Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Empat Belas

Hari mulai gelap, ansel sampai rumah setelah matahari tenggelam, ini di karenakan ansel nyasar.

“ihh darimana aja lo, jam segini baru balik” tatapan tajam anggit.

“nyasarr gue, salah masuk jalan, bukan deketin malah jauhin” jawab ansel dengan wajah yang lelah dan lusuh.

“rasain, siapa suruh !” tatapan anggti seolah mengatakan, pasti ansel keliling buat cari janda, maka dari itu anggit terlihat kesal.

“huss, pamali sore-sore ribut,”

“makan dulu ansel, mumpung masih anget sop nya” suaranya lebih menengangkan di banding anggit yang super bawel.

“iah tante,” dari baunya sudah membuat perutnya keroncongan, ansel mencicipinya sedikit. ini pertama baginya makan sop jagung.

“uahh enak, boleh nambah?”

“husss” anggit tepak tangannya.

“enak tau,,” mamanya hanya tertawa geli melihat tingkah kedua manusia ini, yang akhirnya ansel makan tiga mangkuk sekaligus. Dan benar-benar tanpa nasi.

“mama mau mandi dulu, kamu cuci piring yah”

“iah ma,”

Perut ansel benar-benar kenyang walau tanpa nasi, ini pertama baginya makan tanpa nasi sedikit pun,

Di belakang rumah tak terlalu gelap, walau hanya pakai satu bohlam saja, tapi tetap saja bagian kamar mandi terlihat gelap.

“timba air dong” pinta anggit yang masih cuci piring

“gak mau” jawabnya melihat belakang rumah yang gelap. Dan memilih menemani anggit yang sedang cuci piring.

“isshh,, “

“remas-remas dulu” bisik ansel.

“ada mama gue” desisnya,

“masih mandi kok” ansel di belakang anggit langsung meremas buah dadanya dari belakang.

“arah sini, aja, jaga-jaga” lanjut ansel menghadapk arah pintu kamar mandi, buat jaga-jaga kalau mamanya selesia mandi. Karena tempat cuci berhadapan dengan kamar mandi.

“blteeaakk,” suara gayung jatuh di kamar mandi, membuat ansel menghentikan remasnya, dan segera menimba air buat anggit yang belum selesai mencuci piring.

“pea ih, keatuan gimana” desis anggit kesal

“yah di kawinin hahaha” tawanya cukup keras, tak lama mama angit keluar dengan melilitkan handuk.

Ansel berpapasan dengan mamanya yang barusan lewat di hadapannya, tetap saja matanya menuju kearah buah dadanya yang menonjol dari handuk.

“sana mandi, baru gue” ucap anggit selesai mencuci,

“ambil anduk dulu” ansel kembali kedalam, dan tak sengaja melihat mama anggit memakai baju tidur tanpa bra, walau remang-remang buah dadanya masih terlihat kencang dan bulat. ansel dengan sedikit berlari kembali melewati kamarnya.

Rasanya sangat aneh mandi beratapakan langit yang sudah gelap, di tambah ansel harus membiasakan diri sebelum mandi menimba air ke ember. Itu karena bak mandinya rembas.

“eleleleleeelelee” ansel kembali menggigil setelah selesai mandi. Ia belum terbiasa dengan tempat. Anggit dan mamanya seolah tak merasakan dingin mandi seperti ini

Di dalam tepatnya ruang tengah, anggit sedang asik menonton tv, walau gambarnya tak terlalu bagus. Ini satu-satu hiburan disini.

“percuma gak ada sinyal internet disini,” ansel mondar-mandir keliling rumah, termasuk di luar rumah untuk mencari sinyal. Ia memutuskan menyalakan kembali sim cardnya untuk berjaga-jaga sekalian mencari informasi.

“besok beli aja sinyal di kota” lanjut anggit, pas ansel duduk di sampingnya.

“pala lo, sinyal di beli, mana ada ceritanya” gumam gemas ansel menyubit pipinya.

“issh, sakit tau, “ bisiknya kecil bersamaan mamanya membawa buntalan seperti kasur lipat.

“oh ia, kamu tidur di dalam aja yah, dingin di bangku” ucap mamanya

“hee sempit nanti tante?”

“ngak apa-apa, cukup kok, kalau gitu tidur duluan yah” pamitnya langsung menutup pintu,

“baru jam delapan, emang udah biasa tidur jam segini?” tanya ansel penasaran.

“iah, besoknya mau ke kebon lagi, harus pagi-pagi. Tiap hari gitu kok” seyum anggit, tiba-tiba ansel kembali melumat bibirnya, tak ada penolakan dari anggit yang membalas lumatannya. Sampai anggit berpangkuan di atas ansel.

“uhhmm dah ihh” desisnya pelan, sambil melirik ke pintu kamar. Ansel membalikan tubuh anggit membelakanginya, dengan cepan jari=jarinya memainkan vagina dan buah dadanya bersamaan.

“uhhmm,, hmmm” desah tertahan anggit,

“jangan sekarangg ngghh” tolaknya menahan tangan ansel membuka celana sekaligus celana dalamnya. Tapi ansel tak memperdulikan ia berhasil membuka.

“Yakinn? Gak tahan nihh beb” bisiknya..

“ihh sssh.. Jgn berisik tapi” jawabnya membuka celana ansel sampai lutut. Beberapa menit anggit mengocok, penisnya langsung berdiri tegak.

“Slrrruuupppsssh” anggit melumatnya..

“bau pesing ihh” Gumamnya.

“hehe ia lupa habis kencing tadi, padahal dah di cuci” jawabnya menyudahi memilih ke kamar mandi membersihkan penisnya.

Ansel merada merinding melohat kebun singkong di malam hari. Ia membersihkanya di tempat cuci piring. Dan kembali ke anggit.

“ Lanjutin? “ angguk anggit menurunkan kembali celananya. Ansel berjongkok membuka lebar paha amggit dan melumatnya sampai vaginanya terasa basah.

“sini “ ansel menarik tubuh anggit ke pangkuannya, kepala penisnya langsung di selipkan di bibir vagina anggit.

“ohhhhh hmm” desahnya langsung menutup mulutnya, penis ansel masuk perlahan, sambil sesekali mereka menengok arah pintu kamar.

“enggghh” terasa sudah masuk ke dalam seluruh vaginanya.

“goyangin kalau mau cepet selesai beb” bisik ansel, lumatan kecil di bibir, dan remasan di kedua buah dadanya. Terbawa suasana, anggit pun menggerakan pinggulnya naik turun.

“nyitttnyittt nyiittttt,” tanpa sadar denyitan bangku cukup terdengar jelas, apa lagi tv sudah di matikan sama anggit.

“ouhh,,, yeahhh” racau anggit menggigit bibirnya. Gerakan pinggunya semakin cepat, antar naik turun dan maju mundur. Anggit mulai lihai melakukanya, tapi sayang ia kalah stamina dengan ansel.

“gue mau uhh aahhh,,” anggit menekan pinggulnya dalam-dalam sambil memeluk erat ansel, itu pertanda anggit sudah klimaks.

“mau apaahh ih ngapain” gumamnya saat nafasnta belum tertaur, ansel memutar tubuh anggit membelanginya, dan mengendong anggit dengan penis yang masih menancap.

“mau apaah, ih mau kemana” racaunya agak panik, ansel berjalan kearah meja makan yang tak jauh dari kamar mamanya. Disana anggit di turunkan berpegangan ke pinggiran meja,

“ngghh” penisnya masih menancam langsung ia gerakan maju mundur.

“ohh yeahhhh” racau ansel memegang bahunya, menggerakan pinggulnya dengan cepat. Anggit berusaha tak mendesah, menutup rapat mulut dengan bibirnya

“anselll,,, nggh ngghh ngghh” desahnya terlepas begitu aja, anggit tak tahan menahan desahnya saat ia kembali klimaks.

“ohhh dikit lagi,,,, “

“plokk plok plokk plokkk” bunyi benturaan antar penis dan vaginanya cukup terdengar keras,

“Ploopppp’’

“crotttttttt croottttt croottttttt” semburan spermanya membasahi punggungnya cukup banyak. Anggit langsung posisi berlutut memegang pinggiran meja, nafasnya kembali tak beraturan.

Ansel membantu membersihkan punggunya dengan kain basah, dan sesekali melumat bibirnya. Sampai anggit merapihkan pakainannya.

“tidur yuk.. ngantuk” bisik anggit masuk ke dalam kamar, yang tanpa ia sadari, pintu kamar yang tadinya tertutup rapat terbuka sedikit.

“lo di pojokan sana,” tunjuk anggit,

“terus lo?”

“sama mama gue lah disitu” tunjuk lagi ke ujung kamar, ternyata angggit dan mamanya tidur dengan kasur lipat yang sama, tak pakai springbed atau sejenisnya, walau satu kamar tapi posis mereka bersebrangan, ansel pojokan berdekatan dengan pintu kamar.

“ini selimutnya”

“selamat malam” anggit langsung merangkak ke tempat mamanya yang sudah tertidur. Ansel merasakan dorongan libidonya lebih tinggi dengan suasana seperti ini,,

Malam semakin larut, hawa dingin mulai terasa, ansel menarik selimutnya, atau bisa di bilang kain sarung tepatnya bukan selimut.dan entah sudah jam berapa.

“mata masih seger aja, efek seharian tidur ini kayaknya” gumamnya dalam hati, menatap langit-langit -langit yang langsung menghadap genteng rumah

Ingatan itu kembali di kepala ansel, ingatan yang tidurnya tak tenang malam ini. Ingatan yang dulu ia tidur di ubin dengan perut kelaparan.

***​

Ansel mulai terlelapap, ia mendengar suara selimut terangkat dan langkah seseorang melewatinya, rasa ngantuk berubah menjadi rasa penasaran.

Satu matanya di buka untuk mengintip, itu bukan anggit melainkan mamanya yang bangun dan berjalan keluar kamar.

Ansel kembali coba terlelap, tapi kali ini ansel merasakan ingin buang air kecil,

“aah gak tahan gue.. Kebelet” ansel bangun dari kasurnya. Ternyata mama anggit belum kembali ke dalam kamarnya sejak tadi.

Pintu kamar terbuka pelan, langkah pelan ansel menuju kamar mandi.

“paling males gini ke kamar mandinya jauh” untungnya di ember masih ada air, jadinya ansel gak perlu menimbanya lagi.

Jujur melihat sumur malam-malam membuat bulu kuduk merinding, apa lagi belakang rumah anggit banyak pohon kelapa sebagai batas tanahnya.

“Ahhh ngghh~” suara desahan tetahan bearasal dari pintu depan.

“Ggleggg” ansel menelan ludahnya sendiri, melangkah ke arah suara desahan berasal.

“Ihhhh nggh ssh yah” suara itu semakin dekat, kepala ansel mengintip dari pinggiran kayu yang membatasi ruang tengah dengan ruang depan.

Matanya langsung melotot tak berkedip saat melihat mama anggit sedang duduk di atas bangku panjang dekat jendela. Cahaya dari luar jendela membuat seluruh tubuh mama anggit terlihat dengan jelas.

Jari-jari tanganya dengan lihai memainkan vaginanya sambil meremas buah dadanya dengan baju yang tersingkap setengahnya.

“ouhhhh” lenguh panjanganya bersamaan dengan kocokan vaginanya semakin cepat. Pinggulnya pun naik keatas bersamaan dengan desah panjanganya.

“brukkk” kaki ansel menabrak kayu saat menyudahi intipannya, hal itu membuat mama anggit pun terkejut dan merapihkan pakaiannya. Ansel pun dengan berlari menuju kamar.

“brruukkkk” kepalanya menabrak pintu, yang ia pikir sudah dia buka, sambil menahan nyeri ansel kembali berbaring, menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya.

“mampuslah, bisa gawat ketauan, bisa di usir” gumamnya, tak lama terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam kamar. Ansel terus memejamkan matanya berharap tak terjadi apa-apa.

Dan benar tak ada yang terjadi, yang ada ansel tertidur pulas.

Paginya, tepat jam tujuh pagi, ansel terbangun. Tapi tak ada orang di kamar, ia berjalan keluar kamar untuk melihat anggit ada dimana.

“bukan mimpi bearti tadi” terlintas kembal teringat kejadian tadi malam.

“baru bangun ansel?” tanya mama angit yang sudah rapih lengkap memakai celana jeasn, kaos dan apron yang biasa orang pakai ke kebun.

“iiaah tante, hehe.” Pandangan ansel ke arah bongkahan pantat mamanya, yang terlihat besar karena celana jeansnya terhitung ketat.

“ya udah, mandi sana, tante mau ke kebun lagi” ucapnya dengan senyum, yang biasanya tak ansel lihat. Mamanya mengarah ke belakang rumah, disana ada jalan menuju kearah kebun lainnya.

“ngapain lo liatin mama gue?” ucap anggit tiba-tiba di sampingnya.

“gede pantatnya” decak kagum ansel saat pinggulnya naik turun.

“ARGHhhh,, sakitttt” anggit menginjak kakinya dengan tumit sambil jalan ke dapur.

“rasain, genit jadi orang” gumamnya yang ternyata ikut ke arah mamanya ke kebun, ansel pun memilih mandi, dan kembali menimba.

***​

“kamu udah kenal lama sama ansel?” tanya mamanya yang lagi kumpulin ranting-ranting pohon. Begitu pun anggit membantunya.

“uhm hehe, tapi dia gak macem-macem kok,” jawab anggit mengikat ranting dan kayu yang sudah ia kumpulakn.

“bukan itu, masalah kalau teman kamu tinggal lama, harus laporan dulu, gak enak sama tetangga juga kan?”

“iah sih, nanti anggit laporan ke madam erna, tapi untuk sementara aman kan?” angguk mamanya melanjutkan mengumpulkan kayu dan ranting buat persedian nanti.

“jangan banyak-banyak atuh, gak kuat ”

“kuat kok mah,” anggit berusaha mengangkat tapi tak terangkat.

“iketin aja dulu yang lainnya, ini mama bawa duluan” pintanya, dengan mudah mengangkat kayu bakar di pundaknya ke arah dapur. Langkah terhenti ke arah kamar mandi, disana ansel sedang mandi. Mamanya mengintip sejenak dari sela-sela kayu.

“wow” gumamnya melihat ukuran penis ansel yang sedang ia sabunin. Mamanya pun kembali ke kebun, mengambil sisanya yang cukup banyak.

“haaa, haaa, beratttt” gumam anggit membawa kumpulan kayu bakar di bahunya, walau tak sebanyak mamanya.

“sini gue bantuin” ucap ansel yang baru selesai mandi, tapi hanya memakai handuk.

“lo ngumpulin ini?” angguknya

“ugghh” rasaya cukup berat saat ansel anggkat. Apa lagi di masih memakai handuk agak ribet untuk melangkah lebar.

“di taro mana?”

“pojokan sana” tunjukannya ke kumpulan kayu yang sudah berjajar rapih. Ansel sempat terdiam karena kayu bakar yang sudah di kumpulkan cukup banyak,

“capek yah?” bisik ansel tiba-tiba memelu anggit saat mau kembali ke kebun belakangnya.

“ih capek lah, bantuin dong, “ rengengknya menatap wajah ansel dengan tatapan manja.

“okey, habis ini yah” bisiknya memasukan tanganya ke bajunya, meremas dan memilin putingnya.

“ihh, nafsuan banget ih” gumam anggit membiarkan tanganya bermain di buah dadanya, matanya meliri ke kiri kekanan takut mamanya datang dan mempergokinya. Dan benar saja dari kejauhan mamanya datang membawa kayu bakar, ansel langsung berlari ke kamar, anggit langsung kembali ke kebun belakang.

“butuh bantuan tante?” tawar ansel yang sudah rapih memkaaki kaos dan celana kolor.

“boleh, angkatin lagi yang itu kesana” pintanya membuka apronnya, terlihat dengan jelas keringat membasahi piunggungnya dan sekitar buah dadanya, sampai tercetak bra yang ia pakai.

“aarrgghhh” ansel berusaha mengangkat sekuat tenaga, tapi ikatan kayu bakar yang mama anggit bawa benar-benar berat.

“kuat gak?”

“kuat kok aahhh”

“hahha, bilang dong, kalau gak kuat” sambungnya membantu mengangkat nya bersamaan. Ansel hanya tersipu malu, karena tenaganya ternyata lebih besar mama anggit di banding dirinya.

“itu di samping rumah gudang ya tante?” tanya ansel di sela-sela meyusun kayu bakar yang tersisa.

“iah, gudang, “

“dan sekarang terakhir,” ucapnya.

“ke paling atas?”

“iah, susunan paling atas, nanti di lempar bersamaan yah” pintanya, ansel mengangguk paham.

“satu... dua.. tiga..” bersamaan ansel dan mamanya mengangkat kayu bakar yang tak terlalu berat tapi panjang dari biasanya.

“lempar yah” pintanya sudah ancang-ancang kedau tanganya memegang ujungnya. Ansel melihat buah dadanya yang begitu bulat tercetak dari kaosnya.

“hei, ayoo, lempar, kamu liatin apa?” tanya mamanya membuat ansel membuyarkan pandangan ke arah buah dadanya, mamanya hanya tersenyum melihat sikap ansel.

“yeahh, aelesai” gumam ansel, merasakan tangannya sangat pegal, padahal menyusun kayu bakarnya berdua dengan mamanya.

“yeahh hebatt,,” tepuk tangan anggit ternyata melihatnya,

“pala lo hebat, pegel tau, harusnya lo tuh” gumam ansel.

“yeee.. gue kan pendek, mana bisa susun ke atas gitu, lagian mama gak biasanya nyusun tinggi gitu” ucap anggit memijit tangannya. Padahal yang pegal itu pundaknya.

“nih singkong bakar buat sarapan”

“makasih,” dengan cukup lahap ansel memakannya, ia harus membiasakan diri makan singkong.

“mama lo ternyata kuat juga yah,”

“ya lah, wanita perkasa, kerjaan lelaki ia lakuin, “ senyum anggit.

“mantab tuh, jarang di obok bearti” celetuknya,

“aaah ahh sakit,, ih bercanda,, “ desis ansel menahan sakit bekas cuubitan di perutnya. Ansel langsung melumat bibirnya beberapa kali.

“anggitt, bantuin mama sini” ucapnya dari dalam, itu membuat acara lumat melumat selesai.. dari melihat mamanya, ternyata keseharian disini benar-benar butuh tenaga, di dalam hatinya juga bertanya-tanya, kenapa gak ada prianya yang mau tinggal disini.

“mobilnya parkirin samping gudang aja” pinta anggit yang kembali ke dalam.

“ada apa emang?”

“di jalanan, ganggu aja kata mama gue”

“ohh oke” ansel langsung memarkiran mobil sewaaanya di samping gudang yang tadi ia lihat. Gudangnya sama seperti rumah, terbuat dari kayu.

Ansel yang penasaran masuk ke dalam gudang yang tak terkunci, kesan pertama masuk adalah luas, tapii berdebu. Dan matanya tertuju ke sesuatu yang di tutupin.

“wah mobil, kenapa ada mobil disini, apa mamanya pernah pakai, terus gak di pakai,” ansel membuka seluruh penutup mobilnya. Yang ternyata mobil 4x4 triton.

Dari kondisinya sudah tak terawat, ke empat bannya udah kempes, kacanya juga sudah agak buram, dan berdebu. Cat mobil sudah agak kusam karenawa berwarna putih. Ansel kembali menutupnya dan kembali kedalam.

“kamau ngapain? Tanya mama anggit.

“hee.. Tante” gumamnya terkejut karena mamanya angit sudah ada di depan pintu.

“oh..anuu. Penasaran liat itu, “ tunjuk ansel kearah mobil.

“ohh.. Liat mobil?”

“iah.. Hehe. Dikirain apa isinya, ternyata mobil “ jawab ansel begitu canggung berbicara bertatapan dengan wajahnya. Teringat kembali kejadian tadi malam. Hal itu membuat penisnya mulai bangun.

“oh ia, ansel tunggu” ucapnya pas ansel mau pergi dari gudang, persaan campur aduk, apa mungkin mama anggit mau bahas tadi malam. Ansel benar-benar tak mau mengodanya seperti tante lainnya. Ini karena ia bersusaha sebaik mungkin ke anggit,

“ia tante?”

“bisa ambilin galah di sana?” tunjuknya ke bambu panjang di atas kiri gudang,

“oke,” tak terlalu sulit buat ansel, karena hanya menjinjitkan kakinya ujung galahnya bisa ia ambil.

“ ok terima kasih” mamanya anggit langsung membawa galah ke samping kanan rumahnya, pohon mangga sudah ada yang berbuah, dari kejauhan ansel memperhatikan mamanya yang mendorong, menarik galah yang cukup berat.

“di kota mah mana ada bisa kayak gitu” gumamnya kagum

“tapi gak tega juga sendirian,”

“tante, ansel bantuin,” pintanya

“emang kamu bisa?”

“enggak, tante aja ajarin ya?” ucap ansel, angguk mamanya dengan keringat yang menetes.

“bukan begitu cara pegangnya” mama anggit langsung memegang kedua tangan ansel, memposisikannya dengan benar.

“sekarang angkat, terus sodok, begini” tunjuk bersamaan,

“udah dapat buahnya, terus puter sampai copot”

“nahh dapat, turunin pelan-pelan” ansel meringis merasakan pegal menahan bambu yang semakin berat karena dua buah mangga sekali gus.

“gimana?”

“pegel tante hehe”

“ya udah, sana masuk lagi, udah cukup, kok segini” senyumnya menunjuk hampir sepuluh buah mangga yang sudah ada di baskom.

“Pepaya gantung” gumam ansel saat mama anggit menunduk merapihkan mangga yang sudah terkumpul.

Sesekali ansel menoleh ke arah pohon mangga, saat mama anggit melihat kearahnya,

“Nah sekarang kamu angkat ini bawa ke belakang” pinta mama anggit mengangkat satu baskom.

“okeh” ansel langsung memegangnya

“heiii.. Bukan .. “ jerit mama anggit saat ansel tangan ansel kelewatan pegang dan menyentuh sebagian buah dadanya.

“Hehe maaf tante.. Dempet soalnya gak liat” jawab ansel langsung membawa ke dalam rumah dengan langkah cepat.



Bersambung....


#Note, update dikit ya hu,... terima kasih...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd