Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 22
Timeline : 2011 Mei

--POV Intan--

Seminggu lebih aku menemani Tono kembali ke Surabaya. Aku menyadari banyak hal. Masih ada perasaan Tono yang tertinggal untuk sang mantan. Ada perasaan marah dan cemburu yang hanya bisa kupendam sendiri. Aku masih menemukan cincin couple mereka dulu di dalam laci meja kamar Tono, foto-foto kebersamaan mereka yang tersimpan di dalam komputernya, juga barang-barang pemberian mantannya yang masih tersimpan baik di dalam kotak sepatu yang diletakkan diatas lemari pakaian Tono. Aku memang sengaja iseng cek kamar Tono saat itu. Aku ingin tahu bagaimana Tono sebenarnya. Aku bisa dengan leluasa cek semua yang ada di kamar Tono karena ibu Tono mempersilahkan kami untuk tidur sekamar. Kesempatan untukku menggeledah isi kamarnya.

Hari-hari yang kuanggap bisa mengenal dengan baik Tono, malah berujung dengan sakit hati yang diam-diam kupendam. Sampai akhirnya aku kembali kerumah dengan membawa perasaan kecewa. Kenapa Tono tidak bisa melupakan mantannya. Ingin rasanya ku sudahi saja hubunganku dengan Tono. Tetapi aku masih memikirkan masa depanku juga. Selama ini aku dianggap tidak bisa mempertahankan hubungan cukup lama. Tidak ada masa pacaranku yang lewat 1 tahun. Aku juga berharap Tono bisa serius denganku. Tono juga orang yang bisa menerima dengan hubungan terlarangku dengan adikku Hasan. Mungkin tak ada lagi orang lain yang bisa menerima keadaanku sekarang kalau dia tahu tentang masa laluku. Meski Tono belum sepenuhnya mengetahui hal itu.

Sekarang aku seperti orang galau yang tidak bisa menentukan sikap. Dimana lagi bisa kutemukan orang seperti Tono, kalau cowok lain mungkin sudah menganggapku hina. Tapi disisi lain aku juga tak bisa membohongi diri sendiri kalau aku kecewa. Alhasil sekarang aku sering uring-uringan ke Tono. Aku belum bisa menahan emosiku saat ini. Tak adil rasanya bila dia sekarang bersamaku tapi didalam hatinya masih menyimpan kenangan bersama mantannya. Sering juga kutolak ajakan jalan dari Tono, bahkan sekarang sudah agak jarang aku mampir ke tokonya untuk bantu-bantu.

Karena aku sedang libur dan bosan tapi tak ingin bertemu dengan Tono hari ini, kuputuskan untuk mengontak beberapa teman-teman ku saja untuk menemaniku sekalian curhat. Mumpung masih jam 10 pagi.
Intan : “ning...ningsih… jalan-jalan yuk.” aku coba bbm ningsih saat ini.
Ningsih : “ada apa tan? Tumben. Jalan sama mas Tono mu aja lho sana.”
Intan : “lagi males ning.”
Ningsih : “yah lagi gak bisa tan. Ini aku lagi jadwal shift. Lupa apa kamu?”
Intan : “ah iya aku lupa.”
Ningsih : “ya sudah sini masuk aja ngobrol di sini.”
Intan : “nggak lah jadwal ku libur kok malah kesana. Nanti disuruh kerja gratisan. Ya udah deh ning.”

Nampaknya ningsih sedang tak bisa kuajak jalan-jalan. Siapa ya yang bisa ku kontak. Apa Indra ya.
Intan : “ndra...nganggur gak?”
Indra : “napa tan?”
Intan : “jalan yuk, mau curhat nih.”
Indra : “eh sekarang?”
Intan : “iya. Tadi mau ngajakin istrimu tapi lagi gak bisa jadwal shift kan dia.”
Indra : “ok sebentar aku tak mandi dulu. Apa kamu mau kerumahku aja sini? Hehe”
Intan : “ah yang ada kalau kerumahmu malah gak jadi curhat kamu ajak berbuat.”
Indra : “tapi enak kan...hehe”
Intan : “sudah sana cepetan mandi, terus jemput aku dirumah. Habis itu bebas kemana aja jalan-jalan pokoknya.”
Indra : “siap sayang...”
Intan : “sayang sayang palamu. Inget istri ndra. Haha”
Indra : “iya deh. Siap mantan.”

Aku pun bersiap dan mandi sambil menunggu kedatangan Indra. Tapi dia baru datang 1 jam kemudian. Karena aku sedang malas untuk berdandan, maka hari ini aku cuma mengenakan kaos dan celana panjang saja.
Indra : “yuk tan. Kemana kita?”
Intan : “gak tau, terserah kamu. Lagi sumpek aku.”
Indra : “ya sudah ke hutan *** disana kan banyak warung-warung. Lagian enak kan jauh gak ketahuan pacarmu.”
Intan : “gak ketahuan pacarku apa istrimu nih? Haha”
Indra : “ya dua-duanya lah. Hehe”
Intan : “ya udah bebas.” aku naik ke motornya dan kami menuju kesana.

Sesampainya disana, kami berhenti disebuah warung dan mengobrol banyak hal. Ditemani segelas teh hangat dan pisang goreng, aku mulai cerita banyak hal.
Indra : “emang kenapa tan. Bete amat kayaknya.”
Intan : “iya, si Tono tuh. Masih nyimpen barang dari mantannya coba. Gimana gak bete aku.”
Indra : “ya tinggal kamu buang aja lho.”
Intan : “nggak, nanti dikira aku cewek diktator lagi. Suka ngatur-ngatur.”
Indra : “tapi kamunya sendiri juga gak terima kan.”
Intan : “iya lah. Mana Tono mau ngasih aku cincin lagi.”
Indra : ”ya bagus lah dia serius sama kamu.”
Intan : “tapi dia bilang dong ndra, pernah beliin cincin mantannya ditempat itu juga. Gimana gak bete aku coba.”

Indra : “ooo gitu. Iya sih. Dia belum bisa lupain mantannya apa ya tan. Secantik apa sih memang?”
Intan : “cantikan juga aku kemana-mana ndra. Mantannya itu lho gembrot.”
Indra : “cyeh cemburu nih.”
Intan : “ya iya lah. Tono kan sekarang punya ku.”
Indra : “masih cinta kok marah marah tan tan.”
Intan : “iya habis gimana gak bete coba kalau nemuin kayak gitu.”
Indra : “iya sih tan...”

Indra : “tapi kalau kamu gimana tan? Masih ada mantan yang kamu simpan dalam hati gak?”
Intan : “enggaklah gak ada. Kalau sudah jadi mantan itu ya sudah aku buang ketempat sampah. Haha”
Indra : “ih jahat dong. Aku dibuang. Haha”
Intan : “ya lagian kamu juga sudah nikahin ningsih kan. Lebih milih ningsih daripada sama aku.”
Indra : “hehe iya sih. Orang tua ku juga gak ngijinin kan aku nikahin kamu tan.”
Intan : “kenapa? Gara-gara aku terkenal gampangan di kampung? Sering dibilang lonte, gitu?”
Indra : “emang enggak? Hehe”
Intan : “hish… kamu nih. Masih sering minta jatah mantan aja bilang gitu ndra ndra.”

Indra : “kamu juga sih, gonta ganti pacar cepet amat. Tau sendiri orang kampung kalau gosipin kayak gimana.”
Intan : “ya gimana aku kan gak bisa kesepian. Urusan sex bisa lah banyak yang puasin aku. Tapi urusan hati, susah ndra.”
Indra : “halah gayamu… hahaha”
Intan : “hahaha iya lah… bener gak.”
Indra : “bener bener kok. Sini tak puasin sekarang.”
Intan : “heh ngawur. Masa disini. Haha...”

Indra : “ya nggak disini. Masa di warung ini sekarang. Mau kamu di gangbang orang sewarung? Haha ke semak-semak sana sebentar aja. Yang dekat kali.”
Intan : “enggak ah lagi gak pengen. Kapan-kapan aja ndra.”
Indra : “yaah rugi nih.”
Intan : “yeee gak ikhlas nemenin.”
Indra : “ya bukannya gitu tan.”
Intan : “iya iya lain kali deh lagi gak mood nih aku beneran.”

Disaat kami masih ngobrol, hape ku berdering. Kulihat Tono yang menelpon.
Indra : “angkat lah tan. Kasihan tuh.”
Intan : “enggak ah males.” akhirnya ku silent. Namun Tono kembali menelpon ku berulang kali. Sampai akhirnya aku juga tak enak hati jadi kuangkat teleponnya.
Intan : “ya… ada apa?”
Tono : “lagi dimana yank? Gak kesini?”
Intan : “enggak lagi males.”
Tono : “kamu nih kenapa sih? Kalau ada masalah obrolin sini. Habis dari rumahku kok kamu jadi gini.”
Intan : “enggak, gak ada apa-apa.” aku hanya menjawab singkat-singkat saja.
Tono : “ya akunya yg gak enak kalau kamu gini terus itu yank.”
Intan : “udah anggep aja aku lagi bete pms. Dah dulu ya.” langsung kututup teleponnya.

Indra : “hahaha galak bener tan.”
Intan : “biarin...habisnya masih bete aku tuh. Dia nya gak nyadar-nyadar.”
Indra : “kasihan tuh… kalau dia minta putus gimana? Gak sayang kamu sama dia?”
Intan : “ya sayang lah sebenernya. Masa iya gak sayang. Kalau gak sayang kenapa aku ngamuk gini coba. Dah yuk balik ndra. Mau tidur aja dirumah mungkin bisa tenang akunya.”
Indra : “ok tan.”
Setelah membayar semua yang kami pesan diwarung, Indra langsung mengantarkanku kembali pulang. Sekitar 1 jam kemudian sudah sampai dirumah.

Intan : “dah ndra. Makasih ya. Sudah temani aku tadi.”
Indra : “sama-sama tan. Udah nih makasih doang. Hehe”
Intan : “yeee emang maunya apa?”
Indra : “service lah tan. Hehe”
Intan : “dah kapan-kapan aja ndra. Jangan sekarang. Dirumah juga sudah ada adikku tuh.”
Indra : “ya udah kalau gitu upah cium aja lah tan.”
Intan : “ngaco kamu. Lagi di luar juga. Keliatan orang gak enak nanti. Nyebar lagi gosip gak enak tentang aku.” kucubit tangannya.
Indra : “ayo lah, sepi ini lho tan.” karena Indra tetap memaksa, akhirnya ku iya kan saja permintaannya.
Intan : “ya udah deh ndra… mmmuuaach...” kucium bibirnya cepat sebelum ketahuan orang.

Indra : “cepet amat ciumnya, kurang nih. Gak kerasa.”
Intan : “dah sana balik. Kapan-kapan aku kasih service deh.”
Indra : “iya deh iya. Eh ini tan pesenanmu kemarin.” Indra membuka tasnya dan memberikan pil KB pesananku.
Intan : “nah makasih ndra.”
Indra : “iya sama-sama, nyolong-nyolong nih ngambilnya. Ngomong-ngomong kamu minum ini tiap hari ya kok cepet amat minta lagi?”
Intan : “udah sana pulang sana. Bye ndra…” pertanyaannya tak kujawab dan aku langsung saja masuk kedalam rumah membiarkannya di luar pagar. Seperti mengusir halus lah. Indra juga langsung tancap gas pulang.

Sedikit lega aku hari ini sudah sempat curhat ke orang lain. Setelah masuk ke kamar, ku pikir-pikir rasanya sikapku memang keterlaluan sama Tono. Apa aku sekarang ke tokonya saja ya. Tapi harga diriku mungkin terlalu tinggi. Jadi kuputuskan untuk tetap diam saja untuk saat ini. Nanti saja lah dibahas lagi. Aku melihat jam juga sudah jam 5 sore. Terlalu malam dan malas rasanya nanti kalau aku ke tokonya sekarang. Akhirnya kuputuskan untuk ganti baju saja dan tidur lebih awal.


--POV Hasan--
Jam 10 malam


Mbak Intan setelah pulang dari rumah mas Tono rasanya sering uring-uringan. Aku curiga jangan-jangan mas Tono yang bikin masalah sama mbak Intan. Sebagai adik rasanya aku juga tak terima bila kakak ku dikecewakan. Tapi setiap kutanya langsung ke mbak Intan, dia juga tak mau menceritakan apa-apa. Apa mungkin karena masalah lain aku juga tidak tahu. Hanya dugaan ku semata kalau ini karena mas Tono.

Tapi bisa jadi justru mbak Intan pemicu masalahnya. Karena aku tadi juga melihat mbak Intan pulang diantar oleh mas Indra. Sudah biasa sih mbak Intan jalan dengan teman-temannya. Namun yang bikin aku kaget, mbak Intan mencium mas Indra. Setau ku mas Indra memang mantan dari Mbak Intan, tapi dia sudah menikah dengan temannya di rumah sakit. Apa mbak Intan mulai bermain-main lagi ya. Aku tak paham lagi dengan kisah cinta dari kakak ku ini.

Sebagai adik yang sayang ke kakaknya, aku tak ingin dia kenapa-kenapa dan hidup bahagia. Sebenarnya sekarang perasaanku lebih ke cinta dan nafsu dengan kakak ku ini. Seperti perasaan antara pria dan wanita. Bukan adik dan kakak. Kalau hubungan ini legal, mungkin aku bisa bersaing dengan yang lain untuk memilikinya. Namun itu tidak mungkin. Walau terkadang setan dalam diriku sering menghasutku untuk menghamilinya saja agar mbak Intan bisa sepenuhnya menjadi milikku. Tapi setelah selesai menuntaskan nafsuku, akupun langsung tersadar dan seperti takut dengan konsekuensinya.

Kulihat sedari tadi setelah pulang, mbak Intan dikamar terus belum keluar kamar. Bahkan dia belum makan malam. Iseng-iseng aku kebelakang mengecek mbak Intan. Kulihat keadaan rumahku sudah sepi. Kukuh, bapak dan ibu sudah berada di kamar masing-masing. Aku menuju kamar mbak Intan dan kubuka pintunya perlahan, nampak mbak Intan masih tertidur pulas. Dia tidur dengan mengenakan daster panjang yang sekarang tersingkap sampai ke area sekitar perutnya. Hasratku seketika muncul. Ingin kuraba paha mulusnya yang terekspos itu.

Perlahan kudekati tempat tidurnya dan kukunci pintu kamarnya. Memang kebiasaan mbak Intan selama ini jarang sekali mengunci pintu kamarnya. Kuraba paha mulusnya perlahan. Sampai tanganku terhenti di celana dalamnya. Pelan-pelan kutarik turun agar terlepas dengan tangan kiriku. Tetapi tanganku ditahan oleh tangan mbak Intan. Ternyata dia terbangun karena aksiku.
Intan : “san… udah deh tangannya.”
Hasan : “hehehe kebangun ya mbak.”
Intan : “iya lah geli pahaku kamu elus-elus gitu daritadi masa iya gak bangun.”
Hasan : “hehe maaf mbak.”

Intan : “udah deh san...mbak lagi gak pengen.”
Hasan : “tapi aku pengen nih mbak...hehe” aku yang sudah kepalang tanggung akhirnya berbaring disebelah mbak Intan yang masih membelakangiku. Tanganku masih tetap bermain di celana dalam mbak Intan. Perlahan jari jemariku bermain di area selangkangan mbak Intan dan posisiku semakin merapat ke tubuhnya.
Intan : “saaaann… udah dong…. Mbak lagi gak pengen….” mbak Intan mulai merajuk. Tapi tetap tak kuhiraukan, vaginanya membasah dan jari jemariku terus mempermainkan clitorisnya.

Mulutnya mengatakan kalau tak mau, tetapi reaksi tubuhnya berbeda. Aku yakin mbak Intan mulai terangsang karena vaginanya sudah becek.
Intan : “saaan…. Udah dong…. Saaannnn...”
Aku yang sudah bernafsu mulai menciumi rambutnya dan tangan kanan ku bergerak diantara lehernya. Lalu dengan cepat kubungkam mulutnya sambil kupercepat gesekan jariku di clitorisnya.
Intan : “nnnngggghhhh….nnnnggggghhhh….nnnnngggghhhh….”
Mbak Intan hanya bisa mengerang dan berusaha melepaskan tangan kiriku yang sedang mengocok vaginanya. Namun tenagaku jauh lebih kuat.
Intan : “nnnnggggggaaaaaaahhhhh……...” Sampai akhirnya mbak Intan melenguh panjang dan mengejan. Jari ku pun basah oleh semburan cairannya.

Seperti tak menyia-nyiakan kesempatan, disaat mbak Intan masih mengejan menikmati orgasmenya, kubalik badannya kearahku dan kucium dengan penuh nafsu. Dia nampak masih memejamkan mata sambil mulai membalas ciumanku yang awalnya hanya membukakan mulutnya saja memberikan jalan agar lidahku bermain di dalam. Sebelum mbak Intan kembali sadar, kuserang terus titik rangsangnya tanpa ampun. Meski mbak Intan sedang orgasme, tetap saja ku colok vaginanya dengan jari-jariku. Matanya terpejam dan keringat mulai bercucuran.
Intan : “nnnnngggggaaahhhhh….sannnn…...ngggghhhh….”

Dengan cepat kutarik lepas celana dalamnya saat dia masih menikmati orgasmenya. Tanganku penuh berlumuran lendir cintanya. Mbak Intan terlentang sambil mencengkram kasurnya. Aku juga segera melepas celanaku dan menindihnya sambil memposisikan penisku dikemaluannya. Kembali kubekap mulutnya dan dengan 1 hentakan ku tusukkan penisku kedalam vaginanya yang sudah basah ini.
Intan : “nnngggaahhhhh…..mmmmpppffff...mmmmmhhhhhh...” langsung saja ku genjot dengan kecepatan tinggi sampai agak berderit ranjangnya. Aku yang sudah kesetanan seperti tak memikirkan kalau bisa-bisa bapak dan ibu dengar meski jarak kamar agak jauh.

Intan : “nnnggghhhh….nngggghhhh...ngggghhhh...” hanya suara itu yang bisa dikeluarkan olehnya karena mulutnya kubekap erat. Mbak intan hanya melenguh-lenguh keenakan dan beberapa kali sudah orgasme. Sampai akhirnya 10 menit kemudian aku sudah tak tahan lagi. Kulepas bekapan tanganku dimulutnya dan kucabut penisku lalu kuarahkan ke mukanya.
Intan : “mmmaaahh...san…san….”crot crot crooot… ku semburkan spermaku di wajahnya. Sampai akhirnya aku ambruk disamping mbak Intan setelah puas menyemburkan benihku dimukanya. Mbak Intan pun masih ngos-ngosan ku “hajar” dengan penisku barusan.

Beberapa saat kemudian dia punya tenaga untuk mencubit pinggangku.
Intan : “duh san san...nakal amat kamu ini. Sana ambilin mbak tissue. Belepotan semua wajah mbak gara-gara kamu.” tapi bukannya menggunakan tissue, mbak Intan malah membersihkan sisa sperma ku dengan jarinya lalu dijilatinya sampai bersih sambil duduk ditepian kasur. Kemudian baru mengelap mukanya dengan tissue tadi.
Intan : “kenapa ngeliatin sampe gitu amat san?” aku terpesona akan aksinya barusan sampai penisku perlahan tegang lagi.

Hasan : “hehe gak apa mbak”
Intan : “tumben kamu gak tembak dalam malah bikin kotor wajah mbak aja.”
Hasan : “hehe pengen aja sih mbak.”
Intan : “kamu nih iseng amat san. Mbak lagi gak pengen malah dipaksa.”
Hasan : “tapi enak kan mbak.”
Intan : “halah. Yang keenakan juga kamu san.”
Hasan : “gak usah bohong deh mbak gak mau ngaku hehe”
Intan : “iya iya… gimana gak keenakan coba, kamu nyerang titik lemahnya mbak. Cd ku mana san tadi kamu lempar?”

Hasan : “ini mbak...” aku memberikan cd nya yang kulempar ke bawah kasur td.
Intan : “yah… basah ternyata… sini san… burungmu masih tegang tuh, mbak emutin dulu.” aku pun mendekat ke kasur dan mbak Intan mulai mengulum penisku. Malam ini kami kembali “bermain” beberapa kali sebelum kami tertidur bersama dan aku baru pindah ke kamarku sebelum subuh agar tak ketahuan bapak dan ibu.
Ajiiiibbb suhuu
 
Seperti biasa suhu, kalau ada saran dan kritik bisa drop di komen atau di pm juga boleh.
Saran ny sih sementara mungkin bisa lebih panjang lagi & pict ny di tiap page
Mungkin itu dulu huu
Sorry kalo kurang berkenan
 
Saran ny sih sementara mungkin bisa lebih panjang lagi & pict ny di tiap page
Mungkin itu dulu huu
Sorry kalo kurang berkenan
siap suhu. agak kesusahan cari modelnya sih.
dulu yg partnya Rency gw kasih tiap cerita cuma kena PK lapor ke modelnya.
padahal cuma mulustrasi doang. bukan org sebenarnya.hahaha
sama ini yg Intan sekarang yg gw jadiin model mulustrasi jadi kurusan.
bikin jadi agak kurang sama dengan aslinya.
enaknya gimana ya?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd