Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Chapter XXXII

Continue




Aku sedang terduduk di ruang depan gym, sambil mengecek smartphoneku, rupanya Nita sedang menemani Ibunya dan adik-adiknya ke gereja, sehabis itu mereka akan jalan sejenak ke pusat perbelanjaan, jadi kemungkinan hari ini malah dia tidak akan latihan Thaibox. Aku hanya mengingatkannya agar tidak terlalu lelah. Kalau capek bisa bertukar bawa mobilnya dengan Tasya, adik pertamanya.

Sembari membalas pesan dari Nita, Inggrid muncul dari dalam, sudah selesai berganti pakaian tapi tetap dengan wajah datarnya. Aku hanya tersenyum melihatnya yang masih manyun. Aku mengajaknya untuk sarapan dulu di sekitar sini, biar setelah latihan ini perut sedikit terisi. Kami akan pergi makan vegatable with peanut souce, alias Gado-gado.

Warung pinggir jalan sih emang, tapi favoritku banget, rasanya maknyus. Kami cukup hanya berjalan kaki sebenarnya, karena cukup dekat dari gym, dan karena aku tidak membawa kendaraan tadi. Tapi karena Inggrid sudah malas berjalan kaki, akhirnya kami mengendarai mobilnya ke sana. Ya hari ini Inggrid membawa mobilnya. Aku juga sebenarnya kurang jelas kapan dia ingin bawa mobil dan kapan motor, dia sendiri memilih kedua kendaraan itu tergantung dari moodnya.

Dan ternyata aku lupa bawah ini bulan puasa dan si mbok yang jual gado-gado itu tutup. Kemudian Inggrid pun memasang muka manyunya padaku, tapi mana tega sih Inggrid marahnya lama-lama sama aku. Kami pun beralih ke restoran cepat saji yang pastinya buka saat ini.

Akhirnya kami hanya duduk di restoran cepat saji, sambil menikmati menu sarapan, paling tidak bukan junk food. Kami duduknya berhadapan dengan menu masing-masing sudah ada di depan meja kami.

“Pokoknya nanti kalau mbok penjual gado-gado itu sudah buka, koko mesti temanin Ling makan di sana!”, hardiknya padaku, akupun hanya bisa tertawa padanya.

“iya… iya, pasti koko temani”, sambil ku cubit hidungnya. Dia pun tersenyum dan melanjutkan makannya. Kami pun menikmati sarapan kami, tidak begitu lama hingga kami menghabiskannya, mungkin karena memang lapar.

Setelah selesai makan Inggrid mengantarku balik ke apartement, dan tentunya aku tawarkan untuk mampir, dan seperti yang di duga, Inggrid dengan senang hati mampir tentunya.

***

“Duduk dulu, ada minuman tuh di kulkas kalau haus, kalau masih lapar juga masih ada kok yang bisa di panasin atau di masak… Aku mandi dulu…”, sambil mepersilahkan Inggrid untuk masuk, dan aku meletakkan baju kotorku dari tas gym ku dan meletakkannya kedalam mesin cuci. “Tet..tet..tet…” dan kemudian kunyalakan mesin cuciku, dalam nya juga sudah menunggu baju kotor lainnya. Mesin cuciku full auto, jadi tinggal tekan sana sini, mengisi airpun sudah otomatis, hingga proses pengeringan.

Lalu akupun tanpa mempedulikan Inggrid yang sedang mencari tempat meletakkan tasnya di ruang tamuku, aku langsung ngeloyor masuk kamarku. Belum sempat aku menutup pintu kamar mandiku, Inggrid berdiri menghadang pintuku.

“Ko kamu mau kemana?”, dengan pose menahan pintu, yang seharusnya aku yang melakukan pose itu.

“Mau mandi kan”, jawabku dengan sedikit bingung dengan kelakukan Inggrid ini. Inggrid tiba-tiba berjalan masuk dan mendorongku.

“Seenaknya saja, setelah tadi buat Ling seperti itu, sekarang ko Tedy mau mandi, terus ninggalin Ling di luar”, sambil menunjuk-nunjuk dadaku dengan telunjuknya. Lalu Inggridpun merangkulkan tangannya di leherku dan mengecupku dengan cepat.

“Tanggung jawab! Selesaikan dulu ko!”, setelah menyelesaikan kalimatnya itu dia lalu melumat bibirku lagi sambil menjatuhkan badannya padaku, membuatku sedikit kehilangan keseimbangan dan bersender ke dinding kamar mandi. Dari gelagatnya Inggrid sepertinya berniat memaksaku, setelah tadi aku yang memaksanya.

Aku kira dia sudah agak reda setelah sarapan tadi, karena aku sendiri sudah agak reda. Ternyata aku salah, Inggrid masih high. Ah kalau seperti ini kepalang tanggung memang, ku balas ciuman Inggrid, lalu aku rangkulkan tanganku ke pinggulnya, dan mengangkat tubuhnya. Inggrid yang mengerti maksudku sedikit melompat dan sekarang kakinya telah melingkar di pinggangku, dan bibir kami terus bertautan.

Aku berjalan keluar dari kamar mandi, sambil terus menggedong dan berciuman dengan Inggrid, tubuh mungilnya tidak menyulitkan ku sama sekali untuk mengangkatnya melewati pintu. Ketika telah sampai di tepi ranjang ku banting tubuh Inggrid turun ke ranjang membuatnya terkejut.

“Ayo kita selesaikan”, sahutku sambil aku membuka kaos ku dengan cepat, dan menarik kaos Inggrid ke tas hingga tubuh putihnya hanya tertutup bra saja. Aku lalu kembali mengecupnya dengan buas dan liar, rasanya sangat berbeda ketika bersama Nita, rasanya pergumulanku bersama Inggrid terasa lebih liar karena perlawanan dari Inggrid juga membuat permaian ini menjadi panas.

Ciuman ku, membasahi bibir Inggrid, kecupan jilatan dan permainan lidah kami membuat semuanya belepotan, nafas kami berdua terengah-engah berusaha menarik nafas diantara ciuman kami itu. Akupun melepaskan bibir INggrid dan turun ke arah payudaranya yang masih terbungkus bra. Kutarik turun cup branya dan membuat payudaranya mennyembul dan semakin montok karena terkekang oleh branya.

Ku jilat, ku cium dan ku emut putting payudara Inggrid dengan buasnya, dengan cepat dan kasar membuat Inggrid mulai mengerang tidak karuan. Tangannya mulai menjambak rambutku dan juga mendorong kepalaku ke payudaranya, terasa sensasi liar ini bersama Inggrid.

“mengeranglah Ling, mendesahlah, di sini tidak akan ada yang mendengar”, kataku sambil meletakkan wajahku di antara kedua payudaranya, dan Inggrid metapaku dengan gemas, lalu kedua tangannya menjepit payudaranya membuat wajahku terjepit di antaranya, dan diapun tertawa kecil. Dan aku kembali melakukan aktifitasku di payudaranya.

Sembari bermain dengan payudara Inggrid, jariku mulai bermain di selangkangannya, memainkan jariku dari luar celananya, agak sulitsih, karena hotpants yang dia kenakkan cukup keras. Aku merasa tidak sabar dan segera melepaskan kancing celana itu dan reslitingnya, sekali sentakan ku cabut celana Inggrid berikut celana dalamnya.

Vagina Inggrid sudah becek, mungkin karena sisa permainan tadi, tapi harusnya bukan karena dia sudah mandi di gym tadi. Tapi vaginanya masih terlihat becek, dan sudah ada bercak di celana dalamnya. Aku langsung mengambil posisi di hadapan vaginanya, dan mulai menjilatnya, dengan permainan lidahku yang keluar masuk dalam vaginanya membuat Inggrid menjerit dan mengerang secara bersamaan.

Nafas Inggrid tidak karuan, dan di penuhi dengan desahan desahan setiap lidahku menusuk masuk dan menelusuri dinding-dinding dalam vaginanya. Kakinya memiting kepalaku, membenamkanku semakin dalam kedalam vaginanya, aku seperti berciuman dengan vaginanya. Entah kapan bra Inggrid sudah terlepas dan entah kemana, dengan kedua tangannya memainkan payudaranya, dia meremas dan memilin-milin puitngnya sendiri.

Tempo permainan lidahku semakin ku tingkatkan, membuat Inggrid semakin tidak karuan dan ngos-ngosan. Aku kemudian dengan tiba-tiba membalikkan tubuh Inggrid, membuatnya terkejut, lalu ku tarik pahanya dan ku tekuk, hingga kini bokongnya menungginig di hadapanku. Wajahnya terbenam dalam kasur, dan saat dia berusaha mengangkat wajahnya dengan bertumpu pada tangannya, aku menarik tangannya, membuat wajahnya kembali terbenam di ranjang.

Aku menahan kepala Inggrid dengan tangan kiriku agar tetap merapat, dan dengan tangan kananku ku masukkan jari tengahku dalam vaginanya dan mulai ku permainkan keluar masuk. Vaginanya yang sudah basah karena cairan pelumasnya dan juga liurku membuat cariku bergerak dengan bebas. Inggrid berusaha melepaskan kepalanya , tapi aku tidak membiarkannya, kini aku bisa melihat wajahnya yang mengerang dan mendesah, sekaligus kesulitan untuk bergerak.

Tangan Inggrid berusaha menepis tanganku, tapi perlawanannya sia-sia, karena posisku yang sudah lebih dominan menahanya, tapi lama kelamaan aku kewalahan juga, jadi aku jepit tangannya menggunakan kaki. Sekarang dia tidak bisa lagi memukuli tanganku agar melepaskannya.

Tapi ternyata tangan kanannya masih berusah juga meraih tangan kiriku untuk berusaha bebas, akhirnya aku menaiki tubuh Inggrid dari belakang, dan aku menggunakan kakiku menindih kedua tangannya, aku sekarang dalam posisi berlutut di atas punggungnya.

“Ko ampun ko…”, sambil Inggrid berusaha mengangat kepalanya dan memutar tubuhnya tapi percuma karena tubuhku sudah menahan tubuhnya dan kakiku sudah menahan tangannya. sekarang kembali melancarkan seranganku. Tangan kanaku kembali menahan bokongnya agar tetap menungging, dan kemudian jariku menyelip kedalam vaginanya. Walau aku membelakangi bokong Inggrid, aku tetap dengan mudah melakukannya.

Inggrid mendesah tidak karuan, karena berusaha melawan dan menahan nikmat yang kuberikan itu. Aku yang melihat mulutnya terbuka lebar karena mendesah, menyelipkan tangan kiriku ke mulutnya. Ku permainkan lidahnya dengan kedua jariku yang berada dalam mulutnya, menjepitnya dan memutar-mutarnya. Itu membuat desahan dan nafasnya makan tidak karuan, serta liur Inggrid mulai mengalir membasahi ranjangku dan juga jari-jariku.

Aku masih terus memainkan jariku di mulut atas dan juga mulut bawah Inggrid, membuat dia merasa kewalahan, dan di landa nafsu yang luar biasa. Akupun tidak akan semudah itu memberikan penisku untuk Inggrid, aku ingin dia memintanya, aku ingin dia memohon untuk penisku. Cupuk beberapa menit permainan jariku berlangsung, dalam desahan dan mulutnya yang penuh jari.

“Ko…Li…ng… maoo…kloooo aalll….”, tidak jelas apa yang di ucapkan Ling, tapi menurutku itu Inggrid sudah hampir orgasme. Aku yang dengan sengaja mampercepat gerakanku, dan semakin memainakan jariku.

“Apa yang kamu katakan Ling?”, sambil dengan terus memainakn jariku di vagina dan mulutnya.

“Li….ng…. maooo….kloooo aalll “, dia berusaha mengucapkannya dengan benar, dan jelas saja tidak mungkin karena jariku terus mempermainkan lidahnya. Tidak lama setelah itu, tubuhnya mengejang begitu pula dengan bokongnya, sekujur tubuhnya bergetar, dan melenguh panjang, terasa jari ku di siram cairan yang hangat dan seketika tubuh Inggrid gontai tak berdaya terbenam dalam ranjangku. Aku kemudian entah kenapa menjambak rambutnya, hingga tubuh gontainya terangkat lalu aku mendekatkan diriku pada wajahnya yang terlihat kelelahan dengan nafas yang terengah-engah dan mata yang masih tertutup.

“Ooo… Kamu klimaks Ling”, kataku dengan nada sedikit meledek padanya, dan sepertinya Inggrid masih di antara alam sadar dan tidak, namun dia menjawabku dengan lemah.

“Ia… koh…”, lalu aku menjatuhkan tubuhnya ke ranjang kembali, wajahnya sedikit terpantul karena terkena ranjang, namun tubuhnya yang sudah lemas membuatnya tidak berdaya. Kemudian akupun menindih tubuhnya dan berbisik padadanya.

“Tapi aku belum loh Ling”, lalu ku jilat telinganya dan ku gigit kecil daun telinganya. Aku kemudian berdiri di samping ranjang dan menarik tubuh mungil Inggrid ke pinggir ranjang, tubuhnya gontai tak berdaya dan tidak melawan. Ku posisikan tubuhnya di pinggir ranjang, dengan kaki yang terjuntai turun ke lantai, dan vagina yang terekspose siap ku eksekusi. Tapi dasar aku yang lembek, aku tidak tega mengagahi Inggrid yang sudah lemas seperti itu.

Akhirnya aku mengangkat kaki Inggrid kembali dan melemparnya naik ke atas ranjang. Kemudian Inggrid malah menatapku heran.

“Kenapa ko? Ling pasrah kok, di apain aja sama ko Tedy”, sambil tersenyum dalam sayunya matanya.

“Aku yang ngak tega Ling, liat kamu sudah lemes gitu”, sambil membelai rambutnya aku duduk di pinggir ranjang. Inggrid berusaha merangkak hingga kepalanya kini tiduran di pahaku. Dengan tangannya dia membelai penisku yang masih terbungkus celana, yang tentunya masih keras dan belum tuntas.

“Koko memang laki-laki baik, selalu saja seperti itu”, sambil memberikan cubitan kecil pada penisku, dan tentunya membuatku meringis.

“Maafkan Ling tidak bisa memuaskan koko”, dengan wajah sedih dia bersandar di pahaku kembali.

“Pasti kemarin malam koko sudah di puaskan juga dengan Ce Anita”, dengan wajah sedihnya dan bibir manyunnya dia melihatku, tidak tega melihat wajanya yang seperti itu aku menjawab Inggrid dengan Jujur.

“Kemarin aku juga tidak selesai”, jawabku kepada Inggrid sambil mengelus kepalanya, malah terlihat binar cahaya di matanya ketika aku mengatakan aku tidak tuntas dengan Nita. Tersungging senyum ceria juga dibibirnya.

“Beneran kemarin koko tidak selesai? Tidak orgasme karena ce Anita?”, aku tidak menjawabnya aku hanya mengangguk. Entah tenaga dari mana kini Inggrid berusaha duduk di sampingku.

“Kalau gitu Ling tidak akan kalah, Ling akan memuaskan koko”, sambil dengan senyuman dan kemudian dia mengangguk padaku. Sialan si Inggrid, dia harus di pacu dengan kompetisi dengan Nita baru dia bersemangat. Inggrid kemudian merapatkan lagi kepalanya ke pahaku, sambil perlahan tanganya menarik turun celana training dan celana dalam yang ku kenakkan. Membuat penisku yang menyembul sedikit lega lepas dari celana dalamku.

Inggrid dengan perlahan menjilat batang penisku, sisi nya, dengan pelan seperti menjilat es krim, walau nafasnya sudah beraturan dia tetap belum pulih sebenarnya. Inggrid perlahan masih memainkan penisku dengan lidahnya, dan begitu juga nafsuku perlahan mulai naik lagi. Aku masih tidak tega mamaksa Inggrid memasukkan seluruh batang penisku kemulutnya, jadinya aku masih menahan diri dan mengusap-usap kepalanya dengan tanganku, membiarkannya bermain sebentar lagi.

“Apa kemarin Ce Anita juga pakai mulut?”, tiba-tiba pertanyaan itu nyerocos dari mulut Inggrid membuatku sedikit terkejut dan tidak bisa menjawab, aku hanya melihat matanya, wajah Inggrid yang menatapku penasaran, tapi lidahnya tetap berada di penisku.

“jawab dong ko”, kejar Inggrid sambil memberikan gigitan kecil di kepala penisku, dan akupun meringis tentunya.

“iya lah…”, jawabku sekenanya, sebelum Inggrid menggigitku lagi.

“Enakan mana ko?”, waduh pertanyaan menjebak macam apapula ini, kalau jawab punya Inggrid enak, nanti dia senang dan henti lagi, kalau jawab punya Nita enak, dia marah henti juga, gimana ya.

“Kemarin sih, Nita ngasih deep throat”, jawabku dengan sedikit menantang, mari kita lihat jiwa kompetisimu Inggrid. Alhasil Inggrid sepertinya terpacu, matanya memperhatikan penisku, sepertinya mulai mengukur-ukur apakah bisa masuk sepenuhnya atau tidak.

“Ce Anita masukin semua?”, dengan wajah sedikit bingung bagaimana caranya, Inggrid sepertinya mulai melebar-lebarkan mulutnya, dan memperbaiki posisinya, sekarang mulutnya tepat berada di atas penisku dengan tubuh yang sejajar juga.

“iya masuk semua, walalu beberapa kali hampir muntah”, harusnya sih Inggrid tidak mau kalah dan akan mencoba melakukannya, tapi apa dia bisa ya.

Inggridpun tertantang dan mulai memasukkan kepala penisku, dan kini sudah setenganya masuk. Dia mulai membiasakan dulu bernafas dengan hidungnya dengan penis memenuhi mulutnya. Kemudian dia menurunkan lagi kepalanya dan ini sudah ¾ yang masuk. Tapi dia kini menarik kepalanya, mengeluarkan penisku yang basah dari mulutnya. Kemudian dia ulangi lagi memasukkan penisku kedalam mulutnya, kali ini lebih cepat, dia melakukannya berulang kali.

Sensasi ini, perasaan lembut lidah Inggrid yang masih sempat berputar menyapu penisku sebelum memasukkannya membuat sensasi yang luar biasa. Inggrid mempercepat gerakannya, walau belum berhasil masuk hingga pangkalnya dia terus berusaha melakukannya. Dan beberapakali juga Inggrid tersedak, dan kembali mengeluarkan penisku dari mulutnya.

“ngak bisa masuk semua ko…kegedean”, jawab Inggrid dengan kecewa, rasanya senang juga ketika di katakan penisku besar, walalupun sebenarnya aku tahu ukurannya standard standard saja. Mungkin ego lelaki senang jika dibilang besar.

“Kalau gitu coba ganti posisi”, akupun berdiri dari posisiku, dan membalik tubuh Inggrid, kini dia tidur terlentang, lalu ku tarik kepalanya hingga kepinggir kasur. Kepala Inggrid menjadi menengadah, sehingga tenggorokan dan lehernya menjadi lurus. Inggrid tentunya juga sudah sadar apa yang akan kulakukan pada mulutnya, dia menelan liurnya dan berusaha membuka mulutnya.

“Prepare your self, I will fuck your mouth!”, sambil mengarahkan penisku tepat ke mulutnya, terlihat Inggrid masih ragu, dia menjilat bibirnya sebelum akhirnya membuka mulutnya selebar mungkin, selebar yang dia bisa. Kumasukkan dengan perlahan, saat sudah tiga perempat yang masuk langsung ku sentakkan seluruhnya masuk ke dalam rongga mulut Inggrid, dia terkejut dan tersedak, segera ku tarik keluar lagi. Perlahan ku ulangi lagi, hingga beberapakali, hingga Inggrid bisa menyesuaikan diri dengan hujaman-hujaman itu, walau beberapakali dia masih tersedak.

Aku mulai mempercepat gerakanku, tanpa mempedulikan suara tersedak dari Inggrid, kantung zakarku bentur-bentur di wajah Inggrid, tepat di depan hidungnya, yang pastinya membuatnya kesulitan bernafas juga. Tangaku tidak tinggal diam, aku mulai menjamah payudara Inggrid yang terpampang jelas di hadapanku, Tangan kanaku juga berusaha celah vaginanya, dan dapat kuraih dengan mudah karena tubuhnya yang mungil itu. Kini sembari jariku bermain di payudara dan vaginanya, aku merajam mulut kecil Inggrid dengan penisku.

Aku merasa ingin menikmati mulut Inggrid dengan maksmal. Ku benamkan penisku hingga sedalam mungkin dalam mulutnya, membuat Inggrid kesulitan bernafas, mendengarnya tersedak beberapakali, dan tangannya menepuk-nepuk pahaku tapi tidak kupedulikan. Beberapa saat lalu ku cabut dari mulutnya, mengalir keluar liur kentalnya, mungkin tercampur sedikit muntah. Membasahi wajahnya yang terbalik. Ku gunakan tanganku untuk mengelap sedikit wajahnya membuka hiidungnya agar di tetap bisa bernafas tanpa terganggu, padahal penisku yang mengganggu saluran nafasnya.

Nafas Inggrid kini lebih cepat menjadi normal, dan sepertinya dia tidak kapok malah membuka mulutnya lagi untuk penisku. Tentu saja melihat itu aku kembali menghujamkan penisku kedalam mulutnya itu. Dengan gerakan cepat dan dalam membuat Inggrid kembali tersedak, dan ketika gerakan menarik keluar, ada cairan liur juga yang ikut mengalir keluar dari mulut Inggrid. Tidak peduli lagi aku terus menggenjot mulut Inggrid dengan kecepatan itu.

Rasanya penisku sudah akan menyemprotkan laharnya, tapi aku tidak ingin menyelesaikannya dengan Inggrid, aku masih ingin bermain lebih lama lagi, aku ingin mengekspoitasi Inggrid lebih jauh. Aku ingin melecehakannya lebih jauh, aku ingin menggeser morallnya, menjadikannya budakku sepenuhnya, tapi juga cintaku. Pemikiran yang bertolak belakang tapi aku menginginkannya, apakah ini diriku yang sebenarnya.

Ku cabut penisku dari mulut Inggrid, terlihat cairan kental campuran liur dan isi perut Inggrid menggelayut keluar dari mulut Inggrid ke penisku. Ku tempelkan kantung zakarku ke mulut Inggrid, dan dengan telatan Inggrid menjilatinya dan mengisapnya dengan lembut, walau nafasnya masih terengah-engah. Setelah puas membiarkan Inggrid bermain dengan zakarku, aku menarik penisku dan menampar wajahnya dengan batang penisku “plak…plak…”, Inggrid hanya pasrah ku perlakukan seperti itu.

Ku balik tubuhnya dan ku angkat dia, ku usap wajahnya bersihak dan bekas cairan liurnya, Inggrid hanya tersenyum lemah padaku. Matanya tampak memerah, karena terkena liurnya tadi, tapi dia tetap terlihat cantik walau wajahnya berantakan dan belepotan.

Aku balik tubuhnya dan ku tunggingkan di ranjang, dan Inggrid hanya pasrah ketika ku banting tubuhnya. Akupun bersiap melepaskan seluruh celanaku yang ternyata sudah belepotan juga terkena liur Inggrid.

“Apa koko juga menggarap Ce Anita di kamar ini semalam?”, dengan wajah yang menoleh padaku degan senyum menggodanya dia melihatku.

“Tidak, aku melakukannya di ruang tamu”, tanpa berpikir aku menjawab Inggrid, dan bersiap merangarahkan penisku ke dalam vaginanya. Tiba-tiba tangan Inggrid menutup liang senggamahnya.

“Aku ingin koko menggarapku di tempat yang sama dengan Ce Anita, dengan cara yang sama dengan Ce Anita”, sambil menatapku dan tersenyum manja padaku. Aku kira aku salah, dengar tapi sepertinya tidak sama sekali.

“Baiklah jika itu maumu”, karena nafsu yang sudah di ubun-ubun ku penuhi saja keinginan Inggrid, ku balik lagi tubuhnya hingga telentang, lalu ku gendong Inggrid di pundakku kananku, Inggrid hanya tertawa cekikikan ketika aku mengangkatnya. Bokong kenyalnya kini berada di samping wajahku.

Kuangkat Inggrid ke luar dari kamar, dengan tangan kanan yang menjaga keseimbangan tubuh Inggrid, kemudian tangan kiriku menepuk pantatnya “Plak!!!”. Jeritan kecilpun terdengar dari Inggrid.

Ku turunkan tubuh Inggrid perlahan ke atas karpet ruang tamuku, tepat di tempat kemarin Nita ku garap, ku puaskan, dengan cahaya ruangan yang cukup terang terlihat masih ada bercak keringat dan entah apa lagi di karpetku.

“Berlutut!”, perintahku pada Inggrid, dan dia menurutinya dengan senang hati. Aku melihat di sofa masih ada ikat pinggang dan dasi kemarin yang ku gunakan mengikat Nita, aku raih dan aku mulai memasangkanya pada Inggrid.

“Ce Anita suka yang seperti ini?”, tanya Inggrid penasaran. Tapi tidak ku jawab aku hanya melanjutkan ikatanaku, dan kini menutup mata Inggrid dengan dasi ku sama dengan posisi Nita semalam. Terbayang di benakku sosok Nita semalam, dan pagi ini ada Inggrid disini dengan kondisi yang sama. Dua wanita yang merelakan dirinya di perlakukan semena-mena olehku. Beruntungnya hidupku ini, nikmatnya duniaku.

Kembali ku tampar wajah Inggrid dengan penisku “plak…plak…”, mulut Inggrid terbuka lebar seperti ingin menerkam penisku yang lalu lalang menamparnya, tentu tidak ku biarkan dengan mudah.

“Kamu mau tahu apa lagi yang Aku dan Nita lakukan semalam?”, aku bisikan kalimat itu ke telinga Inggrid, dan dia mengangguk dengan pelan. Ku jilat telinga Inggrid membuatnya kegelian, dan menekuk lehernya.

“Dia aku puaskan dengan kontolku”, bisikku lagi pada Inggrid sembari meremas kedua payudarnya.

“Ling juga mau ko, puaskan Ling…”, jawab Inggrid lirih, dan dengan desahan di antaranya.

“Memohonlah Ling”, bisikku lagi padanya, aku ingin mendengarkan permohonan yang sama, seperti Nita kemarin. Apakah Inggrid mampu melakukannya, apakah dia bisa merendahkan dirinya seperti itu.

***
bersambung part 2...
 
Terakhir diubah:
Thanks... Dapat dua wanita dalam bilangan jam. Kokoh memanh okeh punya. Lanjut koh
 
Bimabet
Manthulll suhuu....
Ling punya obsesi tdk ingin kalah dari anita... jd se bisa mungkin ingin diperlakukan dan memperlakukan sama oleh teddy...
Ditunggu ling dijadikan spt anita...
Thanks updatenya suhuu
Sehat dan lancar yooo
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd