Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TUJUH (Kolaborasi Enam Penulis)

Tujuh bidadari, tujuh cerita. Yang mana favorit anda?

  • Nisa

  • Amy

  • Shinta

  • Intan

  • Aida

  • Ayu

  • Reva

  • Maya


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BAGIAN 13
PENGANTIN DI MALAM DINGIN




Lupakan esok hari walau waktu habis
Apapun yang terjadi ikutlah bersamaku
Matahari menanti, bulan pun berhentilah

Malam ini akulah milikmu, lupakan yang ada
Malam ini dekaplah diriku, lepaskan tangismu

Kaulah pengantinku di malam dingin, alam bersaksi
Jalan masih panjang dan panah hatiku
.”

“Malam Ini”, Power Slaves



.:: DI SUATU TEMPAT, DI MALAM YANG DINGIN



“Ayo kita mulai ritual kita.”

“Siap, Bos.”

Aida mulai panik mendengar percakapan itu. Batinnya bergejolak.

Ritual? Ritual apa? Apa ini? Apa yang akan mereka lakukan saat ini?

Di tengah rasa takut yang menguasai. Pandangan Aida tiba-tiba teralihkan lukisan besar yang ada pada dinding yang berada di belakang posisi pak Sarmanto berdiri. Sebuah lukisan besar bergambar kucing berwarna hitam yang tengah menyorot tajam.



Gadis itu benar-benar takut dan bertanya-tanya.

Sebenarnya, tempat macam apa ini?

“Eeeeh!?”

Aida terkejut saat merasakan adanya benda tumpul yang mengelus paha mulusnya. Gadis cantik itu lekas menoleh. Ia mendapati penis seorang pria kekar tengah menggesek-gesekkan penis miliknya ke paha mulus Aida.

“Aaaah!?”

Lagi, kali ini dari arah kiri. Seorang pria berbadan besar dengan luka di dada kirinya juga ikut menggesek-gesekkan penis kerasnya ke sisi samping paha Aida.

“A-apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan? Aaahhh jangaannn!!!” Aida panik.

Sangat panik.

Belasan bodyguard berbadan kekar mengikuti apa yang kedua pria kekar sebelumnya lakukan. Di belakang mereka, masih ada belasan bahkan puluhan pria kekar lain. Satu persatu mereka mendatangi Aida, datang sambil mengocok penis masing-masing. Tidak ada satupun dari mereka yang ukuran penisnya sedang atau mini, semuanya jumbo.

Saat sudah sangat dekat dengan sang dara, mereka semua menggesek-gesekkan penis jumbo mereka ke kulit mulus Aida.

Edan!

Aida ketakutan setengah mati. Siapa yang tidak panik saat dirinya dilecehkan oleh pria-pria kekar berkulit hitam dengan berbagai luka yang ada di tubuh mereka. Terlebih saat penis kekar mereka menggesek kulit Aida. Pahanya, punggungnya, perutnya, bahkan Aida dipaksa menggenggam penis mereka yang membuat mata Aida melotot ketakutan.

Ge-gede bangeettt!!

A-apakah mereka semua akan memperkosanya secara bergantian?

Apakah mereka semua akan memasukkan penis-penis raksasa itu ke dalam vaginanya yang masih perawan dan tak pernah dimasuki oleh siapapun?

Aida takut.

Matanya mulai berkaca-kaca membayangkan keseluruhan penis mereka ini secara bergiliran akan memasuki vaginanya. Ia semakin bertanya-tanya. Apa yang hendak mereka lakukan? Mereka tak akan menggilirnya kan?

Kepada siapa kali ini Aida harus minta tolong?

P-Pak Sarmanto?!

Aida teringat akan bos preman yang mengepalai pria-pria berkulit kekar ini. Dimana dirinya? Apa yang sedang ia lakukan sekarang? Matanya mencoba mencari di antara orang-orang yang mendekatinya. Di mana sosok pria itu?

Aida menoleh-noleh ke kanan kiri. Tak peduli dengan banyaknya gesekan penis yang para bodyguard itu lakukan di tubuhnya. Aida terus mencari untuk meminta kejelasan darinya. Kenapa mereka melakukan ini kepadanya?

“Eh, apa? Mmmhhh.”

Aida memejamkan mata merasakan nikmat saat ada tangan yang meremas payudara sebelah kanannya dari arah belakang. Tak cuma payudara kanannya. Payudara kirinya juga diremas oleh seseorang yang entah siapa dari arah sisi kirinya. Tubuhnya menggelinjang.

Aida tidak boleh diam saja!

“Paakkk!! Pak Sarmantooooo!! To-toloooooong!! Mmhhhhh… apa yang mereka lakukan padaku? Hentikaannn!! Mmmpphhh… Mmmpphhh…”

Aida hanya bisa mendesah secara tertahan saat pria-pria kekar itu terus melecehkannya.

Kedua payudaranya diremas. Tubuh bagian bawahnya digesek oleh penis keras. Bahkan bokongnya ikut diremas-remas oleh seseorang yang wajahnya tidak jelas. Aida

“Aaahhhh! Apa yang kalian lakukan? Hentikaannn! Hentikaaaaaaaaaan!!”

Aida mencoba meronta, dia tidak ingin ini terjadi! Dia tidak ingin dibeginikan! Air matanya deras mengucur.

Tapi bukannya diselamatkan, perlakuan pria-pria menyeramkan di sekeliling Aida justru makin menjadi. Kini tubuh mulus dara cantik itu ikut dielus-elus. Kulit mulus Aida dielus. Pinggangnya, perutnya, punggungnya diraba oleh tangan-tangan kekar anak buah pak Sarmanto itu.

Aida tidak lagi bsia fokus mencari pak Sarmanto. Baru kali ini dirinya dilecehkan seperti ini. Meski ia berniat melakukan hal ini demi melindungi tantenya dari sergapan pak Tarun. Namun, apa yang ia terima membuat air matanya terus meleleh.

Pacarnya saja tidak pernah menyentuh tubuh polosnya secara langsung. Lah ini, orang-orang asing berperawakan tegap menyeramkan yang baru saja Aida temui malah berhasil melakukannya. Mereka dapat menyentuh tubuhnya dengan bebas tanpa hambatan, dengan penyerahan diri secara sukarela.

Lalu berikutnya, ada sesuatu yang berbeda. Mata gadis itu terbelalak lebar.

“Aaaahhhhh, a-apa ini….?”

Aida bergidik ngeri saat ada rabaan yang menyentuh bibir vaginanya. Tangan nakal itu mengelus-ngelus bibir vagina Aida secara vertikal, dari bawah ke atas, dari atas ke bawah. Tidak hanya sekali, tangan kekar itu melakukannya berulang.

Jemarinya mengelus kemaluan Aida dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah, sekali, dua kali, tiga kali, terus menerus. Rangsangan demi rangsangan yang ia terima membuat nafsu Aida bangkit tanpa ia sadari. Kemaluannya mulai basah. Aida bahkan mendesah saat jemari itu terus mengelus-ngelus bibir vaginanya dari bawah ke atas.

“Aaahh, Ba-bapaakkk!! Bapaaakkk ngapainnnn!? Ja-jangaaan! Hentikaaaann. Saya mohooon! Aaahhh!! Aaaahhhhh!!”

Tubuh Aida meliuk-liuk. Tubuhnya menggeliat menerima rangsangan yang begitu dahsyat. Air matanya mulai mengucur deras saat tubuh diperlakukan seperti ini oleh banyak lelaki asing secara bersamaan.

“Aaahhh. Aaahhhh. Bapaaakkk. Sudaaahh. Aaaaahhhh.”

Aida terus menjerit. Bukannya iba, para predator berkulit hitam itu justru semakin bernafsu ketika mendengar suara Aida yang menurut mereka justru merangsang gairah itu. Bahkan kocokan dari mereka semakin kencang. Beberapa dari mereka mulai berdenyut karena tak tahan dengan mulusnya kulit yang Aida miliki.

“Aaahhhh. Aaahhhh. Aaahhh keluaaarrr!”

Aida terkejut mendengar salah satu dari mereka berucap kencang.

“A-Apa? Apa yang bapak maksud? Jangaannn! Jangaaannn! Mmmpphhh.”

Aida memejamkan mata tatkala bokongnya terkena lelehan sperma yang dikeluarkan oleh salah satu pria kekar itu.

“Eh a-apa ini? Aaaahhh!! Tidaaakkk.” Tak lama kemudian, paha kanan gadis itu terkena tumpahan sperma yang dikeluarkan oleh seorang bodyguard lain. Tidak berhenti sampai di situ tentunya, Aida menjadi bulan-bulanan tanpa henti, “Aaaahhhhh bapaaakkk. Sudaahhh. Sudaaaahhh.”

Tubuhnya terus saja diraba-raba oleh pria-pria kekar lain. Perutnya terus dielus, punggungnya juga dielus, kedua payudaranya diremas, bahkan bibir vaginanya juga terus dirangsang hebat, membuat pemiliknya mulai lemas.

“Indah sekali tubuhmu mbaaakk.”

“Wah barang bagus nih.”

“Bulat juga susumu mbak.”

“Ahhh memek perawan. Kerasa sempit banget memeknya.”

Tak cuma secara fisik. Aida juga menerima pelecehan secara verbal yang tentunya membuat gadis itu agak shock saat mendengarnya. Entah kenapa rasanya begitu berat saat dirinya harus melindungi tantenya, di saat dirinya ingin menyerah, ia teringat harga diri tantenya yang harus ia selamatkan. Ia tak boleh mundur. Ia harus bertahan demi menjaga kehormatan tantenya.

Tante Nisaaa. Aaahhhh. Hati-hati, jauhi pak Tarun. Aida akan melindungi tante sebisa Aida!

“Ayo berlutut mbak!”

Aida dipaksa berlutut. Ia pun berlutut lalu dikelilingi oleh para bodyguard kekar yang sudah bertelanjang bulat. Aida shock berat saat dirinya melihat banyak penis besar sekaligus dalam satu waktu. Mana penisnya hitam-hitam. Mana beberapa ada yang tidak disunat.

“Aaahhh. Aaahhhh. Aaahhh mbak Aidaaa. Mbaakk Aidaaaa.”

“Mbaakkk. Mbaakkkk.”

“Aaahhh yaahhh. Aahhh. Aaaaaahhh.”

“Aahhh cantik sekali wajahmu mbaaakkk. Aaahhh yaahh. Aaaahhhh saya mau keluuaar.”

“Eh, eh apa? Apa?” Aida terkejut saat mendengar desahan demi desahan yang mereka keluarkan. Ia juga ketakutan. Bagaimana nanti kalau semua penis itu mengeluarkan spermanya secara bersamaan.

“Aaahhh mbaakk Aidaaa. Mbaaaakkk.” Salah satu bodyguard berkepala plontos mendekatkan penisnya ke arah pipi Aida. Saking dekatnya, ujung gundulnya itu sampai menyentuh pipi mulusnya.

“Ehh apa yang, jangaann, jangaaann.” Aida ketakutan. Matanya pun memejamkan mata merasakan adanya bahaya yang akan menerjang.

“Saya mauu keluaarr. Saya mauu keluuaarr. Uhhhh rasakaaannn!!” Pria berkepala plontos itu pun mencapai klimaksnya. Ia dengan leluasa memuncratkan sperma ke arah pipi Aida.

“Baappaaakkk!!!”

Aida menjerit ngeri. Rasanya merinding saat pipinya terkena lelehan sperma hangat itu.

“Aaahhh saya juga mbaaak. Saya mau kelluaar. Sayaa mauu kelluaarr!!” Kali ini giliran pria kekar bermata belo yang tak sanggup menahan klimaksnya. Ia lekas mendekatkan penisnya ke arah bahu Aida yang tersingkap dari balik hijabnya.

“Apaa?? Jangann lagii. Jangaann lagiii!”

“Uuhhh saya gak kuat lagiii. Saya mauu kelluaarr. Saya mauu kelluaarrr!!”

Crroott... Crroottt... Crrootttt...

“Aaaahh bapaaaakk!!!”

Bahu Aida pun terkena imbas dari ledakan sperma dari lubang kencing pria bermata belo itu. Terlihat bodyguard itu begitu puas. Ia bahkan langsung terduduk karena lemas.

“Sekarang giliran saya. Giliran sayaaaa.” Kini, pria tua bermata bopeng yang tidak tahan lagi. Ia mendekati Aida dari arah depan. Aida pun dapat melihat dengan jelas bentuk penisnya yang agak bengkok itu.

“Aaahhh tolonggg paakk. Jangaann lagiii. Jangaann lagiiii.”

Namun pria tua itu tak peduli. Ia langsung memuncratkan spermanya ke wajah ayu Aida.

“Ohhhhhh kelluaaaarrrrr”

“Mmmpphhhh” Aida memejamkan mata pasrah. Wajah cantiknya kembali disiram sperma yang bahkan saking banyaknya sampai meleleh mengenai payudaranya.

“Whoahahaha. Terus lecehi dia, anak buahku! Lecehi dia!”

Pak Sarmanto hanya tertawa saat melihat anak buahnya melecehi Aida. Ia hanyamengamati dari kejauhan sambil sesekali mengocok untuk menjaga penisnya tetap berdiri.

“Sayaaa. Sayaaa. Aaaaahhhhh!!”

“Mmpphhh paaakkk”

Satu lelehan sperma lagi mengenai pipi Aida. Tak lama kemudian giliran payudara sebelah kanannya yang menjadi incaran para predator kekar untuk menjadi tempat pembuangan sperma mereka.

“Sayaa. Sayaaa. Aaaahhhh.”

“Mbaaak Aidaaa. Aaaahhhh.”

Punggung Aida tak luput dari semprotan pejuh bodyguard kekar itu. Lalu wajahnya lagi-lagi menjadi incaran mereka. Berkali-kali wajah cantik Aida menjadi tempat pembuangan pejuh mereka sehingga Aida sendiri kesulitan untuk membuka matanya.

“Mmmpphhhh. Mmmppphhh.” Aida semakin pasrah. Ia bahkan sendiri tak tahu bagaimana wajah dari para bodyguard yang masih mengocok penis disekitarnya. Aida terus memejamkan mata. Wajahnya sudah penuh bersimpuh pejuh.

“Aahhh Aidaaa.”

“Mbaaakk Aidaaaa.”

“Aaahhh. Aaahh kelluuaaarrrrr.”

Wajahnya, pipinya, bibirnya, bahkan hijab bagian atasnya terus-terusan menjadi tempat pembuangan sperma mereka. Kecantikannya kini tertutup oleh banjir pejuh yang kental belepotan.

Hanya tersisa 5-6 orang saja dari belasan bodyguard yang belum menuntaskan hajatnya. Mereka masih mengocok mengelilingi Aida. Setelah melihat beberapa anak buahnya sudah tumbang, pak Sarmanto akhirnya turun dari tahtanya untuk mendekati gadis perawan keponakan Nisa itu.

“Whoahahaha. Aida sayang. Saya tidak menyangka kalau kamu semakin menggairahkan kalau sedang bersimpuh dan bermandikan pejuh.” Ujar Sarmanto sambil berdiri di depan Aida.

“Suara ini? Pak Sarmanto? Pak, tolong pak sudahi. Sudahi ini paak. Tolong hentikan!” Pinta Aida dengan sangat memelas, ia tak bisa melihat di mana sosok pria itu berada.

“Sudah? Enak saja! Wong saya aja belum ikutan. Ayo semuanya, tidurkan dia!” Perintah pak Sarmanto yang segera dijalankan oleh anak buahnya yang tersisa.

“Baik bos!”

“Eh apa, apa yang akan kalian lakukan? Tolong sudah! Paakk. Jangaann. Jangaaannn!!” Jerit Aida panik.

“Whoahahaha, akhirnya keperawananmu itu akan menjadi milikku, Aida sayang.” Ucap pak Sarmanto sambil membuka kaki Aida lebar-lebar.

“Apa? Apa yang bapak katakan barusan? Jangan! Jangan! Jangan!”

Meski ia sudah tahu kalau tujuannya di awal adalah untuk menyerahkan keperawanannya kepada sang juragan lele, namun kepanikan yang dialaminya membuatnya ketakutan untuk melakukannya sekarang.

Apalagi ia harus menyerahkannya dalam keadaan mata tertutup berselimutkan pejuh, dia juga masih khawatir tidak hanya Pak Sarmanto yang akan menikmati tubuhnya karena ia masih dikelilingi pria-pria kekar berkulit hitam yang sudah bertelanjang bulat.

“Whoahahah. Mulusnya kulit indahmu ini sayang. Ah memekmu, wangi sekali aromanya. Whoahahah. Begini harumnya perawan desa yang tidak hanya cantik tapi juga indah menawan, bodohnya pacarmu tidak menikmati ini selagi bisa. Sudah jadi keberuntunganku rupanya,” ucap pak Sarmanto yang langsung menurunkan kepalanya untuk menjilat vagina sempit itu.

Aida melolong. “Auuuuuuuughhh! Aaahhh bapaaakkk. Aaahhh hentikaaann. Aaahhh yaahh. Aaaahhh. Jangaaaaaaaaaaan!!”

Tubuh polos Aida berontak saat lidah pak Sarmanto bergerak naik turun menjilati bibir vagina Aida yang masih menguncup.

Jilatannya yang dilakukan secara lembut membuat tubuh Aida bergidik nikmat. Tubuhnya terangkat meloncat-loncat. Untungnya para bodyguard yang sudah kembali bangkit dengan sigap memegangi tubuh polos Aida. Saking nikmatnya, paha Aida dengan reflek menjepit kepala pak Sarmanto. Pak Sarmanto pun menjadi semakin leluasa. Jilatannya semakin dalam, jilatannya semakin kuat dalam merangsang dinding vagina Aida yang begitu sensitif.

“Ssllrrpp mmmpprrhh. Ssllrrpp mmpphh. Ssllrrpp manisnya memek perawan. Ssllrrppp mmpphhh. Mmppphh aahhhh.”

Pria berkulit hitam itu dengan rakus terus menjilati bibir pengurung bukaan vagina Aida.

Para bodyguard yang terus memegangi Aida hanya bisa terpana menatap bosnya menikmati serabi lempit perawan milik Aida dengan begitu leluasa. Ia pun memperhatikan gadis muda berkulit putih itu. Sungguh pemandangan yang mempesona saat tubuh mereka yang hitam mengelilingi tubuh indah Aida yang berwarna putih bening.

Perpaduan mereka bagaikan energi yin yang. Bagaikan susu yang tercampur banyak kopi yang rasanya pahit. Para serigala itu dengan rakus menikmati santapan lezat mereka. Penis mereka kembali gatal. Seperti yang akan segera dilakukan sang bos, penis mereka ingin dijejalkan menembus rahim sempit Aida.

“Sssllrrpp mmmpphh aaaahhh. Whoahahaha. Persiapan sudah beres, sekarang saatnya inti dari acara kita.” Pak Sarmanto yang sudah puas menjilati bibir vagina sempit Aida mulai bergerak lebih liar. Kini bibir yang menguncup sudah mulai terkuak, siap dibuka, telah basah, dan siap dijejalkan kontol milik sang pria tua.

Pak Sarmanto berlutut di depan paha Aida yang terbuka. Kedua tangannya mendekap pinggang rampingnya. Pinggulnya pun ia majukan hingga ujung gundul penisnya menyentuh pintu masuk menuju kenikmatan surgawi itu.

Aida gemetar. Ia merasakan ujung kejantanan sang pria tua berada di pintu masuk liang cintanya. Sesaat lagi, sesuatu yang ia jaga sejak kecil akan diambil oleh seseorang yang sebenarnya tak berhak.

Ini semua demi Tante Nisa. Aku tak rela Tante Nisa diperdaya Pak Tarun. Walau untuk itu aku harus berkorban. Demi Tante Nisa. Demi Tante Nisa. Demi Tante Nisa.

“Aaahhh baru nempel aja udah seenak ini, apalagi sampai masuk. Whoahaha.” Pak Sarmanto tertawa puas. Ia jadi semakin tak sabar untuk merobek selaput dara Aida, “Bersiaplah, cantik. Ini akan menjadi pengalaman memuaskan. Pengalaman sekali seumur hidupmu. Aku bangga menjadi yang pertama untukmu. Kamu akan mengingatku sampai akhir hayat.”

“Paaaaaakk! Jangaannn!! Aku takuutt. Akuuu… uhhhhmmm…” Aida mulai mendesah saat ujung gundul pria tua itu mulai masuk menembus rahim sempit Aida.

Blessss.

“Aaahhhh gilaaaakkkk!! Nikmatnyaaaa!!!!”

Pak Sarmanto memejamkan mata tanda merasakan sesuatu yang hanya bisa dirasakan sekali saja dengan seorang wanita. Begitu sempit dan rapatnya liang cinta sang dara, meski sudah mulai basah, tetap saja begitu rapat dan hangat. Meski hanya masuk sebagian ujung gundulnya, rasanya sudah seperti masuk surga.

“Paaakkk. Aaaahhhhh. Bapaaakkk sudaaaahhh gak muaaatttt. Aaaaahhhh.”

Aida terus mendesah dengan keras ketika pak Sarmanto terus menjejalkan penisnya untuk terus masuk menuju titik terdalam rahim Aida.

“Whoahahaha. Nikmatnyaaa. Aaaahhh yaahhh. Aaaahhhhh.”

Bagaikan mobil panzer yang awalnya lambat dan perlahan melaju cepat. Pinggul pak Sarmanto terus maju hingga penisnya semakin masuk menembus rahim Aida. Penis keras itu terus masuk menggesek dinding sempit Aida. Semakin dalam penis itu melesat, semakin sempit pula rongga vagina yang harus tongkat sakti itu lalui.

“Ahh ini dia dinding prewimu sayang, siap untuk menjadi wanita dewasa?” Senyum pak Sarmanto yang tak mampu dilihat oleh Aida.

“Apaa? Ituuu... Ituuu....” Aida tahu saatnya telah tiba.

Cepat atau lambat, ia pasti harus mengorbankan keperawanannya. Namun sekarang, ia merasa belum siap. Ia begitu takut. Ia terbayang akan rasa sakit yang harus ia terima untuk proses ‘menuju dewasa’ ini.

“Saya anggap itu jawaban iya. Hennkkgghhh!!!” Tanpa menunggu lama, pria tua yang memiliki brewok tebal itu langsung mendorong pinggulnya untuk merobet selaput keperawanan Aida.

“Aaahhh jangaann paakk. Aaahhh sakiitt. Sakitttt.” Tubuh Aida memberontak. Para bodyguard dengan sigap terus memegangi sisi bagian tubuh Aida agar tetap diam di tempat.

“Whoahahah ini bagian serunya. Rasakan sekali lagi. Hennkgghhh!!!” Dengan tega pak Sarmanto memundurkan pinggulnya lalu menghantamkannya dengan kencang.

Jleeebbbb!!!

“Aaaahh bapaaakkk... Saakkiitttt...” Jerit Aida dengan kencang.

Jleeeebbbb!!!

Untuk kedua kalinya, pak Sarmanto memundurkan pinggulnya lalu mendorongnya dengan kekuatan penuh.

Jleeeebbb!!!

“Aaaahhh sakkiiittttt!”

Aida terus menjerit. Air mata kembali mengucur membasuh beberapa lelehan sperma yang menutupi kelopak matanya.

Bukannya kasihan, pak Sarmanto kembali melakukannya. Ia tak peduli dengan apa yang terjadi pada diri Aida. Ia terus melakukannya. Ia terus mendorong pinggulnya bahkan dengan menggunakan kekuatan penuh hingga ia melihat adanya darah yang mengalir melalui lubang vagina Aida.

“Whoahahaha hampir jebol, oke sekali lagi. Akhirnya sebentar lagi dirimu akan menjadi wanita dewasa, Sayangkuuuu. Ini diaaaaaaa!! Hennggkhhhhh!!!!” Pak Sarmanto menahan nafasnya. Ia mendekap pinggul Aida. Dengan seluruh kekuatannya, ia menghempaskan pinggulnya hingga keseluruhan penis itu masuk menembuh rongga vagina Aida.

“Aaaahhhhh bapaaaaaakkkk!!!!” Aida menangis histeris. Rasanya begitu sakit ketika keperawanannya dirobek dengan begitu tragis.

“Aahhhhhh gilaaaa!!! Whoahahaha. Whoahahaha. Memek perawan emang top markotop. Siapa yang menyangka kalau sore ini saya bisa merasakan nikmatnya memek perawan lagi.” Pak Sarmanto tertawa puas. Ia dengan bangga memamerkan kejantanannya pada anak buahnya setelah berhasil merenggut harta paling berharga milik mahasiswi cantik bernama Aida.

“Sakiittt.” Aida merintih sesenggukkan. Rasanya seperti ditusuk oleh pisau ke arah perutnya secara berkali-kali.

“Selamat sayang. Sekarang, dirimu sudah resmi menjadi seorang wanita. Whoahahaha.” Pak Sarmanto hanya tertawa. Ia sangat puas setelah berhasil menaklukan mahasiswi cantik itu.

Aida terus menangis, menahan perih yang rasanya seperti sedang diiris. Ia bahkan tak mendengar ucapan pria tua itu. Ia juga bahkan tak peduli kepada para bodyguard yang sedang memegangnya itu. Ia hanya memikirkan rasa sakitnya. Rasa sakit akibat direnggutnya selaput keperawanannya.

Pak Sarmanto tersenyum. Tanpa memperdulikan keadaan Aida yang terus menangis. Pinggulnya kembali bergerak secara perlahan untuk menikmati jepitan rahim Aida.

“Aaahhhh. Aaahhhh. Aaahhhh. Nikmatnya memekmu ini sayaanggg.” Pak Sarmanto sampai merem melek sendiri. Ia sangat happy. Menikmati ketelanjangan tubuh seorang mahasiswi.

“Paakkk. Aaahhh. Aaahhh.” Aida masih menahan rasa sakitnya. Tubuhnya yang ingin memberontak ditahan oleh para bodyguard tersebut.

“Aaahhh. Aaaahhhh. Jangan khawatir sayaangg. Nanti juga enak kok. Sekarang tahan dulu yaa. Nikmati dulu kontol saya ini!” Ujar pak Sarmanto yang terus memaju mundurkan pinggulnya.

Aida hanya mengangguk. Ia harap rasa sakitnya dapat segera sembuh. Ia tak kuat menahan kerasnya penis pak Sarmanto yang keluar masuk menggesek dinding vaginanya.

Gesekan yang awalnya bergerak secara lambat itu perlahan semakin cepat. Aida juga perlahan mulai merasakan rasa nikmat di sana. Rintihan yang terus Aida keluarkan perlahan berubah menjadi desahan. Para bodyguard yang awalnya mendekap tubuh Aida dengan kencang perlahan mulai melemaskan dekapannya

Pak Sarmanto pun memberi isyarat pada anak buahnya untuk melepaskan dekapannya pada tubuh Aida. Kini Aida yang sudah bermandikan pejuh menjadi milik pak Sarmanto seorang. Ia menikmati tubuh Aida sendirian. Ia mendekap pinggang Aida, lalu memaju mundurkan pinggulnya dengan kencang.

“Aahhhh. Aaaahhhh. Aaahhh yaahhh. Aahhh nikmatnyaaa. Aahhh.” Pak Sarmanto kembali merem melek merasakan nikmatnya jepitan vagina Aida. Ia terus mengeluarkan suara desahan. Ia terus melancarkan aksi mesumnya pada tubuh telanjang Aida.

“Aahhh baapaakk. Aaahhh iyaahhh. Iyaaahhh. Aaahhhh.” Meski rasa sakit itu sudah berganti menjadi rasa nikmat. Aida enggan untuk menikmati sodokan itu secara terang-terangan. Ia enggan menunjukkan kenikmatan yang ia terima didepan sosok yang telah merebut keperawanannya. Ia mencoba menjaga harga diri. Dengan memendam semua kenikmatan itu di dalam hati.

“Aahhh. Aaahhh mulai enak kan sayaang? Iya kaan? Whoahahaha.”

Pipi Aida memerah. Ia merasa malu ketika ketahuan menikmati sodokan pak Sarmanto. Ia pun mengalihkan wajahnya ke arah kiri. Ia enggan menatap wajahnya. Ia bersikap jual mahal dihadapan pria tua itu.

“Whoahahahha mau jual mahal nih? Saya justru suka sama cewek yang modelan kayak gini. Hennkgghhhh!!!”

Sikap Aida membuat pak Sarmanto menambah kekuatannya. Sodokannya yang terlampau kencang membuat tubuh Aida terdorong maju mundur diatas lantai basecamp markas juragan ikan lele itu. Payudaranya yang cukup besar pun bergoyang maju mundur mengikuti irama. Suara desahan yang Aida keluarkan semakin mengundang gairah para lelaki.

“Aaahhhh. Aaahhhh. Aahhhh bapaakkk. Bapaaakkk.” Aida mendesah sambil jemarinya mencengkram pakaiannya yang tergeletak disekitarnya. Suara yang menggoda itu membuat para bodyguard mulai mengocok penisnya lagi. Mereka semua terpukau. Mereka terpana pada keindahan yang ada dihadapannya.

“Aahhhh. Aaahhh. Aaahhh saya gak kuaatt. Terima inniii!!” Seorang anak buah berwajah sangar tak tahan lagi. Ia mendekat dan menumpahkan spermanya ke arah dada Aida sebelah kiri.

“Aaahhhh. Aaaahhhh. Aaaaahhhhh.” Aida hanya mendesah saat merasakan sesuatu yang basah lagi hangat menyiram payudara kirinya.

Tubuhnya yang sebenarnya sudah bermandikan pejuh kini semakin dibanjiri cairan kental itu. Aromanya yang sangat kuat membuat Aida nyaris muntah sedari tadi. Tapi ia terus menahannya sambil menahan genjotan pak Sarmanto juga yang semakin kencang.

“Aahhh saya jugaaa. Aahhh gak kuaatt. Gak kuaatt. Aaahhh kelluuaarrr.” Seorang pria berpenis bengkok di samping Aida meneteskan spermanya ke wajah ayu sang dara. Matanya kembali tertutup pejuh. Aida terpaksa memejamkan mata agar tidak kelilipan sperma.

“Aaahhhhh bapaaakk. Aaaahhh.”

“Giliran sayaaaa. Aaaaaaahhhh.” Satu lagi anak buah bertubuh pendek yang tak tahan memuntahkan spermanya ke arah mulut Aida yang terbuka.

Aida reflek menutup mulutnya. Ia bahkan menelan sebagian spermanya sebelum memuntahkannya sebagian. Ia pun terus menutup mulutnya karena tak lama kemudian ada anak buah lainnya yang kali ini berkumis tebal dengan gigi yang tonggos memuntahkan spermanya ke arah wajah Aida lagi

“Mmppphhh. Mmmpphhh. Mmmppphhh.”

“Whoahahahha. Ayo tuntaskan. Tuntaskan semuanyaaa.” Pak Sarmanto terus menggenjot rahim Aida. Ia begitu puas saat melihat keponakan Nisa yang ayu itu menjadi lahan pembuangan pejuh dari para anak buahnya.

Tepat setelahnya, satu persatu para bodyguard yang belum menuntaskan hajatnya mulai memuntahkan spermanya ke arah Aida. Ada yang di wajahnya, payudaranya bahkan perutnya. Tubuh bagian atas Aida sudah penuh oleh pejuh. Terutama wajahnya yang sudah menjadi tempat pembuangan pejuh dari puluhan anak buah pak Sarmanto.

“Aahhhh. Aaahhhh. Aahhhh. Sudah kelar semua ya? Berarti sekarang giliran saya. Baik akan saya kencangkan sodokan saya.” Pak Sarmanto mempercepat sodokannya. Kedua tangannya berhati-hati dalam mendekap pinggang Aida agar tak menyentuh sperma anak buahnya.

Hujamannya yang terlampau kencang membuat lelehan sperma itu ada yang jatuh membasahi lantai basecamp-nya.

“Mmpphhh. Mmpphh. Paakkk. Mmpphhh.” Aida rupanya juga sudah tak kuat lagi. Rasa nikmat dari sodokan pak Sarmanto membuat nafsunya memuncak tak sanggup ditahannya lagi.

“Aaahhhh. Aaahhhh. Mau keluar ya sayang? Keluarin aja! Jangan ada yang ditahan-tahan lagi. Hennkgghhh!!!”

“Mmmpphhh. Mmppphhh. Mmpphhh.”

Sodokan yang pak Sarmanto lakukan semakin kencang. Saking kencangnya, payudara Aida terlihat seperti mau copot.

“Bapaaakkk. Mmppphhh. Mmppphhh.”

Gesekan demi gesekan yang Aida terima membuatnya tidak tahan lagi. Gelombang orgasme mulai datang dan tengah bersiap-siap di pintu lubang kencingnya. Payudaranya mengeras. Nafasnya berhembus deras. Hawanya semakin panas, di tengah sodokan pak Sarmanto yang semakin keras.

Aahhhhh. Aaahhh. Aahhhh. Aku mau pipis. Aku mau pipiissss!!

Batin Aida tak kuat lagi.

Tiba-tiba, pak Sarmanto menghentakkan pinggulnya hingga keseluruhan penisnya itu masuk di dalam lubang vagina Aida. Tusukan yang begitu dahsyat serta gesekan yang terasa nikmat membuat Aida takluk hingga mendapatkan orgasme untuk yang pertama kalinya di seumur hidupnya.

“Rasakan iniii. Hennkghhh!!!”

Jleeeebbbb!

“Baapppaaaakkkk!!!!”

Hehe, takluk juga dirimu sayang!

Senyum mengembang diwajah pak Sarmanto saat merasakan penisnya basah terkena siraman air cinta yang cukup deras. Namun, bukannya berhenti dan membiarkan Aida menikmati orgasme pertamanya. Pak Sarmanto justru menggerakkan pinggulnya lagi yang membuat Aida semakin blingsatan sendiri.

“Aaaahhhh bapaakk. Bapaaakkk.” Tubuh Aida kejang-kejang. Payudaranya membesar dan mengeras. Nafasnya ngos-ngosan ketika dihadiahi multi orgasme oleh pria tua itu.

Para anak buah yang menonton persenggamaan itu sedari tadi pun takjub pada permainan boss-nya itu. Tidak salah memang, mereka dalam memilih seorang pemimpin. Mereka semua bertepuk tangan. Pak Sarmanto pun tersenyum bangga atas apresiasi yang diberikan anak buahnya.

Sebentar kemudian.

“Aahhhhh. Aaahhhh sayaaa kelluuaarrrr.” Pak Sarmanto akhirnya tak kuat lagi. Ia bergegas mencabut penisnya untuk menumpahkannya di bibir vagina Aida.

Ccrroottt. Ccrroottt. Ccrroottt.

“Mmmppphhhhh.” Aida mendesah dalam diam. Mulutnya tertutup pejuh. Matanya juga tertutup pejuh. Tak disangka dirinya akan mandi pejuh saat menyerahkan tubuhnya pada juragan ikan lele itu.



“Aaahhhh puassnyaaaa. Whoahahaha.” Pak Sarmanto tertawa puas. Ia bangga pada dirinya yang sudah mendapatkan keperawanan Aida. Ia kemudian menatap tubuh Aida yang terkapar tak berdaya dihadapannya. Terlihat Aida begitu lemas. Bahkan sedetik kemudian, ia pingsan karena energinya terkuras habis setelah dilecehi secara habis-habisan oleh geng pak Sarmanto.

“Whoahaha capek banget ya sayang?” Senyum pak Sarmanto. Ia kemudian lekas menyuruh beberapa anak buahnya untuk membersihkan tubuh Aida.

“Heh kalian berempat, tolong bersihkan tubuh Aida. Ingat! Jangan ada yang menodainya lagi!” Ucap pak Sarmanto dengan tegas.

“Siap pak!”

“Terus kamu, sini! Belikan gamis yang terbaik untuk Aida. Ukurannya harus pas. Tentu, kita harus menghormati anggota baru kita bukan?”

“Siap pak!”

Tanpa perlu menunggu lama, keempat anak buah itu langsung melaksanakan tugasnya dengan mengangkat tubuh Aida ke kamar mandi untuk membersihkannya dari noda-noda sperma. Begitu halnya dengan anak buah lainnya yang diminta membeli gamis, ia bergegas mengenakan pakaiannya lalu pergi keluar menuju toko gamis terdekat.

Pak Sarmanto hanya tersenyum saja. Tak perlu banyak penjelasan untuk mendeskripsikan betapa bahagianya dia saat ini.

“Selamat bergabung, Aida sayang. Whoahahaha.”



.::..::..::..::.




.:: BEBERAPA SAAT KEMUDIAN



Aida terbangun dalam kondisi linglung di sebuah tempat yang sama sekali tak ia ketahui. Matanya terbuka perlahan dengan sayu, ia mendapati dirinya berada di suatu kamar yang kosong dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa sehelai benang pun.

Ia tak mengenakan pakaian apapun, ia tak mengenakan celana apapun, ia juga tak mengenakan hijab apapun. Ia benar-benar tidak berpakaian dari ujung rambut hingga ke ujung jari kakinya.

Ia mencoba untuk duduk. Tubuhnya terasa seperti remuk. Selangkangannya begitu sakit. Bahkan untuk merapatkan kakinya saja tidak bisa.

Perlahan demi perlahan ia mulai menyusun bagian puzzle demi puzzle kejadian yang hilang dari memory sesaat sebelum dirinya pingsan.

“A-aku baru saja merelakan keperawananku,”

Aida menunduk dengan begitu sedih. Ia tak pernah menyangka dalam hidupnya bahwa ia secara suka rela menyerahkan keperawanannya untuk ditukarkan dengan keamanan yang akan didapatkannya, juga demi keselamatan tante kesayangannya dari ancaman seorang satpam yang sudah mereka percaya sebelumnya.

Terlebih, ia meminta jaminan keamanan itu dari seorang preman yang menyamar menjadi juragan ikan lele. Seketika terbesit di dalam pikirannya, apakah pak Sarmanto benar-benar akan menepati janjinya dengan melindungi dirinya dan tantenya dari ancaman pak Tarun?

Seketika pintu terbuka, masuklah seorang pria tua berperawakan tambun dengan brewok tebal yang menghiasi wajah sangarnya. Mendapati ada seorang pria yang masuk ke kamar. Aida yang tengah bertelanjang bulat reflek menutupi tubuhnya sebisanya.

“Whoahahah. Tenang, saya sudah puas kok. Mbak bisa menurunkan tanganmu itu. Bersikaplah seperti biasa. Anggap saja ini rumahmu. Kamu aman kok disini.” Ujar pak Sarmanto yang tentunya tidak diterima mentah-mentah oleh Aida.

“Bapak, sebenarnya tempat apa ini? Siapa bapak sebenarnya?” Meski Aida sudah mendengar rumor yang menyatakan bahwa pak Sarmanto adalah seorang preman. Namun ia ingin mendengar jawaban langsung dari mulut pria yang baru saja menikmati tubuh indahnya itu.

“Saya? Whoahahaha.” Dengan santainya, pak Sarmanto duduk di tepi ranjang di sebelah Aida tepat. Aida yang baru saja dimandikan oleh anak buahnya itu begitu wangi. Apalagi dengan kemolekan tubuhnya yang tidak ditutupi apa-apa sama sekali. Hampir saja ia tergoda untuk menikmati keindahan tubuhnya lagi.

“Saya adalah Sarmanto. Saya adalah boss dari kelompok ini. Ini adalah markas kita. Tempat kita mengoperasikan misi kita.” Pak Sarmanto menjelaskan. Tapi ia tidak menjelaskan semuanya secara detail.

“Kita? Kelompok? Misi apa sebenarnya pak?” Beribu pertanyaan muncul di benak Aida. Namun pak Sarmanto dengan tenang hanya tersenyum saja.

“Tenang sayang, pokoknya kamu dan tantemu sekarang aman dibawah pengawasan anak buah saya. Sekarang saja, beberapa anak buah saya sedang berjaga disekitar toko Nisa untuk mengawasinya tanpa disadari olehnya. Pokoknya kamu gak usah khawatir. Kamu dan tantemu aman. Tetapi…” Ucapan pak Sarmanto terhenti. Aida pun merasa tidak enak dengan jawaban yang tertunda itu.

“Sebagai gantinya, kalau saya ingin menikmati dirimu lagi, kamu secara suka rela harus menyerahkan tubuhmu itu ke saya. Whoahahah.” Pak Sarmanto tertawa sambil menurunkan salah satu tangan Aida hingga salah satu payudaranya terlihat. Lantas pria tua itu lekas meraihnya, meremasnya dan menikmati kekenyalan yang ia rasakan disana.

Emmmh!

Remasan itu menyakitkan, memalukan, dan membuatnya merasa rendah. Tapi Aida hanya bisa pasrah. Meski dirinya ketakutan. Setidaknya ia mendapatkan ketenangan dengan jaminan keamanan yang didapatkannya.

“Bagaimana sayang? Deal?” Tangan pak Sarmanto yang tadi menjamah payudara Aida merangkak naik tuk menolehkan wajah manis Aida ke arahnya. Kini mereka berdua bertatap-tatapan dalam posisi duduk bersebalahan. Hembusan nafas Aida yang hangat menerpa wajah sangar pak Sarmanto. Begitu pula hembusan nafas pak Sarmanto yang berbau cerutu menerpa wajah ayu Aida.

Aida terdiam. Ia berfikir sejenak sebelum menerima penawaran itu secara matang-matang.

Bukankah itu berarti, secara tidak langsung aku harus menjadi pemuas nafsu pak Sarmanto? Apakah itu harga yang pantas untuk ditukar dengan sebuah jaminan keamanan? Selamanya aku menjadi budak seks pria tua ini?

Aida mulai menjawab. Ia mencoba bertanya kepada pria tua itu.

“Bukankah aku sudah melakukannya, Pak? Kenapa aku harus melakukannya lagi? Bukankah aku sudah resmi menjadi bagian dari kelompok ini?”

Pak Sarmanto tertawa puas. Ia lalu merangkul tubuh polos Aida lalu mendekatkan wajahnya ke wajah ayu Aida.

“Saya suka jawabanmu, Sayang. Saya jadi tahu kalau kamu itu adalah gadis yang cerdas. Memang, kamu sudah menyerahkan keperawananmu itu kepada saya. Memang kamu secara tidak langsung sudah menjadi bagian dari kelompok kita ini. Bukankah secara tidak langsung kamu sudah menjadi bawahan saya, sayang? Memang tidak boleh ya, boss meminta ini itu ke bawahannya?”

Aida tertegun dengan jawaban pak Sarmanto. Memang benar ucapan dari bossnya. Lagi pula, meski dirinya menolak permintaan tersebut. Pak Sarmanto dengan kuasanya akan tetap memaksanya untuk mewujudkan keinginannya. Secara tidak langsung, pak Sarmanto telah memberinya dua pilihan. Untuk bersetubuh secara terpaksa atau suka rela?

“Bagaimana jika aku menolak?” tanya Aida hendak melakukan tes. Belum sempat pak Sarmanto menjawab, Aida sudah mengajukan pertanyaan lainnya. “Apakah bapak akan tetap memegang janji bapak untuk melindungi saya dan tante Nisa?”

Pak Sarmanto tersenyum. Tiba-tiba tangan kanannya merangkak menuju lubang vagina Aida yang terbuka. Sedangkan tangan kirinya yang sedari tadi merangkul pundaknya bergerak untuk mendekatkan pipi Aida ke arah wajahnya.

“Mmpphhhh.”

Pak Sarmanto tiba-tiba mencumbunya. Aida hanya terdiam pasrah. Ia bahkan melebarkan kakinya agar pak Sarmanto bebas memainkan bibir vaginanya lagi.

Cukup lama mereka berdua berciuman sebelum pak Sarmanto melepasnya untuk menjawab pertanyaan pemuasnya.

“Kamu tahu sesuatu sayang? Janji adalah janji. Tentu saya akan terus melindungimu dan melindungi tantemu yang cantik itu. Lalu, terkait pertanyaanmu kalau kamu memilih untuk menolak. Maka, bersiap-siaplah untuk menerima amarahku saat menyetubuhimu suatu saat nanti. Bagaimana menurutmu sayang? Mmppphhhh”

Lagi-lagi pak Sarmanto menyetubuhinya. Bibirnya dengan penuh nafsu memagut bibir tipis Aida. Tangannya juga dengan penuh nafsu mengelus-ngelus bibir vaginanya.

“Mmmmhh…” kepala Pak Sarmanto menjauh.

“Be-berarti bapak akan tetap menyetubuhiku secara paksa?” Aida bertanya setelah melepas cumbuannya.

Pak Sarmanto hanya tersenyum sambil menjawab. Aida lalu kembali menjawab yang membuat pak Sarmanto semakin tersenyum.

“Mau itu secara paksa atau tidak, bapak tidak akan kecewa.” Kali ini Aida yang mencumbu bibir pak Sarmanto. Bahkan tangannya mengelus-ngelus penis hitam itu dari luar celana yang dikenakannya. Pak Sarmanto tersenyum puas. Ia bangga karena memiliki gadis muda yang cerdas yang dapat membahagiakannya seperti Aida.

“Maaf pak, ini gami . . . . Eh maaf pak.” Tiada angin tiada hujan. Seorang anak buah tiba-tiba masuk ke ruangan kamar yang ditempati Aida dan pak Sarmanto. Menyadari bossnya itu sedang dipuasi oleh Aida. Pria berbadan kekar itu pun menunduk menyesal.

“Ah pak Heru. Gapapa pak. Kemari. Berikan gamis itu ke Aida.” Ucap pak Sarmanto.

Aida yang bergegas melepas cumbuannya setelah menyadari kehadiran pak Heru hanya menunduk malu saat diberi gamis oleh salah satu anak buah bossnya itu.

“Gimana sayang? Kamu suka?” Tanya pak Sarmanto sambil menatap gadis cantik itu.

“Suka pak.” Jawab Aida malu-malu.

“Whoahahaha. Kalau gitu pakailah. Akan saya antar pulang setelahnya. Sekarang sudah jam sembilan malam. Kirimlah kabar ke tantemu. Tantemu pasti khawatir karena tidak ada berita dari keponakan cantiknya.”

Pak Sarmanto lekas berdiri lalu mengajak pak Heru keluar kamar.

“Saya tunggu di mobil ya. Pak Heru, tolong antarkan Aida ke saya setelah mengenakan pakaiannya.”

“Baik pak.”

Kedua pria tua itu pun lekas keluar dari kamar lalu menutup pintu rapat-rapat. Aida terdiam. Ia menyadari keputusannya. Secara tidak langsung, ia sudah terikat pada kelompok pak Sarmanto. Mau apapun keputusannya, pasti ia harus menuruti perkataan pak Sarmanto selaku bossnya.

Jujur, secara pribadi ia tidak mau untuk menyerahkan tubuhnya lagi ke pak Sarmanto. Namun, ia tidak memiliki kuasa untuk menolaknya. Sebaliknya, ia juga membutuhkan pengaruh pak Sarmanto untuk melindunginya dan tantenya dari ancaman pak Tarun.

Maka dari itu, ia tadi memilih untuk memuasi pak Sarmanto dengan mencumbunya dan mengelus penisnya karena dirinya cukup takut kalau harus disetubuhi oleh pak Sarmanto dalam keadaan terpaksa.

Ia bergidik ngeri membayangkan pria gempal itu memperkosanya secara barbar. Ia juga takut kalau anak buahnya ikut-ikutan memperkosanya bahkan menggilirnya kalau dirinya menolak untuk disenggamai oleh pak Sarmanto.

“Lagipula tidak ada yang gratis di dunia ini kan? Jer basuki mawa beya. Jika menginginkan sesuatu, ada biaya yang harus dibayarkan.” Aida melelehkan air mata, ia sesunggukan, “Ma-Maafin aku tante. Maafin aku mas Rizal. Maafin aku, Ayah. Kalau gadis yang kalian kenal baik-baik ini memutuskan untuk menjadi pelacur. Mungkin ini yang terbaik… mungkin inilah jalanku…”

Seketika ia teringat seseorang yang membuat Aida semakin yakin akan keputusannya.

“Ah benar juga. Tidak hanya pak Tarun. Tapi ada juga Om Pong yang harus aku hindari.” Aida lekas mengenakan gamisnya. Ia ingin pulang untuk beristirahat di kamar kosnya.



.::..::..::..::.




AIDA DENISA



PAK SARMANTO

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah kos yang cukup sederhana. Saat pintu terbuka, nampaklah seorang gadis cantik berpostur tinggi ramping dengan hijab yang menutupi kepalanya. Sebuah gamis longgar yang dikenakannya menambah keanggunan yang dimilikinya. Saat gadis cantik itu hendak menutup pintu mobil, keluar lah sebuah suara yang membuat gadis cantik itu menunda perbuatannya.

“Jadi disini kamu tinggal? Kalau mau, saya bisa membuatmu tinggal di tempat yang lebih layak lagi.” Ujar pak Sarmanto sambil tersenyum.

“Tidak perlu pak, terima kasih. Sudah cukup bantuan dari Bapak,” Aida berpura-pura tersenyum. Ia kemudian menutup pintunya lalu berjalan menuju kamar kosnya.

“Whoahaha kasian banget ngeliatnya. Sampe ngangkang gitu jalannya. Whoahahaha.” Pak Sarmanto tertawa puas. Ia kemudian meminta sopir pribadinya untuk menginjak pedal gasnya untuk kembali pulang tuk menemui bu Sarmanto, istrinya.

Menyadari mobil sudah berlalu pergi meninggalkannya. Senyum yang ada di wajah Aida tadi langsung memudar. Ia lalu menoleh ke arah mobil itu pergi. Ia terdiam di tempat hingga mobil itu berbelok di arah perempatan.

Hhhh.

Aida mendesah panjang. Dengan tatapan kosong. Ia berjalan dengan cukup kesulitan menuju kamar kosnya.

Di dalam perjalanannya. Aida terus merenung memikirkan kejadian yang terjadi di hari ini. Entah kenapa ia terus kepikiran. Meski dirinya sudah memutuskan untuk menjadi pelacur juragan ikan itu. Tentu sebenarnya ia masih merasa keberatan, ia pun terus berpura-pura setuju ketika ada di depan pak Sarmanto hanya untuk menyenangkan wajah pemuasnya.

Sejatinya, itu hanya kepura-puraannya saja. Ia berpura-pura senang dengan mencumbu dan mengelus penis pak Sarmanto saat di atas ranjang tadi. Ia juga berpura-pura tersenyum saat ditawari untuk tinggal di tempat yang lebih layak tadi.

Kepalanya rasanya ingin pecah. Terlalu banyak kejadian yang membuatnya ingin menangis karena tak sanggup menahan beban masalah ini.

Ya, satu demi satu air matanya jatuh menetes membasahi tanah yang ia pijak. Matanya berkaca-kaca. Mengobati rasa sesak yang semakin terasa di dada. Ia mulai mengingat satu demi satu kejadian yang membuatnya sampai menangis seperti ini.

Ancaman dari ayah tirinya, pelecehan yang dilakukan oleh pak Sarmanto di toko tantenya, rencana pemerkosaan yang hendak dilakukan oleh satpam ruko yang sudah dipercayainya, hingga perjanjian laknat yang ia lakukan dengan seorang preman, pelecehan yang dilalukan oleh anak buah Pak Sarmanto hingga sekujur tubuhnya dipenuhi oleh sperma-sperma mereka, hingga diakhiri oleh hilangnya keperawanannya.

Aida sampai bergidik ngeri. Kejadian-kejadian yang terjadi secara berurutan dalam tempo yang pendek dan berdekatan membuatnya merasa shock. Ia begitu kepikiran. Mengapa cobaan yang dialaminya begitu berat. Kenapa berbagai ujian terus datang menghampirinya? Begitu banyakkah dosa yang dimilikinya hingga dirinya harus diuji seberat ini?

Aida sudah tiba di dalam kamar kosnya. Ia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya lalu membenamkan wajahnya diatas bantal empuknya untuk menangis sejadi-jadinya.

Ia terus kepikiran, sudah benarkah keputusan yang ia buat. Apakah tepat untuk menjadi pelacur pak Sarmanto agar dirinya bisa terlepas dari berbagai cobaan bertubi-tubi yang menimpanya? Apakah semua ini sepadan?

Entahlah. Aida hanya bisa menangis. Itu terus membenamkan wajahnya hingga bantalnya itu berubah menjadi basah.

Entah kenapa ia jadi merindukan sosok ayah kandungnya. Andai ayah kandungnya masih hidup. Andai ayah kandungnya ada di sisinya sekarang. Ia pasti bisa mengeluhkesahkan semua masalahnya. Ia pasti bisa mendapatkan perlindungan darinya. Ia pasti bisa mendapatkan rasa aman yang saat ini tak ia dapatkan dari siapapun.

Ia terus menangis. Ia bahkan mengeluh. Kenapa dunia terasa tak begitu adil padanya? Apakah dunia sejahat ini?

“Oh ya tante Nisa.” Seketika ia teringat tantenya yang belum ia hubungi semenjak izin cuti. Ia pun meraih hapenya lalu memencet sebuah nomor untuk menelpon tantenya.

Tutt. Tutt. Tutt.

“Apa tante Nisa lagi sibuk ya?” Lirih Aida sambil menyeka air matanya yang masih tumpah.

Ia pun mencoba bersikap tegar agar tantenya tidak menyadari kalau dirinya masih menangis. Sebisa mungkin Aida mencoba kuat. Ia enggan melibatkan tantenya lagi dalam setiap masalahnya.

“Kok gak diangkat ya?”

Sesaat kemudian Aida terkejut! Karena tiba-tiba ia mendapati kalau tante Nisa menolak panggilannya. Lho? Kok tumben sekali? Tante Nisa tidak pernah menolak panggilan darinya. Ia pun bertanya-tanya kenapa?

Apa yang terjadi?



.::..::..::..::..::.



.:: KEESOKAN HARINYA



Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Aida merasa lelah karena sudah bekerja sedari pagi sendirian. Rekan-rekannya di Nisa Cakes masih belum bisa hadir karena berbagai macam alasan. Keringat membasahi kulit wajahnya yang cerah. Penat membuat wajahnya terlihat begitu lelah. Rasanya ingin beristirahat. Tapi apa daya, selalu ada 1-2 pelanggan yang datang untuk membeli kue buatan tantenya.

“Ngomong-ngomong tante Nisa kenapa ya? Kok semalem sampai menolak panggilanku sih? Ada apa ya?”

Aida tiba-tiba khawatir. Ia memikirkan yang tidak-tidak pada tante yang ia sayangi itu.

“Apa jangan-jangan Pak Tarun sudah…? Ah gak mungkin. Gak mungkin tante Nisa mengalami hal yang serupa sepertiku. Jangan sampe! Amit-amit jangan sampe! Tante Nisa tidak boleh kenapa-kenapa. Tante Nisa harus baik-baik saja! Harus! Aku akan melindungi Tante! Biar aku saja yang merasakan penderitaan!”

Ia lekas membuka hapenya. Bahkan pesan semalam yang ia kirimkan juga belum dibalas meski sudah centang 2.

“Apa beneran terjadi sesuatu pada tante Nisa? Ih kok aku khawatir ya?” pikiran dara itu terus menggantung mengenai nasib sang Tante.

Tiba-tiba terdengar bunyi lonceng, Aida mendapati pintu toko terbuka. Ia pun menyadari kalau ada pelanggan yang datang ke toko tantenya.

“Selamat si-siang.” Suara Aida merendah. Suaranya perlahan menyusut saat mengenali siapa sosok yang datang ke toko tantenya.

“Selamat siang juga, Aidaku sayang. Huehuehue.”

Siapa lagi kalau bukan pak Tarun. Satpam kompleks ruko dan perbelanjaan yang awalnya ia percaya, pria tua itu kini berubah menjadi salah satu sosok yang ia benci.

“Kenapa kemari? Keluar.”

Aida bersikap dingin. Menatap wajahnya saja ogah. Rasanya ia ingin pergi segera. Andai ada karyawan lain yang menetap disini, ia pasti sudah pergi sedari tadi.

“Ih galaknyaaa. Tidak ada maksud apa-apa, saya hanya ingin menemuimu, sayang.” Pak Tarun tersenyum sambil mendekat ke arah etalase toko tersebut.

“Keluar. Sekarang. Saya sibuk.” Balasan Aida lagi-lagi dingin. Ia begitu malas untuk meladeni pria tua tersebut.

Pak Tarun hanya tertawa melihat sikap dingin Aida. Ia mencoba sabar. Ia terus menatap wajah manis Aida meski gadis cantik yang baru saja kehilangan keperawanannya itu terus menghindar.

“Huehuehue. Kamu pikir kamu bisa lolos dari kejaranku?” Pak Tarun lantas mendekap punggung tangan Aida. Meski terpisahkan oleh etalase. Pak Tarun terus mendekap tangan Aida agar gadis cantik itu tidak berpaling darinya lagi.

Usahanya berhasil. Aida akhirnya menatap wajah pak Tarun meski dengan tatapan benci. Namun gadis cantik itu tidak mengeluarkan sepatah kata sama sekali. Ia begitu dingin. Ia begitu cuek. Sesuatu yang tidak dipahami oleh satpam tua itu.



AIDA DENISA



PAK TARUN

Tak lama kemudian, pria tua itu benar-benar terkejut saat mendengar suara yang keluar dari mulut manis gadis cantik itu.

“Lepaskan atau saya akan teriak!” Aida berbicara dengan nada agak tinggi. Pak Tarun hanya tertawa sambil membatin di dalam hati.

Sialan! Berani banget lonte ini membentak saya! Apa dia lupa dengan perjanjian kemarin?

“Huehuehue. Apa kamu lupa dengan perjanjian kita kemarin, sayang? Ingat, bukan hanya kamu yang akan saya setubuhi. Tapi juga Nisa, tantemu yang cantik menggoda itu. Apakah kamu rela tantemu kuperkosa sampai hamil? Ohh begini saja! Akan kupaksa kamu menyaksikan Tantemu yang alim dan anggun itu nungging dan berteriak-teriak kesakitan sementara kontol jumboku menyodok-nyodok memeknyaa! Yaaa. Bayangkan itu! Nikmatnya sudah bisa terbayang!”

Menyadari nama tantenya disebut. Aida mulai sadar diri. Perlahan ia mulai melunak tapi tetap tegas.

“Jangan main-main! Mau apa sekarang?!” Aida tetap dengan nada tegasnya. Pandangannya pun tetap tajam menatap wajah pria tua itu.

“Yang saya inginkan? Saya menginginkan…”

Baru saja pak Tarun hendak menjawabnya, tiba-tiba muncul seorang pelanggan yang membuat pak Tarun buru-buru melepas pegangannya pada jemari Aida karena terkejut. Aida juga demikian, ia berpura-pura sibuk agar pelanggannya tidak menyadari apa yang mereka berdua lakukan tadi.

“Se-selamat datang! A-ada yang bisa dibantu?”

Bagai dejavu, ucapan Aida sempat terhenti sejenak saat melihat siapa pelanggan yang datang ke toko tantenya. Bahkan sekelas pak Tarun juga terdiam. Matanya terpaku pada penampilan yang ditujukan pada pelanggan yang baru masuk.

Pelanggan itu… mempesona.

Tidak hanya cantik, ia juga mengenakan pakaian yang menarik. Bukan menarik karena kecocokan tapi menarik karena wanita itu cukup berani dalam pemilihan pakaiannya. Cukup… vulgar.

“Ada yang bisa saya bantu, kak?” Aida sangat risih saat melihat pakaian yang dikenakan oleh pelanggan dihadapannya.

Bagaimana bisa ada seorang wanita yang betah dengan mengenakan pakaian seperti ini?

Dengan potongan rambut pendeknya yang sebahu, wanita cantik itu tampak membuat pak Tarun bernafsu dengan pakaiannya yang minim. Lihat saja tanktop terusan super ketat yang membentuk badan wanita cantik itu. Saking ketatnya, saat menunduk saja bongkahan pantatnya yang sangat montok itu hampir terlihat. Belum dengan belahan payudaranya yang terhimpit oleh sempitnya tanktop terusan bermotif pelaut wanita itu. Terlihat kedua payudara itu hampir meloncat keluar karena saking sempitnya.

Weleh-weleh, ada Sailor Moon dari mana lagi ini?

Pak Tarun hanya bisa geleng-geleng kepala. Niat hati ingin mengincar Nisa dan Aida. Ada saja bidadari seksi yang datang ke ruko ini.




“Selamat pagi. Ada ini gak, kak? Roti donat rasa coklat?” Tanya wanita cantik itu sambil melihat-lihat etalase.

“Ada kak, mau berapa?” Jawab Aida sambil mengalihkan pandangan karena risih.

“Berapa ya kak? Pesen 20 bisa? Aku ambil sekarang ya. Berapa semuanya?” Wanita cantik berambut pendek itu terus melihat-lihat. Mulai dari etalase atas hingga etalase paling bawah. Ia bahkan sampai menungging hingga tanpa sadar serabi lempitnya yang tidak ditutupi celana dalamnya terlihat.

Gilaaaaa!!! Itu memek woyyy! Memeeekkk!!!

Batin pak Tarun takjub. Matanya membuka lebar. Nafsunya geregetan. Jemari tangannya gemas ingin menusuk lubang sempit itu.

“Dua puluh? Oh bisa kok kak. Tapi untuk sebanyak itu harus saya persiapkan dulu karena tidak ada stok di etalase.”

“Berapa lama? Tidak lama kan?”

“Lebih kurang sepuluh sampai lima belas menit. Kalau mau menunggu sebentar akan saya siapkan, Kak. Bagaimana?”

“Oh tidak apa-apa. Boleh deh. Sekalian ditotal ya. Saya bayar di depan.”

“Baik kak, saya siapkan. Ini totalnya.”

Aida lantas mengetikkan angka di mesin POS dan mencabut struk, ia menunjukkan nota total pembayarannya. Wanita berambut pendek itu lekas membayarnya.

“Saya siapkan dulu ya, Kak.”

“Oke. Terima kasih.”

Tanpa menunggu lebih lama lagi. Aida segera menyiapkan donat pesanan wanita itu. Ia berbalik ke pantry untuk menyiapkan semuanya.

Di saat Aida menyiapkan pesanan. Wanita berambut pendek itu lekas bangkit berdiri lalu menolehkan wajahnya ke pak Tarun yang masih diam membisu. Diluar dugaan wanita itu tersenyum. Pak Tarun pun ikut tersenyum membalas sikap ramah wanita cantik itu.

Akan tetapi, diluar dugaan sekali. Sesuatu yang tak diduga-duga terjadi.

Wanita berambut pendek itu tiba-tiba mengangkat tanktop terusannya. Bibir vaginanya yang tadi terus diliati oleh pak Tarun terlihat. Bahkan perut ratanya juga. Kedua payudaranya yang indah dengan bentuk bulat sempurna itu juga ikut terlihat di hadapan pak Tarun.

Tanktopnya yang terangkat itu lekas dilemparnya ke arah pak Tarun. Pak Tarun hanya menerimanya sambil termangu. Mulutnya melongo. Ia hanya menatap tingkah laku wanita cantik itu yang sudah bertelanjang bulat didalam toko Nisa.

A-apa-apaan ini!?

Pak Tarun sampai ngucek-ngucek mata. Apakah ini nyata? Atau hanya khayalan belaka.

“Hihihi.”

Wanita berambut pendek itu kemudian berjalan-jalan, mengelilingi toko untuk melihat-lihat. Ketika ia melangkah ke arah kanan, mata pak Tarun mengikuti. Ketika ia melangkah ke arah kiri, mata pak Tarun juga mengikuti.

Satpam tua itu sampai bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Kenapa wanita cantik ini tiba-tiba seperti ini? Ini magis apalagi? Apakah ini pertanda akhir jaman? Apakah ini pertanda akan terjadi sesuatu dengan Gunung Mandiri? Ini nyata bukan? Ini benar-benar terjadi kan?

Puas melihat-lihat, wanita berambut pendek itu kembali ke etalase depan menanti pesanannya dibuat. Ia lagi-lagi menungging sambil menjatuhkan sikunya di meja etalase tersebut.

Ittt. Itttuuuu. Ittuuu. Gilaaaa!!! Indah sekalii!!!

Batin pak Tarun takjub.

Lihat saja lekuk indah wanita cantik itu saat menungging. Dari samping, kedua payudaranya yang bulat sempurna itu menggantung indah bagai buah pepaya yang siap untuk dipetik.

Lalu, bongkahan pantatnya yang semok. Membuat tangan pak Tarun gemas ingin menabok. Penisnya pun semakin mengeras dan ingin memasuki liang kenikmatan duniawi yang rasanya pasti nikmat sekali.

Tanpa sadar pak Tarun mendekat. Alam bawah sadarnya menyuruhnya untuk memaksimalkan momen itu. Tubuhnya mengiyakan. Kedua tangannya pun sudah tiba di bongkahan pantat itu. Kedua tangannya meremas-remas. Sedangkan pinggulnya ia tempelkan untuk ia gesek-gesekkan pada bongkahan pantatnya.

Gilaaa mulusss sekaliii. Muluss ini muluuss. Aahhh. Aaahhh. Ngentot jangan? Ngentot jangan?

Pak Tarun mulai bimbang. Apalagi saat tidak adanya penolakan dari wanita cantik itu. Ingin rasanya ia membuka resleting celananya lalu mengeluarkan penisnya. Haruskah? Haruskah?

Seketika wajah wanita cantik itu menoleh ke belakang. Senyum mengembang. Pak Tarun lagi-lagi diam terpana. Meski tangannya terus meremas-remas dan pinggulnya terus bergesek-gesek naik turun.

Rasa penasaran pun muncul menguasai diri pak Tarun. Ia ingin mengajaknya berkenalan. Ia ingin sekali mengetahui namanya, ia juga ingin mengenalnya lebih jauh dan menanyakan nomor whatsapp-nya.

“Mbak asli mana ya? Kok saya baru liat mbak hari ini? Mbak bukan asli sini ya?” Tanya pak Tarun sambil menggesek-gesek pinggulnya.

“Hehe iya pak. Aku bukan asli sini. Rumahku di Ibu Kota. Aku lagi jalan-jalan di sekitar sini. Liburan saja.”

Hm dasar! Pasti lagi caper! Dasar pria tua mesum!

Batin Aida tanpa mengetahui apa yang terjadi dibelakangnya saat ini.

“Nama mbak siapa ya kalau boleh tau?” Tanya pak Tarun sambil merem melek.

“Hihihi aku Agnes pak.”

“Oh dek Agnes. Cantik banget kamu ya.” Puji pak Tarun.

“Hihihi makasih pak.”

Mendapat pujian dari pak Tarun. Wanita bernama Agnes itu justru makin berani dan menjadi saat menggoda sang satpam tua cabul itu. Ia mendorong bokongnya ke belakang, menekan penis pak Tarun yang terjepit di balik celananya.

Aaahhhhh gilaaaa manteepp bangettt. Makin sangek saya jadinya.

Tak kuat, pak Tarun mulai mengeluarkan ular kadutnya dari balik celananya. Penisnya yang hitam dan keras itu menjadi semakin keras saat tergesek bokong mulus Agnes.

“Aahhh. Aahhh. Aaaahhhhh.” Pak Tarun mendesah pelan sambil mengocok penisnya disaat ujung gundulnya ditempelkan pada bokong mulus Agnes.

Rasanya sungguh nikmat. Agnes yang melihatnya hanya tersenyum sambil meremasi payudaranya.

“Enaaakkk?” Lirih Agnes bertanya sambil memberikan senyuman.

Pak Tarun mengangguk. Ia pun mempercepat kocokannya hingga cairan precum-nya sudah keluar. Nafsu yang tak tertahankan membuat pria tua itu hendak memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Agnes. Menyadari lubang vaginanya bakal dijejali oleh satpam tua itu, tangan Agnes meraih penis pak Tarun dibawah sana lalu menjepitnya diantara kedua pahanya.

“Aaahhhhh.” Pak Tarun ngos-ngosan. Meski tidak masuk, gesekan yang ia terima dari bibir vaginanya membuat pak Tarun blingsatan keenakan.

Tangan pak Tarun mendekap pinggang ramping Agnes. Pinggulnya bergerak maju mundur. Pinggulnya bergerak maju mundur lagi. Semakin cepat gesekan yang ia terima, semakin nikmat pula rasa yang ia dapatkan.

“Mmpphhhh. Mmmpphhh. Mmppphhh.” Agnes terus mendesah secara perlahan. Sesekali wajahnya menoleh ke depan untuk memperhatikan pesanan yang sedang dibuat oleh Aida. Mendapati masih aman, ia terus membiarkan pria tua itu menjamah tubuhnya. Bahkan jamahan pria tua itu mulai merambat naik menuju payudara besarnya. Susu Agnes diremas. Susu Agnes diperas dengan sangat kuatnya.

“Mmpphhh. Mmmpphhhh.” Agnes menutupi mulutnya untuk mengurangi desahan yang dibuatnya.

Namun pak Tarun malah mempercepat guncangannya. Tubuh Agnes pun bergerak maju mundur mengikuti genjotan pak Tarun.

“Aahhh. Aahhh. Aaahhhh sayaa mauu kelluaaarrr” jerit pak Tarun tak kuat lagi.

Hah? Keluar? Ya keluar aja sana! Ngapain bilang-bilang.

Edan! Dua orang cabul! Yang satu pria tua bangsat, satu lagi pikirannya mungkin terganggu. Batin Aida yang sudah menyiapkan 8 dari 20 pesanan donatnya. Berani-beraninya mereka berbuat cabul di tempat ini! Tapi bagaimana Aida bisa mengusir keduanya? Satpam yang sedang beraksi justru satpam seharusnya mengusir orang-orang pengganggu semacam ini.

“Iyaahh keluarin aja paakkk. Keluariinn. Keluaariinn!!!” Lirihnya.

Pak Tarun ngebut. Gerakannya terlampau tega yang membuat tubuh Agnes terguncang maju dan mundur. Dengan nafas yang menggebu. Dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun. Ia pun mencapai puncak kenikmatannya dengan mendorong tubuh Agnes maju sekuat-kuatnya.

“Heennkkgghhhhh!!!!”

“Mmppphhhh.”

Tubuh Agnes terdorong maju. Perutnya tertekan oleh meja etalase. Tak lama kemudian, lelehan sperma pak Tarun meleleh melewati paha bagian dalam Agnes.

Pak Tarun merem melek keenakan. Rasanya sungguh lemas. Namun ia begitu puas. Agnes yang baru saja ternodai pun langsung jatuh ambruk sambil duduk di lantai menyandar pada etalase meja toko.

“Hah. Hah. Hah.”

“Ini kak pesanan… Loh? Eh, Kakak di mana?”

Aida kebingungan. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Ia hanya mendapati pak Tarun yang berdiri di depan etalase dengan wajah lemas.

“Pak, mana kakak yang tadi?” Aida heran namun mencurigai pak Tarun yang telah membuat wanita cantik itu pergi dari tokonya.

Pak Tarun hanya ngos-ngosan saat ditanya oleh Aida. Sekilas ia melirik ke bawah dan mendapati Agnes sedang memberikan gestur diam kepadanya.

“Tauk,” ujar pak Tarun cuek.

“Hah? Padahal udah bayar loh,” ujar Aida keheranan. Ia lekas berbalik untuk mematikan oven yang tadi ia gunakan untuk membuat pesanan.

Tepat ketika Aida lengah, Agnes langsung bangkit berdiri lalu berjalan keluar sambil membawa pesanan donat yang ia beli tadi. Bukan karena apa-apa, tapi karena Agnes tertarik dengan salah satu berita yang muncul di beranda IG-nya, berita dari IG khusus info seputar kampus. Dikabarkan ada seorang hacker yang telah berhasil melakukan peretasan terhadap situs beberapa kampus sekaligus dan membuat pihak litbang masing-masing kampus kelabakan karena peretasan dilakukan dengan inject ke server utama.

Agnes tersenyum sedikit sebelum masuk ke mobilnya, dia bergumam dalam hati, “Apakah ini kamu, V? Apalagi yang kamu rencanakan sekarang?”

Saat Agnes sudah menghilang, Aida justru kebingungan kembali karena donat-donat yang sudah disiapkan untuk sang pelanggan kini juga sudah lenyap. Apa-apaan sih ini? Tadi pelanggannya yang hilang. Sekarang donatnya! Ini ada jin atau apa!?

“Loh! Kok hilang sih!? Donat pesanan kakak tadi mana? Ini semua ulah bapak ya!?” Aida kesal. Ia menuduh pak Tarun sudah mencurinya.

“Helah. Ya mana saya tahu. Itu kan urusan kamu. Hah. Hah. Hah.” Pak Tarun masih ngos-ngosan. Ia dengan cuek menjawab pertanyaan Aida sekenanya.

“Iihhhh.” Aida kesal, ia pun berjalan keluar untuk mencari wanita yang tadi memesan donat kepadanya. Ia tak melihat ada orang di luar toko. Hanya ada mobil berwarna hitam dengan kaca yang tertutup rapat di sana.

“Apa iya sudah pergi?”

“Sudah saya bilang kan Aida sayang. Hah. Hah. Hah. Dah ya saya mau kerja dulu. Nanti saya sambung apa yang mau saya bilang tadi.” Lirih pak Tarun yang lekas pergi setelah menoel bokong montok Aida.

Aida kesal, ia hendak menepisnya namun terlambat. Mobil yang terparkir di depan tokonya pun berjalan. Karena tak mendapati apa yang ia cari. Aida lekas kembali ke dalam untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Ih aneh banget deh. Pasti ini ulah pak Tarun yang sudah mengusir pelanggan… Eh!? A-Apa ini?” Gerutunya lalu secara tak sengaja kakinya menendang sesuatu di bawah. “Hahhhh!? Bukannya ini, baju yang dipake kakak tadi? Lah kok?”

Kejadian yang sangat aneh! Aida jadi ketakutan sendiri. Dara muda itu panik. Ia juga kebingungan. Ia lekas meraih hape-nya untuk menghubungi sang pemilik kios kue. Tidak seperti semalam, kali ini panggilannya diterima.

“Ha-Halo, Tante Nisa?”




BAGIAN 13 SELESAI.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 14


NEXT WEEK : INTAN hadir
IN TWO WEEKS : giliran REVA
 
Terakhir diubah:

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd