Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Duapuluh Lima

Ansel berdiri menatap madam erna yang masih terkapar, ia pun segera mengambil pakaiannya, karena menggangap permainan sudah selesai.

“mau kemana kamu?” suara madam erna bergema seisi ruangan.

“Udah selesai kan madam?” ucap ansel dengan percaya diri,

“Tak semudah itu, saya sendiri belum bilang kamu menang kan?” ucapnya langsung berdiri mengikat rambutnya menghampiri ansel yang depat di depan pintu.

“come on babyyy”ajaknya menarik tangan ansel kembali ke arah sofa yang tak asing baginya, sofa yang lekukannya seperti sofa kamasutra,

“main di situ?” tanya ansel.

“ya dong, disini bisa banyak gaya, dan disini penentunya,” bisiknya mengusap-usap dada bidang ansel,

“kamu takut?” ucapnya sambil mendorong ansel duduk ke sofa itu, di susul madam erna langsung menaiki tubuh ansel,

“siapa takut,, kali ini madam yang bakalan lemes” jawab ansel menarik tubuh madam sambil mencium bibirnya, tangan juga memainkan buah dada madam lembut.

Madam erna pun langsung memposisikan kepala penis ansel di vaginanya, dan perlahan menurunkan pinggulnya..

“ohhh yahhh” desis ansel meringis karena kepala penisnya terasa linu. Madam erna pun yang sekarang dominan, terus menaik turunkan tubuhnya,

Tak lama ia pun membalikan tubuhnya bersandar di tuubh ansel, dan kembali menggerakan pinggulnya, ansel berusaha membuat madam erna cepat klimaks, dengan memainkan vaginanya sambil memilin kedua putingnya bergantian.

“ouuhhh fuuuhhhhhh,,, yeaahh” hal itu membuat ansel kembali menahan klimaks ia merasakan posisi ia benar-benar nikmat,

“ohh sayannggg... aahhh nikmaattt uuhhhh!!!~~~” lenguh madam erna menggerakan pinggulnya semakin cepat..

“aaarrrhhhhhhhh” madam menghentakan pinggulnya dalam-dalam. Ia kembali klimaks,

“shit dikit lagi” gumam ansel merasakan ia hampir klimaks, tapi untungnya madam erna terlebih dahulu.

“noo nooo arrghghhhh,,”

“crrootttttttttttttttttt.. crottttt” ternyata madam mendengar gumamanya, membuat madam erna menggerakan pinggulnya lagi walau ia merasakan tubuhnya agak lemas.

“ohhh.. ohngghh” erangan ansel saat klimaks, di tambah penisnya seolah di hisap semakin dalam.

“gimana?” bisik madam mencabut penis ansel dari vaginanya, di ikuti cairan putih kental menetes.

“baru dua kali, madam udah empat kali” senyum ansel. Madam sedikit tersentak karena ansel mengocok penisnya lagi sampai kembali tegang.

“lagii?” ansel membuat madam tengkurap di ujung kuris, ansel kembali memasukan penisnya, dengan seperti ini giliran ansel yang gerak,

“shiittt,,, “ gumamnya merasakan penisnya agak lebih kendur, ia membayangkan madam erna sekarang adalah tante nessa. Hal itu berhasil membuat penis ansel kembali ekresi

“hiiiaaaaaaaa,, demi kalian berdua” gumam ansel semangat menggenjot madam erna yang meringis. Dengan sekuat tenaga ansel mencoba berbagai posisi di sofa.

Sampai akhirnya, ansel keluar tiga kali dan madam keluar tujuh kali, ansel masuk duduk lemas dengan madam masih di atasnya.

Kedutan dari vaginanya masih terasa seolah menghisap penisnya yang sudah mulai mengendur.

“saya puassss,, kamu menangg haaaa” jawab madam erna yang terkulai lemas dengan kepalanuya bertumpu di bahu ansel.

Senyum ansel lemas menggeser tubuh madam agar berbaring di sofa itu, menikmati sisa-sisa pertempuran, ansel sendiri agak sempoyongan sambil memegang penisnya yang benar-benar linu.

***​



Ansel langsung keluar kamar madam erna, tepat saat keluar pintu, ada cecil yang merapihkan pakaiannya dan langsung berlari cepar menuruni anak tangga. Cecil mengintip dari celah pintu yang terbuka.

Hari ini terlalu lelah baginya untuk memikirkan apa di lakukan cecil tadi. Ansel menuruni tangga sambil berpegangan ke pinggiran tangga.

“hadehh...kunci mobilnya di meja atas” ansel kembali ke dalam kamar mengendap-mengendap, takut membangunkaan madam erna yang terdengar sedang mendengkur dengan posisi masih di sofa.

Ansel pun turun kembali turun tangga, ia melihat cecil berdiri mengintip dari jendela kearah luar rumah

“liatin siapa mbak?” tanya ansel, membuat cecil melompat terkejut, bersamaan buah dadanya yang bergoyang dan seolah berbunyi.. boingg.. boing..

“eehhh, engggak”

“kamu belum pulang?” tanya agak kaget tak mau menatap wajahnya.

“belum mbak, ini kunci ketinggalan” mata ansel tetap terfokus buah dada cecil, yang seolah ingin melompat. Ansel bisa melihat buah dadanya hampir sama besar dengan madam erna, bedanya yang ini lebih sekal.

“umur kamu berapa?”

“dua empat mbak,”

“ohh.. seumuran kita, jangan panggil mbak, tua banget rasanya” senyumnya membuang muka mukanya sedikit.

“hehe, oke awh...” senyum ansel merasakan seolah penisnya mau bangun tapi kembali kendur saat linu kepalanya terasa.

“Okeehhh” cecil menyilangkan kedua tanganya sampai membuat buah dadanya semakin mau keluar dari tangtopnya, apa lagi di tambah tonjolan kecil.

Ansel tersenyum pelan, yang masih terpaku ke buah dadanya, itu tak membuat bernafsu sekarang, yang sekarang di pikirannya adalah pulang dan memberitahu kan hasilnya,

Ternyata pertempurannya memakan waktu yang cukup panjang. Matahari mulai tenggelam, di tambah mobilnya berjalan sangat pelan, seperti habis bensin kemarin.

Tepat jam enam sore, ansel memasuki desa, ia tak sabar ingin menemui tante nessa dan anggit.

“ansel pulanggggg” ucapnya masuk ke dalam pintu, tapi tak ada seorang pun. Ansel pun mengarah ke arah dapur, ternyata anggit lagi menyiapkan makanan.

“ansel, lo udah pulang?” tanya anggit yang tadi jongkok langsung berdiri dan berlari kearahnya. Anggit seperti sudah tak lama bertemu ansel.

“hehe ia,” jawabnya di ikuti senyum tipis. Ansel merasakan tubuhnya semakin lemas. Apa lagi kepala penis masih terasa berkedut linu.

“kalian lagi apa?”

“buat makan malam, kita rayain malam ini” potong tante nia yang memakai handuk,

“tapi ansel belum kasih tau hasilnya,”

“nanti saja kasih taunya, mau menang atau kalah. Kita rayain dengan makan malam hari ini,”

“tante sudah bikin makanan istimewa, anggit udah bantu dari tadi siang” senyumnya melewati ansel.

“gue bikin rendang daging, ayam goreng, ikan goreng, tahu, tempe sama sambel” bisiknya.

“lo gak mau tau hasilnya?” anggit menggelengkan kepalanya,

“nanti aja, sekarang mandi” senyumnya langsung mencium bibir ansel sambil menjingjitkan kakinya.

***

Ansel membasuh tubuhnya dengan air hangat yang sudah di siapkan anggit, rasanya benar-benar membuat rasa lelah hilang sedikit.

“ternyata dari kepala sampai ujung kaki ikutan capek” gumamnya ketawa geli, karena ia baru merasakan kali ini mengahadapi wanita bisa klimaks tiga kali dalam satu kali main.

Makanan sudah berjajar rapih di meja, anggit dan tante nia pun keluar kamar menggunakan baju tidur seperti biasanya,

“kamu di tengah,” pinta tante nessa, ansel pun menyetujuinya,

“ansel kasih tau sekarang?” tanyanya pas anggit menyendok nasi ke piring ansel.

“hmm, boleh, apapun hasilnya, itu udah terjadi, setidaknya perayaan kecil buat kamu” senyum tante nessa. Ansel tak jadi memberi tahunya sekarang, memilih setelah makan malam.

Sikap tante nessa dan anggit, seolah mengatakan ansel kalah, dan makan malam untuk mengobati rasa kekecewaan karena kalah.

“kamu boleh kasih tau sekarang “ bersamaan anggit dan tante nessa memegang tangan ansel.

“nggh haaaaaaa” beberapa kali tarikan nafasnya, sebelum memberitahunya.

“anseell............”

“ansell....”

“ansel menang,,” senyumnya lebar, sontak tante nia dan anggit terkejut sambil saling tatap.

“seriuss?” tanyanya lagi tak percaya.

“iah, ronde satu, ansel satu madam erna tiga”

“terus ansel kira udah berakhir, madam erna masih bisa mau lagi, sampai akhirnya ansel tiga kali keluar, dan madam tujuh kali, “ jelas ansel dengan hati yang berbunga-bunga.

“yeeeeeeyyyyyyy” teriak anggit memeluk ansel, bibirnya reflek mencium beberapa pipinya. Tante nessa tertawa geli melihat anggit kegirangan, ansel tiba-tiba gengam tangan tante nessa erat, dan menoleh sambil tersenyum lebar.

“ini titik awal buat kita, “ ucapnya ansel

“kita??’

“iah, tante nessa, dan anggit, gue bakal lakukan yang terbaik agar kehidupan kalian lebih dari ini” senyumnya. Mereka berdua terdiam sejenak dan kembali saling tatap. Tak lama kecupan mereka berdua lansung mendarat di pipi ansel.

Makan malam berakhir dengan kabar baik dari ansel, itu membuat dirinya sedikit salah tingkah sampai tersenyum sendirian, apa lagi merasakan dua kecupan langsung di pipinya.

***

“loh kamu di luar ternyata” suara tante nessa.

“hehe ia, masukin mobil tadi, tante juga jam segini belum tidur?”

“habis beres-beres piring, tempat masak, anggit udah tepar duluan kecapean bantu masak, tukar barang ke rumah-rumah” jelasnya.

“terus apa yang kamu lakuin setelah ini?” tanya ikut duduk di teras depan rumah.

“ehmm.. perbaikin mobil dulu, setelah rapih kita bisa, penuhi kebutuhan rumah, terus selanjutan tetangga” tiba-tiba tante nessa ketawa.

“kita?” angguk ansel.

“iah, tante nessa sekarang sama pentingnya kayak anggit”

“kamu suka, sama aku?” ucapnya pelan,

“uhm.. iah. Tante”

“hhahaha, kalau gitu, jangan panggil tante ah, mbak atau kakak” senyumnya,

“boleh?” angguknya langsung memberikan kecupan di pipinya. Ansel langsung merebahkan nessa di teras, dan melumat bibirnya sambil meemgang kedua tangannya. Tante nessa kini panggilnya nessa tak keberatan, membalas lumatan ansel.

“kedalam ah, dingin di luar” nessa mendorong ansel agark menjauh, wajahnya sedikit memerah saat menatapnya.

“aahhh, ansel” jerit kecil nessa, ansel meremas buah dadanya, yang tak memakai bra. Terasa bulat kenyal.

“loh katanya lemess,, tapi masih nakal aja” gumamnya.

“hehee, ia maaf, masih ada sisa sedikit buat remas-remas” ucapnya perlahan melepaskan remasannya, dan menyusul ke dalam kamar

Ansel terkejut saat tempat tidurnya sekarang di tengah-tengah, ia pun merebahkan tubuhnya, rasanya begitu nyaman. Apa lagi di apit dengan dua orang.

Hawa ngantuk langsung terasa, diam-diam nessa memeluknya dari samping, menempatkan bahunya di pundak ansel. Matanya semakin terasa berat sekarang.

***

Beberapa hari ini berjalan normal seperti biasanya. Anggit dan nessa melakukan hal ruinitas seperti biasanya.

“beb, mau di cukur gak?” tanya ansel pas anggit lagi merebus jagung.

“cukur? Ih rambut gue panjang banget emang?” tanyanya begitu polos.

“cukur bulu bawah beb, lebih sedap kalau botak” senyum mesum ansel, anggit hanya mengerutkan dahinya sambil melirik kanan kiri.

“emang bisa?”

“bisa dong, gampang malah, cuman pakai alat cukur kumis” jelas ansel,

“uhmm....”

“mumpung mama kamu lagi di kebon” rayu ansel memegang pundaknya.

“iah sebentar anggkat jagung dulu” Sambil menunggu anggit, ansel mengambil alat cukur kumisnya,

“cukur dimana?”

“ruang tamu aja, jaga-jaga takut mama kamu dateng, nanti pengen juga gimana” ledeknya.

“hahaha, ih biarin kalau dia mau mah, gue gak keberatan” jawabnya langsung jalan ke ruang tamu. Ansel tersenyum saat anggit bilang seperti itu.

“sekarang buka celananya,” anggitt menurutinya dan duduk di atas bangku, perlahan ansel mengunting bulu-bulunya terlebih dahulu sampai satu centi,

“ssshh aahh geli” desah anggit saat jari-jari ansel mengelus klitorisnya, selanjutnya ansel memberikan sebuah gel yang langsung di lumuri ke seluruh vaginanya, tentunya tangannya bermain—bermain terlebih dahulu di bibir vagina anggit yang masih terlihat sama seperti sebelum di sodok.

“ngghh ihh,,, kapan cukurnyaa nggh” lenguh anggit mengigit bibir bawahnya.

“hehe, lupa beb”

“isssshhh” desis anggit, ansel tertawa geli melihat ekpresi anggit, dan bersiap-siap mencukur perlahan.. pisau cukur mulai mengundulkan bulu secara perlahan, anggit menutup matanya sampai ansel mencukur bulunya bersih,

“selesai beb” anggit membuka matanya, melihat vaginanya yang mulus tanpa bulu sedikit pun, walau kulitnya gak memerah sedikit.

“nanti malam di wax, biar lama numbuh” lanjut ansel. Memainkan jempolnya di klitorinysa.

“ughggggg” anggit mendongakkan kepalanya saat ansel melanjutkannya dengan melumat vaginanya dengan leluasa..

“eheemm” suara dehem nessa membawa beberapa peralatan. Ansel pun langsung menyudahi lumatanya, begitu juga dengan anggit bersiap memakai celananya.

“lanjutin aja kali, mama gak larang kok, mama udah tau kok semuanya,” senyumnya langsung berjalan masuk ke dalam. Anggit dan ansel saling tatap.

“apaaaah, ihhh, gue tau pikiran kotor lo!!” ucap anggit sambil menunjuk-tunjuk jarinya ke arah ansel.

“ehehehe, iah iah, tanpa seizin ibu ratu gue gak akan melakukannya” jawabnya senyum lebar, tetapi dua jari masuk ke dalam vagina anggit yang sudah basah.

“aahh,, hmmm”

“udahan?”

“ummmhmm.. keluarin ajah, hehe” jawabnya berbisik sambil menoleh ke belakang. Ansel tanpa ragu langsung melumat vaginanya, lidahnya dan jarinya bermain dengan leluasa tanpa bulu sedikit pun.

“ohhhh...” kocokan ansel semakin cepat, termasuk bibirnya menghisap klitorisnya. Tak lama tubuh anggit bergetar hebar,

“haaa... haaa ihh kok gak sampe limat menit gue klimaks” protesnya.

“hehehe, efek cukur bulu” balas anssel melumat habis cairan putih yang keluar dari vagina anggit.

Makan malam kali ini ada yang berbeda, anggit dan nessa tak memakai pakaian tidur. Melainkan daster dengan belahan agar rendah. Jangan di tanya anggit terlihat tepos memakai daster seperti ini.

“kamu minta bantuan apa nanti ke madam?” tanya nessa.

“kawinin kalian berdua,” jawab ansel bercanda. Hal itu membuat mereka berdua keselek makanan sampai terbatuk,

“hahaha, bercanda, ansel mau pinjam mobil derek madam erna buat ke kota, benerin mobil yang ini, jelasnya. Nessa tersenyum lega sambil melirik kearah anggit yang agak tersipu malu.

“oh ia kita foto bertiga yuk,” ajak ansel mengambil ponselnya, angitt dan nessa tak keberatan ikut foto bertiga.

“bentar ansel kasih timer fotonya, “ ansel meletakan ponselnya di sudut meja, dengan percaya diri ansel memegang pinggang keduanya, dengan posisi ansel di tengah. Foto kedua ansel meremas buah dada anggit dan nessa, di ikut jeritan kaget mereka berdua.

“ihh bilang dong, ulang-ulang” pinta anggit, kali ini tangan ansel memegang dengan pas buah dada anggit dan nessa.

“cisss” bersamana mereka mencium pipi ansel bersamaan, diikuti ketawa mereka berdua langsung melihat hasil fotonya.

“tuh liat ma, tangannya parah, genit banget” tunjuk anggit.

“hehhe, namanya anak muda, “ jawab nessa agak malu,

“oh ia ma, mama mau di cukur juga gak kayak anggit tadi siang?” tanyanya, membuat ansel dan nessa menoleh kearahnya.

“kenapa emang??”

“anggit gak keberatan kok buat mama, itu juga kalau ansel mau” jawabnya melirik ke arah ansel,

“lo izinin emang?”

“hmm, tergantung mama, “ jawabanya bolak balik anggit,

“punya mama, punya anggit, dan sebaliknya” jawabnya dengan muka memerah,

“ahh gerah, anggit mau cari angin.”

“kalau gitu cukurnya dimana?” tanya nessa,

“hmm.. kalau anggit izinin, di sini aja, cahayanya lebih terang,”

“aku salut sama kamu, ternyata setia sama anggit,” senyum nessa.

“ansel setia sama kalian berdua kok” jawabnya mencium bibir nessa.

“isshh,.. izin nya cukur buat nyosor” protes neesa sambil tertawa geli, ansel langsung ke kamar mengambil perlatannya yang tadi siang.

Nessa pun duduk di atas bangku dan menyingkap dasternya, menunjukan celana dalam warna pink.

“ansel lepas yah” angguk nessa, bukan ansel kalau tangannya tak jahil, sebelum menurunkan celana dalam milik nessa, jari-jarinya mengelus perlahan belahan vaginanya. Nessa pun tak protes membiarkan beberapa menit sampai ansel membukanya.

“waahh, lebat.. pantes nafsunya gede” goda ansel,

“sok tau, coba aja belom” jawab ness ketawa cekikikan.

“haha, kebanyakn gitu tau “ ansel meregangkan kedua pahanya untuk mencukur pendek terlebih dahulu bulu kemaluannya. Sekelibat bibir vaginanya yang terlihat tembem.

“aahh, ih ngapain di buka-buka” omelnya pelan, saat jari-jari ansel membuka bibir vaginanya.

“hehe, sempit” ledek ansel, mengoleskan gel ke bagian bulu vaginanya yang sudah pendek.

“aaahhhh” desah pelan nessa, saat jari-jarinya mengelus vaginanya..

“uhh,, iahh,, ooohhh anseellll” lenguh panjang nessa, ketika jempolnya memainkan klitorisnya dengan cepat. Seletah cukup, ansel mencukur perlahan bulunya. Ekpresi nessa meringis seperti takut akan ke gores.

“pelan-pelan” pinta nessa.

“tenang, baru juga setengah” dan lagi ansel memainkan klitorinya, sebelum melanjutkan menuckur habis. Dan kini sudah mulus.

“nanti di wax yah, biar gak tumbuh”

“kamu ada?”

“ada, anggit juga belum di wax, berdua aja sekalian” jawabnya.

“okeh,”

“slrrruuupppppssss” bibir ansel dengan sigap langsung melumat vagina nessa yang sudah tak berbulu. Kulit yang memerahan dengan bibir vagina yang tembah dan sedikit basah. Membuat sensasi tersendiri bagi ansel.

“ouhhh,,,, nggghhh” lenguh nessa mendongakan kepalanya, tanganya mengelus pelan rambut ansel.

“udah ma cukurnya?” tanya anggit yang masuk ke dalam untuk melihatnya.

“udahhh ngghh stoop ngghh” ansel tak memperdulikannya terus melumat vaginannya.

“anggit malu liatt,” anggit tanpa malu melihat vagina gundul nessa yang sedang di hisap ansel.

“uhmm mama mulus juga, itunya tembem” lanjutnya menunjuk bibir vaginanya, yang sangat berbeda dengannya.

“ada tahi lalat juga tau, disini” tunjuk ansel memasukan jarinya, dan membuka sedikit bibir vaginanya, dan benar ada tahi lalat di bbiir vagigan nessa.

“terus kenapa?” tanya anggit.

“mitos sih suka banget di genjot” jawabnya ketawa geli.

“isshh.. emang otak lo aja yang pengen” jawab anggit kesal,

“ya udah lanjutin, anggit mau pipis” awal anggit datang, jantung nessa dan ansel berdetak keras, takut anggit marah. Tetapi sebaliknya anggit benar-benar santai seolah melakukan seperti ini sudah menjadi hal wajar hari ini.

“keluarin uhhhh tanggung jawaabb kamuu uggghhh” desah nessa, meremas buah dadanya sendiri. Ansel langsung duduk di samping nessa, dan memangkunya membelakangi tubuhnya, dengan begini kakinya bisa bertumpu di bangku satunya.

“gini yah” ansel melanjutkan memainkan jarinya d vaginanya, tangan satunya meremas buah dadanya, yang ternyata tak memakai bra,

“ohhh,, “ lenguh panjang nessa menoleh kearah ansel, dan dengan sigap ansel langsung mlumat bibirnya, hal itu di terima dengan baik nessa,.

“hihihihi” ketawa cekikikan anggit memfoto posenya ansel dan nessa seperti ini.

“anggit ih, ngapain di foto” protes nessa melepaskan lumatannya.

“bagus tau ma, kenang-kenangan” anggit memfoto beberapa kali sampai, jari-jari ansel begerak cepat keluar masuk ke vagina nessa.

“ohhhhhhhhhhhhhhhhh” lenguh panjang nessa, pertanda sudah klimaks. Dan langsung merapatkan kedua pahanya.

***

Tepat jam sepuluh malam, ansel sedang mencari wax yang ia simpan. Di dalam tasnya.

“nah ketemu” ansel berniat anggit terlebih dahulu untuk di wax,

“itu apa?” tanya anggit, yang masuk ke kamar bersamaan dengan nessa,

“wax, biar gak numbuh, yuk,” ajak ansel, anggit pun rebahan di kasur, perlahan ansel melepaskan celana dalamnya.

“slrrruuuppppssss...”

“ihh,, kok di jilatin”

“pelumas beb, hahaha” nessa di belakang ikut tertawa melihat tingkah ansel dan anggit. Dengan perlahan ansel mengoleskan cream wax di sekitar vaginanya.

“dan di tunggu sampai kering”

“berapa lama?”

“tiga puluh menit,”

“dan sekarang, kamu” ucap ansel kearah nessa.

“okeh,” jawabnya santai langsung rebahan di samping anggit, dan menyingkap dasternya, menunjukan vaginanya yang pelontos.

“srrruuuppppsssshh” ansel malukan hal yang sama ke nessa, tapi bedanya lebih lama, sebelum ansel mengoleskannya.

“dan sekarang tungguin sampai kering” ansel langsung berdiri dan keluar kamar, ia kembali mengecek nomor yang misscall dari tadi.

“siapa yah,” ansel ragu menelpon balik apa lagi sinyal disini jelek. Dan memilih duduk di terasa sambil terus memperhatikan nomor, bersamaan nomor yang tak di kenal kembali menelpon. Ansel ragu mengangkatnya.

“haloooo”

“akhirrnya di angkatttttt sama si bodaattt satuuuu!” suara yang tak asing yaitu indra.

“indraaa ini lo,, lo masih iduuup?” ucap ansel senang karena sahabatnya ini tak kenapa-kenapa.

“lo ganti nomor?”

“iahlah, gue ganti nomor setelah keatauan anak buah suaminya tante sinta,”

“dan sorry, gue bongkar semuanya, “

“gue nyesel , apa lagi liat foto lo yang gue kira beneran mati,” jelas indra.

“terus lo tau gue masih idup?”

“pas ada satu kelompok, pakaiannya kayak mafia awasin satu mall, sambil tunjukin foto cctv, di mall”

“foto gue ?”

“ngakk, cuman dari tampak samping, lagi ke arah tangga darurat sama bocah kecil” ansel tertawa mendengarnya.

“pas liat itu gue yakin itu lo, dan lo masih idup, gue cari informasi, orang-orang itu bukan dari kedua belas tante-tante itu” jelasnya,

“siapa yahh”

“entah, gue cari informasi lagi, nanti” lanjut indra

“terus lo sekarang dimana?”tanya indra

“jauh dari kota, gue ada di sebuah desa, gue udah tenang disini ndra”

“hoii,... ndraa kok dieemmm,, ndraa,, ndraaa woii bodattt”

“nutt nutt nutt” telepon terputus saat sinyal kembali tak ada

ansel menarik nafas dalam-dalam memandang langit yang terlihat cerah sekarang. Udara dingi tak sedingin biasanya. itu mungkin ansel sudah terbiasa dengan suhu di desa ini.

“ternyata di luar” suara anggit dari belakang.

“tadi ada telepon” jawab ansel bangun mendekati anggit.

“gue denger kok tadi,” senyumnya.langsung memeluk erat.

“gue sayang sama lo ansel” tatapan serius dari wajah anggit, ansel menatapnya dalam-dalam. Dan langsung melumat bibirnya, mengendongnya ke dalam.

“gue juga”

“ihh,.. lepasin waxnya dulu dong” pintanya

“oh ia, gue lupa,” perlahan ansel membuka waxnya,

“satu.. dua .. tiga” dengan cepat ansel membuka waxnya, itu membuat anggit sedikit teriak kaget karena sedikit sakit di kulitnya.

“ihh sakit tau” desisnya.

“hehehe.. sini gue ilangin sakitnya” dengan perlahan ansel melumat sekitar vagina anggit yang memerah, sebelum ia melumat vaginanya.

“gantian siniiii” anggit langsung berlutut, menyingkap celana kolor yang di pakai ansel, dan melumatnya sampai berdiri tegak. Menarik ansel sampai duduk di bangku. Anggit pun berdiri sambil menyesuaikan vaginanya.

“lo gak cemburu, gue yang lakuin ke mama lo?” tanya ansel meremas pantatnya yang mulai di tekan kebawah.

“sedikit, tapi gak masalah demi lo,”

“dan lo suka sama mama gue?” tanya anggit membuat ansel terdiam sejenak.

“jawab ajah, ngggghhh” anggit terus menekan pinggulnya sampai penis ansel masuk seluruhnya.

“iah, gue suka mama lo, “

“hihihi, okeh, tapi jangan ada lagi selain gue sama mama” anggit merangkul ansel, dan melumat bibirnya. Pinggulnya bergerak naik turun perlahan. Kedua tangan ansel pun memegang pinggulnya.

Anggit terus melakukannya sampai ia klimaks, menekan dalam-dalam pinggulnya. Penis ansel terasa mengganjal di bawah perutnya.

“lagii/”

“gak lah, mama di dalem tunggu di lepas waxnya tauuu” jawab anggit,

“hehe, iah,, lupa,,” ansel pun ke dalam rumah melepas kan wasxnya, vagina nessa benar-benar tembem, walau suasan agak remang-remang,

Dengan mengambil kesempatan ansel menggerakan jari-jarinya lagi sambil nessa menggeliang klimaks, tepat anggit masuk ke kamar.



Bersambung....


#Note,update ya hu.... terima kasihh....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd