Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Tigapuluh Satu


Tak terasa sudah satu bulan berlalu sekarang.

Rambut ansel terlihat sudah panjang hampir sebahunya, memang awal dia disini, tak pernah merapihkan rambutnya.

Apa lagi di tambah brewok tipis yang mulai tumbuh di wajahnya,

“blataaakkk” suara kayu terbelah. dengan sekuat tenaga ansel membelah kayu. sudah satu minggu ia melakukannya, itu semua karena demi anggit dan nessa.

“tinggal dua hari lagi harus ada hasil”

“braakk” kayu terakhir terbelah,

“udah jadi kayunya?” tanya nessa yang ke kebun membawa singkong, di bantu anggit.

“udah, kita bikin seratus kantong dulu yah, “

“siapp pak bosss” jawab anggit ketawa, di susul nessa tersenyum geli mendengarnya.

Hari ini tidak mereka bertiga, tetapi cecil datang membantu. Seklaigus membawa logo untuk produk singkongnya. Jadi totalnya berempat.

“tiga putri?” tanya ansel agak bingung.

“ya lah, kan yang bantu lo, anggit, mbak nessa sama gue?”

“jadinya tiga putri kan?” jelas cecil.

“ouh iah, gue kira tiga istri”

“anseeeelllllll!” jerit mereka bertiga dengan raut wajah sama, yaitu menyipitkan matanya kearahnya.

“heheheh, bercanda, satu aja belom gimana mau tiga” celetuk lagi membuat anggit melemparkan lap basah, hal itu membuat nessa dan cecil terlihat senang melihatnya.

Tugas hari ini, ansel menggoreng, karena hanya ansel yang tau tinggkat kematang yang pas, untung membuat kerpik yang renyah,

Anggit bertugas, meniriskan singkong yang di angkat ke tempat yang lebih kering, agar minyak tak tersisa,

Sedangkan nessa dan cecil, menimbang serta membungkus singkongnya agar tak masuk angin, ansel sudah mencoba keripik singkong buatnya bisa tahan seharian penuh tak alot di tempat terbuka.

Ansel tersenyum lebar memiliki orang-orang seperti mereka bertiga, yah bisa di sebut ansel sudah menemukan yang bisa di anggap keluarga.

Malam pun tiba, dengan kekompakan mereka semua, seratus bungkus sudah dapat malam ini, dan siap di bawa ke singkawang.

“hari ini aku nginap disini ya mbak, sampai ke ikut ke singkawang” ucap cecil membawa tas cukup besar yang sudah berisi pakaian.

“haa? Kamu mau ikut juga?”

“iah dong, aku kan dukung usaha keripik singkong ini, “ senyum tulus cecil,

“kamu serius?” nessa terlihat sedikit terkejut, karena cecil tiba-tiba semakin dekat di keluarganya. tanpa menaruh curiga terhadap ansel.

“iah, aku kan cantumin nomor aku, bisa di bilang bagian pemasaran” jelasnya.

“aku juga mau bagian pemasaran” sambung anggit,

“okeh, sesampai di singkawang, kita titipin beberapa bungkus, dan kalau habis mereka akan kabarin kita”

“itu rencananya” potong ansel yang baru saja mendi,

“iaaa tau, gue juga” jawab cecil menyipitkan matanya.

***

Malam ini juga ansel tidur di luar, karena seperti biasa cecil nginap ansel berpindah tempat.

“mau kemana lo?” tanya cecil yang masuk membawa satu tas lagi.

“tidur di luar, sebelum di usir” jawab ansel membawa selimutnya.

“hahahaa, tidur aja kali, gue sama mbak nessa mau test baju, mau liat gak?” kedipan genit cecil.

“ahh semakin di usir dah, kalau pura-pura gak tau”

“lohh kok pada di depan pintu, ayoo masuk, dingin di luar” ucap mbak nessa sama anggit membawa satu teko teh hangat. Mau tak mau ansel pun masuk ke dalam.

“itu apa cecil?”

“pakaian, hehe, pakaian buat malam, “

“heee??” cecil membongkar isinya, dan benar saja, dari pakaian tidur, daster ketat, tangtop, rok, hotpants,

“hahaha, biarin ada ansel, nyamuk ini dia” ketawa cecil melirik ansel yang tidur di pojokan sambil menarik selimutnya.

“hihih, tuh kan mbak, semakin kenceng dadanya, kalau aku pakai loncat ini” suara cecil cekikikan, begitu juga anggit dan nessa, seolah benar-benar beranggapan ansel tak ada di kamar.

Tapi ansel bisa mendegar pembicaraan mereka bertiga, itu membuat penisnya berkedut, dan berusaha tidur.

“anggit nanti juga gede sendiri, apa mau aku remasin biar gede?” cecil terus mengucapkan kata-kata menggoda.

Untungnya rasa capeknya lebih dominan sekarang, matanya mulai terdengar, sampai suara mereka bertiga menjadi samar-samar.

“pacaran sama ansel?” suara yang ansel dengar sebelum matanya benar-benar terlelap. Dan mereka bertiga masih berbicara satu sama lain.

Anggit yang awalnya malu-malu kini terbuka termasuk ke cecil sekarang, k

Jam satu malam ansel terbangun, karena selimut yang ia pakai lebih tipis di banding yang cecil pakai.

“masih jam satu,” gumamnya melirik mereka bertiga terlelap dengan satu selimut yang tebal, dengan isengnya ansel menyingkap selimutnya.

Entah kenapa cecil, anggit dan nessa memakai pakaian tidur seragam, itu membuat ansel tertawa geli, membayangkan suatu saat mereka tinggal bersama dalam satu atap.

Dengan selimut yang menggulung tubuh ansel, ia memilih keluar kamar. Udara masih terasa sangat dingin, dan memilih membuat teh hangat sambil menunggu mengantuk.

“kreeekkkk” suara pintu kamar terbuka, itu terdengar oleh ansel, dari dapur ansel mengintipnya. Yang ternyata cecil yang terbangun.

“Haaaaaaa” jeritnya cukup keras saat ansel mengejutkanya dengan melempar kain lap.

“hahahahaa”

“isshh, gue kira setan, memang setan, astagaaaa,, “ gumamnya dengan nafas terengah,

“lo ngapain sih, jam segini bangun?

“nge teh, sambil tunggu ngantuk lagi” jawab ansel kembali duduk menyeruput teh hangatnya.

“lo sendiri bangun jam segini?”

“mau pipis, temenin dong, gelap banget” pintanya.

“ayolah, jahat banget jadi cowok” lanjutnya memelas,

“iah iah,” ansel langsung menyalakan lampu cemprong, kini ansel bisa menyalakan dengan mudah, tak harus meminta nessa menyalakannya.

“jangan ikut lah,masa di temanin sampai dalam” tangan cecil menahan tubuh ansel yang mau masuk ke dalam.

“siapa juga yang mau berduaan di kamar mandi, ini gue mau tempelin lampunya, biar pas lo pipis, keliatan tuh lobang” jelasnya.

“awas jangan ngintip”

“mana bisa ngintip gelap gitu, kalau di cukur pasti keliatan” ansel tertawa geli menjawabnya.

“emang udah di cukurin lagi wee..” balasnya menutup pintu, beberapa detik kemudian terdengar suara pipis cecil. Tapi memang gelap, dari luar tak keliatan apa-apa, hanya bak penampungan air yang terlihat cukup jelas.

“cil,”

“ha apa?”

“lo gak dingin keluar rumah pake baju tidur doang?” tanya ansel yang masih menutupi tubuhnya dengan selimut.

“gak tuh, gini aja gak terlalu dingin” jawabnya membuka kancing baju tidurnya, menunjukan buah dadanya yang tak memakai dalaman dan menuutupnya lagi.

“gileee, lo tidur gak pake dalaman?”

“engak, “ cecil menjulurkan lidahnya, berjalan masuk lagi ke dalam kamar.

“anggit, sama mbak cecil juga ngak pakai dalaman tadi malam, pas lo tidur hahahahaa” tawanya bersamaan dengan pintu kamar tertutup.

“ah sial, harusnya gak tidur” gumamnya menelan habis teh yang sudah tak terlalu panas.

***

Sarapan pagi tiba, kali ini agak spesial, yaitu sosis goreng dan kentang goreng. Yang buat pun bukan nessa, melainkan cecil yang masih memakai pakaian tidur. Begitu nessa dan anggit.

“issh apa sih pagi-pagi” desis anggit agak terkejut, saat ansel meremas buah dadanya.

“hehee, iseng beb, gak pakai bra yah?” bisik ansel.

“ngak, gak pakai cangcut juga “ jawab anggit menjulurkan lidahnya. Dengan cepat ansel memasukan tangannya ke dalam celana tidur anggit, dan benar anggit tak memakainya.

“tau gitu malam gue gak tidur,” ansel menarik tanganya kembali, lalu cubitan cukup keras langsung mendarat di pinggangnya,

“aaah aawh awh sakitt anggit”

“rasainn..”

“huss husss.. pacaran terus pagi-pagi, “ potong nessa membawa bungkusan keripik singkong.

“tuh ma, ngeselin pagi-pagi” jawabnya menunjuk ke arah ansel, ansel berlari kecil dan ikut membawa beberapa bungkusan yang sudah masuk kardus ke dalam mobil.

“awh” desis nessa saat ansel kembali membuktikan ucapan cecil, tanganya menepak pelan pantat nessa.

“genit yah pagi-pagi”

“ehehe cuman membuktikan ajah”

“buktiin apa?”

“buktiin kalau kamu juga gak pakai dalaman tadi malam pas tidur” ansel langsung meremas buah dadanya. Dan benar terasa.

“kamu tadu darimana?”

“anggit hehee,” satu tangannya meraba ke selangkangannya, nessa pun membiarkannya jari-jari ansel mengelus vaginanya sampai terasa basah.

“dah ah, nanti on, gimana?”

“yah main cepet” bisik ansel.

“yukk”, nessa menariknya ke dalam mobil, dengan cepat nessa menyingkap celana ansel, mengocoknya sebentar sampai berdiri, begitu juga ansel mengelus vagina nessa sambil memainkan vaginanya sampai basah.

Ansel mendudukan nessa di jok yang sudah di rebahkan sebentar, perlahan penisnya mulai masuk.

“nggghh” lenguh pelan nessa,

“uhhhh,, yaahh iah gitu ahhh aahh ansel” ansel sudah mengetahaui kesukaaan nessa, yaitu di gerakan santai tapai sampai mentok, dan juga sambil di pilin seperti ini, itu akan membuatnya cepat klimaks.

“aku mauu nggghh”

“sinniii” ansel menunda nessa klimaks, mencabut penisnya, memposisikan nessa menungging berpegangan ke jendela mobil, kaki kanan di angkat sampai dashboard mobil.

“slrruuuppss lelelelee” sebelum di masukan penis lagi, ansel memainkan vagina nessa sampai cairan bening meleleh keluar dari vaginanya.

“bblesssssshh” ansel memasukan penisnya sebatas, lalu do gerakannya hanya sebatas kepala penisnya, di lanjut setengah penisnya, dan kembali menggerakannya sebatas setengahnya.

“aauhhhhhhhhh” desah panjang nessa bersamaan dengan penis ansel yang ia hentakan sampai mentok.

“plokk plok plok plokk”

“aahhhhh aku keluarrrrrrrr”

“aku juga, boleh di dalam?” angguk nessa yang langsung klimaks, ansel terus menggenjot vaginanya, tak sampai hitungan menit,

“crrrrooootttttttt” semburan kencang langsung menyembur vaginanya.

“sex morning yah sangat cepat” desis ansel mencabut penisnya.

“maunya panjang?”

“hehe suatu saaat” kecupan hangat menyudahi olahraga pagi ini, setelah bersih ansel dan nessa keluar dari mobil bergantian.

***

Mereka berempat pun sudah rapih, tapi sebelum ke singkawang, dan sebelum berangkat mereka berempat berdoa, semoga hari ini di lancarkan.

Tepat jam satu siang, mereka berpencar, menjadi dua arah. Ansel dengan anggit, sedangkan cecil dengan nessa.

“kita ketemu di mobil kalau semua barang di titipin yah” serentak mengangguk.

Sudah dua jam berpencar, ansel dan anggit baru bekurang lima belas, sedangkan cecil dan anggit dua puluh lima.

“gimana kalau kita berpencar lagi?” ucap anggit sambil makan jagung bakar.

“gak usah, kamu disini aja sambil tawarin orang yang lewat, gue yang keliling” usapan di rambut anggit, ia pun menyetujuinya, dan langsung di jajakan ala kadarnya.

“bbrrr brrr brrrr” ponsel ansel berbunyi, ternyata itu dari indra.

“hoii ndraa ada apa?”

“ngak gue mau ketemu sama lo, mau kasih barang-barang lo yang gue juaL”

“oh ya? Masih ada?”

“iah, jam tangan doang sih, sekarang lo dimana?”

“hmmm, gue di singkawang ndra, hehe”

“haa gila, jauh banget lo nyebrang pulau”

“jadi bolang gue sekarang, dan terdampar disini,”

“kan udah gue bilang, gue mau mulai nol disini” ansel merasakan tak ada yang perlu di takuti sekarang, ia memberitahukan lokasinya sekarang. Dan ansel pikir itu tak berpengaruh banyak dalam hidupnya.

“kalau gitu minggu depan, gue kesana, okeeh, kita ketemuan disana”

“boleh,,”

“tapi gue gak lama, cuman mau kasih duit doang, “

“okeeh, ndra, thanks peduli sama gue,”

“yoii nseel, ya udah gue mau siapin semua okeh”, senyum lebar ansel, karena ia bakalan mendapat uang lagi dari jam tangannya di apartement. Dan ia teringat soal cek pembayaran jam tangan.

Tak terasa sudah jam lima, tersisa lima bungkus keripik singkong, cecil dan nessa sudah menunggu di mobil, raut wajah mereka seperti terlihat lelah. Begitu pun dengan anggit.

“loh lima lagi kemana?” tanya ansel saat anggit kembali membawa kardus kosong.

“kasih ke anak-anak yang lapar, ituu” tunjuk anggit melihat dua anak kecil yang sedang duduk menikmati keripik singkongnya dengan orang tuanya yang pemulung.

“ gak apa-apa kan?” angguk ansel tersenyum senang melihat sikap anggit.

“yuk pulang,” usapan lembut di rambut anggit.

Dalam perjalanan mereka bertiga tertidur, mereka sudah berkerja keras hari ini. walau mobil tidak bisa di ambil hari ini, sebagai gantinya mobilnya akan di antar ke rumah bibi erna. Dan itu lebih baik, karena tak harus bolak balik ke singkawang untuk mengambil mobil.

***


Pagi-paginya mereka berempat benar-benar kelelahan, jam sudah menunjukan pukul delapan pagi. Tapi mereka semua masih tertidur lelap. Sampai ansel tidur di bawah kaki mereka bertiga, dan tak sadar beberapa kali ia menerima tendangan darinya.

“aagghhhhhhh” desis ansel tiba-tiba saat sesuatu menghantam selangkangannya, dari mereka bertiga entah siapa yang menendang tepat di selangkangannya.

“anjirrrrrr,, titit guaaa..” sambil meringis menahan linu, ansel terbangun merangkak sampai akhirnya berdiri. Ansel menarik selimut yang menutupi mereka bertiga, memandang sebentar wajahnya di mulai dari anggit, nessa dan cecil.

Tatap ansel berLanjut ke pakaian yang di pakai, walau tetap sama pakaian tidur yang seragam. Dan kemungkinan besar juga mereka tak memakaia bra, ia memilih mandi sekaligus memasak air hangat untuk mereka bertiga.

“bangun bangunn bagunnnn”

“treengg treengg terenngggg” ucapnya sambil memukul-mukul panci kosong dengan kayu, itu ampuh membuat mereka bertiga terbangun menggeliatkan tubuhnya.

“ayo bangun, gak bangun gue kawinin nih satu satu” ledeknya berhasil membuat beberapa bantal langsung mengarah ke arahnya, ansel reflek langsung keluar kamar dengan tertawa geli.

“jam berapa sekarang” tanya anggit yang keluar kamar terlebih dahulu,

“jam delapan, sana mandi, udah masak air hangat”

“iah,,” dengan mata masih sayu anggit langsung bergegas mengambil aair panas yang ada di panci cukup besar. Tak lama keluar cecil dan nessa, yang seperti mereka merapihkan tempat tidur terlebih dahulu sebelum keluar.

“mandi, udah bikin air panas” ucap ansel,

“tumben perhatian” balas nessa senyum, cecil langsung mengambil handuknya menyusul anggit yang terlebih dahulu,

“aahh mbak cecilll kok masuk” teriakan anggit cukup keras. Cecil hanya tertawa dan mereka mandi berdua.

“duh enaknya mandi berdua, “ celetuk ansel mengintip dari pintu.

“yukkk” jawab nessa

“hee?”

“yuk kemana?” tanya ansel pura-pura bego.

“mandi”

“gak ah, ada cecil sama anggit”

“kalau ini boleh deh” ansel langsung ke belakang nessa dan meremas buah dadanya, benar dugaannya nessa tak memakai bra lagi.

“uhhmm sex morning?” tanyanya. Angguk ansel, nessa tersenyum pelan, ia langsug berjongkok mengluarkan penis ansel dan langsung mengulumnya sampai berdiri.

“uhmm.. ayooo” pinta nessa menungging dan berpegangan ke pinggir pintu, untuk melihat situasi,

“ouhhhhh yahhhh” lenguh panjangnya saat penis ansel masuk dengan perlahan,

“aahhm” tangan ansel membuka satu persatu kancingnya bajunya agar lebih leluasa meremas buah dadanya.

“ohhhhhh ansell,, ngghhh,,, mereka mau udahan” ucap nessa dengan nafas yang terengah,

“okee, tahan...” sambil menyodoknya, jari-jari ansel juga memainkan vaginanya, hal itu berhasil membuat nessa cepat klimaks, bersamaan dengan cecil dan anggit keluar memakai handuk saja.

“hussss,” nessa menyuruh ansel pergi.

“mama, ngapain?” tanya anggit melihat nessa sedang bertumpu di lantai posisi menunging,

“hehehe, cari kancing baju, tadi jatuh” jawabnya bangun berdiri, dan mengancingi kancing yang di buka ansel,

“itu ada kancingnya” sambung cecil,

“oh ia, mbak pikir tadi kancingnya jatuh, ehhee” cecil tersenyum dan langsung masuk kamar, begitu juga dengan anggit yang tak menaruh curiga sama sekali, berbeda dengan cecil memperhatikan gelagat yang aneh dari mbak nessa.

***

Satu minggu berlalu, bibi sudah memberi tahu kalau mobil sudah datang dengan kondisi mulus seperti baru.

Ansel, anggit dan nessa , bergegas pergi kesana, karena penasaran apa aja perubahan dari mobil buluknya kemarin,

Sesampainya dari jauh mobil berwarna putih cerah terpakir di halaman depan, hasil yang tak sia-sia, dan cukup memuaskan.

Alat-alat elektroniknya pun sudah berfungsi normal, dan ada tambahan jok panjang di belakang. Jadinya bisa satu sampai tiga orang ikut, walau tak senyaman jok depan.

“Dengan begini, bisa penuhin kebutuhan bulanan,” ucap ansel merasa puas dengan hasil pengerjaannya.

“gimana keripik singkongnya?” tanya bibi erna,

“belum bi, hehe”

“bibi? Oh senangya di panggil bibi sama kamu,” senyum lebarnya,

“hehee,,,

“sepertinya cepat atau lambat mereka harus tau, kamu masih hidup ansel” helaaan nafas panjang bibi erna.

“kenapa begitu?”

“bibi baru dapat laporan, kalau satu persatu aset papa mama kamu di ambil, itu karena kakek kamu mulai memberikannya semua warisannya ke dirinya, dan menyerahkan sepenuhnya”

“cihh....”

“dan bibi takutnya tanah ini juga akan mereka ambil secara paksa, kalau tak memberi tahu semuanya”

“tapi itu gak mudah juga, karena mereka juga punya mata-mata seperti bibi, lambat laut mereka akan tau,”

“terus?”

“itu masalahnya, ada mata-mata adiknya dari papa kamu di orang bibi, kemungkinan mereka sudah tau, kamu masih hidup dan berada disini” senyum tipis bibi erna.

“sejak kapan bi?”

“sejak suruhan adik papa kamu ke rumah ini, “

“dan pasti suruhan adik papa kamu mulai bergerak, karena tak ada kegiatan apapun selama satu minggu di rumahnya” jelas bibi erna.

“bibi juga punya mata-mata disana, dan sebaliknya” senyumnya.

“bibi takut kamu akann...” sebelum melanjutkan ucapannya, ansel dengan berani memeluknya, ia sudah menerima sepenuhnya kalau bibi erna benar-benar bibinya,

“Ansel akan baik-baik aja, “ ucapnya dengan penuh keyakinan.

“eheeemm... katanya udah saudaraaan” dehem cecil yang melihat mereka berdua, ansel dan bibi erna hanya tersipu malu, dan tak tau harus berbicara apa. Yang jelas masalah ini hanya bibi erna yang tau.


Bersambung.....


#Note, update ya hu..... selamat menikmati...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd