Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY WIND STALKER (By : BKU)

CHAPTER 3

Belia bersama Albani, mengajak Putri dan Ratu kerajaan pergi meninggalkan kerajaan yang selama ini telah meninggalkan banyak kenangan buat mereka. Bukan hanya putri dan ratu, beberapa selir kerajaan dan juga beberapa pemuda mengikuti mereka. Perjalanan mereka sangat panjang, harus melewati beberapa gunung, lembah, sungai terusan yang panjang. Beribu-ribu kilo meter jauhnya telah mereka tempuh, juga sudah tak terhitung berapa hari mereka telah melakukan perjalanan ini.

Mereka harus pergi jauh. Mengingat pasukan yang telah menghancurkan kerajaan adalah pasukan yang begitu kuat. Sepanjang perjalanan mereka selalu menghemat makan maupun minum. Para pemuda saling bahu membahu membantu para wanita jika ada yang terlelah saat perjalanan.

Di malam harinya, mereka akan beristirahat di dataran tinggi. Mereka mencari daerah yang aman agar rombongan ini tidak terserang oleh penjahat atau bahkan makhluk gaib. Di jaman ini rata-rata masyarakat masih mempercayai adanya makhluk tak kasat mata.

Jumlah mereka tak lebih dari 100 orang. Bisa saja mereka tidak pergi sejauh ini, mengingat yang bersama mereka ada Belia dan Albani yang memiliki ilmu tinggi. Cuma atas saran dari Belia, jauh lebih baik mereka pergi dari negeri tercinta ini dan melanjutkan hidup di negeri baru. Albani tak ingin banyak protes. Tugas dia hanya ingin memastikan keselamatan Putri dan Ratu. Karena dia sudah berjanji pada Raja Markam sebelum dia memutuskan untuk meninggalkan peperangan. Memang bagi seorang jendral sepertinya, meninggalkan peperangan dan juga pasukannya, adalah hal yang memalukan. Cuma, ini perintah dari Raja. Dan Albani sangat mengetahui konsekuensi jika tidak mematuhi perintah Raja.

Malam telah tiba.

Albani mengajak mereka untuk berjalan ke pegunungan. Di tempat ini kelihatan cukup luas. Beberapa bebatuan dapat mereka gunakan untuk penghalang angin malam ketika mereka tidur.

Setelah memutuskan untuk beristirahat. Maka para rombongan mulai terduduk lemas.

Albani memerintahkan beberapa pemuda untuk membuat sebuah tenda dari alat sekadarnya saja. tenda ini untuk digunakan oleh Putri dan Ratu. Sedangkan wanita lainnya, di buatkan tenda yang besar yang jumlahnya 3 buah. Bahkan beberapa kain yang di bawah oleh wanita di gunakan sebagai pengalas untuk tidur. Jumlah pemuda lebih sedikit, jumlahnya hanya 10 orang saja. Jadi mereka bergantian tidur, sebagian bertugas untuk berjaga. Para pria tidurnya di luar tenda dengan menggunakan kain seadanya.

Di keheningan malam. Belia baru saja mengobrol dan menenangkan Putri dan Ratu. Dia keluar dari tenda lalu melangkah menjauh.

Dia memandang jauh ke depan. Meski sudah lelah berjalan jauh, tapi wajah Belia masih tetap cantik. Beberapa kain selendang yang membungkus tubuhnya juga telah ia gunakan untuk membuat tenda. Jadi kini tubuh Belia hanya di balut kain berwarna kuning di bagian dada untuk menutup bagian payudara, sedangkan bagian perut langsingnya terbuka. Karena kain yang menutup di bagian dada cukup tipis, maka samar-samar puting itu terlihat. Sedangkan bawahannya ia menggunakan kain sutra yang tersisa. Berdiri di bawah cahaya sang rembulan, kecantikannya semakin sempurna. Siapapun yang akan melihat si gadis, tentu akan menginginkannya untuk menjadi istri.

Belia mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat padanya.

“Belum tidur ?” Belia bertanya pada seseorang yang datang.

“Saya belum ngantuk.” Suara serak terdengar membalas tanya si gadis.

“Ohh...” Belia hanya mengangguk pelan. Lalu ia merasakan kehadiran orang itu di sampingnya.

“Apa yang kamu pikirkan, nona ?”

“Panggil Belia saja.” ujar si gadis. Yang berdiri di sampingnya adalah Albani. Sosok pria yang memiliki perawakan yang cukup lumayan. Di umur 30an dia sudah memiliki ilmu tinggi dan sempat menjabat sebagai jendral perang.

“Dan seharusnya kamu juga memanggilku, Albani” sebelumnya Belia selalu memanggilnya Jendral. Cuma semakin lama, panggilan itu cukup mengganggu Albani. Secara dia sudah tidak menjabat sebagai jendral lagi.

“Hehe oke deh.” Belia menoleh. Terpancar senyum tipis di wajah Belia. Sosok pria di sampingnya, benar-benar memikul tanggung jawab yang besar. Belum lagi dia harus menjaga dengan baik Putri dan Ratunya. Apalagi harus mencari tempat yang aman untuk mereka tinggal dan melanjutkan hidup.

“Sepertinya besok kita akan tiba di negeri seberang.” Ujar Albani menoleh dan mereka sempat bertatapan.

“Iya. Seharusnya begitu.”

“Apa rencana kamu, belia ?”

“Hmm, belum tau... mungkin aku bakal tinggal bersama kalian beberapa bulan lagi. Setelahnya aku akan berkelana lagi. Semoga kamu gak keberatan.”

“Menemaniku hingga sejauh ini, aku gak punya hak untuk melarangmu meninggalkan kami.”

“Makasih”

Albani mengangguk. Ia membalas senyum manis nan ayu si gadis. Malam semakin dingin, Albani melihat ke Belia yang sudah mengelus lengannya sendiri.

“Sebaiknya kamu masuk.. sepertinya di luar sini lumayan dingin.”

“Hehe tenang aja, aku punya tenaga dalam yang dapat menghangatkan tubuhku sendiri. Bagaimana denganmu ? Seharian berjalan apa kamu tidak lelah.. Tidurlah !”

“Kamu juga lupa, aku siapa... huh ?”

Mereka saling berpandangan.

“Hahahaha, bener juga... hampir lupa kalo pria di sebelahku ini adalah si Telapak Tangan Naga.”

“Kamu bisa aja.”

“Oh iya, bagaimana keluarga dan anakmu... apakah belum ada kabar ?”

Mendegar pertanyaan Belia. Albani menunduk. Seharusnya sebagai kepala rumah tangga, yang pertama kali ia harus selamatkan adalah keluarganya sendiri. Tapi sebagai bukti kesetiaannya pada Raja Markam, maka dia memilih untuk menyelamatkan keluarga raja dan meninggalkan istri dan kedua putrinya di sana.

“Mungkin mereka tidak selamat.” Ujar Albani. Raut wajahnya berubah sedemikian rupa.

Belia dapat menangkap kesedihan itu. “Kamu benar-benar menjungjung tinggi kesetiaan... semoga kamu bisa kuat menerima kepergian keluarga kamu, Albani.”

“Makanya aku harus menjaga dengan baik amanah Raja. Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk keselamatan Putri dan Ratu.”

“Andai aku dapat membantumu.”

“Kamu tidak perlu melakukan hal yang lebih dari yang sekarang, Belia... kamu pasti akan menemukan jalanmu sendiri di dunia luar.”

“Terus... kamunya ngapain setelah kita dapat rumah baru di negeri seberang ?”

“Mungkin akan menata hidup baru.”

“Yah semoga kamu juga dapat keluarga baru disana.”

Saat mereka masih berbincang-bincang. Terdengar langkah kaki seseorang dari belakang.

Albani dan Belia menoleh bersamaan.

“Ratu.. mengapa Ratu belum tidur ?” Albani bertanya dengan nada penuh hormat.

“Saya belum ngantuk, Albani... kalian ngapain di tempat ini ?” Wanita yang bernama Amira Mulyanti. Adalah Ratu kerajaan. Wanita ini jika berdiri bersebelahan dengan Belia, maka siapapun tidak akan mampu memilih kecantikan di antara salah satunya.

Meski umur Ratu Amira sudah menginjak 30, namun kecantikannya dapat menandingi gadis belia yang umurnya masih 20 an. Lekuk tubuhnya yang hanya menggunakan pakaian yang sama persis dengan Belia, sempat menjadi perhatian Albani. Cuma hanya dua detik saja, lalu Albani mengalihkannya karena ia tak ingin melihat dengan pandangan pria biasanya pada seorang wanita.

“Kami lagi ngobrol Ratu... kebetulan kami belum ngantuk.”

Ratu Amirah tak dapat menutupi wajah lelahnya. Terpancar kesedihan yang begitu besar pada wajahnya. Kehilangan suami, juga kerajaan tempatnya tinggal adalah pukulan besar baginya. Andai dia ingin memilih, dia ingin mati bersama suaminya Raja Markam. Namun saat itu, Albani bersama Belia memaksa dirinya untuk ikut kabur dari kerajaan.

Beberapa saat mereka bertiga berbincang-bincang hangat. Hingga Belia meminta izin di awal untuk melatih tenaga dalamnya di malam hari.

“Putri Cahaya sudah tidur Ratu ?” Sepeninggalan Belia, Albani yang mulai merasa tak enak berdua dengan Ratu mencoba bertanya basa-basi pada ratu Amira.

“Sudah... dia kecapean seharian berjalan.”

“Iya ratu...”

“Sampai kapan kita berjalan seperti ini Albani ? sa-saya sebetulnya sangat capek pergi jauh kayak gini, apakah kita tidak menetapkan saja suatu tempat untuk kita tinggali sementara waktu ?”

“Tenang saja Ratu, besok kita akan tiba di tujuan... Aku juga cukup menguasai daerah tujuan kita. Semoga saja ratu senang dengan tempat itu.”

“Andai saja suami saya ikut bersama kita. Hiks !” tiba-tiba saja, Ratu Amirah menangis mengingat raja Markam yang mungkin sudah tewas mempertahankan kerajaan.

“Ratu yang sabar... aku minta maaf karena tidak bisa menjaga dengan baik raja.”

“Hiks ! hiks ! ka-kamu sudah melakukan tugas kamu Albani... hiks !”

Albani yang merasakan kesedihan sang ratu, lalu berinisiatif memberikan pelukan minimal sekedar untuk menenangkannya. “Mohon izin ratu...” Tanpa mendapat jawaban, Albani segera memeluk tubuh wanita cantik itu.

Ratu Amira segera menenggelamkan wajahnya di dada pria itu. Mengeluarkan segala perasaan sakit, sedih dan hancur kehilangan semuanya. Punggungnya mendapat usapan lembut dari Albani yang memilih tak lagi berbicara. Dia membiarkan tubuhnya menjadi tempat untuk melampiaskan segala rasa sakit yang di rasakan oleh wanita itu.

“Al-albani... jangan tinggalkan kami lagi, sa-saya bermohon kepadamu... jagalah kami,”

“Aku akan menjaga putri dan ratu selamanya.” Gumam Albani.

Ratu Amirah makin memeluk erat tubuh Albani. Pria ini sangat baik, dan berhati lembut. Itu yang di ketahui oleh Ratu Amirah setelah 4 tahun lamanya Albani menjabat sebagai jendral perang di kerajaannya.

Adalah prajurit setia.

Adalah suami yang bertanggung jawab. Pria yang jarang berbuat kasar, kecuali keadaan terdesak. Ataupun mendapat perintah dari rajanya.

Setelah melampiaskan segalanya pada tubuh Albani. Kesadaran Ratu Amirah berangsur membaik. Dia lalu melepaskan pelukannya pada Albani, dan semakin merasakan kehangatan dan juga memberikan besar kepercayaannya pada pria itu.

“Maafkan saya kalo saya terlalu rapuh di hadapan kamu.”

“Aku mengerti Ratu.” Ujar Albani ramah.

“A-apakah kamu belum ingin tidur ?” tanya Ratu sambil menatap sendu wajah Albani.

“Aku akan menjaga hingga terdengar ayam berkokok pertamakalinya.”

“Apa kamu gak kedinginan bertelanjang dada seperti ini ?” tanya Ratu.

“Aku sudah terbiasa Ratu... tidurlah, tidak sangat baik jika ada orang lain melihat Ratu sedang berduaan denganku di tempat sunyi.”

“Saya tidak mau memikirkan itu, yang saya tahu saya butuh teman untuk menenangkan saya.”

“Tapi ini sudah malam Ratu, kalau mau ngobrol... baiknya besok saja.”

Bukannya Albani tidak menginginkan berdua seperti ini bersama Ratu. Cuma dia sadar, berdua bersama wanita cantik dengan penampilan terbuka seperti ini tentu saja akan membangkitkan hal negatif dalam dirinya. Apalagi Albani telah lama tidak berhubungan dengan istrinya setelah kehamilan anak keduanya kala itu. Sudah berbulan-bulan lamanya jika di hitung dari terakhir kalinya.

“Ba-baiklah Albani, kamu juga jangan lupa istirahat yang banyak.” Setelah memutuskan, maka Ratu tak ingin berdebat dengannya.

Sepeninggalan Ratu Amirah. Tiba-tiba Albani menggerakkan dua tangannya. Ia mengatur tenaga dalamnya, karena ia baru saja merasa tubuhnya panas. Gairahnya naik, maka dari itu cara yang tepat untuk menetralkannya adalah dengan cara seperti ini. Mengatur suhu tubuhnya dengan menggunakan tenaga dalamnya.

.

.

Akhirnya mereka telah tiba di tujuan. Sebuah daerah pegunungan yang begitu luas. Banyak pepohonan dan bukit-bukti, juga sebuah sungai yang airnya sangat jernih. Tempat ini sepertinya sudah lama tidak ada orang yang melewatinya.

Setelah Albani melakukan peninjauan dengan berkeliling beberapa jam lamanya. Ia kembali lalu mengatakan pada semua orang, disinilah mereka akan tinggal dan melanjutkan hidup mereka.

Semua orang bernafas lega.

Akhirnya kelelahannya mereka terbayar sudah. Meski masih ada kesedihan yang mendalam yang tertinggal, namun jauh dari dalam hati semua merasa lega bisa tetap hidup karena tidak menjadi korban kebiadaban para pasukan yang menghancurkan tempat tinggal mereka.

Mereka saling bergotong royong untuk membangun rumah mereka. Semua bentuk rumah sama. Tak ada beda, bahkan rumah ratu dan putrinya saja sama persis.

Hari berganti minggu.

Minggu berganti bulan.

Bulan berganti tahun.

Satu persatu sudah mulai mencoba melupakan kejadian yang menyedihkan itu. Ada yang mulai hidup berternak, ada yang mulai bercocok tanam. Karena dengan cara itulah maka hidup mereka akan berlanjut.

Belia sendiri sudah mulai pergi selama beberapa minggu untuk berpetualang. Lalu ia kembali ke kampung yang mereka namakan kampung Cahaya, adalah nama Putri Cahaya yang sengaja mereka pakai. Belia pulang untuk sekedar beristirahat selama beberapa hari. Begitu seterusnya, Belia tak mengenal lelah.

Sedangkan Albani, sudah menjadi kepala kampung Cahaya. Yang hidupnya juga banyak membantu masyarakat disini. Albani memilih untuk tinggal sendiri. Ia membangun rumah berdampingan dengan rumah Ratunya.

Sore ini...

Albani duduk berdua dengan Ratu Amirah. Mereka mengobrol sambil melihat Cahaya kecil yang masih berumur 7 tahunan sedang bermain dengan beberapa gadis yang umurnya jauh di atas gadis kecil itu.

“Terima kasih, terima kasih karena sudah membuat semuanya seperti ini.” Ujar Ratu Amirah pada Albani.

Albani yang sore ini baru saja selesai melatih ilmu di atas bukit. Pulang hanya berpakaian seadanya, tampak keringat bercucur di wajahnya memperlihatkan pahatan kokoh. Kedewasaannya makin tampak jelas, ketampanannya pun semakin tak terkalahkan dari para pria yang hidup di kampung Cahaya.

Albani menoleh dan mengangguk tenang. “Sudah seharusnya menjadi tugasku, Ratu.”

“Amirah saja... saya sudah bukan ratumu lagi.” Ujar Ratu Amirah sambil tersenyum.

Wanita cantik. Bahkan hanya menggunakan kain melilit tubuhnya saja, sudah membuat Albani salah tingkah. Hidup setahun lebih bersama mereka, bahkan Albani masih belum melupakan statusnya dan juga status Ratu Amirah. Alangkah tidak eloknya dia dengan tidak sopan memanggil nama saja. Dengan sopan, dia menggelengkan kepala di samping wanita itu.

“Tidak pantas aku memanggil nama.”

“Albani... saya mohon jangan lagi memanggil saya dengan sebutan Ratu.”

“Tidak Ratu... aku menolak.”

“Fiuhhhh ! Pokoknya saya akan selalu memaksamu untuk memanggil saya dengan nama Amirah saja.”

Albani hanya menarik nafas di samping Ratu. Dia tidak ada niat untuk menentang permintaan wanita itu, Cuma untuk mengikuti kemauan memanggil dengan nama saja adalah hal yang paling tidak masuk akal menurutnya.

“Mau kopi ?” ujar Ratu selanjutnya.

“Hmm, apakah aku pantas untuk Ratu buatkan kopi ?”

“Kenapa tidak ?” ujar Ratu. Ia lalu beranjak dan ketika ingin di tahan oleh Albani, Ratu membuka lebar matanya tapi senyuman manisnya masih saja tertahan di wajahnya. “Biarkan saya melayanimu, kakang Albani.”

“Eh Ra-ratu...” Albani terdiam. Dan mulai tersadar jika Ratunya hari ini terlihat aneh. Bahkan belum juga ia berbicara, Ratu Amirah sudah berjalan masuk ke dalam rumah.

Tak lama, Ratu Amirah berjalan keluar membawa secangkir kopi.

“Silahkan, hehehe !” ujar Ratu Amirah sambil menatap wajah Albani.

“Ra-ratu... ini seharus-“

“Stttttttssss !” Ratu Amirah menyentuh bibir Albani dengan jari telunjuk. “Sudah saya katakan, biarkan kali ini saya yang melayanimu.”

“Ta-tapi Ratu...”

“Gak ada tapi-tapian. Hehehe, yuk di minum... kakang Albani.” Setelah mengatakan itu, pipi wanita itu memerah sambil masih memandang wajah Albani.

Albani masih gak enak. Dia pun mengambil kopi lalu menyeruputnya tanpa lagi memandang pada wajah wanita cantik di sampingnya itu.

“Kang !”

“A-astaga ratu... mohon jangan memanggilku dengan sebutan itu.”

“Mengapa ?”

“Karena aku tidak pantas mendapatkannya.”

“Kang... hanya kamu yang pantas mendapatkannya, karena hanya kamulah yang bisa menjagaku dan Cahaya.” Setelah mengatakan itu, entah mengapa Ratu Amirah menunduk. “Sa-saya butuh seseorang juga, kang... seseorang yang dapat membuatku nyaman.”

“Ma-maksud Ratu ?”

“Mohon... panggil saja nama saya, Amirah.”

“Aku tidak akan memanggilnya... sampai kapanpun Ratu adalah Ratuku.”

Ratu Amirah menatap dua bola mata Albani. Ia menggeleng kepala, sambil wajahnya tersipu.

“Kenapa Ratu menatapku seperti itu ?”

“Kang... ikutlah bersama saya masuk ke rumah, biarkan cahaya bermain di luar bersama temannya.”

“Bu-buat apa Ratu ?”

“Ada yang ingin saya sampaikan... mohon jangan menolaknya.”

“Ta-tapi Ratu ??”

Tanpa persetujuan lagi. Ratu Amirah menarik lengan Albani untuk mengikutinya masuk ke dalam rumah.

Masuk di dalam, Ratu Amirah mengunci pintu.

Albani menyadari jika Ratunya ini sedang ada masalah.

“Kang...” Baru ingin menoleh, Albani di kejutkan dengan kejadian yang bahkan ia pun tidak berani memimpikannya.

Wanita di hadapannya sudah tak lagi memakai kain menutup keseluruhan tubuhnya. Kulit bersih, putih berbentuk indah di hias dua payudara yang menggantung di dada dengan bentuk sekal. Pandangan turun ke bawah, kemaluan yang di hiasi rerumputan yang hitam. Albani sejenak terdiam sambil menelan ludahnya.

“Kanggsshhhh !” Ratu Amirah memanggilnya sambil sedikit mendesah.

“Ke-kenapa ratu melakukan ini ?”

“Sa-saya menginginkannya, kang !”

Albani menunduk tak ingin melihat tubuh telanjang ratu amirah yang cantik dihadapannya.

“Kang... saya sudah beberapa bulan, memiliki perasaan terhadapmu. Bantu saya agar saya tidak hidup dalam kesakitan lagi.”

“Tapi Ratu ?”

“Lakukanlah..”

Albani menarik nafas dalam-dalam. Bagian bawahnya terstimulasi dengan pandangan di hadapannya, menjadikan perlahan-lahan di selangkangannya membentuk sebuah gundukan. Celana kain yang ia pakai tak dapat menahan gundukan itu. Ratu memandang itu, pun tersipu dengan wajah memerah.

Ratu Amirah lalu berjalan mendekat.

Jari jemarinya menyentuh dada bidang Albani. “Kang... biarkan saya melayanimu hari ini.”

Albani masih diam.

“Pejamkan matamu kang.” Ujar ratu lalu mulai berjinjit dan menyentuhkan bibirnya pada bibir pria itu. Kedua lengannya bertengger pada bahu si pria, mereka lalu berciuman mesra.

Albani merasa jantungnya berdegub kencang. Apalagi dia baru saja selesai berlatih ilmu tenaga dalam, menjadikan tubuhnya dapat dengan mudah terbakar. Darahnya menjalar ke segala arah, merasa seperti tersengat listirk. Membuat Albani tanpa memikirkan lagi, lengannya mulai bergerak meraih payudara ratunya.

Sambil meremas lembut, Albani mendorong tubuh ratu menuju ke ranjang.

Ratu melepas ciuman, ia menatap wajah Albani dengan senyum bahagia. “Kang... makasih. Makasih sudah mengizinkan saya melakukannya.”

Albani hanya mengangguk tenang.

Ratu duduk di ranjang, jemarinya yang lentik mulai menyentuh batang kemaluan Albani dari luar celana. Sangat lembut sentuhan itu, membuat Albani memejamkan mata. Perlahan-lahan jemari itu mulai menarik turun kain yang di pakai si pria, membuat batang kemaluan yang sudah menegang terbebas dan mengacung di depan wajah ratu Amirah.

Ratu Amirah tersenyum sesaat. Ia lalu menyentuhnya, seakan baru saja menemukan sebuah kehidupan asmara di hamparan nan luas. Jemari itu mengocoknya lembut. Nafas Albani mulai terasa berat, ia yang masih memejamkan mata merasakan sensasi yang berbeda. Ini adalah ratunya, wanita yang sangat di hormatinya. Kini telah telanjang sambil memegang kemaluannya. Sungguh sangat luar biasa dirinya sebagai seorang pria.

Albani lalu membuka mata.

Mereka berpandangan sesaat. Kemudian Albani menyentuh bahu ratunya dan mendorong lembut agar berbaring di atas ranjang.

Albani berada di atas ratu sambil berpandangan dengannya.

“Kang... lakukanlah sekarang.”

“Setelah hari ini, maka aku akan selalu melakukannya... apakah Ratu tidak keberatan ?”

“Bahkan jika kamu menjadikan saya sebagai istri, saya pun tidak keberatan. Kakang Albani.”

Albani mengecup kening ratunya. Lalu turun ke leher sambil memberikan sentuhan asmara yang begitu menggairahkan. Tubuh ratu meregang penuh kenikmatan bercampur rasa geli, ketika leher dan bagian belakang telinganya menjadi serangan pertama dari si pria. Setelahnya Albani menurunkan kecupannya pada bagian atas payudara. Tangan kanannya yang di awal hanya menopang tubuhnya telungkup di atas si wanita, kini mulai menjelajah di bagian payudara itu.

“Ouhhhh kang” desahan mulai di perdendangkan oleh ratu. Tubuh penuh gairah di bawah, menambah tingkat kehangatan yang di rasakan oleh Albani.

Albani lalu menyerang payudara itu. Lidahnya menjilat puting, lalu tangan meremas payudara lainnya. Albani melakukannya berulang sesaat, bergantian antara bagian kanan dan kiri. Setelah puas, Albani lalu memegang batang kemaluannya sambil matanya menatap wajah ratu di bawahnya. “Izinkan aku memasukimu, ratu !”

Ratu Amirah yang telah di bakar gairah, tak dapat berucap hanya mengangguk tenang dengan senyum menggairahkan.

Kepala kemaluan sudah menyentuhnya. Mendorong pelan, di iringi oleh desahan dari keduanya. Perlahan-lahan batang itu mulai memasuki kedalaman yang licin milik si Ratu. Tiap dorongan, desahan terdengar mesra. Bahkan Albani sudah memejamkan mata. Menikmati setiap gesekan yang terjadi di bawah sana. Hingga ketika sudah tak lagi dapat di paksa untuk masuk lebih dalam, Albani menghentkan sesaat. Ia membuka mata, begitu pula Ratu Amirah, mereka tersenyum penuh kebahagiaan.

“Kang... kamu sudah memasuki saya, sungguh kakang keliahatan gagah sekali. Ohhh !”

Albani hanya tersenyum. Ia mengecup mesra bibir merekah yang sedikit terbuka. Sambil bergelut dengan lidah, Albani mulai mengangkat pinggulnya sedikit, lalu mendorongnya turun.

“Mmhhhfffmmmmm !”

Lalu, ritme mulai di naikkan. Genderang selangkangan penuh cairan kental mulai saling berhantaman. Tampak enggan untuk melepas ciuman, Albani masih menggenjotnya dengan lembut. Vagina ratunya begitu enak, bahkan ia merasa jauh lebih enak dari milik istrinya yang lalu. Maka itu Albani begitu bergairah melakukan ini dengan Ratu Amirah.

Mereka melepas ciuman.

Terdengar erangan nikmat penuh gairah dari wanita itu.

“Oughhhhh kang... nikmat sekali rasanya”

“Uhhhh Ratuku... a-aku juga merasa nikmat. Terima kasih, sudah membiarkanku memasukimu.”

Setelah puas. Mereka berganti gaya. Albani menarik tubuh ratu untuk duduk di atasnya. Kini Ratu telah duduk di atas tubuh Albani yang sedang berbaring. Ratu mulai menaik turunkan badannya, batang kemaluan Albani pun bergerak keluar masuk di vagina milik wanita itu.

Sambil memejamkan mata, Ratu Amirah menkmati sekali bersetubuh dengan Albani. Bahkan dia sangat enggan untuk melepasnya.

Tampak tangannya mulai meremas payudaranya sendiri. Mulutnya terbuka, desahan nikmat terdengar, juga goyangannya di atas tubuh Albani seperti saja sedang mengendarai kuda. Naik turun lalu memutar. Vaginanya melahap habis batang kemaluan pria yang juga beberapa bulan belakangan selalu hadir dalam mimpinya.

Begitu seterusnya.

Berbagai gaya telah mereka lakukan.

“Oghhh kang... teruskan, jangan pernah lepaskan saya. Jangan pernah tinggalkan saya kakang. Ohhhh sa-saya menyukai kakang.”

“Iya... aku sudah berjanji sejak awal, aku akan menjaga kalian... ohhhh aku sepertinya tak akan bertahan lama lagi.”

“Sama kang... ohhhhh saya juga ingin mengeluarkan semuanya.”

“Iya Ratu... kita bersamaan saja.”

“Iya kang.”

Ratu yang sudah kembali berada di bawah Albani, mulai tak dapat menahan gelombang itu.

Albani menggenjot vagina ratunya dengan cepat.



“Ratu... aku sudah mau keluar.”

“Kang... panggil nama saya sekali saja... Oughhhhtttt !”

“Ahhhhhhhhh”

Plok ! Plok ! Plok !

“Oughhhhhhhhhhh Amiraaaaaahhhhhhh aku keluaaaaaaaarrrr.” Teriakan itu, terdengar indah di telinga Ratu Amirah. Albani melepaskan semburan panasnya di dalam liang kenikmatan Ratunya.

Croooottt ! Croooott !

“Kangggg Amirah jugaaaaa”

Detik kemudian, Ratu Amirah yang sudah mengeluarkan air mata kebahagiaan karena mendengar namanya di panggil, akhirnya ikut mengeluarkan orgasmenya. Ini adalah orgasme pertamanya, dan ini begitu nikmat sekali bisa mengeluarkan bersama dengan pria tampan dan kokoh di atasnya.

Detik-detik selanjutnya, mereka berpelukan. Mengatur nafas sambil mata terpejam.

Tak begitu lama, Albani memiringkan tubuh sambil memandang lekat-lekat wajah wanita di sampingnya ini. Sangat cantik, dan juga dia sepertinya akan memberikan hidupnya sepenuhnya pada wanita ini. “Maafkan aku... jika setelah ini, aku akan lancang memberikan cintaku padamu. Amirah !”

Wanita itu membuka matanya.

Ia mengangguk dengan senyuman.

“Amirah akan menjadi wanita yang paling bahagia, jika mendapat cinta dari kang Albani.” Mereka berciuman kembali.

Karena mengingat waktu masih sore, maka mereka bergegas beranjak dari ranjang untuk bersih-bersih.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd