Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Yaelah

18​


Pagi ini aku terbangun dalam pelukan kak tiara yang masih tertidur di sampingku. Tak ingin mengganggu nyenyak tidurnya, selembut mungkin aku menggeser tubuhku hingga terduduk di pinggir kasur.

Sebentar melihat jam dinding yang menunjukan pukul 7 pagi, lalu bangkit dan melangkah menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diriku.

Selesai mandi dan berpakaian, aku kembali ke kamar dan menemukan kak tiara sedang terduduk di tengah kasur, bersender pada tepian, memeluk kedua dengkulnya yang ia lipat ke atas.

"Pagi kak"
Ucapku menyapa.

Ia hanya menjawab dengan sedikit tersenyum.

"Ga kuliah?" Aku bertanya sambil melangkah ke pinggir kasur

"Maaf yah ja" balas kak tiara, nampaknya masih teringat masalah kemarin.

"Iya sayang, hari ini ga kuliah?" Jawabku, mengulangi pertanyaan.

"Masuk siang kok"

Aku hanya mengangguk, kemudian melangkah menuju lemari untuk mengambil kemeja dan celana jeansku.

"Kamu kuliah sampe jam berapa?" Tanya kak tiara.

Sambil berpakaian, aku melihat ke arah kak tiara yang ternyata sudah kembali berbaring di bawah selimut setinggi lehernya.

"Jam 3, ohiya kakak kapan mulai magang?" Balasku.

"Ga tau, besok atau lusa aja aku sama nindy baru mau ketempat papah"

"Mau magang di sana?"

"Iya, biar ga ribet"

"Berarti pas magang setiap hari pulang ke rumah dong?"
Aku sudah selesai berpakaian.

"Tetep pulang ke sini kok"

"Bukannya kantornya deket rumah? Ntar orang rumah malah mikir yang engga - engga loh kak"

"Biarin, lagian papah udah tau kok kalo aku pacaran.....kamu besok ikut ketemu papah dong yang"
Ucap kak tiara saat aku baru saja meraih tasku.

"Ah? Lain kali aja deh kak"

"Ih papah baik kok orangnya"

Kak tiara segera bangkit dari kasur.

"Pliss, besok ikut yah?" Lanjutnya, kini ia melangkah ke sampingku.

"Liat besok aja ya sayang" balasku.

Kak tiara tersenyum, meraih lenganku lalu mendekatkan wajahnya ke arahku.
Aku ikut tersenyum, lalu sejenak mengecup bibirnya.

"Kakak mau ikut ke bawah?" Tanyaku.

"Engga deh, mau mandi dulu" jawab kak tiara sambil melepaskan lenganku.

"Yaudah, aku kuliah dulu"
Aku melangkah ke arah pintu kamar.

"Yaa, eh hape jangan di matiin"
Kak tiara melangkah ke arah pintu kamar mandi..

"Iya sayang" balasku, sembari membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.

Di lantai 1, aku menemukan daud sedang sibuk memasak.

"Oi bro, sarapan ga lu? Biar sekalian gua dadarin telor nih" sapa daud saat melihatku baru saja turun dari tangga.

"Kaga biasa sarapan gua ud, eh ntar lu kuliah?"

"Kuliah, satu kelas doang ampe jam 5"

Aku terus berjalan melewati daud.

"Yaudah cabut duluan dah gua" ucapku.

"Eh bentar bro, kemaren haris ada omongan sama gua"

Mendengar ucapan daud, aku sontak menghentikan langkahku.

"Apaan?" Tanyaku.

"Kita buka penerimaan kaga?"

Aku menggaruk kepala, malas untuk membicarakan hal seserius ini di pagi hari

"Omongin ntar malem aja dah ya? Ribet mikirin gituan mah" balasku.

"Yaudah ntar malem aja" jawab daud, tanpa melihat ke arahku.

"Udah ya, berangkat dulu gua"
Aku melanjutkan langkahku menuju pintu rumah.

"Yoi, hati - hati lu" ucap daud, tepat ketika aku membuka pintu rumah.

________

Malam hari.

Aku, daud, haris, kak tiara dan kak nindy sedang berkumpul di meja makan.

"Mau ngomongin apa sih?"
Kak nindy yang duduk di sampingku membuka omongan.

"Penerimaan kak" jawab haris yang duduk di seberang kak nindy.

"Jadi gimana nih ja, kita buka penerimaan apa kaga?" Lanjut haris, melihat ke arahku.

"Emang 5hc sama tripunar pada buka? Harus ngadain acara penataran ya?" Balasku.

"5hc kaga, tripunar buka. Kaga juga sih ja, cuman kan biar semuanya pada kenal aja sama bocah yang pengen gabung" jawab haris.

"Emang yang mau masuk berapa orang dah ris? Engga semua yang nongkrong di warung kan?" Daud yang duduk di seberangku ikut dalam percakapan.

"Kaga lah coy, yang menurut gua bagus sih ada 5 orang, 3 orang maba, 2 orang angkatan kita" haris menjawab pertanyaan daud.

"Bagus apanya ris?"
Kini giliran kak tiara yang berdiri di belakangku dengan tangan berada di dadaku ikut bertanya.

"Sering nongkrong, orangnya asik trus bisa di andelin kak" jawab haris.

Setelah haris menjawab, kami berlima sempat terdiam.

"Sebenernya yang gua pikirin cuman acara penatarannya doang si, kita mesti nyewa villa, transport, makan, boros biaya banget" ucapku kembali membuka percakapan..

"Yaelah bro, kalem kalo soal gituan mah, masalah villa biar gua yang bayarin dah" jawab daud.

"Jangan gitu juga lah ud" protesku, tak setuju dengan penawaran daud.

"Masalahnya kan sekalian buat refreshing juga bro, emang ga bosen apa lu setiap hari disini?" Balasnya.

"Ja" tiba - tiba kak tiara memanggilku.

Aku yang saat ini sedang bersender pada dada kak tiara mengangkat wajah ke atas untuk dapat melihat wajahnya..

"Pake villa kakak aja gimana?" Lanjut kak tiara.

"Lu punya villa kak?" Tanya haris semangat.

"Villa bokap maksudnya" jawab kak tiara ke pada haris.

Kak tiara kembali melihat ke arahku.

"Kalo mau biar besok kita sekalian minta izin ke papah" ucap kak tiara kepadaku.

"Anjir lu ja udah pengen nemuin bokapnya, kebelet kawin lu?" Haris mengejekku.

Kak tiara justru tersenyum mendengar ejekan haris.

"Aku aja kan belum tau kak besok jadi ikut atau engga" balasku.

"Udeh si ja ikut aje, lumayan coy villa gratis, masalah absen kuliah lu besok biar gua yang ngatur dah"
Lagi - lagi haris menimbrung dalam pembicaraan.

"Ikutt ya, pliss" ucap kak tiara memohon.

Aku menurunkan pandangan, kini melihat daud yang rupanya masih terus menatapku.

"Gas aja sih bro" ucap daud.

"Iya za, biar besok ga cuman berdua doang" kak nindy ikut berbicara, semakin memojokanku.

Aku menarik nafas, melihat ke arah kak nindy yang baru saja berbicara.

"Iya dah, eh ris absen gua tolong kondisiin dulu ya" ucapku, kemudian melihat ke arah haris.

"Beres coy, yang penting villa lu kondisiin juga ya haha" balas haris tertawa.

"Yaudeh brarti villa pake punya kak tiara ya? Ntar kalo emang ga dibolehin sama bokapnya biar gua yang modalin" daud merangkum hasil pembicaraan.

"Nah sekarang acaranya mau kaya gimana nih?" Tanya haris, membuka topik pembahasan baru.

Selanjutnya kami berdiskusi mengenai konsep acara penataran ini, tak terasa hingga jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam akhirnya kami sepakat bahwa acara penataran ini tidak ada perpeloncoaan, namun para peserta tetap akan di suruh berkelahi setidaknya untuk melihat potensi mereka.

"Eh, gua pulang duluan ya? Udah jam segini" ucap kak nindy memohon izin untuk pamit.

"Ayok nin" balas daud, yang seperti biasa bertugas untuk mengantar pulang nindy.

"Yang, aku juga ke atas duluan yah? Ngantuk" kak tiara yang sedari tadi berdiri dibelakangku rupanya juga meminta izin untuk segera tidur.

"Yaudah tidur duluan aja kak" jawabku pada kak tiara.

Kak nindy dan daud pun berdiri dan mulai melangkah ke arah pintu rumah.

"Hati - hati" ucapku setengah berteriak kepada kak nindy dan daud.

Kak tiara rupanya juga sudah melangkah menaiki tangga, hingga akhirnya hanya tersisa aku dan haris yang masih duduk di ruang makan.

"Gabalik lu ris?" Tanyaku.

"Sebatang dulu dah, depan aja yok"
Ajak haris sambil berdiri.

"Ayo dah" jawabku ikut berdiri kemudian melangkah ke halaman rumah.

Di halaman rumah, aku dan haris duduk bersampingan, bersamaan menyalakan rokok kami masing - masing.

"Masalah kita sama 5hc gimana dah ris?" Tanyaku, mengingat ucapan bang roni saat kami menolong geri kemarin.

"Ah kaga tau dah gua ja, gua mah bodo amat si kalo cuman si roni mah"

"Kalo nandes?"

"Ya jangan sampe lah coy"
Sama sepertiku, rupanya haris juga selalu merasa terintimidasi dengan nama nandes.

"Sebenernya orang - orang yang paling di segenin di 5hc siapa aja sih ris?" Tanyaku, iseng.

"Ya lima pendirinya lah, NBIKT"

"Hah?" Aku sama sekali tak mengerti dengan huruf yang baru saja di ucapakan haris.

"Nandes, Bori, Indra, Kamal, Taufik"
Balas haris, menyebutkan lima pendiri 5hc.

Aku hanya terdiam menaikan alis mata, mengetahui 5 orang pendiri 5hc.

"Emang lu baru tau ye 5hc nama aslinya NBIKT? Cuman karena ribet akhirnya di sebutnya jadi 5hc, 5 huruf cukup.. sama kayak kita juga kan, 10 Desember di singkat jadi Tendes" lanjut haris.

"Tapi empat - empatnya masih pada aktiv di 5hc?" Tanyaku, menyebut 'empat' karena mengingat bahwa bori abangnya daud sudah meninggal.

"Masih lah, pas penataran kita kan pada dateng.. ohiye lu lagi tepar pas mereka nyampe" jawab haris, mengingat kejadianku kalah telak saat bertarung dengan daud di penataran 5hc.

"Kalo tripunar?"

"Pendirinya?" Balas haris.

Aku mengangguk.

"Raka, dio, ajis..tapi yang gua denger sih yang bisa berantem cuman si dio, musuh besarnya bori tuh dulu katanya" lanjut haris..

"Musuh besar bori? Lah nandes?"

"Nandes juga bisa ribut lah coy, dia kan ketua nya, cuman kalo masalah pukul - pukulan emang di 5hc yang paling di segenin ya si bori, sama aja noh kayak adeknya" jawab haris

"Dulu tuh kejayaan selalu di pegang 5hc ja, soalnya mereka punya bori sama nandes, cuman setelah bori meninggal ya jadi gaya - gayaan dah tuh anak tripunar. Lu bayangin coba bori sendirian berani nyamperin ke kontrakan tripunar, gimana kaga sampah tuh dulu mereka" lanjut haris, menguliahiku sejarah tongkrongan di kampus ini.

"Lu pasti kaga pernah denger nama bunga rampai ya?" Tanya haris.

"Hah?"

"Dulu tuh nandes, raka, dio awalnya satu tongkrongan, namanya bunga rampai, tongkrongan berjaket pertama di kampus ini. Cuman gatau kenapa mereka pecah, nandes bikin tongkrongan sendiri, raka sama dio juga buat tongkrongan sendiri, lahir dah tuh 5hc sama tripunar. Nih ye, kalo lu bisa punya jaketnya bunga rampai, lu mau jungkir balik di kampus juga gabakal ada orang yang berani nyolek lu"

"Maksud lu raka, nandes ,dio itu pendirinya bunga rampai?"

"Bukan coy, mereka malah angkatan paling muda pas bunga rampai bubar, mangkanya kalo lu punya jaket bunga rampai, nandes, raka, dio juga ga bakal berani nyolek lu, soalnya mereka pasti mikirnya kalo elu tuh adeknya senior mereka pas di bunga rampai"
Jawab haris.

Aku mengangguk.

"Trus pendirinya bunga rampai siape?" Tanyaku.

"Mana gua tau lah anjing, udah kejauhan itu mah, gua aja kaga tau kenapa bunga rampai bisa pecah. Kalo lu mau tau, lu tanya aje sono ke pak burhan" jawab haris, menyebut nama salah satu dosen di kampus.

"Pak burhan?"

"Iye, setau gua anak bunga rampai doi dulunya"

"Anjing, tua banget bangsat" keluhku menebak umur pak burhan yang mungkin sudah berkepala 4.

"Mangkanye, lu bayangin aja napa angkatan paling mudanya aja si nandes, dio, raka, udeh semester 13, gimana lagi pendirinya"

Aku mengangguk.

Akhirnya haris berhenti berbicara, sejenak kami hanya terdiam menikmati rokok masing - masing.

Setelah beberapa saat..

"Tapi selow, 3 atau 4 tahun lagi, nama tendes yang bakal berjaya di kampus" ucap haris, sambil menepuk dadanya sendiri.

"Serah lu dah ris" balasku, mematikan rokok di asbak meja.

"Eh gua tidur duluan dah ya" lanjutku, kemudian berdiri dan hendak melangkah ke dalam rumah.

"Eh bentar ja" panggil haris, aku sotnak menghentikan langkahku.

"Kalo kak tiara punya adek apa kakak cewek, kabarin gua ye" ucapnya tersenyum lebar.

"Lah oliv?" Balasku.

"Ohiyee" jawab haris singkat.

"Dongo, tidur duluan dah gua ah" ucapku lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

______________

Pagi hari.

"Heyyy, bangun dong"
Suara kak tiara dan sentuhan di lenganku membangunkanku dari tidurku.

"Bentar" jawabku malas tanpa membuka mata, justru menarik selimut menutupi kepala.

"Ihh, bangun sayangg" ucap kak tiara.

Selimutku di tarik, aku membuka mata, terpampanglah wajah cantik kak tiara yang tengah duduk di sampingku.

"Rapih banget kak?" Tanyaku sambil beberapa kali mengedipkan mata, melihat kak tiara yang nampak anggun dengan kemeja putih panjang, dan rok ketat sedengkul

"Ih, kan mau ketemu papah, bangun kek" jawab jak tiara, sambil terus menggoyangkan lenganku.

Aku perlahan bangkit hingga terduduk di samping kak tiara.

"Ketemunya di kantor?" Tanyaku.

"Iyalah, mangkanya mandi sana cepet"

"Aku pake kemeja sama celana bahan juga?"

"Gausah, kamu mah yang penting rapih aja, cepet kek mandi"

"Iya bawel" balasku, turun dari kasur lalu melangkah menuju kamar mandi.

"Kamu mau di bikinin sarapan ga?" Tanya kak tiara, kini ia sudah berdiri dan hendak melangkah ke pintu kamar.

"Gausah" jawabku singkat.

"Teh ya?" Tawar kak tiara lagi.

"Yaudah" balasku.

Selesai mandi, aku berpakaian menggunakan celana jeans baru, dan kemeja hitam lengan pendek sebagai atasnya, tak lupa melepaskan gelang lalu menggunakan jam tangan.

Selesai berpakaian, aku segera melangkah ke lantai 1.

"Pagi za" ucap kak nindy yang ternyata sudah duduk di meja makan, dengan segelas teh hangat di hadapannya.

Kak nindy, dengan tubuh langsing semampainya juga terlihat cantik dengan balutan kemeja merah marun dan celana bahan hitam sebagai bawahannya..

"Kak" panggilku sambil sedikit tersenyum menyapa kak nindy.

"Ga sarapan kak?" Tanyaku berbasa basi pada kak nindy.

"Gabiasa sarapan za, lu?"

"Sama" jawabku tersenyum.

"Eh, aku sarapan bentar yah" ucap kak tiara yang sudah selesai mempersiapkan sarapannya.

Aku dan kak nindy hanya mengangguk.

"Eh daud mana?" Tanyaku menyadari ketidakberadaan daud.

"Loh, emang dia biasanya jam segini udah bangun za?" Balas kak nindy sambil bangkit berdiri.

"Iya, udah rapih malah" jawabku..

Tanpa di suruh, kak nindy segera melangkah menuju kamar daud..

Setelah beberapa saat...

"AH MAMPUS GUA!" Teriak daud dari dalam kamar.

Aku dan kak tiara hanya tertawa kecil mendengar kepanikan daud bangun ke siangan.

Sejenak terdengar ke gaduhan dari dalam kamar daud. Setelah beberapa saat, kak nindy kembali berkumpul dengan kami di ruang makan.

"Daudnya mana kak?" Tanyaku.

"Langsung berangkat dia" jawab kak nindy, tersenyum menahan tawa.

"Loh kaga mandi itu dia?"

"Cuci muka aja engga, bangun - bangun langsung pake baju"

Aku, kak nindy dan kak tiara hanya tersenyum menggelengkan kepala mengetahui kesialan daud.

_____________

Jam 10 pagi.

Setelah dua jam perjalanan, aku, kak nindy dan kak tiara sudah tiba di dalam parkiran sebuah gedung bertingkat yang berada di area barat.

"Pagi bu" sapa seorang satpam penjaga pintu utama di gedung ini.

Kak tiara terus melangkah masuk ke dalam gedung, aku dan kak nindy hanya mengikuti langkahnya yang terus menimbulkan suara benturan antara heel sepatunya dengan lantai.

"Selamat pagi bu tiara, langsung naik aja bu, ayahnya sudah menunggu di ruangan" ucap wanita di belakang bilik resepsionis kepada kak tiara

Kak tiara hanya mengangguk, kemudian lanjut melangkah menuju ke sebuah lift yang berada di ujung lorong. Sepertinya lift ini hanya di peruntukan bagi petinggi kantor, karena aku sempat melihat beberapa karyawan sedang mengantri untuk menaiki lift yang berada di depan bilik resepsionis

Di dalam lift, aku, kak nindy dan kak tiara hanya terdiam saat merasakan lift mulai bergerak.

Entah kenapa jantungku mulai berdebar, menatap angka yang berada di atas pintu lift hingga akhirnya berhenti di angka 7.

"Gausah takut yah, papah baik kok" ucap kak tiara di barengi pintu lift terbuka.

Kak tiara melangkah keluar, begitu juga dengan ku dan kak nindy. Hingga akhirnya kami berhenti di depan sebuah pintu, kak tiara sebentar tersenyum kepada ku dan kak nindy, lalu dengan cepat mendorong pintu terbuka.

"Pagi pah" ucap kak tiara sambil melangkah masuk.

"Eh kamu ra" jawab seorang pria berkaca mata yang sedang duduk di tengah ruangan.

Pria tersebut kemudian berdiri dan melangkah menghampiri kak tiara. Tanpa ragu, kak tiara mencium pipi pria tersebut.

"Eh itu temennya suruh masuk" ucap pria tersebut melihat ke arahku dan kak nindy.

Aku dan kak nindy segera melangkah menghampirinya.

"Ohiya pah kenalin, ini nindy temenku yang mau magang di sini juga" ucap kak tiara memperkenalkan kak nindy.

Kak nindy segera sedikit membungkuk sambil menjulurkan tangan bersalaman dengan ayahnya kak tiara.

"Nindy" ucap kak nindy.

Ayahnya kak tiara hanya mengangguk.

"Nah yang ini eja, pacarku"
Kak tiara dengan santainya memperkenalkanku dengan ayahnya menggunakan sebutan 'pacar'

Aku sontak menjulurkan tangan untuk bersalaman.

"Reza pak, Reza Putra Hartanto" ucapku entah mengapa menyebutkan nama panjangku.

"Nama ayah kamu Hartanto ya?" Tanya ayahnya kak tiara sambil menjabat tanganku.

"Eh..iya" jawabku sedikit terkejut karena ayahnya kak tiara dapat menebak arti namaku.

Ayahnya kak tiara mengangguk, lalu melepas tanganku.

"Kalian bisa panggil saya pak tama, atau papahnya tiara, atau terserah kalian lah mau panggil apa" ucap pak Tama, tersenyum.

"Yaudah, kalian duduk aja dulu" lanjut pak tama melihat ke arah sofa yang ada di sebelah kanan kak nindy.

Aku dan kak nindy mengangguk kemudian melangkah lalu duduk di sofa tersebut, sementar kak tiara justru mengikuti langkah ayahnya yang kembali ke meja tengah ruangan.

"Pah, nanti tiara magangnya pas dosenku dateng ke sini aja yah?" Tanya kak tiara manja.

"Loh, gaboleh gitu lah nak, males banget sih kamu" balas pak tama.

"Ih biarin sih pah, boleh yah?" Kak tiara kini memeluk lengan pak tama.

Pak tama hanya menggelengkan kepala, melepaskan kaca mata dan di letakan di atas meja, berbalik kemudian berjalan ke arahku dan kak nindy.

"Ohiya kalian mau minum apa?" Tanya pak tama kepadaku dan kak nindy sembari menurunkan tubuhnya duduk di seberang kami.

"Gausah pak"
Jawabku dan kak nindy kompak.

Pak tama mengangguk.

Kak tiara dengan cepat menurunkan tubuh terduduk di bagian tangan sofa.

"Kamu sudah semester berapa reza?" Tanya pak tama melihatku.

"Semester 3 pak"

"Oh brarti kamu adik kelasnya tiara yah?"

"Iya..pak" jawabku, gugup.

"Ihh jangan dibikin takut kek pah" ucap kak tiara sambil mencubit lengan ayahnya.

Pak tama hanya tersenyum.

"Kalo kamu nindy, kamu mau magang di sini kan?" Tanya pak tama, kini kepada kak nindy.

"Iya pak"

"Kamu mau beneran magang, atau mau curang kayak tiara?".

"Ehmmm...kalo saya..." Kak nindy nampak bingung untuk menjawab.

"Kalo kamu mau beneran magang buat nyari pengalaman silahkan, nanti tetap dapat gaji 7 juta perbulan kok.. cuman memang anak saya ini luar biasa malasnya"

Aku menaikan alis mendengar jumlah bayaran gaji magang di perusahaan ini.

"Masalahnya kalo tiara ga ikut magang, saya juga pasti merasa ga nyaman pak" balas kak nindy.

"Benar sih...udah lah nak, kamu beneran magang aja, yang penting kamu setiap hari datang ke kantor, setelah itu terserah kamu" kini pak tama mencoba membujuk kak tiara.

"Gamauuu" balas kak tiara manja.

Pak tama hanya menggelengkan kepala, namun ia tiba - tiba melihat ke arahku.

"Gimana menurut kamu reza?" Tanya pak tama kepadaku.

Aku terdiam, kemudian melirik kak tiara, kak tiara juga ternyata melihat ke arahku, mata kami bertatapan, eskpresi wajah kak tiara berubah..

"Ishhh papah mah gitu!" Rengek kak tiara, mungkin sudah dapat menebak bahwa aku akan menyuruhnya untuk menjalankan magang..

Aku, kak nindy, dan pak tama sontak tersenyum.

"Bete ah" ucap kak tiara singkat kemudian berdiri dan melangkah ke meja kerja pak tama.

"Loh kok jadi papah?" Tanya pak tama kepada kak tiara.

Kak tiara tak menjawab, ia justru menurunkan tubuhnya duduk di kursi kerja pak tama.

"Yasudah lah, kalo soal magang terserah kalian aja maunya gimana" ucap pak tama kepada kak nindy.

"Ohiya reza, kamu sudah makan?" Tanya pak tama kepadaku.

"Eh..

"Saya mau ngobrol sama kamu"
Lanjut pak tama.

"Baik pak" jawabku cepat.

Pak tama berdiri kemudian melangkah menuju pintu, aku yang bingung harus melakukan apa hanya bisa mengikutinya.

"Mau kemana sih pah?" Tanya kak tiara, yang masih duduk di kursi kerja pak tama.

Pak tama melihat ke arah kak tiara, begitu juga denganku.

"Papah mau interogasi pacar kamu" jawab pak tama, ucapannya seram namun nada bicaranya terdengar jelas bahwa ia bercanda.

"Ih awas aja kalo eja sampe takut" balas kak tiara cemberut.

Pak tama hanya tersenyum kemudian lanjut melangkah keluar ruangan, begitu juga denganku. Aku terus mengikuti pak tama hingga akhirnya tiba di sebuah area yang terkesan seperti sebuah cafe, dimana terdapat bilik makan, kulkas minuman, juga meja bar di sudut ruangannya.

"Bagaimana kabar orang tua kamu za?" Tanya pak tama, seakan kenal dengan orang tuaku.

"Eh......

"Sudah, tak usah di jawab" potong pak tama nampaknya menyadari bahwa aku bingung untuk menjawab pertanyaanya.

Pak tama duduk di meja makan yang berada di tengah ruangan, aku pun menarik kursi dan duduk di seberangnya.

"Kamu tinggal sama siapa?" Tanya pak tama lagi.

"Saya....tinggal sama majikan saya pak" jawabku lemah.

"Majikan?"
Suara pak tama meninggi.

"Iya, saya lahir dan dibesarkan oleh ibu saya di rumah majikan saya pak, sampai akhirnya ibu saya meninggal dan saya meneruskan pekerjaannya"
Aku membongkar indentitasku dihadapan pak tama..

Pak tama sejenak terdiam, ia nampak masih tak percaya dengan ucapanku.

"Lalu bagaimana dengan biaya kuliah kamu?" Tanya pak tama

"Untungnya keluarga majikan saya berbaik hati dan mau membiayai kuliah saya"

"Mana mungkin ada orang yang mau berbaik hati rela mengeluarkan uang puluhan juta untuk anak pekerja rumah tangganya"

Nafasku sontak terhenti, aku sama sekali tak dapat menebak maksud ucapan pak tama.

"Itu bukan baik hati namanya, tapi itu kepercayaan. Saya yakin kamu dan mendiang ibu kamu sudah bisa membuat mereka percaya bahwa kamu dapat di anggap selayaknya keluarga" lanjut pak tama.

Aku masih terdiam, sama sekali tak menduga bahwa pak tama akan mengucapkan kata - kata tersebut

Tiba - tiba seorang pria datang ke meja kami dan menyiapkan beberapa piring makanan.

"Sudah - sudah, mari kita makan, setidaknya saya sudah dapat mengetahui bahwa kamu adalah orang yang bisa di percaya" ucap pak tama lagi.

Pria yang menghidangkan makanan kami sudah selesai dengan urusannya, kemudian segera melangkah pergi.

"Mari nak reza, silahkan di nikmati makanan ala kadarnya ini"

Pak tama meraih sendok dan garpu yang sudah di telakan di atas piringnya, begitu juga denganku walau masih memikirkan ucapan pak tama.

Selama menyantap makanan, aku dan pak tama hanya terdiam, hingga akhirnya kami melahap makanan yang berada di atas piring kami masing - masing.

"Apa pendapat kamu mengenai putri saya?" Tanya pak tama, setelah ia selesai meneguk air di dalam gelasnya.

"Maksudnya pak?" Ucapku, ragu.

"Apa hal yang kamu suka dan tidak suka dari putri saya"
Pak tama memperjelas pertanyaanya.

"Yang saya suka, dia ga pernah ragu untuk menolong, perhatian, dan selalu jujur mengenai apa yang dia rasakan"

Pak tama sedikit menaikan alis mendengar jawababku.

"Yang saya ga suka, boros dan kadang keras kepala" lanjutku.

Pak tama tersenyum.

"Mungkin itu salah saya karena ga pernah bisa menolak permintaannya" ucap pak tama tersenyum.

"Saya ga pernah mempermasalahkan putri saya berhubungan dengan siapa, asalkan dia bahagia, saya setuju. Walau secara kasar saya mengatakan bahwa kamu adalah anak pembantu, tapi kalau putri saya memilih kamu, ya teruskan saja, bahkan mungkin perusahaan ini suatu saat akan menjadi milik kamu"

Mulutku sedikit terbuka saat mendengar ucapan pak tama.
Pak tama hanya tersenyum kemudian berdiri dari tempat duduknya.

"Sudah jangan terlalu di fikirkan, saya tau kamu orang baik. Mari kita kembali ke ruangan saya" lanjut pak tama kemudian mulai melangkah.

Aku yang masih sempat menatapnya tak percaya dengan cepat ikut berdiri dan mengimbangi langkahnya.

"Udah sih nin, nanti kamu minta ke eja biar kita gausah magang yah"
Terdengar suara kak tiara saat pak tama yang berada di depanku baru saja membuka pintu.

Di dalam ruangan, aku melihat kak tiara sedang duduk bersama kak nindy di sofa. Pak tama terus berjalan ke arah meja kerjanya, sementara aku melimpir mendekati kak tiara.

"Kamu diapain yang?" Tanya kak tiara sambil meraih tanganku.

"Engga kok, ngobrol doang" jawabku pelan.

Baru saja aku hendak melangkah untuk duduk, tiba - tiba pak tama melangkah ke arah kami

"Ra, papah kayaknya harus pergi mengejar jam penerbangan, masalah magang terserah kamu aja lah maunya gimana" ucap pak tama pada kak tiara.

"Eh pah, sabtu minggu ini aku mau ke villa dong" balas kak tiara.

"Villa yang mana?"

"Ya mana aku tau villa kita yang mana aja"

Pak tama mengangguk, kemudian membalik badannya ke arah belakang.

"Vina!" Ucap pak tama memanggil sebuah nama yang tak asing di telingaku.

Disaat itu pula aku menyadari bahwa di sudut ruangan ini terdapat pintu.

Pintu terbuka, munculah seorang wanita cantik yang mungkin umurnya sekitar 3 - 4 tahun di atasku.

"Iya pak?" Ucap wanita yang bernama vina tersebut.

"Tolong kirim ke saya dafar nama dan alamat villa yang beratasnamakan nama saya..dan saya mau berangkat, putri saya dan teman - temannya sepertinya masih mau disini, jadi kalo kamu mau istirahat silahkan saja"

"Baik pak" ucap wanita tersebut sambil sedikit membungkukan badannya.

Pak tama kembali melihat ke arah kami.

"Ada lagi nak?" Tanya pak tama kepada kak tiara.

Kak tiara menggelengkan kepala.

"Yasudah papah pergi dulu. Reza, nindy, mohon maaf saya harus pamit" ucap pak tama.

Mendengar ucapannya, aku bisa merasakan walaupun pak tama adalah pemilik perusahaan ini, namun dia meruapan seorang pria yang sangat beretika.

"Baik pak"

"Makasih pak"
Ucap ku dan kak nindy di saat yang bersamaan.

Kak tiara bangkit dari sofa, kemudian berjalan mendekati pak tama.

"Hati - hati yah pah" ucap kak tiara lalu mencium pipi pak tama.

Pak tama mengangguk, kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan.

Saat pintu tertutup, entah mengapa aku justru melihat ke arah wanita yang bernama vina, yang masih berdiri di belakang meja kerja pak tama..

Ia juga menatapku, sambil perlahan melangkah kembali ke dalam ruangannya.

"Ihh matanya!" Ucap kak tiara sambil mencubit perutku pelan.

"Eh..maaf" balasku menyadari kak tiara melihat tatapanku dengan wanita tadi..

"Bandel ngeliatin cewek lain" balas kak tiara.

"Dari pada nyebutin nama cowok lain"
Aku iseng mengungkit masalah kemarin.

"Iiiiihhhhh!!" Rengek kak tiara kembali mencubit perutku, namun kali ini sangat keras.

"Aduh..iyaiya maaf...sakitt"
Aku meraih tangan kak tiara, mendorong tangannya hingga cubitannya terlepas.

"Haha, emang nyebut nama siapa dia za?" Saut kak nindy yang ternyata mendengar ucapanku.

Tangan kak tiara kembali bergerak untuk mencubit perutku, aku dengan segera menahan tangannya sambil memundurkan perutku.

"Iyaiya..ampun"
ucapku kepada kak tiara lalu kami berdua tersenyum.
 
Terakhir diubah:
mampus dah lu za...

fix inimah kak vina idolaku :hua:

Bakal ada pergolakan bathin nih seandainya memang benar kak vina yg dulu...
kak vina emang baik, baik banget. Nilai plus pun ada tersendiri. Klo kak tiara jg baik, tapi minusnya jg ada pas nyebutin nama kemarin.

haha eja eja.. Sayangilah kak vina sebelum hatimu berlubang terlalu dalam :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd