Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Yaelah

Bimabet
20​


Selasa, 2 hari setelah penataran.

Siang ini, aku baru saja selesai mengikuti perkuliahan. Aku melangkah keluar kelas dan hendak pergi ke warung untuk berkumpul bersama haris dan mahasiswa lainnya. Namun baru saja aku keluar dari kelas, aku melihat seseorang yang beberapa hari ini tak pernah ku jumpai.

Intan.

Intan yang baru keluar dari kelasnya ternyata juga melihat ke arahku, kami berdua tersenyum, aku segera melangkah mendekatinya.

"Baru selesai kelas ntan?" Tanyaku berbasa - basi.

"Iya, kamu juga za?" Balas intan.

Aku mengangguk.

"Trus sekarang ada kelas lagi atau gimana?" Ucapku.

"Engga, ntar ada lagi jam 1, kamu?"

"Cuman satu mata kuliah, trus ini mau kemana?"

"Gatau, tapi kayaknya mau ke kantin sih, laper"

"Oh" jawabku singkat sambil mengangguk.

Kami sejenak terdiam.

"Aku temenin makan, boleh?" Tanyaku.

"Boleh kok, makan di kantin kan?"

"Ehmm"
Jujur aku ragu untuk makan bersama intan di kantin, menyadari bahwa di sana adalah sarangnya tripunar, di tambah lagi kemungkinan bila kak tiara melihatku makan bersama intan.

"Atau mau makan di luar?" Tanya intan.

"Iya, kalo makan diluar, mau?"

Intan mengangguk.

"Aku tau tempat makan di belakang kampus, enak, disitu aja mau?" Ucap intan.

"Terserah"

Intan tersenyum kemudian mulai melangkah pelan, aku segera mengimbangi dan berjalan di samping intan.

"Tapi tempat makannya warteg za, gapapa kan?" Tanya intan ketika kami berjalan menelusuri lorong kampus.

"Ah? Gapapa lah, kamu sering makan di warteg?"

"Ga pernah sih, tapi kalo pulang kuliah aku sering beli buat makan di rumah, bang nandes juga"

"Oh, lauknya yang enak apa?"

"Aku sih suka ususnya"
Jawab intan.

Entah mengapa aku tersenyum, menyadari gadis secantik intan menyukai makanan se sederhana itu.

"Kerangnya enak ga?" Tanyaku.

"Gatau, gasuka kerang, ntar kamu coba aja"
Balas intan.

Selama perjalanan menuju warteg rekomendasi intan, kami terus berbicara mengenai lauk favorit masing - masing dari menu makanan warung tegal.

Setibanya di warung..

"Eh mba intan, tumben mba siang - siang" sapa ibu penjaga warung kepada intan.

"Iyabu, lagi laper, mumpung ada temen jadi mau nyoba makan di sini" balas intan, kini ia sudah duduk di bangku panjang depan etalase kaca.

"Oh gitu. Ayo mas, silahkan duduk"
Ucap ibu penjaga warung.

"Ohiya bu"
Balasku, lalu duduk di samping intan.

"Mau pake apa mba? Usus?" Tanya ibu penjaga warung setelah menciduk nasi ke dalam piring.

"Iya bu, usus sama dadar aja, jangan lupa sop sama sambelnya ya bu" balas intan.

Ibu penjaga warung mengangguk lalu mulai menyiapkan menu pesanan intan.

"Tadi malam mas nandes ke sini loh mba" ucap ibu penjaga warung saat ia sudah selesai menyiapkan pesanan intan lalu meletakannya di atas etalase.

"Tau kok bu, itu kan dia beli juga buat makan saya di rumah" balas intan sambil meraih piringnya

"Walah pantes..ini masnya mau pake apa?" Kini ibu penjaga warung melayaniku.

"Ehhm.. orek, terong, sama telor di cabein bu" jawabku.

Ibu penjaga warung mengangguk.

"Ini pacarnya yah mba?" Ucapnya kepada intan sambil menyediakan pesananku.

"Ah? Engga bu, temen kok" balas intan gugup.

"Oalah, yowes. Minumnya mau apa?"
Ibu penjaga warung meletakan piring makananku di atas etalase.

"Es teh manis bu"

"Sama"

Jawabku dan intan ketika aku meraih piring makananku.

Aku dan intan pun mulai melahap makanan kami, sedangkan ibu penjaga warung lanjut melayani pelanggan lain yang nampaknya juga merupakan seorang mahasiswa.

Setelah beberapa saat, aku dan intan sudah selesai melahap makanan kami.

"Jadi berapa bu?" Tanyaku bangkit berdiri.

"Mau di gabung atau di pisah mas?"

"Gabung aja bu" jawabku.

"Loh za?" Saut intan mendengar jawabanku.

Aku melihat intan, ia ternyata juga sedang melihat ke arahku.

"Biar aku aja" ucapku tersenyum kepada intan.

Intan juga tersenyum lalu mengangguk.

"Jadi dua puluh tiga dua ribu mas" ucap ibu penjaga warung.

Aku meraih dompetku lalu membayar makanan kami.

"Makasih ya mas, kalo masih mau ngobrol di sini aja gapapa"

Mendengar ucapan ibu penjaga warung, aku kembali melihat ke arah intan. Yang langsung ku sadari adalah keringat yang membasahi lehernya.

"Ngobrol di depan aja yuk ntan" ajakku.

"Yuk" balas intan sambil berdiri.

"Makasih banyak ya bu" ucapku pada ibu penjaga warung lalu melangkah keluar.

Di depan warung, aku dan intan duduk di atas kursi plastik yang di sediakan.

"Mau ngerokok yah za?" Tanya intan, menebak isi pikiranku.

"Ah...engga kok, ntar aja gampang" balasku.

"Kalo mau ngerokok gapapa kok, tapi jangan deket - deket"

"Kamu gasuka asep rokok?"

Intan mengangguk.

"Bukannya bang nandes juga ngerokok yah?" Tanyaku lagi.

"Iya, tapi kalo di rumah engga"

"Emang kenapa?"

"Soalnya selalu aku aduin ke mamah"
Jawab intan tersenyum

"Hah? Bang nandes takut di aduin?"
Jujur, aku heran mengetahui bahwa sosok nandes yang di segani satu kampus tak berani dengan ibunya.

"Bukannya gitu, bang nandes tuh paling gamau kalo ngeliat mamah sampe sedih apalagi marah"
Balas intan membela abangnya.

"Oh"
Jawabku singkat.

Namun, perasaanku seketika bercampur aduk mengingat kasih sayang seorang anak kepada ibunya.

"Kamu kenapa za?" Tanya intan, nampaknya menyadari perasaanku.

"Ah? Engga papa kok" jawabku.

Beberapa saat, kami berdua terdiam.

"Ngomong - ngomong, tendes gimana kabarnya za?"
Tanya intan kembali membuka obrolan.

"Ga gimana - gimana kok, minggu kemarin baru selesai penataran"

"Oh" balas intan singkat.

Lagi - lagi kami terdiam, aku bisa merasakan jelas suasana 'canggung' di dalam obrolan kami berdua.

Tiba - tiba intan berdiri.

"Balik ke kampus yuk za" ajaknya.

Aku mengangguk lalu berdiri dan melangkah bersama intan kembali ke area kampus.

"Za, aku ke ukm ya, kamu mau kemana?" Ucap intan di saat kami hendak berpisah.

"Langsung pulang kayaknya ntan" balasku.

"Yaudah, salamin sama kak tiara ya za"

Jantungku terasa berhenti mendengar intan mengucapkan nama kak tiara.

"Ehm....kamu

"Aku tau kok za, semua anak 5hc juga tau kamu pernah punya masalah sama andre gara - gara deketin pacarnya"
Ucap intan memotong pertanyaanku.

Aku terdiam..

"Yaudah za, aku duluan yah" lanjutnya.

"Aku udah putus kok ntan"
Entah kenapa, aku mengucapkan kata - kata tersebut.

Wajah intan berubah, ia nampak tak siap mendengar ucapanku.

"Emmm...kalo gitu...nanti malem aku chat kamu yah za?" Tanya intan ragu.

"Iya" jawabku singkat.

Intan tersenyum, kemudian mulai melangkah meninggalkanku

"Astaga tolol banget gua" ucapku pada diri sendiri menyadari apa yang baru saja ku perbuat.

Selesai mengeluh, aku melangkah untuk segera menuju ke parkiran. Namun tiba - tiba hpku bergetar..

"Bang, ini oliv. Lagi dimana?"
Pesan dari oliv.

"Kampus liv, kenapa?"
Balasku.

"Lagi sama anak - anak ga?"

"Engga, lu nyariin haris?"

"Bukan bang, ada yang pengen gua omongin. Telepon boleh?"

Membaca pesan dari oliv, aku mengambil inisiatif untuk segera meneleponnya..

"Halo? Ada apa liv?"
Ucapku membuka obrolan.

"Halo bang, lu bener ga lagi sama siapa - siapa kan?" Balas oliv.

"Iya, kenapa sih?"

"Gini bang...kemaren geri ngehubungin gua, dia minta pinjem uang sejuta"

"Hah? Mau ngapain tuh orang minta pinjem uang?" Tanyaku kaget dan emosi mendengar nama geri.

"Ih, bentar bang biar gua jelasin dulu" protes oliv.

"Ohiyaiya, maaf"

"Jadi gini, dia bilang kalo seminggu ini anak 5hc dan tripunar selalu dateng ke kosannya dan nyari masalah, sampe dia di usir dari kosan dan akhirnya dari sabtu kemarin dia nginep di rumah temen sekelasnya

Nah karena dia gabisa nginep di rumah temennya lama - lama, akhirnya dia ngehubungin gua mohon - mohon minjem uang untuk nyari kosan baru. Awalnya gua langsung nolak dan nyuruh dia buat pulang ke rumahnya aja, tapi dia bilang kalo orang rumahnya udah ga peduli sama dia, justru dia di kasih ultimatum ga boleh pulang ke rumah sebelum lulus kuliah.

Gimana yah bang? Jujur gua kasian denger ceritanya, tapi gua inget pesan lu buat ga berhubungan lagi sama dia. Mangkanya sekarang gua ngehubungin lu, dan kalo lu ngelarang gua buat bantuin dia, gua pasti nurut sama omongan lu kok bang"
Oliv menjelaskan masalahnya dengan geri.

"Lu mau bantuin dia?" Tanyaku.

"Gatau bang, gua bingung"

"Yaudah gini aja liv, suruh dia temuin gua"

"Ih, mau ngapain?" Tanya oliv, suaranya panik.

"Gamau ngapa-ngapain kok, bilang aja ke dia buat nemuin gua kalo mau dibantu"

Oliv sejenak terdiam

"Tapi gua takut bang" ucapnya.

"Liv, inget, lu anak tendes, semua anak tendes ga bakal rela kalo lu sampe di apa-apain sama dia"

Lagi - lagi, oliv sejenak terdiam

"Yaudah bang, nanti gua bilang ke dia" akhirnya oliv mengambil keputusan

"Oke, gausah takut yah"

"Iya bang, makasih banyak yah"

"Ya"
Balasku

Tak lama, oliv menyudahi panggilan telepon. Aku memasukan hp ke dalam kantong, lalu kembali melangkah sambil menggaruk kepala menyadari betapa banyaknya masalah yang mungkin dapat terjadi.

_______

Sekitar jam 4 sore, di rumah kak tiara.

Kami berenam sedang berkumpul di teras rumah, mengobrol sambil mendiskusikan siapa peserta penataran yang akan kami terima.

Hingga tiba - tiba.

"Lah ngapain lu ke sini?!" Bentak haris melihat ke arah gerbang.

Aku menyamakan pandangan dengan haris melihat ke arah gerbang. Rupanya geri dengan santainya sedang membuka gerbang lalu melangkah masuk ke dalam area halaman.

"Ngapain kek, terserah gua lah" jawab geri menantang.

"Anjing lu ye, lu kira nyawa seribu tot?!" Haris emosi, ia mulai melangkah ke depan namun aku dengan cepat menahan pundaknya.

"Nyawa gua mah cuman satu bro, tapi kalo buat ngelawan 1000 orang kayak lu mah cukup" balas geri sambil terus berjalan ke arah kami.

Aku merasakan pundak haris bergerak naik turun, ia nampaknya bernafas dalam akibat menahan emosinya kepada geri.

"Ga ada malunya lu ger" ucapku menyadari maksud kedatangan geri ke sini.

"Lah apaan si? Gua ke sini mau nginjek leher lu to" balas geri, langkahnya terhenti di tepian area parkir.

Aku hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan geri.

"Asli dah to, tengil banget lu sekarang. Maksud lu apaan si berani - beraninya ikut campur urusan gua sama oliv?"
Lanjut geri, kini ia melangkah ke atas area taman.

Mendengar ucapan geri, haris sontak melihat ke arah oliv.

"Sadar ger, lu bukan di rumah" ucapku.

"Alah alesan mulu lu bencong, udah sini mending lu maju terus kita kelarin" balas geri sambil menunjuk tanah di depannya.

"Ayoklah culun!" Lanjut geri menaikan nada suaranya.

Tiba - tiba aku merasakan lenganku di rangkul, tanpa melihat aku bisa merasakan bahwa yang merangkulku adalah kak tiara.

Sedetik kemudian pundakku terasa di tepuk, ternyata daud mulai melangkah ke depan melewatiku dan haris.

"Lu lawan gua aja dulu" ucap daud kepada geri.

"Yaelah, jagoannya aja bencong apalagi jongosnya" hina geri.

Daud nampak tak peduli dan terus melangkah mendekati geri. Melihat daud mulai mendekat, geri bergerak mundur..

"Ett..bentar dulu boy" ucap geri kepada daud

"To, tapi kita bikin deal - dealan ye, kalo gua kalah, oke gua gabakal ada urusan lagi sama lu pada, tapi kalo gua menang, lu keluarin nindy sama oliv dari kelompok sampah lu ini" lanjut geri kepadaku.

Mendengar ucapan geri, daud menghentikan langkahnya dan melihat ke arahku, begitu juga dengan haris, oliv, dan kak tiara.

"Yang!" Panggil kak tiara sambil menarik lenganku, sepertinya ia tak setuju dengan penawaran geri.

"Gimana to? Kalo emang lu takut mending lu aja sini yang ngelawan gua" tanya geri tak sabar menunggu keputusanku.

"Deal" ucapku tegas.

Geri tersenyum, kemudian mengarahkan badannya menghadap daud, menaikan tangan ke samping alis, meletakan kaki kirinya ke depan, mengambil sikap bertarung bela diri delapan kaki, muay thai.

Daud juga menatap geri, menaikan tangan sebatas dagu, menurunkan tubuhnya menunduk, mengambil sikap bertarungnya yang memang sama dengan sikap bertarungku.

"Jangan nyesel ya boy" ucap geri sambil bergerak maju, mencuri start dengan menendang dengkul daud menggunakan telapak kakinya.

Dengkul daud bergoyang, daud dengan cepat melayangkan pukulan ke wajah geri. Geri bergerak mundur menggunakan telapak kakinya yang masih menempel dengan dengkul daud.

Pukulan daud meleset.

"Ngilu ye?" Ucap geri senang karena berhasil menyerang dengkul daud.

Tanpa di duga, geri kembali maju dan melayangkan pukulan ke wajah daud, daud segera menarik kepalanya ke belakang untuk menghindari pukulan geri. Lagi - lagi geri sudah melayangkan kakinya menendang keras betis geri.

Kakinya di tendang, daud melangkah mundur, geri mengimbangi.

Daud melayangkan pukulan, geri dengan cepat menunduk lalu memukul perut daud dengan kuat.

Perutnya terpukul, daud menunduk, lagi - lagi geri bergerak sangat cepat dan menaikan dengkulnya ke wajah daud. Untungnya daud sempat bergerak ke samping, sehingga dengkul geri hanya mengenai pinggiran dada dan lengannya.

"Jangan kabur lah anjing" protes geri, kembali menghadap ke arah daud.

Tak memberikan waktu untuk istirahat, geri kembali maju dan melipat lengan, mengarahkan sikunya ke wajah daud.

Untungnya daud dengan cepat menunduk, kemudian memajukan pundaknya beradu dengan perut geri. Daud mendorong geri sambil kedua tangannya memeluk kedua kaki geri.

Namun kuda - kuda geri cukup kuat, ia hanya bergerak mundur, tidak terjatuh.

"Ngentot!" Ucap geri sambil mengangkat tangannya ke atas lalu menjatuhkan sikutnya ke punggung daud.

Geri terus menyikut punggung daud beberapa kali, hingga daud mulai merespon dan melepaskan kedua tanganya yang memeluk kaki geri. Tanpa ku duga, geri justru menahan tubuh daud untuk tetap menunduk, lalu menaikan dengkulnya ke arah wajah daud.

"Kelar lu bangsat!" Teriak geri.

Daud panik, ia hanya sempat melindungi wajahnya menggunakan dua tangan.

Dengkul geri mendarat sempurna, walau daud menahan dengan dua tangan, namun kepalanya tetap terpental ke atas, lalu tubuhnya mundur ke belakang dan jatuh di tanah.

"Haha, gua menang ye" ucap geri percaya diri, lalu menurunkan tubuhnya menududuki perut daud.

Dalam kondisi ini, aku justru merasa lega karena kini pertarungan pindah ke bawah.

Sadar bahwa ia berada di dalam dunianya, daud segera meraih lengan geri, lalu berusaha untuk menggulingkan geri ke samping.

Sayangnya, geri ternyata belum sepenuhnya menduduki perut daud, sehingga ia dengan cepat menyingkir dan bergerak menjauhi daud.

"Anjing! Sama aja lu kayak si culun!" Hina geri menyadari kemampuan bertarung daud.

"Sini lu diri!" Lanjut geri, kembali mengambil sikap bertarungnya.

Daud yang masih terbaring mulai mengangkat badannya, ia sejenak menyentuh bibir untuk memeriksa keberadaan darah.

"Jangan harap gua mau maen di bawah" ucap geri.

Jujur, aku mulai merasa khawatir karena geri sudah mengetahui kemampuan bertarung daud.

Namun, daud dengan santai menaikan kedua tangannya sebatas alis, lalu meletakan kaki kirinya ke depan, sikap bertarung yang hampir sama dengan geri. Bedanya, tubuh geri benar - benar tegak, sedangkan daud sedikit membungkuk.

"Widih, ngulti lu?" Ucap geri melihat sikap bertarung daud.

Daud tak membalas.

Aku melihat ke arah kak nindy.

"Dia bisa kickboxing kak?" Tanya ku.

"Sekeluarga dia emang bisa kickboxing semua kok za, cuman pas smp dia bosen terus belajar bela diri yang lain" jawab kak nindy.

"Buset" balasku pelan, menyadari betapa berbahaya daud sebenarnya.

Aku kembali melihat pertarungan.

"Maju lu" ucap daud tenang menantang geri.

Geri dengan cepat melayangkan pukulan ke wajah daud, daud segera menunduk. Tanpa ku sadari, daud rupanya juga sedikit mengangkat kakinya. Sedetik kemudian, kaki geri mendarat keras mengadukan tulang kering mereka berdua.

"Mau keras - kerasan tulang kering boy?" Tanya daud tenang, melihat wajah geri yang jelas sedang menahan rasa sakit.

Ritme pertarungan berubah, kini daud bergerak maju dan melayangkan pukulan ke wajah geri...
 
Terakhir diubah:
Thankyou updatenya suhu,

Ini bakal kacau dah klo sampe reza bener bener main belakang sma intan, waduh. Ga iklas ane. Mending tiara .aja dah, kecuali tiara mau berbagi dengan intan. Biar enak 😂😂
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd