Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Yaelah

14​


Beberapa hari setelah masa ospek selesai.

Aku sedang berada di kantin, mengantri untuk membeli makanan.

Setelah berhasil membeli makanan, aku melihat ke sekeliling kantin yang di penuhi oleh puluhan mahasiswa. Mataku berhenti tepat di sebuah meja yang berada di ujung kantin, dimana sekelompok mahasiswa sedang berbincang dan masih tersedia satu bangku di antara mereka.

Aku berjalan menuju bangku tersebut, menurunkan badanku terduduk. Entah mengapa, mahasiswa yang ada di sekitarku terdiam saat aku duduk bersama mereka. Aku tak peduli, justru mulai melahap makananku.

Baru saja aku menelan beberapa suapan..

"Boy, misi boy gua mau duduk" ucap seseorang di sebelahku.

"Gua lagi makan" jawabku tanpa melihat ke arahnya.

"Yaudah si, makan sambil berdiri aje" balasnya.

"Gua lagi makan" ucapku lagi.

"Buset dah, lu mau nyari masalah apa gimana?"

Aku berhenti menyuap, membelokan kepala dan sedikit mendongkak untuk melihat wajahnya.

"Ngape? Ga seneng?" Ucapnya yang kini berada di hadapanku dengan tatapan tengilnya.

Aku dengan cepat melempar piring makananku ke arah wajahnya..

"GUA LAGI MAKAN BANGSAT!" Bentakku sambil berdiri dan melangkah mendekatinya.

Piring makananku mendarat tepat di wajahnya, membuat nasi menempel di wajahnya. Saat piring makananku baru saja terlepas dari wajahnya, aku melayangkan pukulan tangan kananku mengganti posisi piring makanan tersebut.

'bagh'

Pukulanku mendarat sempurna mengenai rahangnya, ia terpental mundur dan mendarat menimpa badan mahasiswa lain yang sedang duduk belakangnya.

"APA APAAN LU!" Teriak seorang mahasiwa yang berada di seberangku.

"KENAPE? RIBUT?!" Ucapku membalas teriakannya..

Semua orang yang berada di sekitar meja kompak berdiri dan melihat ke arahku..

"100 ORANG KAYAK LU JUGA GUA LAWAN!" Lanjutku sambil melangkah mundur dan bersiap untuk menghadapi mereka semua.

Mereka yang mungkin berjumlah 8 orang mulai melangkah mengitari meja dan berjalan ke arahku.

"BANGSAT LU YE!" Teriak salah seorang dari mereka.

Mereka mulai mendekat, aku mengambil sikap bertarungku, jantungku mulai berdebar akibat pacuan adrenalin yang ada di dalam tubuhku.

"MASIH SIANG WOY!! MAU KENA KASUS LU PADA?" Teriak seseorang dari belakang mereka berdelapan.

Mereka sontak berhenti melangkah, namun masih menatap ke arahku. Aku menggerakan pandanganku melihat seseorang yang berada di belakang mereka.

Seorang pria dengan menggunakan jaket hoody bertuliskan 'Tripunar' dibagian dada sedang melangkah ke arahku.

Ia terus melangkah dan mendorong dua orang yang ingin berkelahi denganku membuka jalan.

"Cabut lu" ucapnya kepadaku saat ia berada di antara aku dan 8 orang tadi.

"Nyawa lu sini gua cabut" balasku.

Ia terdiam tak membalas ucapanku.

Aku menurunkan tanganku, sejenak menatapnya kemudian membelokan badan dan mulai berjalan untuk keluar dari kepungan 8 orang ini.

"Minggir anjing" ucapku sambil mendorong pria yang berada di hadapanku, wajahnya terus menatapku tak senang, namun ia tetap bergeser ke samping untuk memberikanku jalan..

Aku berjalan melewatinya, kini di hadapanku terlihat puluhan mahasiswa yang berada di dalam kantin sedang menatapku dengan pandangan tak percaya.

"KENAPE? MAU RIBUT JUGA LU PADA?" Teriakku..

Mereka semua sontak memalingkan wajah tak lagi menatapku, aku mulai berjalan menuju keluar kantin..

"GA BAKAL PANJANG LU HIDUP LU BOY!" Teriak seseorang yang berada di pojok kantin, salah satu dari 8 orang yang ingin berkelahi denganku tadi.

Aku memutarkan setengah badan ke arahnya..

"BUKTIIN AJE SINI TOT" Balasku kemudian kembali melihat ke depan dan melanjutkan langkahku keluar..

________

Di depan kelas.

"Buset, emang lu ga takut ger kalo mereka rame - rame nyamperin lu?" Ucap salah seorang teman seangkatanku.

"Yaelah, orang maen keroyokan begitu mah aslinya pasti culun, sekali pukul juga kelar" balasku.

Saat ini aku sedang berada di depan kelas, berbincang dengan teman seangkatanku sembari menunggu dosen.

"Ajarin gua cara ribut dong ger" ucap salah seorang temanku yang lain.

Aku tak membalas ucapannya karena mataku menatap kepada dua orang mahasiwa cantik yang sedang berjalan ke arahku, entah mengapa mereka terus melihatku dengan wajah bingung..

"Kenapa yah?" Ucapku menegur dua mahasiswa cantik itu saat mereka hendak melewatiku.

Mataku mengerenyit saat melihat bahwa salah satu dari mahasiwa cantik itu sedang menggunakan jaket jeans, jaket yang mirip dengan yang anto gunakan saat bertemu denganku beberapa hari yang lalu.

"Eh...engga, gapapa kok, tadi kirain temen" balas wanita yang menggunakan jaket jeans.

Aku dapat memastikan bahwa jaket yang ia kenakan serupa dengan anto saat melihat terdapat tulisan 'Tendes' dibagian lengannya..

"Geri" ucapku cepat sambil menjulurkan tanganku ke arahnya..

Ia sempat terdiam, namun kemudian tersenyum dan memanjangkan tangannya untuk menjabat tanganku.

"Nindy" balasnya tersenyum.

"Ger, bu asih ger" saut salah seorang temanku menginformasikan bahwa dosenku sudah datang.

"Emm, gua kelas dulu ya" ucapku pada nindy sambil melangkah mundur dan melepaskan tangannya.

"Iya" balas nindy singkat kemudian mulai berjalan meninggalkanku.

"Haha keren lu ger asli"

"Anjing, cakep banget tuh cewe ger"

Ucap teman - temanku melihat aksiku berkenalan dengan nindy, aku hanya tersenyum kemudian melangkah masuk ke dalam kelas.

Di dalam kelas, aku melihat Oliv sedang duduk di pojokan paling belakang, aku harus mengakui bahwa oliv memiliki wajah yang sangat cantik walaupun banyak rumor seputar dirinya, aku dengan semangat berjalan ke arahnya.

"Misi coy, gua mau duduk sini" ucapku pada seorang mahasiwa yang duduk di samping oliv.

"Iyaiya ger" jawabnya pasrah kemudian berdiri mempersilahkan tempat duduknya..

Aku meletakan tasku di atas meja, lalu duduk di samping oliv.

"Pengen banget duduk di sini ger?" Tanya oliv saat aku baru saja duduk.

"Iye, ga boleh?" Balasku..

"Boleh kok" jawabnya sambil tersenyum.

Aku sejenak memperhatikan tubuh oliv yang saat ini sedang menggunakan kaos putih super ketat dengan bawahan celana jeans panjang..

"Lu bispak ya?" Tanyaku lancang.

"Ih apasih" jawab oliv dengan wajah cemberut kemudian melihat ke arah depan kelas.

Aku hanya tersenyum, kemudian ikut melihat ke depan kelas dimana dosen baru saja masuk ke dalam ruangan.


_______


"Kita lanjutkan di pertemuan selanjutnya"
Ucap dosen menandakan bahwa perkuliahan hari ini sudah selesai.

Suasana kelas sontak menjadi ramai, seluruh mahasiswa sibuk merapihkan peralatan kuliahnya.

Aku melihat ke kanan, oliv sedang memasukan laptopnya ke dalam tas.

"Mau langsung pulang liv?"
Tanyaku.

"Engga, mau ketemu temen dulu" jawab oliv tanpa melihat ke arahku

"Pelanggan ye?" Ucapku.

Oliv sontak melihat ke arahku, wajahnya terlihat tak senang.

"Gausah bacot deh ger" balasnya.

"Yaelah galak amat" ucapku.

Oliv tak lagi membalas ucapanku kemudian mulai berjalan menuju pintu kelas, begitu juga denganku.

Di depan kelas, oliv lanjut berjalan menuju tangga, sementara aku diam berdiri di samping pintu.

"Ga balik lu ger?" Tanya salah seorang temanku saat ia baru saja keluar kelas.

"Duluan aja" balasku, ia hanya mengangguk kemudian lanjut berjalan.

"Oi, ngapain lu ger? Mau nemuin yang tadi lu ye?" Ucap temanku yang lainnya yang juga baru keluar dari kelas.

"Gausah bacot anjing" bentakku.

"Eh iyaiya sorry" balasnya panik kemudian dengan cepat pergi meninggalkanku.

Cukup lama aku menunggu di depan kelas, bahkan kini kelasku sudah kosong. Namun akhirnya aku melihat nindy sedang berjalan ke araku bersama wanita lain yang tak kalah cantiknya.

"Nin" panggilku saat nindy sudah berada dekat denganku.

"Loh belum pulang ger?" Tanya nindy ketika ia tepat di depanku.

"Belum, gua mau minta nomor lu dulu, boleh?" Tanyaku.

Nindy terlihat kaget mendengar pertanyaanku, ia terdiam dengan mata terus menatapku.

"Hihi, sikat bu" ejek wanita yang berdiri disamping nindy.

"Ih, apasih ra" ucap nindy malu.

"Hmm...boleh deh" lanjut nindy akhirnya menjawab pertanyaanku.

Aku tersenyum kemudian meraih hp dari kantongku, mencatat nomor nindy.

_________

Sekitar jam 5 sore.

Aku baru saja tiba di kostan, membuka celana jeansku kemudian membaringkan tubuh di atas kasur dengan hp di tanganku.

"Nin, ini gua geri" isi pesan yang kirim kepada nindy.

Sesaat aku menunggu balasan dari nindy, namun ia tak juga membalas. Aku memutuskan untuk meletakan hpku di atas lemari kecil yang ada di samping kasur, lalu memejamkan mata untuk sejenak beristirahat.

Namun tiba - tiba...

"Emhhhh...terusss ahh"

Aku mendengar suara desahan dari kamar sebelahku, aku mencoba untuk tak menghiraukannya, kembali memejamkan mata..


"Aaah...iyaaa aaahhh"

Suara desahan itu justru semakin kuat.

"Brisik banget tai" keluhku mendengar suara persetubuhan itu.

Aku bangkit dari kasur kemudian melangkah menuju pintu kamar, saat aku sudah berada di depan pintu kamar aku menjulurkan tangan untuk mengentuk pintu tetangga kostanku..

"Woi kalo ngewe jangan brisik lah" ucapku sambil mengetuk pintunya..

Tak ada jawaban dari dalam kamar, namun suara desahan tak lagi terdengar.

Saat aku ingin kembali masuk ke dalam kamarku, tiba - tiba pintu itu terbuka.

"Kenapa si? Lu ga seneng?" Ucap pemilik kamar yang hanya mengeluarkan bagian leher dan kepalanya.

"Iye ga seneng gua" balasku sambil melangkah ke depan pintu kamarnya.

"Lah terus lu maunya apaan? Ribut?" Ucapnya menantang.

"LAH AYOK!" bentakku sambil menendang keras pintu kamarnya.

Pintu kamarnya terbanting terbuka, ia bergerak mundur memegangi pinggang yang sepertinya beradu dengan gagang pintu.

"SINI LU!" Ucapku sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Alisku mengerenyit saat menyadari bahwa ia sama sekali tak menggunakan pakaian. Aku dengan cepat bergerak ke arahnya, ia terlihat panik dan melangkah mundur sambil terus memegangi pingganya.

Aku segera melayangkan pukulan ke wajahnya, ia tak menghindar, justru memejamkan matanya menerima pukulanku yang mendarat tepat di pipinya.

Tubuhnya terpental hingga membentur tembok, kemudian terjatuh dengan posisi duduk menempel tembok.

Aku kembali melangkah mendekatinya, mengangkat kaki kiri an mengarahkan dengkulku ke wajahnya.

Lagi - lagi dengkulku mendarat sempurna tepat dibagian tengah wajahnya, lalu menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil memegangi idungya.

"AYO SINI RIBUT ANJING" bentakku lagi - lagi melangkah mendekatinya.

Ia terlihat sangat panik dan dengan segera menahan langkahku dengan satu tangannya..

"Udeh bang udeh" ucapnya sambil berusaha merangkak menjauhiku.

"Ger, apa - apaan sih?"

Tiba - tiba suara perempuan terdengar menyebut namaku, aku menggerakan kepala melihat ke sumber suara.

Oliv, dengan tubuh telanjang berbaring di atas kasur dimana dengan tangan menutupi bagian dada dan selangkangannya.

"Yaelah, bener ternyata omongan anak - anak" ucapku kepada oliv yang kini hendak beranjak dari kasur.

Oliv dengan cepat melangkah meraih pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu buru - buru mengenakannya.

"Gila lu ger ya" ucap oliv dengan tatapan tak senang saat ia sedang menggunakan bajunya.

"Lah elu yang gila, mau - mauan aja sama cowok begini" balasku.

Oliv tak menjawab, ia lanjut menggunakan pakaiannya. Saat oliv hendak mengaitkan celana jeansnya, aku dengan cepat melangkah mendekatinya.

"Lu ikut gua dulu sini" ucapku sambil meraih tangan oliv sehingga ia gagal mengaitkan celananya.

"Ih ger, apa - apaan sih" protes oliv.

Aku tak peduli, justru semakin menarik lengan oliv hingga keluar lalu mendorongnya masuk ke dalam kamarku, lalu menutup pintu.

"Ngapain sih?!" Tanya oliv jutek.

"Lu ngapain mau - maunya sama tuh orang?" Balasku sambil mengunci pintu kamarku..

"Bukan urusan lu!" Jawab oliv kemudian mencoba melangkah melewatiku.

Saat oliv berada tepat di sampingku, aku dengan cepat mengaitkan lenganku di depan lehernya, lalu menariknya keras sehingga tubuh bagian belakangnya menempel dengan tubuh bagian depanku.

"GER JANGMMPHH" teriakan oliv terhenti saat aku meletakan telapak tangan kiriku mendekap mulutnya, lalu menarik tubuhnya menjauh dari pintu.

"Gua cuman mau nanya kok" ucapku berbisik di telinga oliv.

Oliv masih sempat melawat dengan memukul mukul lengan kananku.

"Jadi mending lu tenang dulu, dari pada gua patahin nih leher lu" lanjutku berbisik.

Oliv perlahan mulai tenang, ia tak lagi memukul lenganku, tak lama kemudian ia seperti berusaha mengangguk, walau anggukannya tertahan tanganku yang mendekap mulutnya.

"Lu ceweknya dia?" Tanyaku pelan sambil melepaskan mulutnya.

"Bukan" jawan oliv lemah.

"Lu di bayar?" Tanyaku lagi.

"Engga"

"Lah, ngapain lu main sama dia?"
Kini aku meletakan tangan kiriku di depan payudara oliv.

"Emhh...dia anak 5hc" jawab oliv sedikit mendesah.

"Oh, lu mau jadi lonte tongkrongan?"
Kini aku meremas kencang empuk payudaranya itu.

"Emhh....ahhh"
Oliv justru semakin mendesah akibat remasan tanganku.

"Hahah lu suka ya diginiin? Hyper lu ye?"
Aku semakin meremas payudara oliv.

Oliv tak menjawab, namun aku merasakan ia justru memundurkan pantatnya menempel dengan selangkanganku.

Aku melepaskan payudaranya, kemudian tanganku bergerak kebawah, masuk ke dalam celana jeansnya yang belum sempat terkait itu.

"Mending jadi lonte gua aja gimana?"
Tanyaku sambil mulai menggesekan jari - jariku di area vaginannya.

"Ahhh..gerr.."

"Jawab dong" ucapku, kini aku bahkan sedikit meremas punuk vaginannya

"Ger, jangan gini kek" jawab oliv.

Aku dengan kuat menarik lehernya menggunakan lenganku kemudian meletakan kepalaku di atas pundaknya.

"Haha, memek lu aje masih basah liv, kena tanggung lu ye?" Bisikku di kupingnya.

"Udah dong" balas oliv.

"Udah apanya?"
Aku kembali mengelus vagina oliv.

"Inii"
Oliv menggenggam lengan tanganku yang sedang mengerjai vaginanya.

"Oh oke" balasku.

Aku segera menarik tanganku keluar dari dalam celananya, juga tanganku yang melilit lehernya, lalu mendorong punggungnya kuat hingga ia jatuh tengkurap di atas kasurku.

"Paling besok satu kampus tau kalo lu itu lonte" lanjutku enteng.

"Jangan macem - macem ya ger" jawab oliv dengan nada mengancam, kemudian mengangkat tubuhnya duduk di atas kasur.

"Sini lu!"
Aku meraih lengan oliv, lalu menariknya keluar kamar.

Saat berada di luar kamar, aku melihat banyak tentangga kostanku sedang berdiri di pintu kamarnya masing - masing melihat ke arahku dan oliv.

"Masuk!"
Aku mendorong tubuh oliv kuat hingga ia jatuh di atas kasur, menindih perut anak 5hc yang sedang berbaring memegangi hidungnya.

"Buset, jangan gitu lah bang" ucap anak 5hc saat oliv menindih perutnya.

"Hah? Mau gua dengkulin lagi muka lu?" Jawabku sambil berjalan mendekatinya.

"Kaga bang kaga, sorry sorry" ucapnya sambil menyingkir dari tindihan oliv, bergerak menjauhiku

Aku meraih dagu oliv, mengarahkan wajahnya menghadap ke pria itu.

"Nih, lu inget muka nih cewek, kalo sampe gua liat nih cewek nongkrong di tempat lu, jangan salahin gua kalo bukan cuman tulang idung lu yang bakal patah" ucapku.

"Ger...ampunn"
Oliv justru membalas ucapanku, dengan suara goyang seperti sedang menangis.

"Iye bang iye, udeh bang ampun" jawab pria itu sambil menempelkan kedua tangannya dan di letakan didepan dada untuk memohon.

"Bilangin juga sama temen - temen lu, inget nama geri, dia yang bakal ngobrak - ngabrik tongkrongan di kampus ini" balasku kemudian melepaskan dagu oliv.

Oliv segera melihat ke arahku, dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Aku membalikan badan dan melangkah menuju pintu.

"Ohiye liv" ucapku saat berada tepat di pintu sambil membalikan setengah badanku kembali melihat oliv.

"Mulai sekarang lu punya gua" lanjutku tersenyum kemudian kembali melangkah keluar kamar, sementara oliv hanya menatapku dengan wajah tak percaya.

___________

Sekitar jam 10 malam.

Pov orang ketiga.

Di kontrakan tripunar.

"Tadi di kantin ada masalah apaan dah ndre?" Tanya raka yang sedang berbaring di atas kasur, sambil mengusap rambut seorang wanita yang sedang mengulum penisnya.

"Ada maba bang, tengil banget gayanya" jawab andre yang sedang berdiri sambil menghisap rokok tepat di bawah pintu.

"Yaelah maba, siapa si namanya?"
Balas raka.

"Geri"

__________

Di gedung UKM.

Roni sedang berdiri di depan ruang ukm lantai dua, bersender pada balkon melihat ke depan gedung ukm.

"Oi, ngapa itu muka lu?" Teriak roni bertanya saat melihat seorang mahasiwa baru saja datang dengan gips di hidungnya.

"Ribut gua bang sama tetangga kostan gua, maba tapi tengil banget gayanya" balas mahasiwa tersebut dari halaman ukm

"Yaelah sama maba aja lu bonyok, siapa si namanya?" Tanya roni lagi.

"Geri"

________

Di rumah kak tiara.

"Eh yang, bentar deh" ucap kak tiara yang saat itu sedang menindih reza dengan tubuh telanjang.

Reza menghentikan aksi mencium leher kak tiara, kemudian menatap kak tiara menunggu ucapannya.

"Tadi nindy di ajak kenalan sama maba tau yang" lanjut kak tiara.

"Ah? Siapa?" Tanya reza heran

"Geri"
 
Terakhir diubah:
Bimabet
reza ketemu geri ? Hmm.. Musuh bebuyutan...

pikiranku melayang jauh klo ngeliat reza ktemu geri, serasa nonton crow zero :pandaketawa:

tapi di sisi lain jg kayak ngeliat mreka bakal menyatu, soalnya si geri bilang "bakal obrak - abrik"
sedangkan reza, gagal jg masuk 5hc..

ga bisa bayangin dah klo mreka berdua bersatu, bisa² perang dunia.

just wait for next update !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd