Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Chapter II

A Sweet Mistake


Setelah Nita berlari meninggalkan apartementku, saya berusaha mengejarnya, saya turun lewat tangga dengan terburu-buru, sampai di lantai dasarpun dia sudah tidak ada. Saya mencoba menelfon nomornya, tapi tidak di angkat. Tidak mungkin juga dia matikan karena itu adala line kantornya, tapi sepertinya nomorku diblokirnya.

Setelah berganti baju, Saya kembali ke kantor untuk mencari Nita, tapi mobilnya tidak terlihat. Saya naik menyapa pak Stanly, ternyata dia juga sudah pulang, akhirnya saya hanya mengambil motor dan berniat mencari Nita di rumahnya, ternyata mobilnya belum ada dirumah, saya menunggu hingga hampir dua jam dan belum ada tanda dia kembali. Kalau seperti ini sih gimana ya, mungkin dia perlu waktu untuk sendiri dulu.

Malam itu saya pulang ke apartmentku, terduduk di ruang tamu, memikirkan apa yang baru saja terjadi sore ini di sini, rasanya seperti kesalahan, tapi sebuah kesalahan yang indah. Tapi saya tidak ingin hubungan kami berakhir, tidak ingin pertemanan yang sudah kami jalin berakhir karena kesalah indah tadi. Tapi apakah itu kesalahan?

Mungkin besok dia sudah tenang, besok saja akan kucoba hubungi lagi. Tapi setelah berbaring di ranjangku, rasanya tidak bisa tidur juga. Perasaanku campur aduk, apakah yang kulakukan tadi itu salah, apakah itu benar, terus kedua hal itu berkecamuk. Hingga hampir pukul 3 masih menatap langit-langit kamaku.

“Lineee” smartphoneku berbunyi.

Anita : Kamu sudah tidur?

“Kamu”, dia pakai kata kamu, biasa juga kau atau kadang nyet. Tengah malam gini.

Ted : Belum…

Anita : Aku tidak bisa tidur…

Ted : Sama…

Ted : Kejadian tadi sore, maafkan aku…

Ted : Kita terbawa suasana… tidak seharusnya, kamu sudah terikat dengan yang lain…

Anita : bukan salah mu …

Rasanya tidak nyaman membahas ini melalui chat, ku beranikan untuk mau menelfonnya.

Ted : Aku telfon ya?

Anita : Besok ketemuan saja, kita bicarakan, adikku sudah tidur, nanti dia terbangun…

Anita : Ayo tidur gih…night…

Ted : Night…


Seperti rasa lega yang datang dari chat tersebut, dia sudah tidak marah, ataukah dia memang tidak marah? Aduh malah kepikiran lagi. Rasanya otakku langsung relax dan begitu mataku terpejam, saya langsung tertidur.


Pagi rasanya lebih cerah dari kemarin, bangunpun lebih semangat dari biasanya, biasanya alarmku berbunyi pukul 6 dan saya masih malas-malasan di kasur untuk bergerak, hari ini weekend, dan jam 6 saya sudah bangun. Walau cuman tidur 3 jam rasanya sudah semangat hari ini. Apakah karena akan bertemu dengan Nita? Apakah ini yang disebut cinta?


Hari Sabtu, saya beraktifitas seperti biasanya, bagun pagi, mandi, sarapan dan siap-siap untuk menuju gym. Kalau hujan-hujan tidak jelas seperti ini selaluku sempatkan untuk ke gym, selain gym hari ini saya harus ke dojo. Selama di kota ini, berkat rekomendasi dari sensei-ku, saya sekarang melatih di salah satu dojo di sini. Jadwalkupun disesuaikan dengan jam kerjaku, jadi kebanyakan waktu melatihku adalah malam hari, Selasa, Kamis jam 20:00, kecuali hari sabtu jam 15:00.


Selesai ngegym, sudah pukul 9:00, saya selalu menyempatka diri balik ke apartment lagi untuk mandi. Tidak pernah suka menggunakan kamar mandi di tempat umum, mungkin kebiasaan. Saya mencoba menchat Nita apakah dia sudah bangun ya? Kemarin juga tidurnya jam 3.00.

Ted : Pagi Nit, kamu sudah bangun?

Kukirim pesanku sebelum perjalanan pulang ke apartementku. Kurang lebih 15 menit, tiba di apartementku, sudah ada balasan dari Nita.

Nita : Sudah dong… udah dari tadi malah…

Nita : Kamu tuh kali yang baru bangun…

Ted : Sorry ya, sudah habis nge gym kali… ini baru balik…

Ted : Jadi ketemuan entar?

Nita : Iya… habis kamu latihan saja?

Ted : Di mana?

Nita : Kamu saja deh tentukan…

Ted : Oke, nanti gue pikir dulu… Mau mandi dulu nih, gerah…

Setelahku kirim pesanku, hanya dibaca olehnya dan tidak dibalas lagi, ya karena memang chat itu tidak perlu di balas sih.

Sambil mandi, kupikirkan juga di mana ya bagusnya ketemuan entar. Ketempat yang romantis, nanti saya malah salah langkah lagi, ternyata dia mau menjelaskan hubungan kerja kami, dan melupakan apa yang terjadi kemarin. Kalau ketempat yang biasa, kalau ternyata dia ingin melanjutkan kisah kami. Jadi serba salah, akhirnyaku putuskan untuk mengajaknya ke sebuah restoran di puncak salah satu hotel ternama. Pemandangan kota akan sangat indah di malam hari, akan ku tanyakan padanya dan ku reservasi.

Ted : Nit, di Restoran <*****> yang di tower hotel <*****>

Ted : I pick you at 6?

Nita : ngak usah Ted, nanti ketemu di sana saja…

Nita : Btw, it’s a nice choice, see you later honey…

Eh, dia manggil honey? Waduh gimana ya. Jawaban apa yang harusku kirimkan, sepertinya lebih aman untuk tidak membalasnya dulu.

Aktifitasku weekend, biasanya saya persiapkan sendiri makan siang, rendah karbohidrat, tinggi protein, untuk memenuhi kebutuhan olahragaku. Jadi sekaligusku siapkan untuk makan seminggu, kecuali buat makan hari Jumat, karena biasanya kami makan diluar, hitung-hitung cheat day lah.

Aku terbiasa dengan rutinitas semacam ini, karena sejak kecil dikeluargaku, semua berolahraga, dan sangat menjaga asupan nutrisi yang masuk dalam tubuh kami. Terlebih lagi sehabisku menjalani pelatihan untuk pertandingan, kebiasaan itu semakin menjadi-jadi, dan tetap berusahaku jaga sampai sekarang ini.

Semua sudah kupersiapkan sebelum berangkat ke dojo, baju kemeja buat sebentar malam, celana jins, sepatu kulit, dan jam tangan. Semuanya sudah siap dipakai, semua sudah mengkilap. Jadi setelah pulang dari dojo, tinggal mandi dan tinggal pakai. Tiba-tiba terpikir, masa sudah keren gini, perginya naik motor, bisa berantakan nih kalau hujan.

Sepertinya saya harus minjem mobil kalau gitu, akhirnyaku putuskan buat meminjam mobil dari teman di dojo. Walau boleh dibilang hanya bertemu ketika latihan, kami cukup akrab, seperti halnya bertukar cerita melalui kepalan, kaya film silat gitu, jadi kenal lebih jauh habis sparing.

Sebelum berangkat kuhubungi dulu temanku, ternyata dia sedang keluar kota, dan mobilnya ditinggal menganggur dirumahnya. Dia sih bilangnya ambil saja, dengan beberapa trik sudah bisa masuk ke rumahnya dan ada kunci cadangan yang bisa digunakan untuk membuka pintu dan pagar rumahnya. Percaya amet ya sama gue, memang kadang saya bisa sangat persuasif.

Jadinya jam 14:00 sudah kudatangi rumahnya dengan motor, clingak clinguk kaya maling, berhasil membuka pagarnya, kemudian ku masukkan motorku, dan ku parkir di teras rumahnya, akhirnya dapat juga kunci mobilnya, sekarang tinggal jalan deh. Hampir lupa nutup pagarnya.

14:30 saya sudah tiba di dojo, mempersiapkan semuanya, mengenakan gi dan bersiap untuk latihan. Mungkin yang tidak tahu, gi adalah baju latihan untuk beladiri jepang, jadi Kempo, Aikido, Karate, semua baju itu disebut sebagai gi.

Hari ini latihan berakhir tanpa insiden apapun, adalah hal yang bahagia bagi kami pelatih jika saat latihan tidak ada cedera, luka atau lainnya saat latihan.

Seperti rencana sebelumnya, saya pulang ke apartment, mandi dan mengganti pakaianku dengan yang sudah kupersiapkan tadi. Sudah keren nih pikirku, ditambah sedikit parfum, pomade, ganteng deh.

Dan saya baru sadar, SHIT! Saya lupa reservasi, mana malam minggu lagi. Sambil berkendara saya menelfon restoran itu, dan untung saja karena masih suasa liburan jadinya masih ada yang kosong. Saya tiba lebih awal tentunya, sangat tidak sopan membuat wanita menunggu, makanya sebagai lelaki aku harus tiba duluan dan menunggu, that is the rule! (buat laki-laki perhatikan)


Tepat pukul 17:30, aku sudah berada di restoran itu, ku ambil meja untuk berdua di pojokkan ruangan, menghadap kepintu masuk, biar saya bisa melihat ketika Nita datang, dan Nita bisa melihatku ketika dia datang. Sembari menikmati matahari yang telah terbenam meninggalkan jejak langit merah di sore itu. Cuacanya cerah, sehingga bisa melihat seluruh kota sore ini.

Tepat pukul 18:00, pintu itu terbuka, Nita tiba di restoran itu.
9c58e351f1213d1483354b41f0fc7e72--liza-soberano-pretty-people.jpg


Dengan Mini Dress open shoulder warna biru muda, tas kecil berwarna putih dan highheels putih dan rambut yang dikepang satu, minimalis, selaras dan anggun. She looks so feminim, terlihat begitu imut dengan pakaian dan gaya seperti itu, tidak pernah sebelumnya aku melihatnya berpakaian seperti itu.

Aku berdiri untuk menyambutnya, ku sambut dia dengan menarikkan kursi untuknya dan mempersilahkannya duduk, dia hanya tersenyum kecil kepadaku. Begitu Manis… Oh God! Aku kembali ketempat dudukku, masih speachless, tidak mampu berkata-kata.

“How do I look? Do I look weird?” Nita memulai pembicaraan kami, lamunanku buyar mendengar suaranya, entah mengapa hari ini ku dengar suaranya begitu soft, lembut dan terkesan manja. Apakah ini sisi lain Nita, atau saya sedang berhalusinasi.

“No… You look cute”, eh kenapa saya bilang cute. Gawat nih, aduh bisa di tonjok nih.

“Thanks”, Nita menjawab dengan lembut.

Saya seperti, siapa wanita imut dan cantik di depan ku ini, dia bukan Nita yang selama ini ku kenal, dia begitu lembut, begitu cute, begitu innocent, seperti langsung jatuh cinta juga pada wanita di hadapanku ini. Nita punya dua sisi yang sangat berbeda, sisi yang tidak pernah dia tunjukkan pada rekan kerja yang lain. Sisi lembut dan kekanak-kanakannya ini.

Kalau bukan karena traning poker face yang selama ini telah di ajarkan di divisi kami, mungkin saya sudah kejang-kejang dan merespon dengan wajah terkejut. Memang divisi kami harus selalu bisa menghadapi segala masalah dengan tenang dan tanpa memperlihatkannya kepada orang lain.

Pelayan berjalan datang menghampiri kami, memberikan menu kepada kami berdua. Seperti pelayanan hotel berbintang pada umumnya, pelayan itu menawarkan menu-menu andalannya. Restoran ini menyajikan four-course meal, terdiri dari soup, appitizer, main dish, dan dessert.

Pelayan itu juga menawarkan wine, saya bertanya pada Nita apakah dia mau minum atau tidak, tapi dia bilang terserah padaku, jadi karena kurang paham tentang wine jadi saya hanya memilih house wine mereka.

Sebelum makanan kami tiba, saya mencoba mengawali pembicaraan kami.

“Nit, saya minta maaf mengenai kejadian kemarin”, memulai pembicaraanku.

“Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan itu, it’s my fault. Kamu punya hak untuk marah karena itu”

“Do you think I’m angry?” sambil menatapku dengan senyum.

“I think so…” ku jawab dengan ragu padanya.

“Kalau saya marah, saya tidak akan datang, saya tidak akan berdandan untukmu”, jawabnya dengan senyum malu-malu.

Saya tidak mampu berkata-kata, dia tersenyum menatapku, tatapan yang seperti kemarin. Matanya membuatku meleleh, membuatku ingin mendekapnya lagi seperti kemarin. Aku akan menjadi lelakimu, menjadi pelindungmu, menjadi kesatria berkuda putihmu.

Kami mulai berbincang kesana kemari, semakin lamaku berbincang dengannya, semakin banyak hal pribadi yang kami bicarakan, malam itu seperti aku baru saja mengenal Nita, Nita secara pribadi, Nita yang diluar dari pekerjaan kami selama ini.

Astaga, ini Nita yang selama iniku kenalkan, ini Nita teman kerjaku yang tangguh, yang tidak ada seorangpun marketing yang berani mendebatnya, Nita yang jago Thaiboxing, Nita itu bisa menjadi seperti ini. Ataukah inilah Nita yang sebenarnya di balik tangguhnya sosok itu.

Malam semakin larut, kami telah menyelesaikan makan malam kami, sekarang sudah sekitar pukul 10:00 malam, kami masih bercerita dan ditemani oleh Wine. Tempat ini suasananya benar-benar nyaman, membuat kami lupa waktu, lupa sekitar kami.

Sesekali kami tertawa terbahak-bahak tanpa mempedulikan sekitar kami. Kami semakin mengenal jauh malam itu. Aku tidak ingin malam ini berakhir dengan cepat.

Tiba-tiba dari mulutnya keluar kata-kata yang membuatku shock.

“I am angry because I waited so long, so long to you to make your move”, sambungnya tertunduk malu.

“Saya selalu menginginkan seorang lelaki yang cerdas, kuat, dan tegas sepertimu”, sambil dia memutar-mutar wine dalam cawannya.

Saat itu rasanya hatiku berbunga-bunga dan begitu senang, tapi logikaku datang lagi, terus gimana dengan Dody. Saya ingin menanyaka itu tapi saya takut merusak moment malam ini, biarlah Dody malam ini tidak ada dalam pembicaraan kami, tidak ada dalam pikiran kami.

“Nit, you drink too much… Sudah cukup winenya”, kataku padanya.

“I drive you home” sambungku.

Nita sepertinya tidak keberatan, mungkin dia sadar juga telah minum cukup banyak malam ini. Setelah menyelesaikan pembayaran, saya dan Nita berjalan menuju lift. Dia berjalan dengan normal, tetapi sepertinya matanya sudah sayu. Sepertinya dia belum mabuk, tapi sudah cukup berat.

Akhirnya kami tiba diparkiran, saya mencari mobil Nita, karena kesadaran Nita yang sudah berkurang dia lupa memarkir mobilnya di mana. Akhirnya setelah 15 menit, nemu juga tuh mobil. Akhirnya ku tinggalkan dulu mobil pinjamanku di hotel ini, saya membawa mobil Nita untuk mengantar dia pulang dulu. Urusan mobil pinjamanku nanti baru saya naik taxi kembali kesini.

Sembari dalam perjalanan, Nita telah tertidur. Perjalanan dari restoran kerumahnya hanya sekitar 30 menit karena jalan sudah lengang. Sudah sampai depan rumah Nita, kubuka pagar rumahnya, dan kuparkir mobilnya ke dalam garasi.

Dari hasil cerita panjang lebar tadi, saya tahu saat ini orang tuanya sedang keluar negeri untuk liburan, Adiknya juga mungkin sudah tidur. Jadi memang rumahnya terlihat sepi, walau tampu teras dan pintu depan masih menyala.

Saya kembali kedalam mobil untuk membangunkan Nita, dia duduk di kursi depan, disamping driver. Kutepuk lembut pipinya, sambil memanggil namanya tapi tidak ada reaksi juga.

“Nit… Nita… Sudah sampai nih”, kataku setengah berbisik padanya.

Ini membuat wajahku dan wajahnya semakin dekat, tepukan-tepukan ke pipi Nita berubah menjadi belaian. Tanganku, jemariku mulai menyusuri pipinya yang halus. Wajahku semakin dekat dengan wajahnya, ingin sekali ku kecup bibirnya.

“Ted…”, mata Nita terbuka, dan dia memanggil namaku. Tapi bukannya menjauh, tangannya tiba-tiba juga membelai wajahku.

Akhirnya kukecup bibirnya, mata kami terpejam beberapa saat. Kuhentikan ciuman kami, kami saling menatap. Nita tersenyum kepadaku, dan dia memejamkan matanya. Bibir kami kembali terpaut, saling kecup, makin terbawa dalam dinginnya udara malam.

Keselahan yang sama telah kami perbuat, sebuah kesalahan yang manis.

bersambung Chapter III
 
Terakhir diubah:
Maaf bagi suhu-suhu yang mungkin mencari fast stories, sepertinya akan sedikit kecewa, karena type stories yang ane coba buat lebih ke softcore dan drama.
Semoga cerita ini juga bisa selesai dengan baik dan diminati.

Mohon kritik dan saran membangunnya dari suhu sekalian...
:kk:
 
ane setuju dibikin soft aja suhu cerita nya..
klo berkenan nanti di part selanjut nya ada pov dari nita biar makin berasa drama nya
 
Akhirnya ada update ny. setuju gan, lakukan lh seperti ini, jangan ngikutin arus, buat semuanya senatural mungkin. Di tunggu next ny gan..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Jalan ceritanya lembuuut, seperti bibirnya Nita eh ...:ngakak

Thank's bro cerita yg layaknya ditunggu :thumbup
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd