part 3 : Fatin & Arafah Story
[/url vs [url=https://postimg.org/image/ow4yxysqb/]
Sejak kejadian pemerkosaan pada dirinya, Fatin menjadi lebih waspada dan sering menoleh kebelakang jika pulang konser atau kuliah. Ia juga mengantongi sprei air merica setiap hari dan mulai berlatih bela diri setiap akhir pekan untuk berjaga-jaga. Tak lupa setiap masuk apartemen, ia selalu mengunci pintunya untuk jaga-jaga dari orang sejenis Andi yang masuk dan mengintainya. Saat pulang latihan bela diri, Fatin merasa sangat lelah dan langsung berjalan ke kamar mandi. Setelah mengunci pintu kamar, Fatin membuka seluruh pakaiannya lalu masuk ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mulai keramas. Saat menyabuni tubuhnya, ia pun mulai merasa gairahnya naik. Ia sabuni payudara indahnya dengan lembut sambil membayangkan seseorang meremas-remas payudaranya. “uuhhh…” desahan kecil keluar dari mulutnya yang mungil. Ia kemudian mengambil botol sabun lalu ia gesekkan di bibir vaginanya. “uuhh… gatel banget sih…” ujar Fatin berbicara pada dirinya sendiri. Fatin memaju mundurkan botol itu di vaginanya sambil tangan satunya meremas dan memilin putingnya. “ooohhh… enaakkk… uuhh…” racaunya menikmati sodokan botol sabun itu. Setelah 10 menit, Fatin akan orgasme dan ia mempercepat sodokan botol sabun itu. “uugghhh… mmmmhhh…. Aahh… aahh.. ” Fatin membuka selangkangannya lebar-lebar lalu cairan vaginanya menyembur keluar.
Setelah merasa puas, ia melanjutkan mandinya lalu memakai piyama pink favoritnya lengkap dengan hijab pink. Ia tiduran sambil menonton televisi dan sedang berlangsung acara stand up comedy. Ia melihat sosok gadis yang berwajah lugu namun mampu membuat penonton tertawa oleh aksinya. Namanya Arafah Rianti. Gadis lugu dengan suara unik itu baru saja memenangi audisi di salah satu stasiun televisi. Fatin yang melihat keluguan dan kecantikan Arafah kemudian tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Fatin kemudian membuka sosmedgram nya untuk mencari akun Arafah. Beruntung belum ada akun palsunya sehingga Fatin langsung menemukan profil Arafah di sosmedgram. Ia klik tombol follow kemudian ia scroll layar hape nya untuk melihat-lihat foto Arafah baik saat menjadi komika atau sebelum menjadi komika. “uuhh… manis banget…” batin Fatin. Tanpa terasa air liurnya menetes karena kagum dengan foto-foto Arafah. Hal itu membuat Fatin ingin bermastubasi lagi, namun karena kelelahan akhirnya Fatin memutuskan untuk tidur dengan tv yang masih menyala.
Akhir pekan sudah tiba. Fatin keluar dari apartemennya untuk jogging pagi. Ia mengenakan setelan sporty dengan training yang agak ketat hingga mencetak paha dan pinggulnya. Ia juga mengenakan jaket yang tidak mampu menutupi tonjolan dadanya. Beberapa orang melihat Fatin yang sedang berlari-lari dengan setelan seperti itu. Fatin pun santai kemudian setelah jogging ia langsung pulang ke kamar untuk berganti baju dan bersiap ke studio untuk rekaman acara talkshow. Fatin mengenakan hijab dan gamis hitam serta legging hitam diikuti kaos kaki dan sepatu hak. Sesampainya di studio, ia melihat sosok gadis yang familiar. “Itu Arafah !” batinnya. Segera ia hampiri Arafah lalu menepuk pundaknya. “Mbak Arafah ya ?” sapa Fatin ramah. Arafah kemudian menoleh dan terkejut melihat sosok wanita yang baru saja menyapanya. “Mbak Fatin ? Wah aku nge fans banget loh sama mbak. Minta foto bareng dong.” Ujarnya girang. Kemudian mereka berdua beberapa kali mengambil selfie. “Mbak ada acara juga disini ?” Tanya Arafah. “Ia aku mau shooting acara talkshow.” Jawab Fatin. “Wah sama dong mbak. Aku juga disana. Barengan yuk. Takut nyasar nih hehe.” Ujar Arafah. Mereka berdua kemudian berjalan ke studio yang dimaksud dan melakukan shooting hingga selesai.
Selesai shooting, Arafah hendak berpamitan ke Fatin namun diluar tiba-tiba hujan sangat deras. “Aduh, aku lupa bawa payung. Mana ujannya deres banget lagi.” keluh Arafah. “Mau aku anter ? aku bawa mobil nih.” Fatin menawarkan diri. “Seriusan ? wah makasih banyak mbak. Jadi ga enak saya.” Ujar Arafah girang. “Gapapa. Ntar kamu aku bikin enak.” Ujar Fatin. “Eh maksudnya mbak ?” Tanya Arafah yang bingung dengan kalimat Fatin. “Eh. Nggak apa-apa. Maksudnya dibawa santai aja. Ayo jalan sekarang.” Jawab Fatin sambil menggaet tangan Arafah menuju mobilnya. “Kamu nginep di tempat aku dulu ya. Gapapa kan ?” tawar Fatin. “Wah, beneran mbak ? waduh mimpi apa saya semalem diajak nginep sama mbak.” Ujar Arafah. “Yaa… daripada nanti keujanan kamunya juga.” Ujar Fatin. “makasih banyak loh mbak. Beneran nih jadi ga enak.” Ujar Arafah. Fatin hanya tersenyum melihat tingkah Arafah yang lucu. Sesampainya di apartemen, Fatin mempersilahkan masuk. “Wih, luas banget. Bisa main badminton ya disini ?” ujar Arafah yang kagum dengan kamar Fatin. “Halah bisa aja. Mbak Arafah ga mandi dulu sana ? ntar bajunya pake punya aku aja.” Tawar Fatin. “Eh. Makasih loh mbak jadi malah repotin.” Ujar Arafah. Arafah kemudian pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Selama Arafah di kamar mandi, Fatin membuka seluruh pakaiannya hingga menyisakan hijab dan kaus kaki di tubuhnya. Kemudian ia tutup seluruh jendela dan mengunci pintu kamar. Sambil menunggu Arafah selesai mandi, Fatin bersiap untuk menggarap tubuhnya.
Momen yang ditunggu pun tiba. Arafah keluar dari kamar mandi dengan kepalanya yang sudah dipakai hijab dan kemben handuk. Saat melihat Fatin, ia terkejut karena Fatin hanya mengenakan hijab dan kaos kaki. “Mbak kok telanjang ? malu tau.” Ujarnya sambil menutup mata. Fatin kemudian menghampiri Arafah lalu memeluk tubuhnya. “Gausah malu. Kita kan sama-sama cewek.” Bisik Fatin sambil melepas kemben handuk di tubuh Arafah hingga terlihat tubuh mulusnya yang hanya ditutupi celana dalam. “Mbak mau apa ? mmpphhh….” Belum sempat Arafah bertanya, bibirnya langsung dicium oleh Fatin dengan lembut. “mbak… mmmhhh…” lenguh Arafah karena serangan bibir Fatin begitu intens. Fatin kemudian mencari lidah Arafah lalu diadu dengan lidahnya. Arafah hanya diam karena terkejut dengan perlakuan sosok idolanya itu. Fatin kemudian melepas ciumannya dan menatap Arafah dengan senyuman kecil. Tubuh Arafah kemudian didorong ke kasurnya lalu Fatin menidihnya sambil kembali berciuman.
“mbaakk… stop.. udaahh… aaahhh…” lenguh Arafah saat tangan Fatin mulai meraba-raba payudaranya. Ciuman Fatin kemudian turun ke perut Arafah lalu Fatin mengigit celana dalam pink Arafah sambil ditariknya. “mbak… apa-apaan sih… geli…” ujar Fatin sambil kedua tangannya menutupi selangkangannya. Kedua tangan Fatin kemudian memegangi tangan Arafah sambil terus menarik celana dalam Arafah menggunakan giginya. “Mbaaakk…” Arafah tidak berontak dan hanya melihat Fatin yang berhasil melorotkan celana dalamnya. Lalu kedua tangan Fatin menarik celana dalam Arafah yang masih menyangkut di lutut Arafah dan membuangnya ke lantai. “mbak…. Mbak mau apa ?” ujar Fatin melangkah mundur sambil menutupi selangkangannya. Vagina Arafah masih rapat dan hanya ditumbuhi sedikit bulu halus. Fatin yang melihat Arafah sudah terpojok kemudian menghampiri Arafah dan memeluknya. “mbaakk… jangaann…” Arafah memohon kepada Fatin. Namun, Fatin hanya tersenyum lalu tangannya menepis tangan Arafah yang menutupi vaginanya. fatin memasukkan jarinya ke vagina Arafah sambil dikorek-korek dengan lembut. “aaahhh… uuhhh… mbakkk… geli… stooppp… ooohhh…” desah Arafah sambil menggelinjang menahan serangan jari Fatin di vaginanya. Agar tidak banyak bergerak, Fatin menidih Arafah sambil jarinya kembali mengobok-obok vagina Arafah. “mbaakkk… aaahhh… udaahhh… ooohh…. Mbaakkk…” desah Arafah membuat Fatin semakin bernafsu mengorek vaginanya. 10 menit kemudian, tubuh Arafah mulai mengejang. “mbaaakkk… pipisss…. Aaaahhhhh…” Arafah memeluk Fatin kemudian vaginanya berkedut-kedut. Cairan vaginanya muncrat membasahi kasur dan jari Fatin. Fatin yang puas kemudian menjilati cairan vagina Arafah di jari dan kasurnya. Kemudian, Fatin menuju ke vagina Arafah lalu dijilati dengan nafsu.
“mbaakkk…. Udah…. Mbaakkk…” desah Arafah sambil tangannya memegangi kepala Fatin. Fatin terus menjilati vagina Arafah sambil sesekali memasukan lidahnya kedalam selama 15 menit. “uuhhhh… mbaaakk… mau pipis lagiiii… mbaaakkk…” kedua paha Arafah menghimpit kepala Fatin dan Arafah melenting menikmati orgasme keduanya. Wajah Fatin belepotan dengan cairan vagina Arafah yang muncrat keluar. Fatin kemudian melepas wajahnya dari vagina Arafah lalu ia mencium Arafah sambil memasukkan sebagian cairan vagina yang ada dimulutnya. “mmmhh… glek…. Oohkk… ini apa mbak ?” Tanya Arafah. “Ini namanya cairan enak.” Jawab Fatin. Dua kali bercinta membuat tubuh mereka berdua berkeringat dan memberi efek mengkilat karena cahaya lampu. Arafah terbaring lemas kemudian Fatin menidihnya karena kelelahan. Fatin menarik selimut di ujung kasurnya lalu memeluk Arafah. “maaf ya sayangku. Kamu belum pernah ya ?” Tanya Fatin. “be…belumhhh… mbak… oohhh… capeekk.. tapi kok enak ya ?” lenguh Arafah. “besok aku ajarin caranya. Sekarang tidur ya.” Fatin dan Arafah kemudian tidur sambil berpelukan.
Arafah terbangun dan ia mendapati dirinya masih telanjang. Ia pun bangun dan berdiri di hadapan kaca. “Ternyata badanku bagus juga.” Batin Arafah sambil memutar-mutar pinggulnya. “Udah bangun fah ?” sapa Fatin yang mengenakan hijab kemarin dan kimono tipis. Arafah sedikit menelan ludah melihat tubuh Fatin yang tembus pandang itu. “eh kok bengong aja ? ayo sarapan.” Ajak Fatin membuyarkan lamunan Arafah. “Pake nih. Dingin tau kalo telanjang.” Tambahnya sambil memberi handuk ke Arafah. Mereka berdua kemudian makan bersama dengan lahap. Terkadang, Fatin iseng menyuapi Arafah sambil memainkan bibirnya menggunakan jari lentik Fatin. “ih… mbak mah…” ujar Arafah sambil menepis tangan Fatin yang asyik memainkan bibir Arafah yang cukup sexy. Fatin hanya tertawa kecil mendengar nada bicara Arafah yang unik dan menggemaskan.
Setelah mereka makan, Arafah bergegas ke kamar mandi. Namun, saat ia mau masuk kamar mandi Fatin memeluknya dari belakang. “Mandi bareng yuk. Sambil aku ajarin yang semalem.” Bisik Fatin sambil memegang payudara Arafah. “mmhh… mbak… iya deh…” lenguh Arafah. Mereka berdua kemudian masuk ke kamar mandi dan melepas pakaian yang tersisa di tubuhnya. Rambut Fatin langsung terurai begitupun rambut Arafah. “Sini fah. Coba siniin tangan kamu.” Fatin memegang tangan Arafah lalu ditempelkan ke payudara Fatin yang kenyal. “Ih punya mbak kenyal gitu kayak ager-ager.” Ujar Arafah polos. Fatin hanya tersenyum melihat reaksinya. Kemudian Fatin menggaet tangan kiri Arafah lalu dijilati jari-jarinya satu persatu. “ih… mbak…” ujar Arafah sambil melihat dengan agak jijik. “biar jari kamu basah.” Ujar Fatin sambil mengarahkan jari-jari Arafah yang sudah basah oleh air liur Fatin ke vaginanya. “kamu obok-obok kayak cebok gitu.” Ujar Fatin. Arafah dengan ragu-ragu kemudian mengobel sedikit vagina Fatin. “aaahhhsss…” lenguh Fatin sambil sedikit menggeliat. “eh sakit ya mbak ?” Arafah menghentikan aksinya. “Gapapa lanjut ajah.. Cuma geli doang kok.” Ujar Fatin. Arafah kemudian melanjutkan mengobel vagina Fatin sesuai dengan instruksi yang diberikan. Setelah 10 menit tubuh Fatin mengejang. “ooohh…. Arafah… terus say… aku keluaar… aaahhhhh…” Fatin meraih orgasme pertamanya lalu cairan vaginanya membasahi jari Arafah. “Eh muncrat..” ujar Arafah. “oohhh… mmhhh… coba kamu jilat…” lenguh Fatin yang masih menikmati sisa orgasmenya. Arafah kemudian menjilati jarinya yang basah oleh cairan vagina Fatin dan rasanya agak aneh. “kok rasanya aneh mbak. Tapi lumayan sih.” Ujar Arafah.
Setelah puas dengan orgasme pertamanya, Fatin meminta Arafah melakukan sesuatu yang lain. “Sekarang kamu ambil botol sabun di rak itu.” Ujar Fatin. Arafah kemudian mengambil botol sabun itu. “masukin ke vaginaku say.” Ujar Fatin sambil melebarkan kedua pahanya. “Ih… emang muat mbak ?” ujar Arafah heran. “muat kok… udah masukin sini udah gatel…” ujar Fatin sambil menarik tangan Arafah yang memegang botol sabun itu ke vaginanya. “oohhh… enaak… aahh…” lenguh Fatin saat botol sabun itu disodok oleh Arafah hingga setengahnya masuk kedalam vagina Fatin. “eh muat..” celetuk Arafah. “maju mundurin say…” pinta Fatin. Arafah kemudian mengikuti instruksi memaju mudurkan botol sabun itu di vagina Fatin yang becek dan licin. “ooohhh… yyaaahhh… terusss…. Arafaahh… teruusss…” racau Fatin sambil meremas payudaranya. Beberapa saat kemudian, Fatin kembali akan orgasme dan meminta Arafah menambah kecepatannya. “cepetin lagi fah… aku mau… keluaar…. Aaaahhh…. Yyyessss…. Gilaaa….” Fatin berteriak puas dan cairan vaginanya menyemprot lebih banyak dibanding orgasme pertamanya. Arafah kemudian mencabut botol sabun tersebut dan melihat Fatin yang sudah ngos-ngosan.
“oohhh…. Enak banget… kamu mau nyoba ?” tawar Fatin. “Eh… mau sih mbak.. tapi takut…” jawab Arafah. “Gausah takut. Perawan kamu gabakal sobek kok. Coba yah.. tapi basahin dulu punya kamu biar licin. Kayak yang tadi kamu lakuin ke mbak.” Ujar Fatin. Arafah kemudian menggesek-gesek jarinya di bibir vaginanya. Fatin tertawa kecil melihat Arafah yang masih sangat kaku dalam bermasturbasi. Kemudian, Arafah memasukkan dua jarinya pelan-pelan ke dalam vaginanya lalu mulai mengobel. Saat mengobel vaginanya, Arafah merasakan sensasi yang berbeda ketika vaginanya dijilati dan dikobel Fatin semalam. Ia merasa lebih nyaman dan lebih enak ketika mengobel vaginanya sendiri. “sshhh… mmhhh…” desah Arafah. “bagus fah. Terus begitu, lebih cepet coba.” Ujar Fatin. Arafah kemudian mencoba mempercepat gerakan jarinya dan sensasi kenikmatannya menjadi lebih baik. “geli mbak… ooohhh… enakk… aaahhh… ssshhh..” Arafah mendesah keenakan dan melebarkan kedua kakinya. Beberapa menit kemudian, Arafah akan orgasme. “uuhhh… mau pipis…. Aaaaaaahhhhh…” Arafah melenguh kencang sambil mendongakkan kepalanya keatas. Vaginanya berkedut-kedut dan mengucurkan cairan vagina yang cukup banyak. Arafah kemudian duduk bersandar di tembok kamar mandi sambil ngos-ngosan. “gitu aja udah lemes. Coba masukin botolnya.” Ujar Fatin. Arafah kemudian mencoba memasukkan botol sabun yang digenggamnya namun tidak berani dalam-dalam. Setelah ia merasa sudah masuk, Arafah memaju mundurkan botol sabun tersebut sambil mencoba meremas payudaranya sendiri. “oohhh… enak mbak… geli-geli gimana gitu… aahhh… mmmhhh..” desah Arafah. Fatin yang kembali on fire melihat Arafah kemudian mengambil botol sampo dan memasukkan ke vaginanya. “Ayo adu lama-lamaan. Yang muncrat duluan traktir makan siang.” Tantang Fatin. “Ayo mbak. Pasti aku yang… aahh… sshh… hehe..” ujar Arafah. Mereka berdua kemudian berlomba masturbasi sambil beradu desahan. “ooohhh…. Tahaann… aahhh… aduuhhh… mmhhh…” desah Fatin. “aaahhh… yeesss…. Jangan kalah… ooohhh…” racau Arafah. Setelah 15 menit mereka berdua bermasturbasi, desahan mereka semakin nyaring. “aaahhhh…. Anjiirrr… udah gakuat…. Aaaahhh… iiyaaaaahhh….” Fatin orgasme lalu menyemburkan cairan vaginanya dengan deras dan sebagian mengenai Arafah. “iihh… jauh banget nyemprotnya… uuhhh… aku juga udah…. Ga… kuatt…. Aaaaahhhh….” Arafah mengejang dan cairan vaginanya juga menyembur deras hingga mengenai Fatin. “Yess aku ditraktir mbak Fatin.” Ujar Arafah sambil mengatur nafasnya. “Curang ih, pasti kamu tahan-tahan tadi.” Balas Fatin. Kemudian mereka berdua tertawa dan menyelesaikan mandi mereka. Setelah keluar dari kamar mandi mereka melihat jam sudah pukul 11. Sudah hampir 3 jam mereka menghabiskan waktu di kamar mandi. Mereka kemudian bergegas dan berangkat makan siang.
Setelah makan siang, Fatin kemudian mengantar Arafah pulang. Sesampainya di depan rumah Fatin, Arafah membisikkan sesuatu. “Makasih banyak mbak udah dikasih nginep sama… mmmhhh… hehe..” ujar Arafah. Fatin tersenyum kemudian mencium bibir Arafah dan mereka saling berpagutan. Arafah kemudian melepas ciumannya sambil mencubit pipi Fatin. “Udah ah… ntar keterusan.. kapan-kapan aku kalo mau eehhmmm… aku kontak mbak ya.” Ujar Arafah. Fatin kemudian melambaikan tangan tanda perpisahan lalu memacu mobilnya. Arafah yang dulunya adalah gadis alim dan polos kini sudah mengenal seks dan masturbasi. Tentu saja, jika Fatin mengontak dirinya itu adalah pertanda bahwa kehidupan baru Arafah sebagai budak Fatin akan dimulai.
(bersambung...)
maaf kalo kependekan[/url]