STEP TWENTY SEVEN
Akhirnya beres juga Anisa sarapan nya dan kamipun dengan bersama - sama meninggalkan kantin kampus dengan beriringan, hanya Ratih yg terus terlihat gugup saat kami jalan menuju ruang tempat kami mendengar dan mempelajari materi kuliah. Aku mengerti kenapa Ratih sangat gugup saat kami bersama, aku juga gak bisa membiarkan teman kami yg lain sampai tau soal masalah yg sedang kami hadapi.
Aku bersikap seolah - olah gak terjadi apa - apa pada malam itu dan sesekali bertukar guyonan dengan Sanip supaya terlihat santai. Sedikit demi sedikit Ratih mulai bisa memasang tampang santai, di saat sampai ruangan Nur selalu terus menempel seperti enggan melihat aku jauh darinya.
"Kalian sebenarnya kenapa sih" tanya Anisa setengah berbisik padaku dan Nur
"Gak apa - apa Cha, sedang sedikit salah paham aja" jawab Nur santai
"Tor bener kata Nur" tanya Anisa memastikan padaku
"Iya Icha" jawbku singkat
Anisa terlihat hanya tersenyum kecut padaku dan Nur
"Baiklah kalau kalian gak mau cerita" ucap Anisa sembari berdiri dan melangkah hendak keluar
Nur segera menahan Anisa yg kelihatan sedikit bete
"Mau kemana lu Cha" cegah Nur pada Anisa
"Gue mau balik Nur, bete kalau ngampus di ruangan yg terasa asing ini" jawab Anisa yg menyindir kami berdua
"Iya - iya nanti gue bakal cerita sama lhu Cha, jangan balik yah Cha" pinta Nur
Anisa pun segera tersenyum mendengar pernyataan Nur
"Tapi lhu harus minta sama itu tuh supaya mau jelasin" ucap Nur sembari melirikkan matanya kearahku
"Yah sama aja boong kalau harus minta sama...." Jawab Anisa yg tak meneruskan kata - katanya sambil melirikku
Aku hanya sedikit senyum mendengar mereka namun Nur dan Anisa terlihat dengan wajah penuh harap tapi gak berani untuk ungkapkan apa yg mereka mau.
"Kenapa kalian" tanyaku pada Nur dan Anisa
"Ceritain aja sama si Icha Pah, aku dah percaya sama sepenuhnya sama dia" jawab Nur
Aku meruncingkan mataku menatap Anisa dengan teliti
"Oke, nanti saat dosen pertama keluar dari ruangan ini yah" ucapku
Anisa dan Nur kini tersenyum mendengarku mengucapkan itu dan nampak sangat antusias sekali Anisa dengan apa yg bakal aku ceritakan nanti.
Sang dosen pun datang. Anisa kini telah duduk di tempat nya seperti biasa.
"Lama bgt sih ini dosen" gumam Anisa
Nur tersenyum mendengar Anisa bergumam seperti itu
"Tumben bgt lhu Cha, biasa nya lhu santai nyimak materi kuliah" ucap Nur
"Lg males gue Nur denger soal kuliah" balas Anisa
"Males kenapa lhu Cha" tanya Nur pada Anisa
"Biasa Nur di rumah tadi malam orang tuaku pulang tapi tadi pagi langsung berangkat lg, siapa yg gak bete coba" jawab Anisa
"Ohh gitu toh masalahnya, ya udah nanti siang pulang dari kampus kita mampir deh" ucap Nur pada Anisa
"Yg bener Nur, sama Tora juga" jawab Anisa
"Harus sama dia dong, mana bisa klw gak sama dia" jawab Nur sembari milrik ke arahku
Dosen yg kurang kkami perhatikanpun tak lama menutup perjuampaan hari ini dan segera keluar dari ruangan, Anisa nampak begitu bersemangat mengangkat bangku yg dia duduki untuk mendekati aku dan Nur.
"Ayo cepet ceritain Tor" ucap Anisa saat duduk di sebelah kiri Nur
"Sabar Icha, masih banyak orang" jawabku sembari melihat di sekitar
Nampak Sanip, Irama, Ratih dan Dina hendak keluar dari ruangan yg seperti biasa bakal ngumpul di kantin
"Tor ke kantin yuk, kita makan bareng" ucap Sanip mengajakku
"Duluan aja Nip, masih ada catatan materi kuliah yg belum aku tulis Nip" jawabku
Irma dan Dina hanya ternyum padaku dan Ratih masih menunjukan wajah datar walau tidak menundukkan kepalanya lg
"Oke deh. Nur, Cha kalian juga mau disini juga" tanya Sanip pada Nur dan Anisa
"Iya Nip, kasian Tora belum beres catet materinya yg tertinggal saat gak masuk kuliah" jawab Anisa pada Sanip CS
Nur hanya tersenyum menjawab pertanyaan Sanip. Sanip CS akhirnya pergi ninggalin ruangan dan setelah tak terlihat lg Anisa segera menatap penuh harap padaku dan akupun telah mengerti apa yg Anisa harapkan dariku. Segera ku ceritakan semua tentang kejadian mlm itu pada Anisa, namun Anisa hanya tersenyum dan malah seperti mengejek soal kejadian itu
"Kenapa km tersenyum Cha" tanya Nur yg serius bertanya pada Anisa
"Jangan marah dulu Nur, lhu tau kenapa si Ratih lakuin itu" jawab Anisa yg kembali menanyakan hal itu
Aku dan Nur masih bingung dengan apa yg Anisa tanyakan itu
"Gak tau Cha, emang km tau" jawab Nur yg penuh tanda tanya
"Kita memang belum lama kenal sama Ratih dan Sanip tapi aku sudah tau kenapa si Ratih berani berbuat seperti itu" jawab Anisa
"Kenapa Cha" tanya Nur yg makin penasaran pada Anisa
"Intinya si Ratih belum pernah merasakan kepuasan sexsual dari si Sanip" jawab Anisa
Aku dan Nur sangat kaget dengar penjelasan Anisa
"Kok gitu Cha. Emang kenapa bisa tak terpuaskan, bukannya Sanip sering nginap di Rumah si Ratih" kembali Nur bertanya pada Anisa
"Iya emang betul si Sanip sering bgt nginap di rumah si Ratih, namun bukan karena seringnya tapi karena ukuran penis si Sanip sama seperti badan nya yg kecil itu" terang Anisa
Aku kaget mendengar Anisa soal ukuran Penis Sanip yg mungil seperti badan nya "apa bener Penis si Sanip mungil seperti badannya" pikirku dalam hati
"Semungil apa ukuran Penis Sanip Icha" tanyaku yg penasaran
"Mungil bgt Tor, nanti juga km bakal tau semungil apa Penis Sanip" jawab Anisa sembari tersenyum
Aku hanya berpikir pantas saja sih klw Anisa tak terpuaskan seksualnya walau sesering mungkin melakukannya dengan Sanip kalau dengan ukuran Penis yg mungkin seperti yg di ceritakan oleh Anisa tapi, kenapa harus melampiaskannya sama Nur
"Icha kalau bener ukuran Penis si Sanip semungil seperti ceritamu, kenapa si Ratih melampiaskannya sama Nur" tamyaku pada Anisa
"Iya Cha kenapa sama gue, kenapa gak langsung aja sama Tora, kan waktu kejadian Tora juga ada disitu" timpal Nur
"Lhu tau Nur kenapa lhu tiba - tiba pengen bgt melakukan sex, dan km tau kenapa si Ratih gak melakukan nya sama Tora" tanya Anisa pada Nur
"Gak tau" jawab Nur
"Pertama lhu udah minum minuman yg udah di kasih obat perangsang jadi lhu tiba - tiba pengen ngesex, kedua Tora gak minum minuman yg si Ratih suguhkan jadi si Ratih takut kalau ngajakin Tora ngesex" jelas Anisa pada Nur
Aku dan Nur kaget mendengar penjelasan Anisa soal kenapa si Ratih berani berbuat begitu sama Nur. "Pantas aku waktu itu kaget ngeliat Nur yg tiba - tiba sangat nafsu padaku, tapi aku malah tinggalin ke kamar kecil dan mungkin saat itu cuma si Ratih yg ada di dekat Nur jadi hanya menyalurkan rasa Nafsunya sama si Ratih" gumamku dalam hati
"Kenapa harus sama si Ratih Nur" tanyaku pada Nur
"Aku gak tau Pah, pada saat itu aku gak bisa kendalikan nafsuku yg memuncak saat Papak kebelakang" jawab Nur dengan wajah yg sedikit sedih
Anisa segera menenangkan Nur karena dia tau kalau Nur terlihat sedih
"Sudah Tor jangan salahkan Nur, kalau saja aku berada di posisi Nur pasti bakal melakukan hal yg sama" ucap Anisa
"Kenapa bisa begitu" tanyaku pada Anisa
"Dalam keadaan seperti itu siapapun wanita tidak mungkin bisa mengontrol gejolak nafsu yg sedang memuncak apalagi di sebabkan oleh obat perangsang, pasti efect nya bakal 2x lipat nafsunya" jawab Anisa
"Apa mungkin separah itu" tanyaku kembali
"Bahkan bisa lebih dari 2x lipat Tor, km tau kan nafsu wanita sangat berbeda dengan nafsunya laki -laki" jawab Anisa
Aku mencoba berpikir untuk bisa memahami posisi Nur saat itu, tapi kenapa dia begitu mudahnya melanggar janji yg telah ia ikrar kan padaku.
"Iya Pah, aku tau kalau aku salah sudah melakukan apa yg Papah gak suka tapi aku harap Papah mengerti keadaan aku saat itu" ucap Nur padaku
Aku cuma bisa terdiam saat mendengar Nur namun aku masih belum sepenuhnya yakin akan kehilangan akal sehatnya Nur saat terkena pengaruh obat perangsang yg di berikan Ratih pada minuman Nur
"Icha apa km bisa buktikan kalau efect obat perangsang itu bisa sampai segitu berbahayanya" tanyaku pada Anisa
"Oke sekarang gini saja nanti pulang kita ajak saja Sanip dan Ratih mampir kerumah gue dan kita lihat seberapa kuatnya pengaruh obat perangsang pada wanita, sekalian km bisa kasih pembalasan buat Ratih" ucap Anisa
"Gimana caranya, dia pasti bakal curiga kalau tiba - tiba kita ajakin dia ke rumah km Icha" jawbku
"Gampang itu urusan gue, kalian tunggu saja dekat rumah gue, nanti kalau sudah pas kalian akan gue kasih tau" jawab Anisa
Aku cuma bisa berpikir apa yg bakal Anisa lakuin supaya bisa ngajak Ratih dan Sanip mampir kerumahnya dan membalas perbuatan Ratih atas kejadian malam itu.
"Ya sudah aku serahkan semuanya sama km Icha" ucapku
Tak lama kemudian Sanip, Ratih, Irma dan Dina pun datang karena memang sudah waktunya dosen kedua tiba dan semua mahasiswa menyimak dan memperhatikan dengan hikmat materi kuliah yg di sampaikan sang dosen sampai akhirnya waktu tak terasa hingga saatnya kami semua untuk membubarkan diri. Aku dan Nur segera melangkahkan kaki menuju keluar dari ruangan tanpa banyak bicara dengan siapapun, hanya terlihat Anisa sedang berbincang dengan Sanip dan Ratih.
Dalam perjalanan menuju tempat parkir aku berpapasan dengan Bu Hera
"Hey Tor" ucap Bu Hera menyapa
"Hai Bu Hera" jawabku
"Mau langsung pulang saja nih, gak nungguin nyimas nya dulu" tanya Bu Hera
"Gak Bu, ada sedikit urusan dulu sebelum pulang ke rumah" jawabku
"Ohh gitu oke deh, hati - hati di jalan yah" ucap Bu Hera
"Iya terima kasih Bu, tolong sampaikan ke nyimas yah Bu" ucapku
"Oke tenang saja Tor" jawab Bu Hera
Bu Hera pun meninggalkan aku dan Nur yg kini kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat parkir, segera aku masuk ke mobil kesayangan nya Nur
"Kemana kita Nur" tanyaku
" Kita tunggu kabar dari si Cha Pah" jawab Nur
"Ohh gitu, trus nunggu dmna kita" tanyaku kembali
" Kita ke rumah makan yg deket perumahan si Cha aja Pah, supaya pas dapet kabar kita bisa cepet nyampe ke rumah nya Cha" jawab Nur
" Ya sudah, km yg tau tempatnya" ucapku
Mobil yg aku tunggangi melaju menuju tempat yg Nur maksud. Di dalam perjalanan kami hanya seperlunya saja berbicara sampai tiba di sebuah kedai makan, aku dan Nur segera mencari meja yg masih kosong sembari menunggu kabar dari Anisa.
"Pah makan dulu aja yuk, kan dari pagi kita belum diisi lg perutnya" ucap Nur
"Boleh deh, memang dah terasa sih cacing dalam perut sudah berdemo minta diisi" jawabku
Seperti biasanya Nur selalu memesankan makanan tuk kita berdua, karena Nur sudah hafal betul soal makanan yg pas untuk aku.
Tak butuh waktu lama makanan yg kami pesanpun datang ke meja kami dan dengan hikmat nya kami menyantap makanan yg tersaji di meja makan itu.
"Nur apa harus tiap makan selalu km yg bayarin" ucapku
"Udah deh Pah jangan singgung - singgung soal uang" jawab Nur
"Ya gak enak aja Nur, aku selalu di bayarin" ucapku
"Udah ahh jangan di omongin lg" jawab Nur
Terasa sudah diatur saja saat beres kami makan terdengar suara getaran dari hp nya Nur
DEEERRDDD
DEEERRDDD
"Iya Cha"
...............
"Iya nih baru beres makan"
..............
"Deket kok dari perumahan tempat lhu Cha"
..............
"Oke kami segera datang Cha"
.............
"Iya makasih yah Cha, byee"
...........
Perbincangan Nur di tlp nya
"Ayo Pah kita ke rumah nya si Cha" ucap Nur
"Ya udah ayo" jawabku
Setelah membayar makanan yg kami santap tadi akhirnya kami segera meluncur ke rumahnya Anisa yg memang sudah di tunggu dari tadi.
Kami pun sampai di tempatnya Anisa dan di sambut langsung oleh Anisa
"Dimana mereka Cha" ucap Nur saat Anisa menghampiri kami
"Di kamar gue tuh lg asik" jawab Anisa
"Asik gimana Icha" tanyaku
"Liat aja sendiri Tor" jawab Anisa
Kami bertiga segera masuk dan dengan sedikit mengendap - endap kami hampiri kamar milik Anisa yg sekarang di pakai oleh Ratih dan Sanip. Terlihat sangat aneh kenapa mereka bisa berbuat itu di tempat Anisa
"Mereka nafsu bgt Icha" tanyaku
"Mereka sudah aku beri obat perangsang yg aku masukan ke minum mereka, makanya mereka berdua sangat bernafsu
Terlihat jelas walau dari sela - sela pintu nampak Sanip sudah benar - benar bugil dan begitupun dengan Ratih, sedikit yg membuat aku kaget itu ukuran Penis yg sedang Ratih kulum itu ukurannya sangat kecil "ternyata benar apa yg Anisa ceritakan di kampus itu" pikirku
"Kecil bgt penis si Sanip" bisikku pada Nur
"Iya Pah, jauh bgt di bandingin sama penis Papah" jawab Nur sembari mendekatkan mulutnya ke telingaku
Keliatan sangat bernafsu sekali Ratih mengulum penis kecil milik Sanip itu hingga Sanip terlihat sangat tak kuasa menahan nya
Uuuuuucccchhhh
"Aku gak kuat sayang" desahan Sanip terdengar hingga ke telinga kami bertiga
Ratih semakin ganas mengulum penis Sanip tanpa ampun hingga akhirnya Sanip tak mampu lg menahan serangan yg Ratih lancarkan
Aaaaaaaacccccchhhh
"Aku keluar sayang"
Aaaaaaaaccccccchhhh
CROOOT,,,CROOOT,,,CROOOT
Terlihat tenggorokan Ratih naik turun seperti menelan semua sperma yg Sanip keluarkan itu, namun Sanip langsung terkulai lemas setelah mengalami orgasme nya itu di mulut kekasihnya.
"Kamu hebat sekali sayang" ucap Sanip yg kelelahan
"Belum seberapa itu sayang, aku aja belum basah" jawab Ratih
"Iya tapi aku dah lemes sayang, nanti di lanjut giliran km yg aku bikin puas" ucap Sanip
"Selalu begitu, tapi tak pernah terbukti" balas Ratih
Nampak wajah kecewa dari raut wajah Ratih yg belum mencapai puncaknya sedangkan kekasihnya sudah terkulai lemas tak berdaya di atas tempat tidurnya Anisa.
Maaf suhu semua baru bisa segini up nya sekarang, nanti di lanjut lg,,, harap maklum yah suhu semua,,,
Masih di tunggu masukan nya dan kritikan nya