuping yang merupakan titik kenikmatan Mbak Conny. Tubuh Mbak Conny menggelinjang-gelinjang, matanya merem sambil menggigit bibirnya sendiri. Ia berdesah tertahan, ”Ton… aahhh…. ooohhh…. Ton… aaahhhh… mmmm…. su..su..dah…teruskan…aahh… oh..oh..nik…mat…Tonn… ohhhh…ahhhh …a..aa…aa..hhh….” desah mbak Conny makin kenikmatan.
Desahan itu membuatku makin bersemangat, Payudara yang putih bersih dengan putingnya yang kecil berwarna agak kecoklatan. kusambut kedua gundukan daging itu dengan remasan dan mulutku. Aku menjilat dan menciumi kemudian mengigiy dan menyedot puting yang ranum itu. Desahan Mbak Conny terdengar lirih.”Aaahhh….ooohhh…..ooohhh….ooohhh…mmmmmhhmm…ooohhh…mmmmm…. “, desah Mbak Conny sambil kedua tangannya mencengkeram rambutku dengan kuat. Kepala bergerak kesana kemari matanya merem melek merasakan kenikmatan. payudaranya terus kuremas-remas… dan kuciumi lalu kuurut-urut. Aku terus menelusuri setiap lekuk tubuh Mbak Conny dengan mulutku, kujilat-jilat puting dan perutnya secara bergantian. Melihat Mbak Conny mulai kecapaian, aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air lalu memberikanya padanya. Aku juga mengambil gelas dan mengisi dengan air dan meminumnya.
Kami berkeringat, Mbak Conny merasa mual dan pergi kamar mandi untuk muntah dan kumur-kumur. Aku mengambil handuk dan mengelap tubuhku dan tubuh mbak Conny. Aku menyemprotkan kamar dengan pengharum ruangan dan menidurkan Mbak Conny lagi, nafsu kami masih ada. Sulit untuk dibiarkan saja. Aku duduk diranjang disebelah kanan Mbak Conny, tangan kananku mengelus dan meraba-raba paha kirinya. Aku naik keranjang diatas badannya, Kuletakkankedua telapak tanganku dengan perlahan dikedua pahanya, kuusap-usap dengan lembut. Kugesek-gesek jari tengahku di lubang Vaginanya. Tubuh Mbak Conny tiba-tiba tersentak,ia mendesah kenikmatan”Ton…oohhh…mmhhmm…. oh..…. mmhmm… oohhh…aaahh… Ton…. mmmhhmmm… mmmhhmm…..”, desahannya merintih keenakan. Kuangkat kaki kanan lalu Kaki kirinya lalu kuletakkan di atas bahuku.
Kedua pahanya semakin merenggang, lalu kugenggam batang kontolku, kuarahkan kepalanya tepat di depan lubang vaginanya. bulu-bulu tipis halus terasa menyentuh tanganku. Vagina Mbak Conny terlihat jelas… bulu memeknya yang tipis dan halus tak, kudorong pantatku dengan sepenuh perasaan perlahan. Kepala kontolku mulai menyentuh bibir vaginanya masuk sedikit demi sedikit.”Arggh…oh…ohh..oh…” desah Mbak Conny. Kontolku semakin berdenyut-denyut,ketika kepala kontolku masuk tubuhnya tersentak. Mata mendadak terbuka, ia kaget. Kedua tanganya mencakar sprei. Aku leluasa memberikan pompaan, sedangkan tanganku kepas dari Kontolku. Dorongan dari pantatku terus menggerak-gerakkan kontolku. Kutekan sedikit kutarik lalu kugesek-gesekan ke Vaginanya. Kutekan lagi… dan kutarik dan kugesek-gesek lagi di Vaginanya nya. Aksiku membuat dia meratap sambil merintih-rintih nikmat.
20 menit Aku memompa Vaginanya dengan kontolku, seperti ada sesuatu yang membuat liang Vagina-nya bertambah licin, dan makin lama Mbak Conny terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Lalu tiba-tiba kejantanan-ku terasa seperti disedot oleh liang senggama Mbak Conny. Tiba-tiba dinding-dinding Vagina-nya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali, bisa-bisa kalau begini terus aku bisa ngecrott cepet nih,“Sssss…Aghhhhhhhhhhhhhh…Mbak…ah…ah..keluar lagi nih,” ucapnya dengan keras. Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Mbak Conny, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Akhirnya Mbak Conny terkulai lemas, tapi kontolku masih tetap tertancap dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku, “Sssss… Oughhh… Aghhhh…, ” desah Mbak Conny sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kelaminku ke dalam liang Vagina-nya, pelan tapi pasti. Kepala Mbak Conny agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam. Kelaminku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam Vagina Mbak Conny, aku mulai menggerakkan kontolku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat.
Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya yang tadi. Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan Sexy,
“ Sssss… Aghhh… Oughhh… terus Ton… terus… Aghhh… Oughhh…, ” erang Mbak Conny. Beberapa menit berlalu, kemudian Mbak Conny merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantal dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada ranjang. Saat itu lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas, dan aku merasa kelaminku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun.
Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus. Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam pantat Mbak Conny dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang Vagina Mbak Conny. “crot..crot..crot,” Tubuhku terasa sangat lemas sekali.Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan Kontolku dari liang nikmat milik Mbak Conny. Dengan rasa kecapaian yang luar biasa Mbak Conny membalikkan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut, kami tertidur.
Kami bangun, dan makan. Aku meminta Mbak Conny menjaga kehamilannya, Ia menyetujuinya. Aku bahagia sekali dengan kehamilan Mbak Conny, aku meminta menikah secepatnya. Ia menolak karena masih belum liburan semester dan banyak kerja. “Kita menikah jika, kamu sama aku benar-benar siap,”katanya.
bersambung
“Beneran Mbak?” tanyaku, aku terkejut dengan apa yang kudengar dari perempuan yang kucintai. Sejujurnya aku malahan senang dengan berita ini, tapi aku masih kuliah dan berita ini terkesan medadak. “Mbak belum yakin sih, ini dugaanku. Gejala mual ini udah dua hari, makanya karena mbak kurang enak badan jadinya pulang,” katanya. Aku menjadi tidak enak, aku mengambil Handphone dari kantongku. Aku mengirim pesan ke temanku, bahwa pacarku sakit. “Bagimana mbak kita ke dokter?” ajakku, “Gak usah ton, mbak mau istirahat aja,” dengan tenang. Aku pun keluar dari ruangan, aku masih menimbang untuk pergi atau tetap disini. Hal ini ditambah dengan kemungkinan hamilnya Mbak Conny.
Aku pergi ke meja makan, makanan sudah tersedia. Aku mencoba makan, Handphone berbunyi. Aku mengambilnya, untuk melihat pesan. Temanku mengabarkan bahwa naik gunung terpaksa ditunda, karena tiket ke Malang habis dan senin uang patungan kami akan dibagikan. Aku tersenyum, setidaknya aku tidak jadi berangkat karena keadaan bukan aku membatalkan. Aku ingat mbak Conny. Aku berpikir lebih baik aku menengok keadaannya, dan juga membawakan makanan padanya. Setelah selesai, aku membawa piring ke dapur. Mbok Inem menanyakan, “Tuan, Nyonya sakit perlu dibawa makanannya?” tanya Mbok Inem penuh perhatian. “Mbok, siapin saja makanannya dan nampannya. Biar saya yang bawa, ke atas,” ujarku. Aku keluar dapur, menunggu meja makan smabil duduk. Mbok Inem menyiapkan makan diatas nampan,begitu selesai aku mengambilnya.
Aku mengangkatnya dan membawa kekamarku. Mbak Conny terbangun dan bertanya saat pintu kamar kubuka. “Siapa ya?” tanyanya. “Aku mbak, bawain makanan,” kataku dengan singkat. “Aduh Ton, Mbak belum nafsu makan. Nanti aja deh kalo beneran lapar,” katanya menolak makanan yang aku bawa. “Emangnya Mbak tadi pagi makan?” tanyaku. “Belum ton, Mbak gak nafsu makan udah dua hari ini. Dari kemarin mbak cuma makan sop ikan aja itupun malam. Pagi dan Siang makan buah aja,” jelasnya. Mendengarnya aku makin khawatir dengan kesehatanny, “Mbak jangan begitu, makan aja dulu. Biar ada tenaga, biar abis makan tidur lagi,” ujarku memintanya untuk makan. Nampan aku taruh dipahaku, dengan menyendok nasi. Aku menyuapin Mbak Conny.
Aku berusaha bagimana Mbak Conny bisa makan dengan lebih banyak. Karena mendengar pengakuan tentang sop ikan, berarti semalam Mbak Conny makan malam tanpa nasi. Aku juga mengingat bahwa semalam Mbak Conny juga mual. Namun sepertinya hari ini lebih dari kemarin. “Ih, Kamu mau suapin aku? Kok dadakan jadi romatis sih?” tanyanya dia dengan nada cukup manja. “Gak papa mbak, setidaknya mbak mau makan. Soalnya aku khawatir,” kataku. Mbak Conny menerima suapanku. Ia tersenyum melihat perhatian cukup besar kepadanya. “Kamu gak jadi naik gunung?” tanya Mbak Conny sambil mengunyah makanan yang kusuap ke dia. “Gak jadi, habis bagimana sayangku lagi sakit aku enakan di Gunung,” ucapku, mendengar itu ia tersipu malu.
Baru 5 sendok makan, rasa mual datang ke mulut Mbak Conny. Ia pergi ke kamar mandi dan muntah di wastafel. Aku menaruh makanan di kasur, lalu pergi mengejar Mbak Conny. “Hoek..Hoek…Hoek,” ujarnya. Aku tidak tega, aku mengampiri dan memijat badannya. Setelah selesai dan kumur-kumur. “Mbak, kita ke dokter aja ya. Biar ketahuan sakit maag atau masuk angin,” kataku kepadanya. “Jangan dulu, aku belum siap. Gimana kamu beli obat aja?” tanya padaku. “Tolak angin aja,” kataku. Aku mengamati seluruh badan Mbak Conny. Badan mbak Conny memang sedikit gemuk, “Kenapa kamu ton?” tanya Mbak Conny. “Gak papa Mbak, okay kita lanjutin makan lalu aku pergi cari obat. “Obat Maag sama Mual aja,” pintanya
Aku menganggukan kepala, aku kembali meyuapi Mbak Conny berberapa suap nasi. Setelah itu keluar untuk memberikan piring ke Mbok Inem. “Bagimana Tuan, Nyonya keadaannya?” tanya Mbok Inem. “Masih Mual, aku tadi maksa buat dimakan. Ini aku mau beli obat,” ujarku. Aku keluar, memakai helm dan menyalakan motor. Aku pergi klinik terdekat, Aku membeli obat maag yang berbentuk sirup dan testpack. Testpack aku beli hanya jaga-jaga itupun aku menyembunyikan dikantong. Lalu menyalakan motor untuk kembali ke rumah, sesampainya dirumah. Aku naik kelantai atas dan menuju kamar. Rupanya Mbok Inem sedang memijat Mbak Conny. Setelah selsai, aku membuka botol dan menyedokan obat pada Mbak Conny, ia meminumnya.
Mbak Conny kemudian tidur, 1 jam kemudian ia bangun karena ingin buang air kecil. “Mbak, bagimana dites dulu. Mumpung mbak mau kencing,” ujarku. “Mmm, Bagimana ya Ton. Mbak takut nih sama hasilnya,” katanya. “Makanya coba mbak dicoba dulu. Kalau minum obat nanti malah bahaya,” kataku lagi. “Okay deh, kamu punya gak?” tanya Mbak Conny. Aku mengeluarkan Testpack yang aku beli tadi dari kantong celana, dan memberikannya pada Mbak Conny. Mbak Conny terdiam sebentar, kemudian ia berkata. “Kaya gak hamil ton, mungkin masuk angin dan stress aja makanya 3 bulan ini mbak juga gak dateng bulan. Pernyataan Mbak Conny menyakiniku dia hamil, namun memberi keyakinan ia hanya sakit.
Mungkin saja Mbak Conny memikirkan aku akan meninggalkan jika ia hamil. Aku merasa sebaliknya aku merasa bangga jika berhasil menghamili Mbak Conny. Namun jika bisa memilih aku ingin menikahinya, “Cobalah Mbak, aku mohon. Setelah itu apapun hasilnya semua terserah Mbak,” kataku. Mbak Conny akhirnya menyetujuinya, ia mengambil gelas kosong. “Kita lihat samaan ya?” pintanya. Aku menunggu dikasur, Mbak Conny meminta untuk membawa testpack itu. Ia pergi ke kamar mandi untuk kencing. 6 menit kemudian ia kembali dengan gelas dibawanya. Aku memuka testpack dan mengambil kertas cukup kecil yang digunakan untuk test. Aku mengambil gelas itu, bau khas air seni cukup menyengat. Mbak Conny mematikan AC, dan kami membawa dahulu petunjuk.
Setelah selasai, aku langsung memasukan kertas itu kedalam gelas yang berisi air seni. Setelah itu mengeluarkan kembali lalu menaruh gelasnya dimeja disampingku. Kami menunggu sedang wajah cukup tegang. “Ton, kamu liat duluan aja. Aku ngga berani lihat". Aku mengarahkan testpack ke arahku. Sinar matahari sore membantuku untuk melihat testpack itu. 10 menit kemudian, perlahan terlihat 2 strip di testpack tersebut. Aku merasa bahagia, namun aku mencoba menampakan aksi diamku. “Bagimana hasilnya Ton?” tanya. Aku menoleh ke arahnya, “Mbak pasti udah tahu kan?” tanyaku lalu memeluknya dan mengecup kening dan perutnya. “Aku hamil, Aku masih belum yakin benar,” ujar Mbak Conny.
“Kenapa Mbak, Mbak malu punya anak dari saya?” kataku bertanya. “Bukan begitu Ton, Mbak hanya berpikir pas nikah gak hamil suamiku pergi. Sekarang Mbak hamil, jujur Mbak belum bisa nerima ini, terlebih kamu akan meninggalkan Mbak,” kata Mbak Conny. “Sama sekali gak mbak, okay kita ke dokter deh,” kataku. Mbak Conny menyetujuinya, ia pergi mandi dan menyiapkan diri. Aku pergi ke dapur membuang air seni Mbak Conny dan mencuci gelas tersebut. Kemudian kembali ke kamar, baru 3 menit kembali kamar. Mbak Conny keluar hanya memakai handuk, ia melepaskannya. Badan makin seksi terutama bagian payudara dan perut yang bertambah besar. Perutnya sedikit membesar.
Aku tergiur dengan badannya telanjang didepan mataku, namun aku berusaha fokus. “Ah…nanti sajalah,” ucapku dalam hati. Aku pergi ke Kamar Mandi untuk mandi, 10 menit kemudian aku keluar dan berpakaian. Mbak Conny memakai pakaian cukup seksi, Ia memakai kemeja tanpa lengan warna biru dan rok warna putih. Aku pun dengan cepat berpakaian, dan berangkat menuju klinik tempatku membeli obat tadi. Kebetulan sepi, kami langsung mendaftar dan masuk kedalam ruang tunggu. Ruangan cukup sepi, namun sebentar berberapa orang datang untuk melakukan pemeriksaan. Sambil menunggu panggilan, kami ngobrol dengan suara pelan. Mbak Conny masih saja mendebatkan ia hanya masuk angin. Namun keyakinanku Mbak Conny hamil masih besar.
“Bu Conny…Bu Conny” panggil perawat. “Iya..” kata Mbak conny, aku bangkit ketika Mbak Conny bangun dari kursi tunggu. “Kamu tunggu disini aja ya?” katanya, aku meminta menemaninya namun ia menolak dan meminta menunggu diluar. 30 menit kemudian, Mbak Conny keluar, membawa map. “Bagimana mbak hasilnya?” tanyaku. Ia berjalan kearahku dan memelukku ia menangis. “Aku hamil ton, aku hamil,” katanya menangis dipelukanku. “Mbak ngomong didalam mobil aja ya” ajakku. Mbak Conny mengangguk setuju. Kami berjalan menuju parkiran dan masuk mobil. “Ton, kamu gak tinggalin Mbak kan? Mbak gak bisa hidup tanpa kamu Ton. Mbak hamil anakmu,” kata Mbak conny. Aku diam mendengar pendapatnya itu.
“Mbak sebenarnya senang punya anak, apalagi dari kamu,” ujarnya lagi. Aku masih diam, sambil menyalakan AC Mobil. “Ton, kamu kenapa? Kamu gak suka, Mbak hamil. Kalo gitu kita cari dokter buat gugurin aja, kalo kamu belum siap,” katanya. “Lho Mbak kok ngomong gitu, aku senang kok mbak hamil,” kataku, aku menunjukan antusiasku menunjukan untuk menimpali rasa senang Mbak Conny. “Sekarang, tubuh dan hati Mbak punya kamu mbak ikutin kemauan kamu,” kata Mbak Conny mengengam tanganku. Kami berpelukan lalu berciuman,Mbak Conny yang memulainya aku membalas dengan cukup bernafsu. Aku mengajak Mbak Conny makan diluar malam itu malam minggu. Kami makan disebuah tempat makan, yang cukup murah.
Kami makan cukup banyak, Mbak Conny akhirnya bisa makan dengan cukup nyaman tanpa khawatir mual. Ia memesan Gurame Asam Manis, sedangkan memesan Nasi Goreng. Setelah selesai makan, Mbak Conny meminum obat mual dan vitamin kemudian kami pulang. Sampai dirumah aku memgedongnya hingga masuk kedalam kamar. Aku menaruh dikasur, kemudian henndak bangkit Mbak Conny menahanku dan menariku. Mbak Conny menciumku,ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora yang sangat ia menantikan. Tidak perlu banyak waktu untuk membangitkan gairah Mbak Conny. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadaku, sehingga lidahnya langsung menyambut saat Lidah Mbak Conny mulai mengajaknya bermain-main. Aku mulai naik ke ranjang.
Bibir Mbak Conny termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai bergerak. Selain berciuman, kami berguling-guling diatas kasur, hal ini membuat ciuman kami semakin panas. Awalnya kami hanya berciuman dan berpelukan bau parfum menebar dari Mbak Conny masuk hidungku, sama dengan parfumku yang baunya cukup nyaman dihidung perempuan. Tangan ku tak tahan untuk tidak mengelus-elus tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas. “Mmmh… Mmhhh…” Elusan tanganku makin mengarah ke dada Mbak Conny, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu. Perempuan itu mengejang karena rasa nikmat yang melandanya. “Mbak, udah ganti ya ukurannya,” kataku. “Mmmmhh….eh…iya…30b,” jawabnya.
“MMhhh…oh…Ton..Terus…oh….mmmmh…oh….” desah Mbak Conny berlanjut. Aku makin giat memainkan payudara Mbak Conny. “Ton,ohh…terusin..dong….ayo..oohh…kamu memang jago…oh…ah…ya…! oohh…. aahh… ssstt… aahh…,” desah Mbak Conny lagi. Aku meciumi lehernya yang putih. sementara tanganku semakin rajin mengelus dan meraba bahunya. Saat itu terdengar desahan lirih, “aaaaahhhh… aaaahhh…. ooohhh….” desah Mbak Conny makin merancau. Kedua tangannya menjambak rambutku, kubuka perlahan-lahan kancing keja birunya tubuh Mbak Conny semakin terbuka. Aku mencium dada turun perutnya, tempat anakku beada. Anak yang berusia 3 bulan, jadi persetubuhan awalku dirumah ini membuahkan hasil. Tanganku bergerak ke balik punggungnya. Aku membuka kaitan BH-nya berwarna hitam. Setelah aku membukanya terlihat Payudara yang menjulang.
Aku membuka Roknya dan Celana dalam, kudiam mengamati setiap jengkal tubuhnya. Nafsu naik, Kontolku beraksi keukuran maksimal. Pakaian Mbak Conny ku taruh ke lantai, aku juga membuka pakaianku, lalu kembali ke ranjang. Kugeser kembali tubuhku menindihi tubuhnya. kupegang kepalanya dengan lembut, dan mengarahkan bibirku kemulutnya. Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu. Kedua tangan Mbak Conny berusaha melingkar dipingangku. Setelah itu, aku kembali menjelajahi lehernya dengan lidahku. bagian belakang kupingnya. Aku juga menciumi dan menjilati bagian belakang kuping yang merupakan titik kenikmatan Mbak Conny. Tubuh Mbak Conny menggelinjang-gelinjang, matanya merem sambil menggigit bibirnya sendiri. Ia berdesah tertahan, ”Ton… aahhh…. ooohhh…. Ton… aaahhhh… mmmm…. su..su..dah…teruskan…aahh… oh..oh..nik…mat…Tonn… ohhhh…ahhhh …a..aa…aa..hhh….” desah mbak Conny makin kenikmatan.
Desahan itu membuatku makin bersemangat, Payudara yang putih bersih dengan putingnya yang kecil berwarna agak kecoklatan. kusambut kedua gundukan daging itu dengan remasan dan mulutku. Aku menjilat dan menciumi kemudian mengigiy dan menyedot puting yang ranum itu. Desahan Mbak Conny terdengar lirih.”Aaahhh….ooohhh…..ooohhh….ooohhh…mmmmmhhmm…ooohhh…mmmmm…. “, desah Mbak Conny sambil kedua tangannya mencengkeram rambutku dengan kuat. Kepala bergerak kesana kemari matanya merem melek merasakan kenikmatan. payudaranya terus kuremas-remas… dan kuciumi lalu kuurut-urut. Aku terus menelusuri setiap lekuk tubuh Mbak Conny dengan mulutku, kujilat-jilat puting dan perutnya secara bergantian. Melihat Mbak Conny mulai kecapaian, aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air lalu memberikanya padanya. Aku juga mengambil gelas dan mengisi dengan air dan meminumnya.
Kami berkeringat, Mbak Conny merasa mual dan pergi kamar mandi untuk muntah dan kumur-kumur. Aku mengambil handuk dan mengelap tubuhku dan tubuh mbak Conny. Aku menyemprotkan kamar dengan pengharum ruangan dan menidurkan Mbak Conny lagi, nafsu kami masih ada. Sulit untuk dibiarkan saja. Aku duduk diranjang disebelah kanan Mbak Conny, tangan kananku mengelus dan meraba-raba paha kirinya. Aku naik keranjang diatas badannya, Kuletakkankedua telapak tanganku dengan perlahan dikedua pahanya, kuusap-usap dengan lembut. Kugesek-gesek jari tengahku di lubang Vaginanya. Tubuh Mbak Conny tiba-tiba tersentak,ia mendesah kenikmatan”Ton…oohhh…mmhhmm…. oh..…. mmhmm… oohhh…aaahh… Ton…. mmmhhmmm… mmmhhmm…..”, desahannya merintih keenakan. Kuangkat kaki kanan lalu Kaki kirinya lalu kuletakkan di atas bahuku.
Kedua pahanya semakin merenggang, lalu kugenggam batang kontolku, kuarahkan kepalanya tepat di depan lubang vaginanya. bulu-bulu tipis halus terasa menyentuh tanganku. Vagina Mbak Conny terlihat jelas… bulu memeknya yang tipis dan halus tak, kudorong pantatku dengan sepenuh perasaan perlahan. Kepala kontolku mulai menyentuh bibir vaginanya masuk sedikit demi sedikit.”Arggh…oh…ohh..oh…” desah Mbak Conny. Kontolku semakin berdenyut-denyut,ketika kepala kontolku masuk tubuhnya tersentak. Mata mendadak terbuka, ia kaget. Kedua tanganya mencakar sprei. Aku leluasa memberikan pompaan, sedangkan tanganku kepas dari Kontolku. Dorongan dari pantatku terus menggerak-gerakkan kontolku. Kutekan sedikit kutarik lalu kugesek-gesekan ke Vaginanya. Kutekan lagi… dan kutarik dan kugesek-gesek lagi di Vaginanya nya. Aksiku membuat dia meratap sambil merintih-rintih nikmat.
20 menit Aku memompa Vaginanya dengan kontolku, seperti ada sesuatu yang membuat liang Vagina-nya bertambah licin, dan makin lama Mbak Conny terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Lalu tiba-tiba kejantanan-ku terasa seperti disedot oleh liang senggama Mbak Conny. Tiba-tiba dinding-dinding Vagina-nya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali, bisa-bisa kalau begini terus aku bisa ngecrott cepet nih,“Sssss…Aghhhhhhhhhhhhhh…Mbak…ah…ah..keluar lagi nih,” ucapnya dengan keras. Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Mbak Conny, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Akhirnya Mbak Conny terkulai lemas, tapi kontolku masih tetap tertancap dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku, “Sssss… Oughhh… Aghhhh…, ” desah Mbak Conny sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kelaminku ke dalam liang Vagina-nya, pelan tapi pasti. Kepala Mbak Conny agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam. Kelaminku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam Vagina Mbak Conny, aku mulai menggerakkan kontolku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat.
Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya yang tadi. Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan Sexy,
“ Sssss… Aghhh… Oughhh… terus Ton… terus… Aghhh… Oughhh…, ” erang Mbak Conny. Beberapa menit berlalu, kemudian Mbak Conny merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantal dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada ranjang. Saat itu lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas, dan aku merasa kelaminku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun.
Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus. Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam pantat Mbak Conny dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang Vagina Mbak Conny. “crot..crot..crot,” Tubuhku terasa sangat lemas sekali.Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan Kontolku dari liang nikmat milik Mbak Conny. Dengan rasa kecapaian yang luar biasa Mbak Conny membalikkan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut, kami tertidur.
Kami bangun, dan makan. Aku meminta Mbak Conny menjaga kehamilannya, Ia menyetujuinya. Aku bahagia sekali dengan kehamilan Mbak Conny, aku meminta menikah secepatnya. Ia menolak karena masih belum liburan semester dan banyak kerja. “Kita menikah jika, kamu sama aku benar-benar siap,”katanya.
bersambung
Terakhir diubah: