Mohon maaf atas keterlambatannya .
Yang mau skip part ini boleh kok , karena ngga ada sex scenes-nya.
Update! Part 4 : Crescendo
"Buruan Nat panggilin taksi!!" perintah ku dengan panik .
Natalia juga sama paniknya buru buru dia berlari keluar mendobrak pintu hingga hilang dari pandangan . Aku bergegas mengikuti dengan Yona yang ku gendong dipunggung ku . Tubuhnya panas seperti terbakar , seluruh badannya menggigil , dan dari hidungnya menetes darah segar .
"Bertahan Yon , kita ke rumah sakit sekarang !"
Yona tak dapat merespons , tapi aku tahu dia masih sadarkan diri . Dapat ku dengar gemeretak giginya menahan nyeri yang sedang dialaminya .
"Aa ! Ini taksinya , hayu buru !" Teriak Natalia di seberang jalan .
Aku tergopoh gopoh berlari menghampiri Natalia yang sudah membukakan pintu taksi yang distopnya .
"Nitip kost-an Yona , kalo mau pulang kuncinya bawa ajah dulu . Ya Nat ? Gue langsung ke RS nganter ini anak " .
Natalia ditengah nafasnya yang tersenggal mengangguk angguk tanda mengerti .
Kututup pintu dan taksi pun segera meluncur membelah ibukota menuju ke Rumah sakit terdekat .
Sampai di RS beberapa perawat langsung menuntunku menuju kamar rawat yang tersedia . Selama proses perawatan aku tidak diizinkan menemani Yona , aku diminta untuk tenang dan menunggu di ruang tunggu di depan kamar tempat Yona di rawat .
Aku istirahatkan tubuhku di bangku yang tersedia . Pikiran ku melayang ke beberapa saat yang lalu .
Saat dimana aku dan Natalia keluar dari kamar mandi menemukan Yona yang tergeletak di lantai karpet dengan darah yang mengalir dari hidungnya . Aku dan Natalia langsung panik melihat keadaan Yona , hingga akhirnya sampailah aku di Rumah Sakit ini .
Entah berapa lama waktu yang berlalu ,sampai akhirnya ku lihat seorang dokter laki laki keluar dari kamar Yona dirawat .
Aku buru buru menghampiri dokter tersebut .
"Gimana dok ?" Tanyaku segera
"Saya baik kok " dokter itu terkekeh.
Huh ? Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda bukan .
"Maksud saya pasien dokter , Yona" sedikit kesal aku menambahkan .
Dokter itu terkekeh lagi .
"Oh pasien .. Hoho, gitu baru jelas .
Dia baik baik saja , suhu tubuhnya sudah mulai turun . Kita kasih dia menginap semalam besok sudah boleh pulang kok " kata dokter itu menerangkan .
Aku sedikit bernafas lega mendengarnya .
"Ngga ada sesuatu yang gawat kan , dok ?"
"Yang gawat ? Ada sih . Istri saya tau kalo saya punya pacar lagi hohoho" dokter itu lagi lagi bercanda , meski tak benar benar ku respon karena waktunya yang tidak tepat .
Melihat ku yang cengo tak berekspresi dokter itu melanjutkan perkataannya .
"Ehemm , iya dia cuma demam biasa . Mungkin suhu tubuhnya tiba tiba naik karena dia memaksakan diri nya pada saat tubuhnya harusnya beristirahat " .
"Ah ..." Sahut ku merespon penjelasan dokter .
"Ya sudah saya permisi dulu , jangan lupa mengurus administrasinya ya nak hoho " dokter itu melenggang pergi dengan cara berjalan yang cukup nyentrik . Beberapa perawat disekitar menyapa dokter itu sambil menahan tawa . Oke , dokter nyentrik .
Selesai mengurus administrasi , aku langsung balik ke kamar Yona .
Yona terbaring di dipan khas rumah sakit umum , selang infus bertengger di tangan kirinya yang nampak pucat , bahkan wajahnya juga sama pucatnya .
"Suruh siapa ngga bisa nahan diri , dasar idol sangean " omelku pada Yona yang tengah tertidur .
Nafasnya teratur , detak jantungnya normal , ya Yona akan baik baik saja .
Aku hampir tertidur di kursi sebelah dipan Yona terbaring , namun gagal karena tiba tiba dikejutkan suara suara cewek cempreng yang masuk ke kamar Yona .
"Halo kak rehan " sapa cewek yang pertama masuk dengan cara berjalan yang cowok abis .
"Eh kinal , ha..halo " sapa ku terbata bata .
"Halo kak rehan , ihihi" sapa cewek selanjutnya centil
"Halo..feni ?" Aku membalas sapaan Feni yang buru buru masuk terseret tangan Kinal yang menggenggamnya .
Yang terakhir masuk adalah kapten tim J , Shania . Dia tidak menyapa sama sekali . Aku juga tak berani menyapanya , sorot matanya yang tajam membuatku segan .
"Yona gimana keadaannya kak ?" tanya Kinal memecah kebisuan antara aku dan Shania .
"Baik kok Alhamdulillah , besok udah boleh pulang "
"Alhamdulillah" sahut Feni dan Kinal hampir berbarengan .
Sementara Shania tetap memperlihatkan ketegasannya , namun ku lihat bahunya sedikit turun yang menandakan satu bebannya sedikit berkurang .
"Kita bicara di luar , boleh ?" kata Shania tiba tiba .
"Boleh , mari" aku menerima ajakan Shania yang terlebih dulu melangkah keluar .
Tempat ku duduk buru buru dijadikan perebutan oleh Kinal dan Feni , mereka berdua membuat sedikit kegaduhan sehingga Shania harus menegur mereka .
"Jangan ribut , jaga Yona yang bener. Ini rumah sakit , bukan TK." perintah Shania tanpa mematikan sorot tajam disudut matanya .
Mereka berdua menurut , Kinal mengalah dan membiarkan Feni yang menempati tempat duduk itu .
Kami berdua menyusuri lorong , sambil berjalan Shania mengajak ku berbicara .
"Kakak siapanya Yona ?" Shania berjalan dengan langkahnya yang pasti , disebelahnya aku mengikuti dengan perasaan cemas .
"Sebenarnya gue ga bisa jawab kalo ditanya begitu " iya aku sendiri tak yakin dengan posisiku .
Shania mendelik , wajahnya menunjukan rasa tak puas .
"Maksudnya gue juga ga yakin gue siapanya Yona , mungkin Yona lebih tau soal siapa gue bagi Yona " aku menjawab sebisa ku , meski yakin jawaban ku tentu belum memuaskan keingintahuan Shania .
Kami berdua belok di sudut lorong , keluar pintu menuju bangku yang menghadap ke taman kecil .
Bangku itu cukup untuk duduk berdua , Shania duduk terlebih dulu baru kemudian memintaku untuk ikut duduk disebelahnya .
Pandangannya lurus menatap lampu taman yang terletak di tengah tengah di antara tanaman tanaman bunga yang kebanyakan masih belum mekar . Lampu taman itu dikelilingi serangga serangga malam yang mungkin mencari kehangatan dari dinginnya malam hari ini .
Aku menatap langit , ku lihat bulan sabit bertengger mengintip malu malu dari balik awan putih kontras dengan gelapnya langit .
"Aku tadi ketemu Natalia di teater , dia ceritain semua kejadian di kost-an Yona tadi sore " terang shania sambil merapatkan cardigan hitam yang dikenakannya .
"Semua ? " aku sedikit panik mendengar kalimat yang keluar dari mulut Shania .
"Iya semua , soal kakak yang duluan menjenguk kak Yona di kost-an , sampai akhirnya kaka juga yang bawa kak Yona ke RS " tambah Shania kemudian .
Aku menghela nafas lega , rupanya Natalia tak menceritakan keseluruhan kejadian yang sebenarnya terjadi di kost-an Yona . Bisa gawat kalau kapten sampai tau pertempuran ranjang yang mengakibatkan Yona sampai harus masuk rumah sakit .
"Makanya aku penasaran , kenapa bisa ada seorang laki laki di kost-an Yona , kakak .. Sekali lagi kakak siapa ? " tanya Shania kini tatapannya lurus memandang mata ku .
Aku benar benar dirundung bingung mencari cara mengatakan jawaban yang bisa memuaskan rasa penasaran Shania .
"Kakak saudaranya ?" tanya Shania tak sabar menanti aku yang tak kunjung menjawab .
Aku menggeleng.
"Teman kampusnya" lanjut shania
Aku menggeleng lagi.
Kini raut wajah kesal mulai terlihat di wajah Shania .
"Tetangga , temen masa kecil , om senang ? " pertanyaan Shania mulai ngawur .
"Bukan ketiganya , lagian gue seumuran Yona bukan om-om"
Shania kehilangan kesabarannya dia bangkit dari duduknya , dia berdiri di hadapan ku kemudian jari telunjuknya mengacung di depan muka ku .
"Sekarang gue gak peduli elu siapa , tapi di JKT48 ada peraturan !
Terutama member yang ada di tim gue harus patuh sama peraturan itu!" setengah berteriak Shania meluapkan emosinya .
"Lu pasti ngerti peraturan apa . Dan gue mau lu , siapapun elu , ikut mematuhi peraturan itu!" lanjut Shania , telunjuknya terus menuding ke arahku.
Aku mulai panik , dan mencoba menenangkan Shania .
"Shan kalem shan , inget kita dimana sekarang " aku menoleh kanan kiri berharap tak ada seorang pun yang keluar dan terganggu oleh suara Shania .
Shania mendengus kesal ,mencoba menghirup nafas dalam dalam agar emosinya kembali stabil .
"Kakak tau kan seberapa gawatnya kalo ada fans yang ngeliat kakak keluar masuk kost-an Yona ?"
Aku tertunduk lesu , apa yang dikatakan Shania benar . Karir Yona di JKT48 bisa hancur jika ada fans yang melihat kejadian sore tadi . Bahkan walau aku bukan siapa siapanya Yona , fans hanya mengerti apa yang terlihat dari sisi mereka saja .
Meski aku menolak bahwa semuanya adalah kesalahanku .
"Maaf , gue dateng disuruh Yona , ga mungkin kan gue nolak orang yang minta tolong . Soal kejadian tadi sore juga itu gue kebawa panik , ya gue berharap ngga ada fans yang ngeliat" aku mencoba menjelaskan keadaanku berharap Shania bisa mengerti .
Shania sama sekali tak melepas tatapannya dari mataku .
"Mari berharap benar benar tidak ada yang melihat , tapi untuk melakukan pencegahan .."
Shania memotong kalimatnya setelah mengambil nafas barulah dia melanjutkan
"Untuk pencegahan , aku minta kakak menjauh dari Yona"
Aku tahu betul kalimat itu akan terucap dari sang kapten . Aku sama sekali tidak terkejut mendengarnya . Tentu saja dia akan melindungi member member yang dipimpinnya dari kejadian kejadian yang tak diinginkan .
"Tapi ini pernyataan sepihak , bagaimana dengan Yona ?"
Shania melangkah mundur , dibawah redup sinar bulan sabit senyumnya lebih terlihat seperti sebuah seringai .
Dia menyibak rambut depannya menatap ku dengan angkuh kemudian berkata
"Lu siapa ? "
Kata kata itu bak bilah pedang tumpul yang mencekat leher ku . Tatap tajam mata Shania memaksaku mengerti bahwa karena aku bukan siapa siapa Yona , aku tak lagi memiliki hak untuk mengkhawatirkan pernyataan sepihak sang kapten .
"Nah selesai , kakak boleh pulang . Dan soal Yona biar kami bertiga yang mengurus sisanya " kata Shania sambil melangkahkan kakinya menjauh , senyum seringainya tak sedikitpun padam membuatku gentar untuk mencegahnya pergi .
Pandanganku menerawang sepeninggalnya Shania dari hadapanku . Ku lihat awan awan tak lagi menyembunyikan sorot cahaya redup sang bulan sabit .
Entahlah , mungkin keputusan Shania memang yang terbaik . Dari awal hubungan random ku dengan Yona kusadari pasti tak akan bisa terus terusan terjalin .
Sebagai seorang idola dia punya peraturan anti cinta yang harus dipatuhi .
Huh ? Cinta ? Apa hubungan ku dengan Yona terikat sesuatu semajestik Cinta ? Tentu saja tidak , tapi bukan itu permasalahannya .
Aghhh kepalaku pusing , otak ku tak diciptakan untuk memikirkan hal hal rumit begini . Lebih baik ku pulang menenangkan diri dan menyerahkan masalah aku hari ini kepada aku esok hari .
Bulan sabit itu menemani langkahku menuju pulang, tidak bukan bentuk senyuman tapi bentuk seringai .