Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY WIND STALKER (By : BKU)

CHAPTER 1

Matahari bersinar terang, cahayanya memuntahkan panas yang mulai membakar seluruh permukaan bumi. Hari ini sangat cerah, langit bersih membuat semua awan terlihat mulai ketakutan dan perlahan-lahan menyingkir dari cahaya matahari.

Meski panas melanda bumi namun Sungai Barombak seolah tidak berpengaruh oleh panasnya matahari. Sepanjang sungai dan kedua tepinya di hias pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan subur yang tampak hijau dan sejuk. Seolah sungai yang lebar itu menyerap semua hawa panas yang mengandung kehidupan. Burung-burung dan binatang lain mencari perlindungan di bawah pohon-pohon dan di antara daun-daun yang sejuk. Bahkan para nelayan yang biasanya menjala atau memancing ikan, pada siang hari yang terik itu pergi mengaso, tidak kuat menahan panasnya sinar matahari. Sungai Barombak tampak sepi siang ini.

Dari kejauhan sekelabat bayangan baru saja muncul dari antara dua pohon besar. Melayang di udara menunju ke sungai. Selendang sutra berwarna kuning membungkus tubuh itu, jika ada yang melihatnya datang maka mengira dia adalah hantu di siang bolong.

Semakin dekat, adalah seorang gadis cantik bagaikan seorang dewi atau bidadari. Gadis cantik yang jelita, rambutnya yang digelung ke atas agak terurai karena hembusan angin sehingga beberapa gumpalan anak rambut bermain-main di dahi dan pipinya. Rambut yang hitam lembut panjang dan agak berikal. Mukanya berbentuk bulat telur, sepasang matanya mencorong tajam dan memiliki daya tarik yang memikat, hidungnya mancung dan mulutnya bersaing indah dengan matanya, memiliki daya pikat yang akan menimbulkan gairah dalam hati setiap orang pria yang melihatnya. Apalagi di kanan kiri wajahnya terdapat lesung pipi yang amat manis. Kulitnya putih bersih dan kini kedua pipinya kemerahan karena panas matahari.

Ia bukanlah seorang dewi apalagi setan penunggu sungai. Ia seorang gadis yang usianya sekitar dua puluh tahun, bertubuh sintal denok dan berwajah cantik jelita. Pakaiannya dari sutera dan kalau ia tampak seperti orang berjalan di atas air, sesungguhnya ia sedang meluncur dengan cepat di atas air! Dengan ilmu meringankan tubuh yang sudah tinggi tingkatannya.

Gadis bernama Belia Mahardani, seorang pendekar yang selain cantik jelita juga cukup lihai. Cukup berpengalaman, malang melintang di dunia persilatan. Si gadis yang terkenal selalu membela kebenaran dan keadilan, serta memberantas kejahatan dengan keras.

Si gadis dengan santai memutar tubuhnya melayang di udara. Sekejap kilat seluruh kain sutra yang membungkus tubuhnya terlepas dan beterbangan di udara. Hanya dengan sentilan jari, kain-kain itu menyatu dan dengan cepat terbang ke atas batu. Tubuh yang begitu bersih, dua payudara menggantung padat di hiasi oleh puting berwarna merah muda, perut tanpa lemak, hingga kebawah menunjukkan bagian yang sering di jaga dengan baik olehnya terhias rerumputan tipis menutup belahannya. Tubuh si gadis turun ke sungai.

Byurrr ! Cipratan air yang banyak menenggelamkan tubuh seksi Belia. Perlahan-lahan air mulai tenang, lalu beberapa detik gadis itu muncul ke atas. Rupanya dia sedang mandi di siang bolong agar tubuhnya segar sebelum mencari para penjahat yang berkeliaran di desa Barombak. Adalah desa yang terletak di sisi utara.

Ketika sedang menikmati segarnya air sungai Barombak. Dari arah semak-semak, terdengar seperti adanya sesuatu yang bergerak di sana. Dengan ilmu tinggi yang di miliki Belia, dia dengan mudah menyadari jika ada orang yang sedang berani mengintipnya mandi.

Matanya menyipit memandang ke arah semak-semak itu. Dengan cepat Belia menggerakkan kedua lengannya. Sebuah angin mulai berhembus, kain sutra miliknya yang ada di batu mulai beterbangan ke arahnya lalu membungkus tubuh telanjang seperti semula.

Sepersekian detik. Mungkin tubuh telanjangnya yang terbang keluar dari air telah di lihat oleh para pengintip di semak-semak. Namun bagi Belia tak masalah, karena sebentar lagi mata yang melihat tubuh telanjangnya tentu akan ia buat buta.

Dengan ilmu meringankan tubuh, belia terbang dengan cepat menuju ke semak-semak.

“Shit… dia kesini.” Rupanya ada tiga orang pria yang tanpa sengaja melewati sungai dan melihat kejadian langkah. Gadis itu adalah pendekar kain sutra, entah mengapa mereka malah berani mengintipnya mandi.

Tiga orang itu langsung berlari seperti sedang di kejar bahaya.

Kain sutra berwarna kuning terulur panjang hingga melilit leher salah satu dari mereka.

“Ekkkk!” pria yang lehernya sedang tercekik langsung terduduk lemas. Belia menggerakkan sutranya membuat tubuh pria itu terlempar jauh.

“Kalian seharusnya tidak lancing melihat tubuh ini, sekarang kalian harus tanggung jawab.” Kata Belia tersenyum sinis.

Wushhhh ! selendang sutra yang jadi panjang itu terlepas dari leher si pria pertama yang sudah terjatuh. Lalu menyerang ke pria berikutnya.

Tak ada perlawanan dari ketiga pria.

Hanya dengan sekali gerakan ketiganya sudah terkapar dan tak mampu berdiri lagi. Saat Belia mengeluarkan tiga jarum, salah satu dari pria itu mencoba untuk meminta permohonan maaf. Para pria tahu, jarum itu sepertinya akan digunakan untuk membuat mata mereka buta.

“Ma-maaf pendekar.. seharusnya kami tidak lancang melihat anda mandi. Kami tidak sengaja melewati sungai ini, dan kami terkejut rupanya pendekar sedang mandi di sungai. Sungguh kami sangat menyesal. Mohon lepaskan kami. Kami janji kami tidak akan melakukannya lagi.”

“Oh ya ? Apakah kalian sudah menyesal telah melihatku telanjang ?” Tanya Belia sambil berjalan mendekat kepada mereka.

“I-iya pendekar… kami mohon ampun.”

Pada dasarnya, Belia memiliki hati yang baik. Beberapa saat dia memandang wajah ketiga pria itu, sepertinya memang mereka bertiga orang baik. Tidak ada tampang kejahatan di sana, maka setelah mendesah Belia lalu melepaskan mereka bertiga tanpa syarat.

“Pergi kalian… jangan menggangguku.”

“Baik pendekar.”

“Terima kasih, sudah melepaskan kami”

Setelah berusaha berdiri, akhirnya ketiga pria itu pergi dengan cepat meninggalkan Belia yang masih berdiri memandang mereka.

“Hufhhhh ! tubuh perawan gue jadi di lihat lagi ma cowok lain. Tapi mereka memang gak salah sih kan gue yang memang mandi di sungai tanpa melihat-lihat dulu ada orang lain atau tidak.” Gumam Belia pada dirinya sendiri.



Ketika Belia ingin pergi dan memutuskan untuk tidak mandi lagi di sungai, tiba-tiba dari arah kejauhan terdengar suara kaki kuda yang mengarah padanya.

Klutuk ! Klutak ! Klutuk ! Klutak !

Belia segera terbang ke atas pohon dan melihat siapa yang datang. Tak begitu lama, dua orang pria dan wanita menggunakan kuda berjalan begitu cepat. Lalu terdengar lagi suara kaki kuda yang sepertinya jumlahnya bukan satu atau dua. Sepertinya sepasang kekasih itu sedang di kejar oleh para prajurit berkuda.

Belia membelalak kaget ketika melihat para pasukan yang mengejar. Adalah pasukan kerajaan Masunggo. Adalah kerajaan utara yang terkenal hebat, apakah kedua sepasang kekasih tadi baru saja mencari masalah dengan mereka ?

Belia bisa saja menahan para prajurit untuk berhenti mengejar. Namun dia sendiri tak ingin mencari masalah dengan mereka, salah satunya karena di belakang para prajurit terdapat banyak pendekar yang memiliki jabatan tinggi di sana. Salah satunya si Tangan Naga, bahkan ada juga wakil jendral perang yang di kenal sebagai Gerhana Hitam. Dua orang besar kerajaan Masunggo yang selama ini menjaga kerajaan dari para penyerang. Memiliki ilmu tinggi, tapi meski begitu Belia belum pernah bertarung dengan mereka. Belia pendekar hebat, dan selalu memberantas kejahatan di luar kerajaan. Cuma Belia belum punya pengalaman untuk bertarung dengan para prajurit bahkan petinggi kerajaan karena dia tidak pernah mempunyai konflik dengan mereka.

“Ahh mending gue gak perlu ikut campur deh.. bukannya takut, Cuma sia-sia saja mencari masalah dengan mereka.” Betul kata Belia, apapun yang akan dia lakukan tetap saja dia tidak akan mampu melawan jika dirinya di hadapkan dengan dua atau tiga pendekar kerajaan. Apalagi jika dirinya di kepung, entah bahkan lari pun sulit baginya.

Mending Belia bermain di luar kerajaan saja. Tidak perlu ikut campur dengan urusan besar seperti itu. Masih banyak rakyat jelata yang membutuhkan bantuannya.

Setelah para prajurit sudah pergi ke arah timur mengejar sepasang kekasih tadi. Belia ikutan pergi ke arah berlawanan, karena mengingat perutnya kini sudah menuntut untuk di isi makanan.



-000-



Besoknya, Belia tiba-tiba mendengar di pasar suara keributan yang membicarakan kejadian besar yang terjadi di kerajaan. Belia menguping pembicaraan dua orang yang ada di sampingnya.

“Kasian ya anak Pak Sudrajat.”

“Lagian.. berani banget dia berbuat zinah dengan selir raja.”

“Fiuhh, dengar-dengar keduanya tertangkap kemarin ya ?”

“Iya… sepertinya siang ini akan ada kejadian besar.”

“Ahhh, paling mereka akan di gantung terlanjang di depan banyak orang.”

“Betul itu… duhhh pengen dah lihat tubuh telanjang selir raja.”

“Hahahahah sama… gue juga sepemikiran ma lo.”

Setelah menguping Belia tertarik untuk ikut melihat kejadian itu. Meski dia sering mendengarnya, namun karena dia juga adalah pendekar yang sering berpetualangan berpindah dari satu kota ke kota lainnya maka jarang dia bertemu dan melihat sendiri kejadian seperti itu. Memang cukup jarang, karena masyarakat pun tidak akan bodoh melakukan hal konyol seperti itu jika mereka sudah tidak sayang lagi dengan nyawa mereka.

.

.

Di depan pintu gerbang kerajaan, masyarakat baik dari kelas atas sampai kelas rendahan sudah berkumpul semua. Di tengah-tengah mereka terdapat sebuah panggung besar. Berdiri di atas panggung sepasang kekasih yang sempat Belia lihat di kejar oleh prajurit kerajaan kemarin.

Masyarakat mulai berbicara. Terdengar bisik-bisikan, ada yang pro ada pula yang kontra.

Sepasang kekasih di atas panggung pun sudah terlihat pasrah. Si wanita masih menangis dengan kondisi kaki dan tangan terikat di tiang. Begitu juga si pria, kondisinya sama persis dengan si wanita. Kepalanya hanya bisa menunduk menunggu algojo mengeksekusi mereka berdua.

Tak begitu lama. Dari atas benteng kerajaan, seorang pria di damping beberapa pendekar hebat muncul dan duduk manis mellihat pertunjukkan. Di atas kepala pria itu, terdapat mahkota. Dia adalah raja Masunggo bernama Raja Markam.

Semua orang terdiam ketika pria berbaju hitam mengangkat tangan kanan.

“KALIAN SEMUA LIHAT… INILAH AKIBATNYA JIKA MENCOBA-COBA MENANTANG RAJA KITA. APALAGI SAMPAI NEKAD MENGGANGGU MILIK RAJA.”

Panjang lebar dia menjelaskan, jika wanita itu dulunya selir raja. Cuma mereka berdua menjalin cinta di belakang raja dan tertangkap basah sedang melakukan perzinahan. Andai kata si pria meminta pada raja dengan cara baik-baik, mungkin raja akan mengabulkan permintaannya. Namun, dia sudah berani berzinah bahkan di dalam kerajaan. Sungguh kelakuan yang tak patut di beri ampun.

“Betul itu…”

“Huuuuu bunuh saja orang yang sudah berzinah.”

“Bunuh…”

“Kasian ya mereka berdua.”

“Siapa suruh sudah berani berzinah dengan selir raja. Kurang apa raja kita, sudah berbaik hati pada masyarakat. Apalagi dia kan putra salah satu kapten perang kerajaan.”

“Huhuhu… iya juga sih”

Lagi-lagi komentar pro dan kontra para masyarakat yang sedang menonton. Namun yang pro mengeluarkan suara besar, sedangkan yang kontra hanya berbisik saja. kebetulan Belia sedang berada di sampingnya jadi dengan mudah mendengarkannya.

Setelah itu, dua orang algojo naik ke atas panggung. Kedua algojo bertubuh besar dan tinggi, lalu mereka berdua memaksa si pria dan wanita yang di ikat sejak tadi melepas pakaian hingga telanjang.

Tentu saja para masyarakat kaum adam pun memandang ke si wanita dengan senang. Kapan lagi melihat tontonan telanjang tubuh si selir raja yang cantik dan anggun ini. Adalah sesuatu yang langkah, belum tentu seumur hidup mereka akan melihat kejadian ini lagi.

Lama kelamaan Belia yang memandang ke atas panggung merasa iba. Bukan pada si pria, melainkan si wanita. Karena dia pun adalah seorang wanita, jika tubuh nya di pertontonkan seperti ini pasti akan malu, bahkan setelah mati pun rasa malu karena aib itu tidak akan berhenti begitu saja.

Setelah menarik nafas panjang. Dia lalu memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Selendang berwarna kuning tiba-tiba menjulur ke atas panggung. Semua orang terkejut, dan memandang sekejap ke arah pemilik selendang itu.

“HAAAAAA ?”

“DIA… DIA PENDEKAR KAIN SUTRA ! MENGAPA DIA MALAH MEMBANTU MEREKA.”

Si Raja beserta pendekarnya di atas benteng ikut memandang ke arah Belia. Sedangkan tubuh si wanita di atas panggung dalam sekejap telah terbungkus oleh selendang sutra. Hanya si pria saja yang masih bertelanjang, karena Belia tidak berniat membantu si pria.

Lalu –

WUSHHH ! Belia terbang naik ke atas panggung.

Dia membungkuk sebentar dan memandang ke raja di atas. “Maaf jika hamba telah lancang yang mulia Raja.” Kata Belia dengan penuh hormat.

Si Raja mengangguk pelan.

“Yang mulai… apakah saya harus turun tangan ?” Pria berjulukan Gerhana Hitam baru saja berbicara pelan pada si raja.

“Biarkan saja dia berbicara dulu.”

“Baik yang mulia.”

“Silahkan Pendekar ?” nada suara Raja bernada Tanya.

“Aku bernama Belia, orang-orang menyebutku Pendekar Kain Sutra yang mulia… Sebenarnya aku seharusnya tidak lancang melakukan ini, Cuma setelah melihat wanita itu yang juga penah berstatus sebagai selir yang mulia.. apakah tidak seharusnya kemaluan dia di pertontonkan di depan umum ? Mohon maaf jika hamba telah lancang berbicara.”

“Pendekar… sepertinya memang kamu sudah lancang, dan ingin mencari masalah ? Apakah kamu sudah tidak sayang dengan nyawa kamu lagi ?” kata si Raja.

“Sebagai wanita… aku ikut malu melihatnya yang mulia. Bukan berarti aku ingin menantang kehebatan yang mulia. Cuma sebaiknya tubuh dia di tutup saja yang mulia.”

“Hmm… sepertinya memang kamu berani. Tidak salah kamu menyandang nama pendekar kain sutra.”

“Maafkan aku yang mulia.” Kata Belia kembali membungkukkan badan tanda penghormatan pada raja.

“Hmm… tapi karena kamu sudah membuat sesuatu pada saya, apakah kamu tidak berfikir akan pergi dengan selamat ?”

“Yang mulia… sebelum bertindak aku sudah memikirkan resikonya. Maafkan sekali lagi apa yang sudah aku lakukan.”

“Baiklah… Apakah ada syarat yang akan kamu ajukan sebelum kamu pergi ?”

“Jika yang mulia mengizinkanku pergi begitu saja, maka –“ sebelum kalimatnya selesai, si raja memotong.

“Saya tidak mengatakan akan mengizinkanmu pergi begitu saja, bisakah kamu memberikan saya pertunjukan kecil sebelum kamu pergi.”

“Silahkan yang mulia, hamba siap !”

“Gerhana… silahkan lanjutkan, ini tugas anda.”

“Yang mulia biar saya saja.” pria yang di juluki Kaki Serigala baru saja menyela dan mengajukan diri untuk menggantikan si Gerhana Hitam.

“Baiklah… silahkan.” Si Raja menyetujuinya.

Setelahnya pria berjulukan Kaki Serigala segera terbang turun ke bawah. Baju zirah kerajaan mengkilat terang memantul dari cahaya sinar matahari. Helmet ia lepaskan, lalu dia berjalan ke tengah-tengah.

“Salam kenal pendekar… apakah pendekar sudi mengajak saya untuk melakukan pertunjukan ?” kata si Kaki Serigala sambil menyatukan tangan ke depan memberi hormat.

“Aku meminta petunjuk dari tuan…” Belia membalas.

“Jika pendekar bisa melewati 10 serangan dari saya, maka saya akan berhenti melakukan pertunjukan.”

“Baiklah…”

Pertunjukan dimulai.

Si kaki serigala segera melezit menyerang ke Belia. Dua pedang menyilang ke depan, bagian tajam ingin menggores tubuh mulus si gadis. Namun Belia langsung beraksi, dia mundur dengan posisi kaki melayang di atas panggung.

Dua pedang mulai menyerang. Bagian kanan menyerang di atas namun tak mampu mengenai gadis itu lalu bagian kiri menyerang melintang di sisi perut. Belia dengan cepat dapat menghindarinya. Tubuh belia berputar, selendang panjang miliknya melayang-layang di udara seperti ular yang menari-nari.

Belia dapat mematahkan serangan pertama si kaki serigala.

Mereka mengambil jarak lagi. Berjarak 3 meter, mereka berdiri saling memandang. “Semoga kamu masih bisa menghindari serangan kedua saya.”

“Silahkan tuan.”

Si kaki serigala mengangkat dua tangan. Terasa angin berhembus, angin tak terlihat membuat lingkaran mengelilingi tubuh si kaki serigala, tenaga dalam mulai terpusat dan aura yang kuat mulai dirasakan oleh Belia.

Hitungan detik kedua. Tubuh kaki serigala mulai terangkat lalu terbang menuju ke Belia. “Terimalah jurus pedang pembasmi setan.” Wushhhh ! dua pedang milik kaki serigala terbang dengan sendirinya tanpa tersentuh tangan. Pedang itu bekerja dengan baik, menyerang ke Belia.

Belia beraksi dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh. Terbang ke atas, memainkan selendangnya untuk menangkis setiap serangan dua pedang itu. Jika ini selendang biasa pasti akan sobek dengan mudahnya. Namun selendang sutra milik Belia adalah bukan selendang biasa. Apalagi selendang ini adalah milik pendekar berilmu tinggi.

Berulangkali pedang itu ingin menyerang Cuma dapat di hindari oleh Belia, bahkan dapat dengan mudah di tangkis berulang oleh dua selendang miliknya. Selendang dan pedang saling beradu di atas panggung. Seperti gerakan kilat, begitu cepat gerakan mereka hingga mata biasa tak dapat melihat gerakan itu.

Hingga satu hentakan, dua pedang itu terjatuh dan menancap di atas panggung.

Belia turun dengan tenang.

“Maaf tuan, hamba sudah lancang menjatuhkan dua pedang tuan.” Kata Belia.

“Tidak salah, kamu memang hebat nona.” Kata si kaki serigala. “Sepertinya saya terlalu memandang remeh pada anda. Baiklah, sepertinya saya harus menggunakan jurus terakhir, tidak perlu berlama-lama saya akan langsung mengambil jalan pintas. Terimalah ilmu Tendangan Kaki Serigala.”

Dari bawah terlihat sinar berwarna merah. Perlahan sinar itu membentu sebuah bentuk abstrak. Lalu detik kemudian bentuknya mulai jelas. Itu adalah bentuk sebuah hewan, Belia paham jika pria itu mengeluarkan jurus pamungkasnya.

Sekali hentakan kaki kanan. Tubuh si kaki serigala terbang ke atas di iringi dengan sinar merah. Angin kembali berhembus dan mengelilingi tubuh pria itu.

Belia memejamkan matanya sesaat. Merasakan ilmu tenaga dalam pria itu. Tenaga dalam itu sangat hebat, Belia tidak boleh gegabah. Dia harus cepat melakukan block atau memilih menghindar jika ingin selamat. Baru saja membuka mata, sebuah bayangan yang terbang begitu cepat mengarah padanya. Kaki kanan si pria di kelilingi oleh cahaya merah lalu membentuk sebuah kepala Serigala yang sedang membuka mulut lebar-lebar.

“Tendangan Kaki Serigalaaaaa” WUNGGGGGHHHHHHH!

Belia segera menyilang kedua lengan di dada. “Jurus Perisai Sutra” Selendang miliknya segera ikut bergerak dan menyilang membentuk sebuah perisai besar di sertai dengan ilmu tenaga dalam yang besar untuk bersiap-siap menahan serangan Jurus Kaki Serigala.

Gelombang hebat terjadi. BAMMMMMM! Hantaman kaki si pria begitu keras pada perisai Belia. Bukan itu saja, seketika itu cahaya menyilaukan mata terjadi, membuat semua orang biasa langsung menutup mata. Bias dari gelombang yang terjadi di rasakan oleh semua orang, pohon-pohon yang tumbuh di sekitar, ikut bergoyang. Semua orang ikut bergeser karena terkena dorongan gelombang itu. Panggung menjadi rusak. Bahkan raja dan para pendekarnya ikutan merasakan imbas atas kejadian itu. Kedua tawanan raja ikut terjatuh dari panggung, karena tiang yang menyangga mereka patah.

Asap mengepul di tengah panggung. Lalu perlahan-lahan asap mulai menghilang menyisahkan kedua pendekar di atas panggung.

Hening

Raja berdiri dari duduknya. Plak ! Plak ! Plak ! Lalu dia bertepuk tangan sambil memandang keduanya yang sama-sama baru saja mundur ke belakang untuk mengambil jarak.

“Hebat ! pendekar Kain Sutra… anda memang hebat !”

Belia memandang ke raja. Ia membalas senyum itu, sambil memberi hormat.

Raja beserta para pendekarnya langsung turun ke panggung.

“Baiklah… saya rasa pertunjukan ini di sudahi saja sebelum memakan banyak korban.” Kata Raja sambil mendekati si kaki serigala.

“Baik yang mulia.”

“Dan anda nona. Apakah anda tidak berminat bergabung dengan kami ?”

“Mohon maaf yang mulai, kebetulan aku tidak menyukai berdiam di satu tempat. Aku kebetulan saja lewat di daerah anda… izinkan aku untuk pergi berkelana lagi.”

“Hmm…”

“Tapi jika anda tidak memberikan aku izin, aku juga tidak akan memaksa.”



Tiba-tiba…

Dari kejauhan dua orang berkuda mendekat.vSemua mata memandang ke arah kedua orang itu.

Begitu tiba mereka turun dari kuda. Semua orang di bawah memberikan jalan pada mereka berdua.

“Lapor yang mulia.” Mereka berdua adalah prajurit kerajaan yang bertugas di daerah perbatasan.

“Ya ada apa ?”

“Pasukan Dark Armour menyerang”

“APA ?”

“Berapa lama mereka akan tiba ?”

“Tiga jam lagi… mereka akan tiba di sini.”

“Berapa banyak pasukan mereka ?”

“Ribuan yang mulia…”

“Baiklah…” Si raja menarik nafas dalam-dalam, kemudian menoleh ke pria berjulukan Tangan Naga, adalah jendral tertinggi kerajaan. “Jendral… siapkan pasukan, kita akan menyambut kedatangan para penyerang.”

“Baik yang mulia.”

“Oh iya… semua masyarakat saya, silahkan masuk ke dalam benteng. Ada musuh yang menyerang.” Setelah raja mengatakan itu, semua warga pada berhamburan berlari masuk ke dalam benteng untuk berlindung. Karena satu-satunya tempat perlindungan yang aman adalah benteng kerajaan.

“Nona… apakah-“

“Aku akan membantu anda, yang mulia.. asal yang mulia memberikan belas kasihan pada mereka berdua.” Belum sempat Raja menyelesaikan kalimatnya yang terucap buat Belia. Justru Belia segera menyela lalu menunjuk pada dua orang tawanan yang sedang terkapar di bawah panggung.

“Baiklah… saya akan mengurung mereka. Pengawal, kurung mereka.” Setelah memberikan perintah. Dua prajurit segera menarik tubuh kedua tawanan untuk segera di masukkan ke dalam sel bawah tanah.

“Oke… nona, silahkan ikut bersama saya. Saya akan memberikan nona baju zirah untuk melindungi tubuh nona nanti dari serangan.”

“Hmm perlu kah ?”

“Nona… musuh yang menyerang sangat hebat. Saya sarankan nona kali ini mengikuti saran saya.”

“Baik yang mulia… aku ikut kata-kata yang mulia.”

Tak begitu lama suara terompet dan genderang perang mulai di bunyikan sebagai tanda perang sebentar lagi akan di mulai. Semua prajurit perang mulai mengambil posisi masing-masing.

Raja beserta para pendekar berada di tengah-tengah ujung benteng pertahanan bersiap-siap menerima kedatangan para penyerang yang berasal dari negeri seberang.

Wakil Jendral, Gerhana hitam sedang melihat menggunakan teropong dari jarak jauh. Pria itu menyeringai ketika melihat kedatangan pasukan memakai armor hitam dengan topeng tengkorak menggunakan kuda. Benar ! jumlah mereka ribuan. “Jendral… Mereka sudah datang…”

“Sambut mereka dengan hujan panah.”

Pria yang berdiri di tengah-tengah para pemanah segera setelah mendapat intruksi dari jendral mengangkat bendera kecil di tangan kanannya. Ribuan anak panah beterbangan dari atas benteng bagian depan. SUINGGG! SUINGGG ! SUINGGGG!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd