- Daftar
- 21 Oct 2012
- Post
- 219
- Like diterima
- 108
Ternyata banyak juga yang memikirkan untuk menikah dan sudah muak dengan dogma orang Asia yang mengatakan anak harus ngurusin orang tua nya ketika tua nanti.
Gw pribadi sih merasa engga nyaman ketika keuangan belum steady, gw harus ngurusin anak orang, ngasih makan, belum tanggung jawab moril nya. Ngajarin bikin PR lah, anter ke sekolahan lah, belum lagi dunia yang semakin tua ini, semakin gila informasi yang bisa di share. Kalau partner kita engga bagus bagus amat yang ada stress kita membangun keluarga.
Entah apa rasanya bapak bapak yang kerja 9-5 atau 8-4 yang begitu lulus kuliah langsung kawin, hidupnya untuk urusin keluarga, mungkin mereka punya hasrat buat party like an animal di Bali tapi ga pernah kesampaian. Karena uang nya abis buat keluarga, paling paling mentok buat jajanan anak. Makanya banyak yang selingkuh. Menurut gw selingkuh itu bukan hal yang baik untuk dilakukan dalam pernikahan. Dalam keadaan apapun dirimu dengan pasangan.
Ini bukan mindset, cuman cara pandang. Mindset itu kan artinya pola pikir.
Pasangan saya juga punya cara pandang yang sama. Dan kita mau melangkah ke arah yang lebih serius.
Tidak sekalipun saya berpikir pernikahan adalah hal yang tabu.
Kalau ada yang berpikir ini ekstrim, sedikit bagian dari jiwanya mengakui bahwa ada kebenaran dalam pernyataan saya.
There's nothing wrong with you, you just have to find your "another self".
Gw pribadi sih merasa engga nyaman ketika keuangan belum steady, gw harus ngurusin anak orang, ngasih makan, belum tanggung jawab moril nya. Ngajarin bikin PR lah, anter ke sekolahan lah, belum lagi dunia yang semakin tua ini, semakin gila informasi yang bisa di share. Kalau partner kita engga bagus bagus amat yang ada stress kita membangun keluarga.
Entah apa rasanya bapak bapak yang kerja 9-5 atau 8-4 yang begitu lulus kuliah langsung kawin, hidupnya untuk urusin keluarga, mungkin mereka punya hasrat buat party like an animal di Bali tapi ga pernah kesampaian. Karena uang nya abis buat keluarga, paling paling mentok buat jajanan anak. Makanya banyak yang selingkuh. Menurut gw selingkuh itu bukan hal yang baik untuk dilakukan dalam pernikahan. Dalam keadaan apapun dirimu dengan pasangan.
Feminazi itu apakah termasuk dari gaya patriarkis yang di anut kebanyakan masyarakat +62 ?
pendapat sis bukan sesuatu yg baru. yg menarik adalah pendapat seperti ini diutarakan oleh perempuan karena biasanya diutarakan oleh laki-laki. saya sering ngobrol dengan teman-teman (laki-laki dan perempuan) mengenai apa alasan seseorang utk tidak menikah dan jawaban mereka terutama laki-laki sama seperti pendapat sis.Bnyak ko, tapi ya pada diem2 aja.
Karena :
1. hal tsb ga penting di share sama strangers
2. Karena khawatir stigma atau dogma yg berlaku di Masyarakat Indonesia ini.
Soal pertimbangan banyak.
Tapi rata2 karena ini :
1. Traumatis dengan misah cinta
2. Sudah terlalu nyaman dengan diri sendiri
3. Ga pernah merasa cocok dengan seorang pun
4. Ga bisa move on dari rasa sakit hati dan bayang2 mantan, jadi ketika ketemu plus "dihadirkan#" yg sebenarnya cocok sama yg dibutuhkan tapi diabaikan semacam ga ada rasa yg penting jalanin aja.
5. Karena ribet mesti mikirin orang lain.
Ini sebenarnya saya cukup kesal dan muak banget sama pemikiran orang2 Asia khusus ya Melayu ya.
Kenapa sih harus banget udah tua maunya diurusin dan diempanin anak?
Ga gitu, ini hidup hidup kita sendiri.. Bukan hidup anak kita.
Anak2 ga perlu balas budi ke orangtua mereka. Klo berbakti iya, tapi seringkali kita temuin berbalas budi ini sering di salah artikan dengan tameng berbakti.
Dan klo anak ga bisa, mayoritas orangtua yg ga open-minded atau yg ga sadar dengan konsep ini... akan kesel sendiri, terus ngambek semena2 bilang anak durhaka lah, ga tau terimakasih lah, ga nganggao anak lagi lah atau ga tau di untung.
Yang memutuskan punya anak kan sendiri.
Bukan anak yg minta.
Kita dikasih kesempatan punya anak karena kita "dianggap" mampu serta siap sama Tuhan untuk mengurus anak dan sekaligus diri kita sendiri.
Jadi please stop sama pemikiran orangtua itu harus depend sama anak, begitu juga sebaliknya.. Anak ga seharusnya depend sama orangtua jika umurnya dan pemikirannya mencapai tahap dewasa.
Stop juga mikir anak itu sebagai investasi masa depan dan akhirat.
Di suatu agama doa anak, entah yg sangat taat atau beri man.. akan membantu ketenangan dan kelancaran orangtuanya yg sudah meninggal di alam sana.
Tapi ya ga gitu juga.
Yang paling utama itu, semua2nya tergantung amal ibadah kita juga..
Klo orientasi pemikiran saklek ga membaca ayat lainnya secara lebih detail..
Ya peliharalah anak yatim piyatu yg di panti atau asuh anak yatim piatu sebagai anak, tanpa menikah juga bisa.
Nah kalau Misandry itu apa ?