Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Jilbabku Tak Mampu Menutupi Kebinalanku

Bimabet
sungguh....sangat menantikan kebinalan Dephut....
aahhh...apalagi ada mamanya Dephut.... makin ssllrrruuuuppp....
semangat miss ana...:semangat:
 
Waahh..moga cepet kelar smua ksbukannya trus bsa update deh...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hmmmmmm longar2 dah digarap terus tiap hari nyampe melompong tuh meki ma anus hahahaga
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part X : Party Bareng Mama dan Pria-pria Perkasa

Sudah hampir seminggu berlalu sejak permainan panas antara aku, mamaku Jauwana dan pak Broto, saat ini semua kehidupan keluargaku berubah dengan drastis. Terutama aku dan mama. Ditambah pula papaku yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, pergi ke luar kota sehingga jarang memperhatikan keluarganya dan tentunya jarang pula menafkahi mama. Kondisi itu membuat Mama menjadi tidak betah di P******** dan lebih suka berada di kota B**** bersamaku dan kak Memi. Dan perubahan mama pun semakin terasa setelah takluk oleh pak Broto. Mama sering keluyuran sampai pulang malam, bahkan jika kakakku tidak ada, pasti aku selalu memergoki mama berduaan dengan pak Broto di rumah. Hanya denganku mama berani terang-terangan bermesraan dengan pak Broto, sedangkan di depan kakak, mama menyembunyikan affairnya rapat-rapat. Pernah juga mama berpesan kepadaku agar kegilaan kami berdua jangan sampai diketahui oleh kakakku ataupun papaku. Cukup hanya aku dan mama saja yang tahu.
Sampai suatu hari tepat di Sabtu sore, affair itu untuk kesekian kalinya kupergoki lagi tanpa sengaja ketika mama dan pak Broto baru saja selesai berhubungan intim. Keduanya terlihat olehku sedang memakai pakaiannya masing-masing sambil berciuman mesra. Kualihkan pandanganku dan melangkah menuju kamar. Tapi baru beberapa langkah berjalan, pak Broto tiba-tiba memanggilku.
"Wah..wah..ada Dephut rupanya Jau. Baru pulang kerja ya manis. Sini dulu dunk manis" kata pak Broto mencoba menyapaku.
"Dephut capek pak. Mau istirahat" singkatku padanya.
Mendengar jawabanku, pak Broto bukannya membiarkan ku masuk ke kamar, namun malah mendekatiku. Dipeluknya tubuhku, diremasnya pantatku, lalu dilumatnya bibirku dengan ganas.
"Mmmmhhh..MmUuach..SLLhh...Uurphthh...kamu mau melawan saya Phut. Kamu dan mamamu Jauwana sudah jadi budakku. Rahasia kalian berdua bisa kapan saja saya bongkar kalau saya mau" bisiknya ditelingaku.
"Aaah amppun pak...jangan...apa bapak belum puas bikin Dephut dan mama jadi pelacur. Bapak mau apa lagi" ibaku memohon.
"Kalau gitu turuti semua kemauanku. Jangan membantah lagi. Paham" tegasnya.
"Ppahaam pak. Tapi Dephut beneran capek pak. Mau istirahat. Tadi banyak kerjaan numpul di kantor" kilahku beralasan.
"Tidak ada tapi-tapian. Hari ini saya punya kejutan untuk kalian berdua. Kejutan spesial untuk kamu dan mamamu. Sekarang kalian berdua ikut saya" ujarnya.
"Memangnya kita mau kemana pak" tanyaku.
"Ntar kamu tahu sendiri. Ayo buruan..Jau, kamu juga harus ikut" perintahnya.


Tanpa bisa mengelak lagi, aku dan mama pun hanya bisa menuruti permintaan pak Broto. Meski tak tahu apa yang sedang direncanakan pak Broto, tapi feeling ku berkata sesuatu yang buruk pasti akan terjadi lagi denganku dan mama. Aku sendiri belum sempat mengganti pakaian kerjaku, mengenakan jilbab biru, kemeja biru dan rok hitam panjang dan heels. Sedangkan mama mengenakan jilbab hitam, baju terusan panjang putih dan sepatu wedges putih. Sambil diam seribu bahasa, perlahan tapi pasti aku dan mama mengikuti setiap langkah kaki pak Broto menuju garasi. Dipakainya mobil mama lalu disuruhnya kami masuk ke mobil. Tak sampai 10 menit perjalanan, kami bertiga pun telah sampai ke sebuah tempat yang hanya berjarak 1 km dari rumah kakakku. Kuperhatikan banyak buruh lalu lalang bekerja di tempat tersebut. Setelah melihat situasi sekitar, aku baru tersadar kalau pak Broto ternyata membawaku dan mama ke pabrik somel. Pabrik somel yang terbilang besar karena mempekerjakan 122 karyawan.
"Astaga. Iniii...jangan-jangan.." batinku dalam hati. Terlintas dibenakku saat pertama kalinya pak Broto menggagahi tubuhku di rumah kak Memi. Ia pernah menyebut-nyebut pabrik somel ini untuk memberikan pelajaran kepada pelacur manapun agar diperkosa beramai-ramai. Apalagi pekerja di pabrik ini mayoritasnya adalah laki-laki yang kuketahui kerja berminggu-minggu sebelum pulang ke rumahnya masing-masing. Hal itu tentu membuat mereka haus akan sentuhan perempuan, terutama bagi pekerja yang sudah berumah tangga.


"Phut..Jau, ayo kita ke dalam" ajak pak Broto setelah kami turun dari mobil. Kedatangan kami bertiga sontak saja menjadi perhatian pekerja pabrik tersebut, lirikan mata mereka bahkan tak henti-hentinya mengarah ke aku dan mama. Apalagi, pak Broto bersikap sok mesra terhadapku dan mama. Dirangkulnya pinggang kami berdua dan terus berjalan menuju ke ruangan di lantai 2 pabrik.
"Kita di sini mau ngapain pak" tanya mamaku.
"Saya mau ngasi kejutan buat kamu dan anakmu Jau" jawab pak Broto tersenyum nakal.
Sesampainya di ruangan lantai 2 itu, pak Broto kemudian mengetuk pintu.
"Ya silahkan masuk" kata suara dari dalam.
"Selamat sore pak. Sesuai janji saya, saya sudah membawa pesanan seperti yang anda minta" jelas pak Broto ke pria yang sedang duduk di ruangan itu.
Mau copot rasanya jantungku melihat pria lawan bicara pak Broto. Tak kusangka, dia adalah sosok yang sangat kukenal. Sosok kurang ajar yang telah merenggut keperawananku, memperkosaku dan menjadikanku pemuas nafsu birahinya. Dan kini sosok itu muncul lagi tepat di depanku, di depan mamaku bahkan yang lebih mengejutkan lagi, sosok itu ternyata juga sangat akrab dengan pak Broto. Siapa lagi kalau bukan pak Surya.


"Ttuaaan...kenapa tuan ada di sini" tanyaku bingung.
"Kenapa Phut, kamu kaget ya. Jangan kaget manisku, pabrik ini adalah milikku. Pak Broto juga sudah cerita banyak tentang kamu dan mamamu. Selama ini saya sengaja merahasiakannya padamu. Dulu saya juga sempat kaget saat pak Broto menceritakan tentang kamu, tentang kenakalanmu, kebinalanmu, tentang kebinalan mamamu. Dunia memang sempit Phut, kebetulan sekali pak Broto ini adalah ketua RT ditempat tinggalmu. Jadi saya sangat beruntung" urainya panjang lebar.
Makin lemas rasanya badanku mendengar penjelasan pak Surya. Aku tak habis pikir ternyata pak Broto dan pak Surya sudah saling mengenal satu sama lain. Kini lengkap sudah dua sosok pria cabul yang benar-benar telah menjerumuskanku.
"Siapa dia Phut. Kamu kenal" ujar mamaku penasaran.
"Kenal ma. Mmmm pak Surya ini kepala humas di kantor Dephut" jawabku tergagap.
"Bagaimana pak, bisa kita mulai sekarang" celetuk pak Broto tiba-tiba memutus pembicaraanku dengan mama.
"Tentu saja. Mari.." sambut pak Surya bersemangat.
Oohh tuhan..apalagi yang akan mereka lakukan padaku dan mama. Usai mengakhiri perkenalan sekaligus perbincangan singkat di ruangan pak Surya, kami berempat selanjutnya kembali turun ke bawah. Ke tempat para pekerja yang masih disibukkan dengan kerjaannya. Setibanya di bawah, pak Surya pun memberikan isyarat agar semua pekerja menghentikan aktivitasnya. Mengarahkan mereka berkumpul di tengah-tengah ruangan pabrik yang paling luas.


Aku dan mama juga ikut berada di tengah ruangan tersebut, diapit oleh pak Broto dan pak Surya serta ditengah kerumunan ratusan pekerja pabrik.
"Phut, sekarang nikmatilah pesta yang sesungguhnya ini sepuasnya. Kamu tidak sendiri karena mamamu juga ikut di dalam pesta ini" gumam pak Surya disertai remasan di payudaraku. Perbuatan itu dilakukannya di depan mama dan tentunya di depan ratusan pekerjanya.
"Aaaaaah..paaaaak...gelii..Dephut nggak sanggup. Jangaan..." pintaku tak berdaya antara menolak dan menerima perlakuan pak Surya.
Kuperhatikan mamaku nasibnya juga tak jauh berbeda denganku. Tubuhnya mulai diraba-raba oleh pak Broto. Bibirnya diciumi, dilumat dan mereka berdua saling beradu lidah.
Pelan tapi pasti, bajuku mulai dilucuti oleh pak Surya. Tangannya semakin gerilya bergerak menjamah tubuhku. Bra ku serta celana dalamku ikut terlepas semuanya. Telanjang sudah tubuhku di depan ratusan laki-laki haus birahi yang siap menerkamku kapan saja. Sementara mamaku justru sudah telanjang sambil mengulumi penis pak Broto. Pekerja pabrik yang awalnya hanya melihat ketelanjangan kami berdua, kini mulai berani menggerayangi tubuhku dan mama. Tubuhku juga dipaksa berlutut, sama halnya dengan yang dilakukan mama, mulutku pun mulai dijejali penis mereka.
"Aaaaaakhh...GggLoooghh...Ggghhhh...mmPthhh...SsSUuurphhh...Ggloookhh..." hanya suara itu yang keluar dari mulutku dan mama. Secara bergantian mulutku disodok dengan penis berbagai ukuran. Bisa kucium pula aroma penis mereka yang amis, bau keringat dan semacamnya. Tapi ketidakberdayaanku hanya membuatku kembali pasrah menerima keadaan. Setengah jam mengoral penis mereka berganti-gantian, tubuhku dan tubuh mama kini ditelentangkan bersebelahan. Giliran vagina dan payudara kami berdua jadi serangan lidah mereka. Terasa lidah kasar mereka menyapu puting payudaraku. Kadang putingku digigit dengan gemas sampai aku merintih kesakitan.


Puas memainkan tubuh telanjangku, kurasakan salah satu penis mereka tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam vaginaku.
"Aaaaaaah, ssaaakit paaaak. Pelaaaan..aaaaah.." desahku merasakan besarnya penis berukuran besar menjebol liang senggamaku. Di sela pergumulanku dengan mama bersama ratusan pria cabul di pabrik ini, pak Surya bersama pak Broto justru mengalah dan lebih memilih melihat sambil merekam setiap adegan demi adegan yang kami lakukan.
"Lihatlah Phut, sekarang koleksi film hot mu bertambah lagi..hahahaha" tawa puas pak Surya ketika menyorot wajahku dengan handycam yang dulu pernah digunakannya ketika merekam persetubuhanku di rumahnya dan di kantor.
"Ploook...plokkk...aaaaargh...boss, memeknyaaaa nikmat banget...terima kontolkuuu lonteee....dasar lonteee jilbab..aaaaaah bos Surya memang hebat milih lonteeee" teriak salah satu pekerja pabrik yang kenikmatan menggenjoti vaginaku.
"Uuughh...Ppookh..pppokhh...memek mamanya juga enak bro...ooughhh...kau suka entotanku kan pelacuuur..siapa namamu...plaaaaak..." sahut pekerja lain yang sedang asik menggoyang mamaku dan dengan kasarnya menampar pipi mama.
"Saya Jauwana paaaaaak. Ampun jangan tampar pak. Sakiiit...aaaaah...aaaaah...aaaaah..." ucap mama.
"Ayo lihat ke kamera...kami mau dengar siapa kamu. Plok...ploookh....jalang aaghh..." ancamnya lagi.
"Saya Jauwana pak..sayaa mmmmh...aaaaah...aaaaaargh..tekan lagi pak..tekan kontolmuuu..." ceracau mama diluar kendalinya.
"Plaaaaaak...jawab jalang...kamu siapa..ploook..plooook..." tampar pria itu lagi dan terus memaju mundurkan penisnya dalam-dalam ke vagina mama.
"Saya Jauwana pelacuurrr paaaaaak...aaaaah saakiit, jangan tampar wajah saya.. ooooohh Phut, mama..aaaah..mamaamu ini pelacuur nakk...memekku gatal pak" pekik mama diwarnai gelak tawa seluruh pekerja pabrik yang mendengarkan kata-kata mama. Semua ucapan mama juga terekam dengan sempurna di handycam milik pak Surya.


Aku yang semula kasihan melihat mama diperkosa secara brutal malah ikut-ikutan menjadi bertambah horny. Selain vaginaku, mulut dan anusku juga jadi sasaran sodokan penis mereka.
"Ooooooh...paaaaak...SssshhhHhh..maaaaaa, aaaaaaah...aaaaaaah...yyyaaah...jangan berhenti pak..tekan kontolmuu...mentok ke rahimku pak..aaaaah" jeritku meminta.
"Dasar anak pelacur. Kamu dan mamamu sama jalangnya. Hahahahaha" ejek pak Surya dan pak Broto bersamaan dibalik sorotan kameranya.
"Aaaaaah Phut memang anak pelacuur paaaak...Phut anaknya Jauwana pelacur aaaaah enaaaak...Phut lonteeee..." lirihku merespon ejekan mereka dan tetap menghadap ke kamera.
Bertubi-tubi dengan berbagai posisi, aku dan mamaku terus menerus digarap secara beramai-ramai oleh mereka. Entah sudah berapa jam pesta seks tersebut berlangsung, yang jelas lebih dari 100 penis silih berganti mengoyak vagina serta anus kami berdua. Berkali-kali pula aku dan mama pingsan. Ketika sadar, kami kembali digagahi bergiliran. Begitu seterusnya sampai lebih dari 24 jam.


Minggu malam, barulah gangbang party itu benar-benar berakhir. Tubuhku kebas terasa tak bisa bergerak sama sekali. Sperma pun lengket-lengket disekujur tubuhku mulai dari rambut, wajah, payudara, vagina, anus hingga ke ujung kaki. Vaginaku sendiri terasa perih, begitu pula anusku. Sementara itu mamaku belum sadarkan diri. Mama pingsan disebelahku dengan posisi tertelungkup dan sedikit menungging. Dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba bangun semampuku, kuperhatikan dengan seksama keadaan di sekitarku sudah tampak sunyi. Tak ada lagi satupun pekerja yang terlihat. Pak Surya dan pak Broto juga lenyap entah kemana. Sambil tertatih-tatih, kucoba mengumpulkan semua pakaianku dan pakaian mama. Kubangunkan mama yang belum sadarkan diri. Meski agak susah membangunkannya, namun tak berapa lama kemudian mama akhirnya membuka matanya.
"Eeeeghm..Phut.." katanya pelan.
Tanpa menunggu mama sadar sepenuhnya, aku segera memapah tubuhnya menuju mobil untuk selanjutnya pulang ke rumah. Aku bahkan tak sempat mengenakan pakaianku dan masih telanjang sambil menyetir. Di rumah, kami juga tak sempat mandi dan membersihkan badan. Karena terlalu lelah bergerak, aku dan mama pun langsung tertidur.


Sebulan Kemudian...
Di sebuah lokalisasi ternama di kota B****......

"Aaaaaaah terussss paaak...entot memekku. Tussukkan kontolmu...enaaak aaaaah...aaaaaah" desahku bermandikan keringat
"Ooouhhh....memekmuu banjir lonte berjilbab. Masih menggigit. Nggak percuma kubayar mahal sama si Surya...Aaaaaah...lonteeee...aku keluaaar..." racau seorang pria merasakan kenikmatan tubuhku.
"Di dalam pak..keluarkan aja di dalam memekku..hamilii lonteeemu ini. Aku memang lontee..lontee berjilbab...aaaaaah...buahi rahimkuu paaaaaak" sahutku.
"Terima pejuhku Defi. Defi Wahyuni Lonteeeee...kuhamili kaaaau..aaargh Crrrroootth...crooottth..crootth" teriaknya menumpahkan berliter-liter sperma ke dalam rahimku. Rahim yang sekarang juga sudah berisi janin bayi hasil perzinahanku selama ini.
Sebulan sudah aku menggeluti profesi baruku sebagai pemuas lelaki hidung belang. Sejak kejadian di pabrik itu, aku resmi mengundurkan diri dari kantorku. Sedangkan mamaku resmi bercerai dengan papa dan menyandang status janda. Meski demikian, kami berdua tidaklah menganggur karena pak Surya memberikan pekerjaan baru buat aku dan mamaku. Pekerjaan yang menurutnya pantas untuk kami jalani, menjadi pemuas birahi di lokalisasi. Aku dan mama pun menyukainya. (The End)
 
maaf sdh membuat suhu-suhu menunggu lama...terima ksh atas kesempatannya mampir di cerita Ketika Jilbabku Tak Mampu Menutupi Kebinalanku..:)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd