kawakawa600ml
Suka Semprot
- Daftar
- 21 Dec 2022
- Post
- 13
- Like diterima
- 29
Perkenalkan namaku Bara, pemuda 28 tahun yang tinggal di ibukota Jawa Tengah. Cerita ini adalah kisahku sewaktu masa kuliah dulu. Sengaja nama tokoh disamarkan demi kenyamanan semua pihak.
Sayup-sayup terdengar suara pertempuran dari salah satu kamar kost di sekitaran komplek kampus yang cukup terkenal di kota lumpia saat aku sampai di salah satu kost elit yang di huni oleh salah satu shabatku, Octa, yang merupakan teman kampusku. Kami dipertemukan di depan ruang dosen saat kami masih sama-sama di semester dua, kami memiliki kesamaan yaitu mulut kami yang sampah dan selengean. Sejak pertemuan sampai sekarang kami menjadi sahabat. Kembali ke cerita,
Dari suara yang terdengar, bisa dipastikan kalau dua insan di dalamnya sedang berpacu mengejar klimaks masing-masing.
Anjir, bakal telat lagi nih kayaknya.
Bara: “Woy masih lama ngga anjeng?! Sejam lagi kelas ini. Gua ngga mau kita kena omel lagi gara-gara nungguin elo yang lagi ngentot!”
Octa: “bhenn.. tarr, bhaarrrr.. Ohhhh... iyaahhh ahhhh gituuhhh ken.. cenginhh ahhh lagii.. cepetinn... ahhhhh”
Bara: “Ngga mau tau, lebih dari 15 menit gua tinggal bodo amat. Lo mandinya lama perek!”
Octa: “iyyaahhh... oohhh aahhh bawel amat siii ooohhh....”
Yang kemudian disusul dengan suara keciplak lebih keras menandakan semakin kencangnya alat kelamin mereka sedang diadu di dalam sana. Sebenarnya bisa saja aku langsung masuk karena aku dan Putri juga punya akses untuk masuk ke kamar Octa, juga Octa yang hampir tidak pernah mengunci kamar kostnya, tapi males ah. Aku lebih memilih menunggu di depan kamarnya sambil merokok dan memainkan ponsel seraya berharap mereka segera selesai dengan urusan perlendirannya. Situasi seperti ini sudah biasa di kost ini. Di sini penghuni kost bebas melakukan apapun, maklum kost elit.
Hampir sepuluh menit aku menunggu dan suara yang dihasilkan mereka semakin gaduh,
“OOOOHHHHH AKU NYAMPEEE...”
“AKU JUGHAAAA HHHMMMMM...”
“Akhirnya beres juga..” kataku dalam hati.
“Bentar, gua mandi dulu” kata Octa dari dalam.
10 menit berlalu Octa keluar dari kamar dan disusul dengan cowok yang baru selesai menggenjotnya. Kutaksir sekitar umur 30 lebih sedikit.
“Aku pulang dulu, makasi yah” kata cowok itu sambil mencium pipi kanan dan kiri Octa.
“Duluan, Bro” lanjutnya ke arahku, yang hanya ku jawab dengan jempol.
Octa memang cantik, juga tingkahnya pandai memikat hati pria, makanya aku tidak heran dia bisa hidup dengan gaya yang cukup elit padahal kami sama-sama tahu bahwa dia juga mahasiswa dari keluarga biasa saja, sama sepertiku.
Octa: “Yok berangkat!” katanya sambil menarik tanganku yang kemudian aku tepis
Bara: “Singkirin tangan kotor lu yang bau kontol itu mamang-mamang itu”. Kataku sambil berlalu mendahului Octa ke arah motor dan mulai menyalakannya
Octa: “Eh anak anj***, gaya banget lo ngga mau kepegang ama gue!” katanya sambil lari ke arahku, Octa naik ke jok dan justru malah menempelkan telapak tangannya di pipiku.
Bara: “Anj***, lo ngapain si. Gua ceburin nih motor ke got”. Octa pun tertawa dan menghentikan aksinya, dan tak lama kami sampai di kampus. Kost Octa memang tidak jauh dari tempat kami kuliah. Sesampainya di kampus, kami sudah ditunggu oleh Putri, salah satu cewek dengan fans cowok terbanyak di kampus kami, maklum dia DJ, modis, chindo pula. Yang juga merupakan sahabat kami.
Putri: “Oh sekarang lo mulai pilih kasih nih, maunya jemput Octa doang, Gua jadi bawa mobil kan anj*** .. Lagi lo perek, bukannya minta anter gadun lo!”
Octa: “Bacot lo orang tua!” setelah itu mereka tertawa.
Ya, memang seperti itulah kami, tiga mahasiswa tolol dengan mulut sampah. Lalu kami berjalan menuju kelas di lantai tiga, dan bisa dipastikan saat kami di kelas pasti posisi duduk kami barengan. Baru kami duduk dosen mata kuliah pagi itu masuk kelas, dosen yang terkenal cukup killer.
Bara: “Hampir aja gua telat gara-gara nungguin ni lonte ngangkang dulu”. Kataku ngadu ke Putri.
Putri: “Pantes loyo, abis lembur” jawab Putri menimpali.
Bara: “Emang nih jablay satu, ngga bisa nganggur memeknya”.
Octa: “Eh anj***, gua terakhir ngentot minggu lalu ya!”
Putri: “Mata lo minggu lalu! Hari senin lo ke kampus dianter cowok ya setan!”
Octa: “Oh iya hehehe lupa gua, abis dia ngga enak, jadinya ngga masuk itungan”
Aku yang duduk di antara mereka pun hanya bisa tertawa sambil geleng-geleng kepala mendengar perdebatan mereka. Untung posisi duduk kami di barisan paling ujung dan paling jauh dari dosen, kalau tidak mungkin sudah kena omel karena perdebatan ini, mana yang jadi bahan debat urusan lendir pula. Singkat cerita dua mata kuliah sudah berlalu, kami keluar kelas dan menuju ke tangga. Sudah menjadi kebiasaan kami merokok di sini.
Putri: “Abis ini mau ke mana?” tanya putri memulai obrolan
Bara: “Gua sih mau di sini aja, nanggung kalo balik, 3 jam lagi ada latihan futsal”.
Octa: “Lah, gua pulangnya gimana dong?”
Putri: “Lu bareng ama gua aja ntar. Bar, mending kita makan dulu yuk, laper gua. Latihannya kan masih 3 jam lagi kan?".
Bara: “Makan di mana?”
Putri: “Di gudeg **** ****** aja, gua lagi pengen gudeg barusan abis liat instagram”.
Bara: “Males ah, jauh. Panas juga, keburu sampe lapangan futsal laper lagi”.
Octa: “Mending lu order ojol sekarang terus drop di kost gua, jadi kita ngga perlu nunggu lama. Sambil kita sebat sambil nunggu tu makanan otw kost gua”.
Putri: “Tumben ni perek otaknya jalan, yaudah gua order yak”.
Octa: “Perek mata lo.”
Putri kemudian memesan tiga porsi untuk kami makan siang. Setelah merokok kami menuju kost Octa yang hanya 10 menit dari kampus. Sesampainya di depan pintu kost, aku menahan Putri untuk masuk menyusul Octa yang sudah duluan di dalam dan memberi kode yang sudah dipahami oleh Putri.
Putri: “Pokoknya gua ngga mau masuk sebelum itu sprei bau peju gadun diganti”. Aku yang mendengar itu lantas tertawa terbahak-bahak.
Octa ngedumel tapi sambil tetap memberesi sprei bekas pertempurannya. Setelah semua beres dan rapih, barulah aku dan Putri masuk, tapi Putri memang iseng, dia sengaja tidak mencopot sepatu di dalam biar ada bahan berantem, biar seru katanya, ngantuk kalo ngga rame, kurang lebih seperti itu menurutnya.
Octa: "Emang ini orang tua satu ngga ada otak, baru gue bersihin juga"
Putri: "Biar lo olahraga, biar gerak badan lo hahahaha.."
Octa: "Olahraga mulu gue"
Putri: "Itu ngewe anj***"
Octa: "Kan sama ngeluarin keringet juga"
Putri: "iya ngeluarin keringet, tapi ngga sekalian sama pejunya anj***"
Octa: "Peju mah bonus, gua kan mulitasking, sehat dapet, enak juga dapet"
Dan perdebatan mereka tidak berhenti sampai situ saja. Aku yang sudah terbiasa dengan hal seperti ini hanya membiarkan sambil mengamati mereka. Octa yang sedang membersihkan lantai dari bekas dari sepatu Putri sambil terus melayani Putri berdebat saat itu menunduk membelakangiku dan bokongnya menungging ke arahku, yang secara tidak langsung memancingku untuk sesekali curi-curi pandang ke arah bokongnya, Bisa ku pastikan Putri tidak menyadari ini karena dia tengkurep dan kepalaku rebahan di punggungnya.
Seketika timbul niat isengku untuk mengerjai Octa, di posisi itu, aku menyentuh bokong padatnya, berpura-pura mengarahkan Octa tentang spot mana saja yang belum bersih.
Bara: "itu loh cuk, matamu liat masih kotor gitu" bersamaan dengan itu aku pegang bokongnya.
Octa: "Bawel anj*** iya ini gua bersihin, lo ngarahin mah ngarahin aja, tangan lo ngga usah ke mana-mana"
Bara: "Biarin tangan gua ini kenapa elo yang sewot"
Octa: "Tapi yang elo remes-remes itu pantat gua anj*** bukan pantat sapi"
Bara: "Apaan nempel doang dibilang ngeremes. Ngeremes tu kayak gini", sambil aku mulai meremas bokong padat milik Octa
Octa: "Anak anj*** malah kayak disuruh" tapi dia masih meneruskan pekerjaannya tanpa menyingkirkan tanganku dari bokongnya
Bara: "Etdah baru juga gua giniin, belom juga gua ewe" kataku mulai mencoba mengetes ombak.
Octa tidak menjawab, tapi nampaknya ia mulai terbawa suasana. Terlihat dari nafasnya yang mulai naik turun, dan gerakannya membersihkan lantai mulai melambat. Menyadari hal itu aku semakin bersemangat meremas pantatnya. Tidak lama kemudian Octa mulai mendesis, yang untungnya hal ini tidak disadari oleh Putri, aku yang dari awal hanya ingin mengerjai Octa langsung menghentikan kegiatanku dan bangkit menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar kos Octa. Octa nampak kebingungan, menoleh ke arahku namun tidak ku hiraukan dan terus saja berlalu. Pasti sebel itu anak hahahahaha rasain, batinku.
Di dalam kamar mandi aku hanya merokok, duduk di closet, sambil memainkan ponsel. Tidak lama kudengar suara mereka memanggilku namun aku kurang jelas mendengar apa yang mereka katakan, setelah itu hening, tidak ada lagi suara kehidupan di luar kamar mandi. Aku langsung keluar dan benar mereka tidak ada di kamar. Lantas ku buka ponselku dan mengirim pesan ke mereka berdua, namun yang merespon hanya Octa, mungkin karena Putri sedang menyetir. Kurang lebih isi chatnya begini,
Bara: "Lo di mana?"
Octa: "Jemput makanan, ban motor bapak ojolnya kempes, daripada nunggu kelamaan Putri keburu laper terus ngajak gua buat jemput makanannya. Lo mau nitip minum sekalian ngga?"
Bara: "Air mineral aja gue"
Octa: "Ok"
15 menit kemudian mereka kembali, terlihat Octa berlali melewatiku dan buru-buru masuk kamar mandi, kebelet katanya. Keluar dari kamar mandi ia telah mengganti pakaian dengan daster hijau muda tanpa lengan yang mempertontonkan belahan dadanya yang memang besar, lalu kamipun makan bersama. Selesai makan, kami merokok dan dilanjut dengan rebahan bareng di kasur kecil milik Octa, otomatis tubuh kami bertiga saling menempel satu sama lain. Situasi seperti ini sudah biasa sejak kami bersahabat, namun kali ini kurasakan ada yang berbeda dari Octa, sesekali entah dengan sengaja atau tidak ia menyenggol kemaluanku yang masih terbungkus celana dengan kakinya, ia juga merangkul lenganku, mendekapnya ke arah dadanya sambil seolah-olah bermain ponsel miliknya.
Aku yang merasa terpancing pun mencoba membalas apa yang Octa lakukan. Lenganku yang sedari tadi dipeluknya, secara perlahan aku geser sedikit ke atas, ke bawah, kanan, dan kiri. Aku yakin Octa merasakannya, dan terbukti, dekapan tangannya pada lenganku semakin kencang dan dapat kurasakan suhu badannya semakin hangat. Sesekali ku menoleh ke arah Putri, sekedar hendak memastikan tingkah cabul kami tidak diketahui olehnya. Seketika aku punya ide untuk memalingkan muka wajah dari Octa, lalu pura-pura tertidur untuk mengetahui apa yang akan Octa lakukan. Ku atur nafasku sehalus mungkin agar akting tidurku lebih meyakinkan. Tidak lama setelah itu, ku dengar dengkuran dari arah Putri, aku rasa ia sudah terlelap. Bisa ku rasakan dengan jelas nafas Octa tepat di telingaku, memanggil namaku lirih, mungkin ia khawatir kalau Putri tahu.
Octa: "Bar.. Bara.. Ssshhhh..." aku sangat yakin kalau Octa sekarang sudah sangat bernafsu
Tidak butuh jawaban dariku, Octa mulai mengelus lagi penisku dari luar celana. Kali ini bukan dengan betis seperti yang sebelumnya, melainkan dengan tangannya, wajahnya pun sekarang sudah menempel di leherku yang otomatis tidak terhalang apapun karena aku memalingkan wajah darinya. Mendapat perlakuan seperti itu kontolku yang sudah setengah tegang dari tadi sekarang berdiri maksimal. Octa pun menggenggamnya, tidak hanya menggenggam, sesaat kemudian ia mengocok kontolku dari luar celana. Aku yang semakin konak tidak kuasa menahan lenguhanku,
Bara: "Mmmhhhh...."
Lalu Octa seperti kaget, ia sejenak menghentikan aktivitasnya, kembali lagi aku mengatur nafas seolah-olah tidur lagi. Setelah nafasku mulai teratur Octa kembali mengocok kontolku lagi. Tiba-tiba saja Octa melepas tangan kirinya yang semula mendekap lenganku lalu membuka celanaku, kudengar ia sedikit terpekik sesaat setelah membuka celanaku, mungkin karena ia melihat kepala kontolku yang mencuat keluar dari celana dalam, itu memang sering terjadi saat kontolku dalam kondisi tegang. Octa mengelus kepala kontolku dengan tangannya yang lembut, membuatku untuk sekali lagi tidak mampu menahan lenguhanku.
Bara: "Nrrggghhhh...."
Lagi-lagi aku memilih pura-pura tertidur untuk mengetahui apa yang selanjutnya akan dia lakukan Setelah mengira aku kembali tertidur, diendusnya lagi leherku bersaman dengan tangannya yang menurunkan celana dalamku. Kontolku yang sudah tegang maksimal dikocoknya perlahan, sambil sesekali Octa mengecup telingaku dan membisikkan kalimat yang membuatku merinding jika mengingatnya,
Octa: "Bara.. Sorry ya gua perkosa elo, gua udah ngga tahan. Lagi kontol lo gede banget, pasti enak di memek gue, memek gue pasti seneng dimasukin kontol lo..."
Selesai dengan kalimat itu kembali lagi Octa mencium telingaku lalu turun, aku yang tahu kalau Octa akan mengulum kontolku pun bersiap menahan nafas. Dan benar saja, Octa mencium kepala kontolku, menjilat lubang kencingku, lalu memasukan kontolku ke dalam mulut mungilnya, lidahnya menari-nari di seluruh permukaan kontolku, membuatku hampir kelepasan bersuara, untung saja dapat kutahan. Tidak hanya menjilat, Octa menyedot dan beberapa kali ia mencoba memasukan seluruh kontolku ke mulutnya, kudengar dua kali dia hampir tersedak, lalu ia mencium lagi kepala kontolku kemudian melepasnya. Aku merasakan kasur yang bergerak, Octa mulai memposisikan memeknya untuk posisi woman on top. Dapat ku rasakan kepala kontolku menyentuh sesuatu yang basah, Octa menggesekan kepala kontolku di bibir memeknya beberapa kali sebelum akhirnya ia bergerak turun dan BLEEESSSHH seluruh kontolku ditelan memek Octa
Octa: "Oohhh gila, mentok bangethhh..."
Sejenak Octa diam agar memeknya beradaptasi dengan kontolku. Setelah dirasa cukup, Octa mulai memaju mundurkan pinggulnya perlahan. Aku sebenarnya sudah tidak tahan untuk membalas tapi tiba-tiba saja aku mendapat ide gila untuk membiarkan apa yang Octa lakukan, berharap Putri bangun dan memergoki apa yang Octa lakukan, siapa tahu aku bisa menikmati memek Putri juga.
Ku akui, biarpun sering ngentot, tapi memek Octa enak banget. Goyangannya pun bervariasi, sesekali ia memutar pinggulnya, membuat kontolku serasa dipijit oleh memeknya. Dua menit di posisi itu, kurasakan tubuh Octa bergetar, mulutnya mengerang tertahan dan tubuhnya melengkung ke belakang. Kurasakan basah di selangkangannya menandakan orgasme pertama sudah didapatnya. Setelah beristirahat sejenak dan mengatur nafas, Octa kembali menggoyangkan pinggulnya. Bukan hanya maju mundur seperti sebelumnya, namun kali ini ia bergerak naik turun, cukup cepat hingga membuat kasur semakin terguncang, mungkin karena sudah sangat bernafsu, Octa tidak sungkan lagi mendesah, biarpun pelan, cukup bisa ku dengar jelas apa yang keliar dari mulut Octa,
Octa: "Baraaa.. Aahhh gilaa kontol lo.. Aaaahh ennaakhh bangeethh.."
Sesaat setelah Octa berkata seperti itu, tiba-tiba saja terdengar Putri berteriak,
Putri: "ANJING GILA LO YA! *plaakkk*
Sepertinya Putri baru saja menampar pipi Octa.
Octa yang sudah nyaris mendapatkan orgasmenya lagi tidak menghentikan goyangannya, justru ia lebih kencang naik turun mengadu kelamin kami. Kontolku serasa seperti tersedot karena gerakannya hingga membuatku tidak tahan lagi. Aku mulai membuka mata untuk pura-pura kaget juga dengan apa yang Octa lakukan. Aku menoleh ke arah Putri dan Octa seolah-olah masih linglung dan belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi, padahal di bawah sana, kontolku sedang keenakan dipijit oleh memek Octa.
Kulihat Putri hendak berdiri, namun dicegah oleh Octa,
Octa: "Puthhh.. Oohhh... Guaahh... Ahh.. bisa jelasinnhh... Aaahhh... Tapi lo tunggu dulu hhhhh... Putthhh asli ini enakkhhhh... Aaahh Gua keluaaarrr hhhhh..."
bersamaan dengan itu tubuh Octa bergetar hebat, kurasakan memeknya menyiram kontolku, setelah itu tubuhnya ambruk ke dadaku, nafasnya terengah-engah, daster yang dipakainya basah kuyup oleh keringatnya sendiri. Putri masih memandang kami, aku pun masih dengan akting celingak-celinguk pura-pura belum sadar karena masih baru bangun tidur. Saat Octa akan melepaskan kontolku dari memeknya, aku tahan pinggulnya dengan kedua tanganku menahan agar kontolku tetap bersarang di memeknya. Ku lihat mata Putri memerah tangannya menggenggam sprei,
Putri: "Kalian ngga punya otak ya! Bisa-bisanya kalian begini, bahkan saat ada gue pun kalian tetep ngelakuin ini, ngga habis pikir gue".
Bara: "Put, gua ngga tau kenapa gini. Gua baru tau setelah bangun karena denger lo teriak"
Putri: "Kalo lo ngga tau, kenapa lo pegangin biar ngga lepas?"
Bara: "Gua cowok normal, Put. Mana mungkin di posisi yang udah kayak gini gua stop, apalagi gua belom dapet".
Putri: "Masih bisa lo mikir belom dapet di situasi kayak gini? Anj*** lo berdua".
Putri berdiri, lalu Octa memanggilnya dengan nafas yang masih terengah,
Octa: "Puth.. Lo boleh marah sama gue, tapi Bara ngga tau apa-apa, gue yang salah, Put. Gue yang ngga bisa nahan nafsu gue".
Putri duduk kembali,
Sesaat setelah Putri duduk, Octa bicara ke Putri tanpa merubah posisinya, dengan memeknya yang tersumpal oleh kontolku. Tiba-tiba saja niat isengku muncul, agak ****** memang, di situasi seperti ini masih bisa becanda. Aku sesekali sengaja menggerakan kontolku, ku goyangkan dari bawah untuk memancing Octa agar mendesah, dan berhasil. Octa yang memang nafsunya besar mulai on lagi.
Octa: "Put... Eehhh.. Baru sekali ini gua eehhh.. Ngewe aahhh... sama Bara ..Gua ngga tahan pas tadi Bara pegang-pegang pantat gue aahhh... Bar, kontol lo diem dulu anj***!" aku hanya terkekeh namun tidak kuhentikan aksiku,
Octa: "Lo tau sendiri kan, Put aaahhhh... Pantat gua sensitif bangeetthhh.. apa lagi tadi Bara ngga cuman aahhh... pegang-peganghhh.. tapi diremes juga aahhh.."
*PLAK! PLAKK!!* secara bergantian Putri menampar pipi Octa, kemudian menamparku
Putri: "LO DIEM ATAU GUA POTONG KONTOL LO BAR!"
Entah mengapa aku takluk dan menghentikan aksiku, dan Octa langsung merubah posisinya menjadi duduk, tapi tetap dengan kontolku di dalamnya, seketika suasana hening..
Kami saling memandang satu sama lain..
Cukup lama kami terdiam sampai akhirnya,
Octa: "ANJ*** BARA LO KENTUT YA?!!"
Aku pun tidak bisa menahan tawaku, Putri pun mulai tersenyum dan akhirnya tertawa, Octa masih ngedumel dengan bau kentutku namun setelah itu kami tertawa bersama.
Untung saja pantatku kentut waktu itu, kalo engga mungkin beda jalan ceritanya
Kembali ke alur,
Setelah kami selesai tertawa, Putri berkata kepadaku dan juga Octa,
Putri: "Emang lo perek ngga tau malu, sahabat sendiri diembat. Lo juga, Bar, ngeliat gue kaget marah bukannya gue yang ditahan malah nahan pantatnya Octa"
Putri mengatakan itu dengan suasana hati yang sudah tenang, karena tadi dia kaget, ketika bangun tidur mendapati dua sahabatnya ngentot di sebelahnya.
Tapi di luar dugaan, Octa tiba-tiba bilang ke Putri,
Octa: "Tapi serius deh, Put, kontolnya Bara emang enak banget, mentok gitu di dalem, lo musti cobain deh",
mendengar itu aku kepikiran dengan rencanaku sebelumnya buat mancing Putri agar aku bisa ngentot dengannya juga,
Bara: "Ngga usah, Ta. Yang ada malah Putri pingsan nanti ngelayanin gue". jawabku dengan nada yang seolah meremehkan Putri.
Pancinganku berhasil, Putri yang notabene salah satu primadona di kampus pun sepertinya tidak terima dengan perkataanku barusan, ia mendekat dan mendorong Octa hingga kontolku lepas dari memeknya,
Octa: "SANTAI ANJ***! OOOHHH..." damprat Octa yang sedikit kaget, entah karena mendadak didorong oleh Putri atau karena kontolku yang tiba-tiba terlepas dari memeknya.
Putri mendekat ke arahku, digenggamya kontolku yang setengah berdiri, aku merinding saat ia melakuannya. Sejurus kemudian Putri mulai mengocok kontolku perlahan, mata kami bertemu, cantik sekali chindo berkaca mata ini. Putri lalu mencium bibirku, cukup mesra dan cukup lama. Tiba-tiba saja kurasakan kepala kontolku hangat, kulirik Octa sedang menyedot kepala kontolku yang saat itu masih dalam genggaman Putri. Aku mulai meraba toket Putri dari luar kaosnya, tidak sebesar punya Octa, tapi pas dalam genggamanku. Mendapat perlakuan seperti itu ciuman Putri semakin liar, ia menjulurkan lidahnya dan memasukannya ke dalam mulutku. Aku merespon dengan membuka mulut, menyambut lidahnya, Putri menyedot lidahku kuat-kuat, perlakuan sama juga kudapatkan pada kontolku, di bawah sana Octa juga menyedot kontolku kuat-kuat. Aku mulai menaikkan kaos yang dipakai Putri hingga sebatas dada, putih dan mulus tanpa noda sedikit pun. Ku tekan dan pilin putingnya dari luar BH, Putri sepertinya sudah tidak tahan, ia inisiatif melepas kaos dan BHnya sendiri, sekarang aku bisa merasakan toket mungil Putri tanpa halangan apapun. Aku mulai memilin puting kanan Putri, dan toket sebelah kirinya aku remas, dan hasilnya Putri semakin belingsatan, tangannya menekan wajahku untuk semakin dalam menciuminya, mulutnya semakin ganas menyedot lidahku. Saat bersamaan kudengar suara resleting dibuka, ternyata Octa yang berusaha membuka celana jeans yang dikenakan Putri. Putri sedikit mengangkat pantatnya untuk membantu Octa, dilepasnya juga CD Putri, sekarang Octa bisa dengan jelas melihat memek Putri
Octa: "Gila, Put, memek lo bagus banget anjir.. Udah basah banget lagi.." Kata Octa sambil membelainya lembut lalu kemudian memasukkan jarinya ke memek Putri yang membuat Putri ambruk ke arahku. Melihat itu Octa semakin cepat memainkan jarinya di memek Putri, membuat Putri makin kelojotan, mengangkang dan membuka kakinya.
Putri: "Gua udah ngga tahanhh.. Gua pengen dimasukin sekarangghhh.."
Octa yang mendengar itu justru mengerjai Putri dengan membelai lembut memek dari luar dan bilang,
Octa: "Kalo pengen dimasukin ngomongnya ke Bara dong, kan yang punya kontol Bara, minta ke dia" tanpa mengentikan aktifitasnya dan melirik ke arahku
Putri: "Aaahh... Anj*** lo, Taaaa.. ahhh.. Bar... Masukinnhhh..."
Mendengar itu aku juga ingin mengerjai Putri yang kelojotan ke kanan kiri,
Bara: "Apanya, Put, yang dimasukin? Lo ngga jelas ah males gue",
Putri yang nampaknya sudah tidak tahan lalu menjawab dengan setengah berteriak,
Putri: "KONTOL LO BAR.. AHHH.. GUA UDAH NGGA TAHANN.. PLISSS BARA ENTOTIN GUEE MASUKIN KONTOL LO KE MEMEK GUEEE.."
Tanpa disuruh dua kali aku langsung bangkit dan memposisikan kontolku di depan memek Putri,
Bara: "Lo yang minta ya, Put"
Putri menahan nafas menerima kontolku. Saat perlahan ku dorong kontolku masuk membelah memek Putri, rasanya sungguh berbeda, memek Putri lebih ngegrip, ngejepit dan nyedot kontolku, sempit dan seperti melumat kontolku dari dalam. Aku rasa ini adalah memek paling enak yang pernah ku genjot.
Kini setengah kontolku sudah masuk ke dalam memek Putri
Putri: "Aaahhh.. Bara.. Pelan-pelan.. Kontol lo penuh banget di memek gua ahh.. anj***"
Bara: "Memek lo yang kesempitan, kontol gua rasanya diremes-remes gini aahh.. Enak banget, Put.. Memek lo nyedot kontol guaa.."
Sedikit ku tarik mundur kontolku lalu ku dorong lagi, perlahan sedikit demi sedikit, begitu seterusnya, hingga hampir semua batangku terbenam di memek Putri. Sebenarnya bisa saja langsung ku tancapkan semuanya, tapi aku tidak mau memulai permainan dengan kasar.
Setelah sepenuhnya kontolku terbenam, ku biarkan sejenak agar memek Putri beradaptasi dengan kontolku di dalamnya. Baru setelah ku rasa cukup, mulai ku goyangkan pinggulku secara perlahan,
Putri: "Aahh Baraa.. Kontol lo enak banget bangsathh.. Aaahhh.."
Bara: "Memek lo juga enak banget, Put.."
Putri: "Rasanya penuh, Bar.. Aaaahhh mentok bangetthh.." Putri mendesah keenakan, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan
Melihat itu aku makin bersemangat mengobok-obok memek Putri. Memek Putri yang sudah basah kuyup oleh cairan pelumasnya sendiri membantuku untuk menggenjot memek Putri dengan RPM yang lebih tinggi. Octa yang dari tadi hanya menyaksikan pergulatan kami pun mendekat. Dengan tetap menggenjot memek Putri, aku sambut tubuh Octa. Ku raih bibirnya untuk berciuman denganku sedangkan tanganku satunya meremas dan memilin toket brutal milik Octa. Perlahan Octa melepas ciuman kami dan ia mulai jongkok tepat di atas tubuh Putri yang sedang ku genjot
* PLAAAKKK* Octa menampar Putri tepat di pipi,
Octa: "ANJ*** LONTE JUGA LO YAA! TADI SOK-SOKAN MARAH KE GUA TERNYATA LO SENDIRI MALAH YANG HAUS KONTOL"
*PLAAAKKK* kembali Octa menampar Putri
Diperlakukan seperti itu, Putri semakin menjadi. Tubuhnya semakin bergetar, kelojotan ke kanan dan ke kiri.
Octa: "BUKA MULUT LO ANJ***"
*PLAAAKK * Octa kembali menampar Putri dan meludah ke mulut Putri
Octa: "CUHH!!"
Putri membuka mulut menyambut ludah Octa lalu kemudian menelannya.
Putri: "Kencenginnhh Aahhh.. Anj*** enak banget kontol lo, Bar.. Aaahhhh... "
Octa: "Oh lo suka dikasarin begini lonte?! * PLAAAKKK* iya? suka?! jawab anj***!"
* PLAAAKKK *
Octa: "Hiiyyaaaa sukaaaaa aahhhh... Guee ngga tahaannhh aahhh.. Anj*** gue keluaarhhh " tubuh Putri melengkung kemudian bergetar. Kurasakan cairan menyembur dari dalam memeknya menyirami kontolku. Aku menghentikan gerakanku membiarkan Putri mengambil nafas
Nafas Putri terengah, tubuhnya basah kuyup, matanya terpenjam. Terlihat dia sangat puas dengan orgasme yang baru saja ia dapatkan
Putri: "Bar.. enak banget.. Gue lemes.." katanya dengan suara bergetar
Aku lalu mencium bibir Putri, dan perlahan aku cabut kontolku dari memeknya.
Sekarang waktunya Octa. Langsung saja aku dekap tubuhnya,
Bara: "Lo anj***, Ta. Bisa-bisanya lo perkosa gue"
Octa: "Tapi lo suka kan?!" jawab Octa sambil mengerling genit. Kami berciuman, ku pagut bibir Octa, toketnya pun tidak lupa aku pilin dan aku remas. Octa pun membalas ciumanku juga seranganku, kontolku yang masih berdiri dikocoknya dengan lembut.
Octa: "Kontol lo gila sih, Bar. Tadi pas gue perkosa elo, gue udah dapet dua kali, barusan Putri, masih aja ni kontol ngaceng. Udah gede, panjang, tahan lama pula. Ngga nyesel gua perkosa elo".
Bara: "Daripada lo bacot mending lo makan kontol gua deh anj*** "
Tidak perlu diperintah dua kali, Octa langsung turun dan memasukkan kontolku ke mulutnya. Disedotnya seluruh batang hingga pangkal dengan penuh semangat. Bijiku disedot, tangannya mengocok kontolku. Tangan Octa naik ke dadaku, kedua putingku dipilinnya, sensasinya luar biasa hingga membuat tubuhku bergetar. Melihat hal itu, Octa mendorongku untuk rebahan. Octa naik ke atasku, memberikan servis untuk tunuh bagian atasku dengan mulutnya, putingku disedot dan dijilatnya, sedangkan puting satunya ia pilin dengan tangan kiri, dan tangan kanan Octa satunya masih asyik mengocok kontolku, seakan menemukan mainan baru dan tak mau melepasnya. Aku hanya bisa pasrah menikmati apa yang dilakukan Octa kepadaku.
Octa: "Bar.. Gua masukin sekarang yaa? Gua udah ngga tahan dari tadi ngeliat lo ngentotin Putri. Lo diem aja, biar gua yang goyang"
Octa mengangkangiku, memposisikan memeknya tepat diatas kontolku. Digenggamnya lalu digosok-gosokkan kepala kontolku di bibir memeknya dan kudengar Octa mendesis.
Octa menurunkan pinggulnya. Perlahan kontolku melesak masuk hingga setengahnya, lalu ia tarik lagi, begitu seterusnya. Octa agak tersedak saat ia membenamkan kontolku seluruhnya. Sesaat setelah mendiamkan kontolku, Octa mulai bergerak maju mundur,
Octa: "Aaahhh Baraa kontol lo enak bangettt... Kenapa ngga dari dulu lo entotin gua sihhh... aaaahhh"
Octa menggoyangkan pinggulnya maju mundur ke depan dan belakang, sesekali ia memutar pinggulnya. Aku sedikit membalas Octa dengan sedikit menggoyangkan pinggulku dari bawah. Octa yang tidak siap dengan seranganku langsung mendapatkan orgasme ke tiganya di hari itu. Tubuhnya melengkung dan ambruk ke arahku.
Octa: "Anj*** lo, Bar, gue dapet lagi.. hhhh..." Octa ambruk di dadaku.
Terdengar nafasnya ngos-ngosan. Namun khusus Octa, aku tidak memberi waktu istirahat untuknya. Ku angkat sedikit pantatnya lalu ku sodok ia dari bawah.
Octa: "Aaahhh anj*** istirahat bentar.. Gua ngga kuatt... Aaahhh.. "
Aku tidak menjawab, justru ku tarik kepalanya ke arahku, ku cium mulutnya, ku sedot dalam-dalam lidahnya. Bokong semok Octa pun beberapa kali ku tampar dengan cukup keras, bersamaan dengan itu ku goyang Octa dari bawah.
* PLAAAKKK*
* PLAAAAKKKK*
Pantat Octa memang salah satu titik sensitifnya. Mendapat serangan seperti itu, nafsu Octa langsung naik lagi, ia duduk mengangkang bertumpu pada kedua tangan di belakang tubuhnya, hasilnya luar biasa, goyangan Octa semakin menggila, naik turun dengan begitu bernafsu hingga kedua toket besarnya pun ikut berguncang naik turun. Melihat itu aku meraih keduanya, ku remas kasar dan ku pilin. Efeknya langsung terlihat, Octa mengerang dan berteriak serta gerakan naik turunnya juga semakin cepat.
Octa: "Hooohhhh Baraa... Gilaaa enak bangetthhh..."
Melihat kami seperti itu nafsu Putri bangkit lagi, ia mendekat ke arah kami dan mulai menciumi Octa. Octa pun membalas ciumannya. Aku mulai menggesek memek Putri dan mulai memasukkan jariku ke memeknya. Tidak lama berselang tubuh Octa bergetar, ia mendapat orgasmenya lagi, lalu jatuh kebelakang, kontolku pun lepas dari memeknya.
Octa: "Baraa.. hhhh.. gila kontol lo bikin gua K.O "
Ku biarkan Octa yang sudah lemas lalu ku dekap lagi Putri untuk kembali ku ajak berciuman sambil ku remas toket mungil indahnya. Tangan Putri pun dengan otomatis mengocok koncolku dengan lembut.
Sesaat kemudian Putri melepas ciumanku lalu tiduran membuka lebar kedua kakinya, tangannya masih mengocok kontolku.
Putri: "Kentang ya? Aku bantu keluarin sini". katanya lembut sekali
Bentar.. Barusan dia bilang aku? Tanyaku dalam hati. Wah jangan-jangan baper ni cewek, pikirku.
Putri menggesekkan kepala kontolku di bibir memeknya lalu membimbingnya masuk ke dalam. Perlahan ku dorong melesak masuk kontolku ke dalam memek Putri. Ku pompa dengan lembut memek Putri. Tidak butuh waktu lama untuk membuat memek Putri becek. Putri menarik kepalaku untuk kembali lagi berpagutan dengannya, bukan seperti saat aku berciuman dengan Octa, aku dan Putri berpagutan dengan lembut, sangat mesra.
Putri: "Aaahhh Baraa.. Kontol kamu enak banget sayanghhh.. "
Bara: "Memek kamu juga legit banget.. Aku suka.. "
Entah aku sendiri juga tidak tau kenapa aku merespon Putri seperti itu.
Putri: "Aku mau keluar.. Aahhh.."
Bara: "Aku jugaa... Ahhh aku keluarin di manaa ahhh "
Putri: "Di dalem aja nggapapa aaahhh.. "
Mendapat persetujuan seperti itu, aku mempercepat goyanganku, saat ku rasakan pejuhku sudah di ujung, ku tekan dalam-dalam memek Putri, yang disusul dengan ia yang mendapatkan klimaksnya lagi.
Bara: "AAKKUU KELUAARRR.. "
Putri: "Aaahhh aku jugaaa.. "
Aku ambruk di atas tubuh Putri yang disambutnya dengan pelukan, dielusnya punggungku perlahan, keringat kami bercucuran. AC di ruangan ini nampaknya belum cukup untuk menemani pergelutan kami.
Lanjutin kalo rame
Cerita selanjutnya adalah tentang yang terjadi setelah hari itu di antara kami bertiga
Sayup-sayup terdengar suara pertempuran dari salah satu kamar kost di sekitaran komplek kampus yang cukup terkenal di kota lumpia saat aku sampai di salah satu kost elit yang di huni oleh salah satu shabatku, Octa, yang merupakan teman kampusku. Kami dipertemukan di depan ruang dosen saat kami masih sama-sama di semester dua, kami memiliki kesamaan yaitu mulut kami yang sampah dan selengean. Sejak pertemuan sampai sekarang kami menjadi sahabat. Kembali ke cerita,
Dari suara yang terdengar, bisa dipastikan kalau dua insan di dalamnya sedang berpacu mengejar klimaks masing-masing.
Anjir, bakal telat lagi nih kayaknya.
Bara: “Woy masih lama ngga anjeng?! Sejam lagi kelas ini. Gua ngga mau kita kena omel lagi gara-gara nungguin elo yang lagi ngentot!”
Octa: “bhenn.. tarr, bhaarrrr.. Ohhhh... iyaahhh ahhhh gituuhhh ken.. cenginhh ahhh lagii.. cepetinn... ahhhhh”
Bara: “Ngga mau tau, lebih dari 15 menit gua tinggal bodo amat. Lo mandinya lama perek!”
Octa: “iyyaahhh... oohhh aahhh bawel amat siii ooohhh....”
Yang kemudian disusul dengan suara keciplak lebih keras menandakan semakin kencangnya alat kelamin mereka sedang diadu di dalam sana. Sebenarnya bisa saja aku langsung masuk karena aku dan Putri juga punya akses untuk masuk ke kamar Octa, juga Octa yang hampir tidak pernah mengunci kamar kostnya, tapi males ah. Aku lebih memilih menunggu di depan kamarnya sambil merokok dan memainkan ponsel seraya berharap mereka segera selesai dengan urusan perlendirannya. Situasi seperti ini sudah biasa di kost ini. Di sini penghuni kost bebas melakukan apapun, maklum kost elit.
Hampir sepuluh menit aku menunggu dan suara yang dihasilkan mereka semakin gaduh,
“OOOOHHHHH AKU NYAMPEEE...”
“AKU JUGHAAAA HHHMMMMM...”
“Akhirnya beres juga..” kataku dalam hati.
“Bentar, gua mandi dulu” kata Octa dari dalam.
10 menit berlalu Octa keluar dari kamar dan disusul dengan cowok yang baru selesai menggenjotnya. Kutaksir sekitar umur 30 lebih sedikit.
“Aku pulang dulu, makasi yah” kata cowok itu sambil mencium pipi kanan dan kiri Octa.
“Duluan, Bro” lanjutnya ke arahku, yang hanya ku jawab dengan jempol.
Octa memang cantik, juga tingkahnya pandai memikat hati pria, makanya aku tidak heran dia bisa hidup dengan gaya yang cukup elit padahal kami sama-sama tahu bahwa dia juga mahasiswa dari keluarga biasa saja, sama sepertiku.
Octa: “Yok berangkat!” katanya sambil menarik tanganku yang kemudian aku tepis
Bara: “Singkirin tangan kotor lu yang bau kontol itu mamang-mamang itu”. Kataku sambil berlalu mendahului Octa ke arah motor dan mulai menyalakannya
Octa: “Eh anak anj***, gaya banget lo ngga mau kepegang ama gue!” katanya sambil lari ke arahku, Octa naik ke jok dan justru malah menempelkan telapak tangannya di pipiku.
Bara: “Anj***, lo ngapain si. Gua ceburin nih motor ke got”. Octa pun tertawa dan menghentikan aksinya, dan tak lama kami sampai di kampus. Kost Octa memang tidak jauh dari tempat kami kuliah. Sesampainya di kampus, kami sudah ditunggu oleh Putri, salah satu cewek dengan fans cowok terbanyak di kampus kami, maklum dia DJ, modis, chindo pula. Yang juga merupakan sahabat kami.
Putri: “Oh sekarang lo mulai pilih kasih nih, maunya jemput Octa doang, Gua jadi bawa mobil kan anj*** .. Lagi lo perek, bukannya minta anter gadun lo!”
Octa: “Bacot lo orang tua!” setelah itu mereka tertawa.
Ya, memang seperti itulah kami, tiga mahasiswa tolol dengan mulut sampah. Lalu kami berjalan menuju kelas di lantai tiga, dan bisa dipastikan saat kami di kelas pasti posisi duduk kami barengan. Baru kami duduk dosen mata kuliah pagi itu masuk kelas, dosen yang terkenal cukup killer.
Bara: “Hampir aja gua telat gara-gara nungguin ni lonte ngangkang dulu”. Kataku ngadu ke Putri.
Putri: “Pantes loyo, abis lembur” jawab Putri menimpali.
Bara: “Emang nih jablay satu, ngga bisa nganggur memeknya”.
Octa: “Eh anj***, gua terakhir ngentot minggu lalu ya!”
Putri: “Mata lo minggu lalu! Hari senin lo ke kampus dianter cowok ya setan!”
Octa: “Oh iya hehehe lupa gua, abis dia ngga enak, jadinya ngga masuk itungan”
Aku yang duduk di antara mereka pun hanya bisa tertawa sambil geleng-geleng kepala mendengar perdebatan mereka. Untung posisi duduk kami di barisan paling ujung dan paling jauh dari dosen, kalau tidak mungkin sudah kena omel karena perdebatan ini, mana yang jadi bahan debat urusan lendir pula. Singkat cerita dua mata kuliah sudah berlalu, kami keluar kelas dan menuju ke tangga. Sudah menjadi kebiasaan kami merokok di sini.
Putri: “Abis ini mau ke mana?” tanya putri memulai obrolan
Bara: “Gua sih mau di sini aja, nanggung kalo balik, 3 jam lagi ada latihan futsal”.
Octa: “Lah, gua pulangnya gimana dong?”
Putri: “Lu bareng ama gua aja ntar. Bar, mending kita makan dulu yuk, laper gua. Latihannya kan masih 3 jam lagi kan?".
Bara: “Makan di mana?”
Putri: “Di gudeg **** ****** aja, gua lagi pengen gudeg barusan abis liat instagram”.
Bara: “Males ah, jauh. Panas juga, keburu sampe lapangan futsal laper lagi”.
Octa: “Mending lu order ojol sekarang terus drop di kost gua, jadi kita ngga perlu nunggu lama. Sambil kita sebat sambil nunggu tu makanan otw kost gua”.
Putri: “Tumben ni perek otaknya jalan, yaudah gua order yak”.
Octa: “Perek mata lo.”
Putri kemudian memesan tiga porsi untuk kami makan siang. Setelah merokok kami menuju kost Octa yang hanya 10 menit dari kampus. Sesampainya di depan pintu kost, aku menahan Putri untuk masuk menyusul Octa yang sudah duluan di dalam dan memberi kode yang sudah dipahami oleh Putri.
Putri: “Pokoknya gua ngga mau masuk sebelum itu sprei bau peju gadun diganti”. Aku yang mendengar itu lantas tertawa terbahak-bahak.
Octa ngedumel tapi sambil tetap memberesi sprei bekas pertempurannya. Setelah semua beres dan rapih, barulah aku dan Putri masuk, tapi Putri memang iseng, dia sengaja tidak mencopot sepatu di dalam biar ada bahan berantem, biar seru katanya, ngantuk kalo ngga rame, kurang lebih seperti itu menurutnya.
Octa: "Emang ini orang tua satu ngga ada otak, baru gue bersihin juga"
Putri: "Biar lo olahraga, biar gerak badan lo hahahaha.."
Octa: "Olahraga mulu gue"
Putri: "Itu ngewe anj***"
Octa: "Kan sama ngeluarin keringet juga"
Putri: "iya ngeluarin keringet, tapi ngga sekalian sama pejunya anj***"
Octa: "Peju mah bonus, gua kan mulitasking, sehat dapet, enak juga dapet"
Dan perdebatan mereka tidak berhenti sampai situ saja. Aku yang sudah terbiasa dengan hal seperti ini hanya membiarkan sambil mengamati mereka. Octa yang sedang membersihkan lantai dari bekas dari sepatu Putri sambil terus melayani Putri berdebat saat itu menunduk membelakangiku dan bokongnya menungging ke arahku, yang secara tidak langsung memancingku untuk sesekali curi-curi pandang ke arah bokongnya, Bisa ku pastikan Putri tidak menyadari ini karena dia tengkurep dan kepalaku rebahan di punggungnya.
Seketika timbul niat isengku untuk mengerjai Octa, di posisi itu, aku menyentuh bokong padatnya, berpura-pura mengarahkan Octa tentang spot mana saja yang belum bersih.
Bara: "itu loh cuk, matamu liat masih kotor gitu" bersamaan dengan itu aku pegang bokongnya.
Octa: "Bawel anj*** iya ini gua bersihin, lo ngarahin mah ngarahin aja, tangan lo ngga usah ke mana-mana"
Bara: "Biarin tangan gua ini kenapa elo yang sewot"
Octa: "Tapi yang elo remes-remes itu pantat gua anj*** bukan pantat sapi"
Bara: "Apaan nempel doang dibilang ngeremes. Ngeremes tu kayak gini", sambil aku mulai meremas bokong padat milik Octa
Octa: "Anak anj*** malah kayak disuruh" tapi dia masih meneruskan pekerjaannya tanpa menyingkirkan tanganku dari bokongnya
Bara: "Etdah baru juga gua giniin, belom juga gua ewe" kataku mulai mencoba mengetes ombak.
Octa tidak menjawab, tapi nampaknya ia mulai terbawa suasana. Terlihat dari nafasnya yang mulai naik turun, dan gerakannya membersihkan lantai mulai melambat. Menyadari hal itu aku semakin bersemangat meremas pantatnya. Tidak lama kemudian Octa mulai mendesis, yang untungnya hal ini tidak disadari oleh Putri, aku yang dari awal hanya ingin mengerjai Octa langsung menghentikan kegiatanku dan bangkit menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar kos Octa. Octa nampak kebingungan, menoleh ke arahku namun tidak ku hiraukan dan terus saja berlalu. Pasti sebel itu anak hahahahaha rasain, batinku.
Di dalam kamar mandi aku hanya merokok, duduk di closet, sambil memainkan ponsel. Tidak lama kudengar suara mereka memanggilku namun aku kurang jelas mendengar apa yang mereka katakan, setelah itu hening, tidak ada lagi suara kehidupan di luar kamar mandi. Aku langsung keluar dan benar mereka tidak ada di kamar. Lantas ku buka ponselku dan mengirim pesan ke mereka berdua, namun yang merespon hanya Octa, mungkin karena Putri sedang menyetir. Kurang lebih isi chatnya begini,
Bara: "Lo di mana?"
Octa: "Jemput makanan, ban motor bapak ojolnya kempes, daripada nunggu kelamaan Putri keburu laper terus ngajak gua buat jemput makanannya. Lo mau nitip minum sekalian ngga?"
Bara: "Air mineral aja gue"
Octa: "Ok"
15 menit kemudian mereka kembali, terlihat Octa berlali melewatiku dan buru-buru masuk kamar mandi, kebelet katanya. Keluar dari kamar mandi ia telah mengganti pakaian dengan daster hijau muda tanpa lengan yang mempertontonkan belahan dadanya yang memang besar, lalu kamipun makan bersama. Selesai makan, kami merokok dan dilanjut dengan rebahan bareng di kasur kecil milik Octa, otomatis tubuh kami bertiga saling menempel satu sama lain. Situasi seperti ini sudah biasa sejak kami bersahabat, namun kali ini kurasakan ada yang berbeda dari Octa, sesekali entah dengan sengaja atau tidak ia menyenggol kemaluanku yang masih terbungkus celana dengan kakinya, ia juga merangkul lenganku, mendekapnya ke arah dadanya sambil seolah-olah bermain ponsel miliknya.
Aku yang merasa terpancing pun mencoba membalas apa yang Octa lakukan. Lenganku yang sedari tadi dipeluknya, secara perlahan aku geser sedikit ke atas, ke bawah, kanan, dan kiri. Aku yakin Octa merasakannya, dan terbukti, dekapan tangannya pada lenganku semakin kencang dan dapat kurasakan suhu badannya semakin hangat. Sesekali ku menoleh ke arah Putri, sekedar hendak memastikan tingkah cabul kami tidak diketahui olehnya. Seketika aku punya ide untuk memalingkan muka wajah dari Octa, lalu pura-pura tertidur untuk mengetahui apa yang akan Octa lakukan. Ku atur nafasku sehalus mungkin agar akting tidurku lebih meyakinkan. Tidak lama setelah itu, ku dengar dengkuran dari arah Putri, aku rasa ia sudah terlelap. Bisa ku rasakan dengan jelas nafas Octa tepat di telingaku, memanggil namaku lirih, mungkin ia khawatir kalau Putri tahu.
Octa: "Bar.. Bara.. Ssshhhh..." aku sangat yakin kalau Octa sekarang sudah sangat bernafsu
Tidak butuh jawaban dariku, Octa mulai mengelus lagi penisku dari luar celana. Kali ini bukan dengan betis seperti yang sebelumnya, melainkan dengan tangannya, wajahnya pun sekarang sudah menempel di leherku yang otomatis tidak terhalang apapun karena aku memalingkan wajah darinya. Mendapat perlakuan seperti itu kontolku yang sudah setengah tegang dari tadi sekarang berdiri maksimal. Octa pun menggenggamnya, tidak hanya menggenggam, sesaat kemudian ia mengocok kontolku dari luar celana. Aku yang semakin konak tidak kuasa menahan lenguhanku,
Bara: "Mmmhhhh...."
Lalu Octa seperti kaget, ia sejenak menghentikan aktivitasnya, kembali lagi aku mengatur nafas seolah-olah tidur lagi. Setelah nafasku mulai teratur Octa kembali mengocok kontolku lagi. Tiba-tiba saja Octa melepas tangan kirinya yang semula mendekap lenganku lalu membuka celanaku, kudengar ia sedikit terpekik sesaat setelah membuka celanaku, mungkin karena ia melihat kepala kontolku yang mencuat keluar dari celana dalam, itu memang sering terjadi saat kontolku dalam kondisi tegang. Octa mengelus kepala kontolku dengan tangannya yang lembut, membuatku untuk sekali lagi tidak mampu menahan lenguhanku.
Bara: "Nrrggghhhh...."
Lagi-lagi aku memilih pura-pura tertidur untuk mengetahui apa yang selanjutnya akan dia lakukan Setelah mengira aku kembali tertidur, diendusnya lagi leherku bersaman dengan tangannya yang menurunkan celana dalamku. Kontolku yang sudah tegang maksimal dikocoknya perlahan, sambil sesekali Octa mengecup telingaku dan membisikkan kalimat yang membuatku merinding jika mengingatnya,
Octa: "Bara.. Sorry ya gua perkosa elo, gua udah ngga tahan. Lagi kontol lo gede banget, pasti enak di memek gue, memek gue pasti seneng dimasukin kontol lo..."
Selesai dengan kalimat itu kembali lagi Octa mencium telingaku lalu turun, aku yang tahu kalau Octa akan mengulum kontolku pun bersiap menahan nafas. Dan benar saja, Octa mencium kepala kontolku, menjilat lubang kencingku, lalu memasukan kontolku ke dalam mulut mungilnya, lidahnya menari-nari di seluruh permukaan kontolku, membuatku hampir kelepasan bersuara, untung saja dapat kutahan. Tidak hanya menjilat, Octa menyedot dan beberapa kali ia mencoba memasukan seluruh kontolku ke mulutnya, kudengar dua kali dia hampir tersedak, lalu ia mencium lagi kepala kontolku kemudian melepasnya. Aku merasakan kasur yang bergerak, Octa mulai memposisikan memeknya untuk posisi woman on top. Dapat ku rasakan kepala kontolku menyentuh sesuatu yang basah, Octa menggesekan kepala kontolku di bibir memeknya beberapa kali sebelum akhirnya ia bergerak turun dan BLEEESSSHH seluruh kontolku ditelan memek Octa
Octa: "Oohhh gila, mentok bangethhh..."
Sejenak Octa diam agar memeknya beradaptasi dengan kontolku. Setelah dirasa cukup, Octa mulai memaju mundurkan pinggulnya perlahan. Aku sebenarnya sudah tidak tahan untuk membalas tapi tiba-tiba saja aku mendapat ide gila untuk membiarkan apa yang Octa lakukan, berharap Putri bangun dan memergoki apa yang Octa lakukan, siapa tahu aku bisa menikmati memek Putri juga.
Ku akui, biarpun sering ngentot, tapi memek Octa enak banget. Goyangannya pun bervariasi, sesekali ia memutar pinggulnya, membuat kontolku serasa dipijit oleh memeknya. Dua menit di posisi itu, kurasakan tubuh Octa bergetar, mulutnya mengerang tertahan dan tubuhnya melengkung ke belakang. Kurasakan basah di selangkangannya menandakan orgasme pertama sudah didapatnya. Setelah beristirahat sejenak dan mengatur nafas, Octa kembali menggoyangkan pinggulnya. Bukan hanya maju mundur seperti sebelumnya, namun kali ini ia bergerak naik turun, cukup cepat hingga membuat kasur semakin terguncang, mungkin karena sudah sangat bernafsu, Octa tidak sungkan lagi mendesah, biarpun pelan, cukup bisa ku dengar jelas apa yang keliar dari mulut Octa,
Octa: "Baraaa.. Aahhh gilaa kontol lo.. Aaaahh ennaakhh bangeethh.."
Sesaat setelah Octa berkata seperti itu, tiba-tiba saja terdengar Putri berteriak,
Putri: "ANJING GILA LO YA! *plaakkk*
Sepertinya Putri baru saja menampar pipi Octa.
Octa yang sudah nyaris mendapatkan orgasmenya lagi tidak menghentikan goyangannya, justru ia lebih kencang naik turun mengadu kelamin kami. Kontolku serasa seperti tersedot karena gerakannya hingga membuatku tidak tahan lagi. Aku mulai membuka mata untuk pura-pura kaget juga dengan apa yang Octa lakukan. Aku menoleh ke arah Putri dan Octa seolah-olah masih linglung dan belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi, padahal di bawah sana, kontolku sedang keenakan dipijit oleh memek Octa.
Kulihat Putri hendak berdiri, namun dicegah oleh Octa,
Octa: "Puthhh.. Oohhh... Guaahh... Ahh.. bisa jelasinnhh... Aaahhh... Tapi lo tunggu dulu hhhhh... Putthhh asli ini enakkhhhh... Aaahh Gua keluaaarrr hhhhh..."
bersamaan dengan itu tubuh Octa bergetar hebat, kurasakan memeknya menyiram kontolku, setelah itu tubuhnya ambruk ke dadaku, nafasnya terengah-engah, daster yang dipakainya basah kuyup oleh keringatnya sendiri. Putri masih memandang kami, aku pun masih dengan akting celingak-celinguk pura-pura belum sadar karena masih baru bangun tidur. Saat Octa akan melepaskan kontolku dari memeknya, aku tahan pinggulnya dengan kedua tanganku menahan agar kontolku tetap bersarang di memeknya. Ku lihat mata Putri memerah tangannya menggenggam sprei,
Putri: "Kalian ngga punya otak ya! Bisa-bisanya kalian begini, bahkan saat ada gue pun kalian tetep ngelakuin ini, ngga habis pikir gue".
Bara: "Put, gua ngga tau kenapa gini. Gua baru tau setelah bangun karena denger lo teriak"
Putri: "Kalo lo ngga tau, kenapa lo pegangin biar ngga lepas?"
Bara: "Gua cowok normal, Put. Mana mungkin di posisi yang udah kayak gini gua stop, apalagi gua belom dapet".
Putri: "Masih bisa lo mikir belom dapet di situasi kayak gini? Anj*** lo berdua".
Putri berdiri, lalu Octa memanggilnya dengan nafas yang masih terengah,
Octa: "Puth.. Lo boleh marah sama gue, tapi Bara ngga tau apa-apa, gue yang salah, Put. Gue yang ngga bisa nahan nafsu gue".
Putri duduk kembali,
Sesaat setelah Putri duduk, Octa bicara ke Putri tanpa merubah posisinya, dengan memeknya yang tersumpal oleh kontolku. Tiba-tiba saja niat isengku muncul, agak ****** memang, di situasi seperti ini masih bisa becanda. Aku sesekali sengaja menggerakan kontolku, ku goyangkan dari bawah untuk memancing Octa agar mendesah, dan berhasil. Octa yang memang nafsunya besar mulai on lagi.
Octa: "Put... Eehhh.. Baru sekali ini gua eehhh.. Ngewe aahhh... sama Bara ..Gua ngga tahan pas tadi Bara pegang-pegang pantat gue aahhh... Bar, kontol lo diem dulu anj***!" aku hanya terkekeh namun tidak kuhentikan aksiku,
Octa: "Lo tau sendiri kan, Put aaahhhh... Pantat gua sensitif bangeetthhh.. apa lagi tadi Bara ngga cuman aahhh... pegang-peganghhh.. tapi diremes juga aahhh.."
*PLAK! PLAKK!!* secara bergantian Putri menampar pipi Octa, kemudian menamparku
Putri: "LO DIEM ATAU GUA POTONG KONTOL LO BAR!"
Entah mengapa aku takluk dan menghentikan aksiku, dan Octa langsung merubah posisinya menjadi duduk, tapi tetap dengan kontolku di dalamnya, seketika suasana hening..
Kami saling memandang satu sama lain..
Cukup lama kami terdiam sampai akhirnya,
Octa: "ANJ*** BARA LO KENTUT YA?!!"
Aku pun tidak bisa menahan tawaku, Putri pun mulai tersenyum dan akhirnya tertawa, Octa masih ngedumel dengan bau kentutku namun setelah itu kami tertawa bersama.
Untung saja pantatku kentut waktu itu, kalo engga mungkin beda jalan ceritanya
Kembali ke alur,
Setelah kami selesai tertawa, Putri berkata kepadaku dan juga Octa,
Putri: "Emang lo perek ngga tau malu, sahabat sendiri diembat. Lo juga, Bar, ngeliat gue kaget marah bukannya gue yang ditahan malah nahan pantatnya Octa"
Putri mengatakan itu dengan suasana hati yang sudah tenang, karena tadi dia kaget, ketika bangun tidur mendapati dua sahabatnya ngentot di sebelahnya.
Tapi di luar dugaan, Octa tiba-tiba bilang ke Putri,
Octa: "Tapi serius deh, Put, kontolnya Bara emang enak banget, mentok gitu di dalem, lo musti cobain deh",
mendengar itu aku kepikiran dengan rencanaku sebelumnya buat mancing Putri agar aku bisa ngentot dengannya juga,
Bara: "Ngga usah, Ta. Yang ada malah Putri pingsan nanti ngelayanin gue". jawabku dengan nada yang seolah meremehkan Putri.
Pancinganku berhasil, Putri yang notabene salah satu primadona di kampus pun sepertinya tidak terima dengan perkataanku barusan, ia mendekat dan mendorong Octa hingga kontolku lepas dari memeknya,
Octa: "SANTAI ANJ***! OOOHHH..." damprat Octa yang sedikit kaget, entah karena mendadak didorong oleh Putri atau karena kontolku yang tiba-tiba terlepas dari memeknya.
Putri mendekat ke arahku, digenggamya kontolku yang setengah berdiri, aku merinding saat ia melakuannya. Sejurus kemudian Putri mulai mengocok kontolku perlahan, mata kami bertemu, cantik sekali chindo berkaca mata ini. Putri lalu mencium bibirku, cukup mesra dan cukup lama. Tiba-tiba saja kurasakan kepala kontolku hangat, kulirik Octa sedang menyedot kepala kontolku yang saat itu masih dalam genggaman Putri. Aku mulai meraba toket Putri dari luar kaosnya, tidak sebesar punya Octa, tapi pas dalam genggamanku. Mendapat perlakuan seperti itu ciuman Putri semakin liar, ia menjulurkan lidahnya dan memasukannya ke dalam mulutku. Aku merespon dengan membuka mulut, menyambut lidahnya, Putri menyedot lidahku kuat-kuat, perlakuan sama juga kudapatkan pada kontolku, di bawah sana Octa juga menyedot kontolku kuat-kuat. Aku mulai menaikkan kaos yang dipakai Putri hingga sebatas dada, putih dan mulus tanpa noda sedikit pun. Ku tekan dan pilin putingnya dari luar BH, Putri sepertinya sudah tidak tahan, ia inisiatif melepas kaos dan BHnya sendiri, sekarang aku bisa merasakan toket mungil Putri tanpa halangan apapun. Aku mulai memilin puting kanan Putri, dan toket sebelah kirinya aku remas, dan hasilnya Putri semakin belingsatan, tangannya menekan wajahku untuk semakin dalam menciuminya, mulutnya semakin ganas menyedot lidahku. Saat bersamaan kudengar suara resleting dibuka, ternyata Octa yang berusaha membuka celana jeans yang dikenakan Putri. Putri sedikit mengangkat pantatnya untuk membantu Octa, dilepasnya juga CD Putri, sekarang Octa bisa dengan jelas melihat memek Putri
Octa: "Gila, Put, memek lo bagus banget anjir.. Udah basah banget lagi.." Kata Octa sambil membelainya lembut lalu kemudian memasukkan jarinya ke memek Putri yang membuat Putri ambruk ke arahku. Melihat itu Octa semakin cepat memainkan jarinya di memek Putri, membuat Putri makin kelojotan, mengangkang dan membuka kakinya.
Putri: "Gua udah ngga tahanhh.. Gua pengen dimasukin sekarangghhh.."
Octa yang mendengar itu justru mengerjai Putri dengan membelai lembut memek dari luar dan bilang,
Octa: "Kalo pengen dimasukin ngomongnya ke Bara dong, kan yang punya kontol Bara, minta ke dia" tanpa mengentikan aktifitasnya dan melirik ke arahku
Putri: "Aaahh... Anj*** lo, Taaaa.. ahhh.. Bar... Masukinnhhh..."
Mendengar itu aku juga ingin mengerjai Putri yang kelojotan ke kanan kiri,
Bara: "Apanya, Put, yang dimasukin? Lo ngga jelas ah males gue",
Putri yang nampaknya sudah tidak tahan lalu menjawab dengan setengah berteriak,
Putri: "KONTOL LO BAR.. AHHH.. GUA UDAH NGGA TAHANN.. PLISSS BARA ENTOTIN GUEE MASUKIN KONTOL LO KE MEMEK GUEEE.."
Tanpa disuruh dua kali aku langsung bangkit dan memposisikan kontolku di depan memek Putri,
Bara: "Lo yang minta ya, Put"
Putri menahan nafas menerima kontolku. Saat perlahan ku dorong kontolku masuk membelah memek Putri, rasanya sungguh berbeda, memek Putri lebih ngegrip, ngejepit dan nyedot kontolku, sempit dan seperti melumat kontolku dari dalam. Aku rasa ini adalah memek paling enak yang pernah ku genjot.
Kini setengah kontolku sudah masuk ke dalam memek Putri
Putri: "Aaahhh.. Bara.. Pelan-pelan.. Kontol lo penuh banget di memek gua ahh.. anj***"
Bara: "Memek lo yang kesempitan, kontol gua rasanya diremes-remes gini aahh.. Enak banget, Put.. Memek lo nyedot kontol guaa.."
Sedikit ku tarik mundur kontolku lalu ku dorong lagi, perlahan sedikit demi sedikit, begitu seterusnya, hingga hampir semua batangku terbenam di memek Putri. Sebenarnya bisa saja langsung ku tancapkan semuanya, tapi aku tidak mau memulai permainan dengan kasar.
Setelah sepenuhnya kontolku terbenam, ku biarkan sejenak agar memek Putri beradaptasi dengan kontolku di dalamnya. Baru setelah ku rasa cukup, mulai ku goyangkan pinggulku secara perlahan,
Putri: "Aahh Baraa.. Kontol lo enak banget bangsathh.. Aaahhh.."
Bara: "Memek lo juga enak banget, Put.."
Putri: "Rasanya penuh, Bar.. Aaaahhh mentok bangetthh.." Putri mendesah keenakan, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan
Melihat itu aku makin bersemangat mengobok-obok memek Putri. Memek Putri yang sudah basah kuyup oleh cairan pelumasnya sendiri membantuku untuk menggenjot memek Putri dengan RPM yang lebih tinggi. Octa yang dari tadi hanya menyaksikan pergulatan kami pun mendekat. Dengan tetap menggenjot memek Putri, aku sambut tubuh Octa. Ku raih bibirnya untuk berciuman denganku sedangkan tanganku satunya meremas dan memilin toket brutal milik Octa. Perlahan Octa melepas ciuman kami dan ia mulai jongkok tepat di atas tubuh Putri yang sedang ku genjot
* PLAAAKKK* Octa menampar Putri tepat di pipi,
Octa: "ANJ*** LONTE JUGA LO YAA! TADI SOK-SOKAN MARAH KE GUA TERNYATA LO SENDIRI MALAH YANG HAUS KONTOL"
*PLAAAKKK* kembali Octa menampar Putri
Diperlakukan seperti itu, Putri semakin menjadi. Tubuhnya semakin bergetar, kelojotan ke kanan dan ke kiri.
Octa: "BUKA MULUT LO ANJ***"
*PLAAAKK * Octa kembali menampar Putri dan meludah ke mulut Putri
Octa: "CUHH!!"
Putri membuka mulut menyambut ludah Octa lalu kemudian menelannya.
Putri: "Kencenginnhh Aahhh.. Anj*** enak banget kontol lo, Bar.. Aaahhhh... "
Octa: "Oh lo suka dikasarin begini lonte?! * PLAAAKKK* iya? suka?! jawab anj***!"
* PLAAAKKK *
Octa: "Hiiyyaaaa sukaaaaa aahhhh... Guee ngga tahaannhh aahhh.. Anj*** gue keluaarhhh " tubuh Putri melengkung kemudian bergetar. Kurasakan cairan menyembur dari dalam memeknya menyirami kontolku. Aku menghentikan gerakanku membiarkan Putri mengambil nafas
Nafas Putri terengah, tubuhnya basah kuyup, matanya terpenjam. Terlihat dia sangat puas dengan orgasme yang baru saja ia dapatkan
Putri: "Bar.. enak banget.. Gue lemes.." katanya dengan suara bergetar
Aku lalu mencium bibir Putri, dan perlahan aku cabut kontolku dari memeknya.
Sekarang waktunya Octa. Langsung saja aku dekap tubuhnya,
Bara: "Lo anj***, Ta. Bisa-bisanya lo perkosa gue"
Octa: "Tapi lo suka kan?!" jawab Octa sambil mengerling genit. Kami berciuman, ku pagut bibir Octa, toketnya pun tidak lupa aku pilin dan aku remas. Octa pun membalas ciumanku juga seranganku, kontolku yang masih berdiri dikocoknya dengan lembut.
Octa: "Kontol lo gila sih, Bar. Tadi pas gue perkosa elo, gue udah dapet dua kali, barusan Putri, masih aja ni kontol ngaceng. Udah gede, panjang, tahan lama pula. Ngga nyesel gua perkosa elo".
Bara: "Daripada lo bacot mending lo makan kontol gua deh anj*** "
Tidak perlu diperintah dua kali, Octa langsung turun dan memasukkan kontolku ke mulutnya. Disedotnya seluruh batang hingga pangkal dengan penuh semangat. Bijiku disedot, tangannya mengocok kontolku. Tangan Octa naik ke dadaku, kedua putingku dipilinnya, sensasinya luar biasa hingga membuat tubuhku bergetar. Melihat hal itu, Octa mendorongku untuk rebahan. Octa naik ke atasku, memberikan servis untuk tunuh bagian atasku dengan mulutnya, putingku disedot dan dijilatnya, sedangkan puting satunya ia pilin dengan tangan kiri, dan tangan kanan Octa satunya masih asyik mengocok kontolku, seakan menemukan mainan baru dan tak mau melepasnya. Aku hanya bisa pasrah menikmati apa yang dilakukan Octa kepadaku.
Octa: "Bar.. Gua masukin sekarang yaa? Gua udah ngga tahan dari tadi ngeliat lo ngentotin Putri. Lo diem aja, biar gua yang goyang"
Octa mengangkangiku, memposisikan memeknya tepat diatas kontolku. Digenggamnya lalu digosok-gosokkan kepala kontolku di bibir memeknya dan kudengar Octa mendesis.
Octa menurunkan pinggulnya. Perlahan kontolku melesak masuk hingga setengahnya, lalu ia tarik lagi, begitu seterusnya. Octa agak tersedak saat ia membenamkan kontolku seluruhnya. Sesaat setelah mendiamkan kontolku, Octa mulai bergerak maju mundur,
Octa: "Aaahhh Baraa kontol lo enak bangettt... Kenapa ngga dari dulu lo entotin gua sihhh... aaaahhh"
Octa menggoyangkan pinggulnya maju mundur ke depan dan belakang, sesekali ia memutar pinggulnya. Aku sedikit membalas Octa dengan sedikit menggoyangkan pinggulku dari bawah. Octa yang tidak siap dengan seranganku langsung mendapatkan orgasme ke tiganya di hari itu. Tubuhnya melengkung dan ambruk ke arahku.
Octa: "Anj*** lo, Bar, gue dapet lagi.. hhhh..." Octa ambruk di dadaku.
Terdengar nafasnya ngos-ngosan. Namun khusus Octa, aku tidak memberi waktu istirahat untuknya. Ku angkat sedikit pantatnya lalu ku sodok ia dari bawah.
Octa: "Aaahhh anj*** istirahat bentar.. Gua ngga kuatt... Aaahhh.. "
Aku tidak menjawab, justru ku tarik kepalanya ke arahku, ku cium mulutnya, ku sedot dalam-dalam lidahnya. Bokong semok Octa pun beberapa kali ku tampar dengan cukup keras, bersamaan dengan itu ku goyang Octa dari bawah.
* PLAAAKKK*
* PLAAAAKKKK*
Pantat Octa memang salah satu titik sensitifnya. Mendapat serangan seperti itu, nafsu Octa langsung naik lagi, ia duduk mengangkang bertumpu pada kedua tangan di belakang tubuhnya, hasilnya luar biasa, goyangan Octa semakin menggila, naik turun dengan begitu bernafsu hingga kedua toket besarnya pun ikut berguncang naik turun. Melihat itu aku meraih keduanya, ku remas kasar dan ku pilin. Efeknya langsung terlihat, Octa mengerang dan berteriak serta gerakan naik turunnya juga semakin cepat.
Octa: "Hooohhhh Baraa... Gilaaa enak bangetthhh..."
Melihat kami seperti itu nafsu Putri bangkit lagi, ia mendekat ke arah kami dan mulai menciumi Octa. Octa pun membalas ciumannya. Aku mulai menggesek memek Putri dan mulai memasukkan jariku ke memeknya. Tidak lama berselang tubuh Octa bergetar, ia mendapat orgasmenya lagi, lalu jatuh kebelakang, kontolku pun lepas dari memeknya.
Octa: "Baraa.. hhhh.. gila kontol lo bikin gua K.O "
Ku biarkan Octa yang sudah lemas lalu ku dekap lagi Putri untuk kembali ku ajak berciuman sambil ku remas toket mungil indahnya. Tangan Putri pun dengan otomatis mengocok koncolku dengan lembut.
Sesaat kemudian Putri melepas ciumanku lalu tiduran membuka lebar kedua kakinya, tangannya masih mengocok kontolku.
Putri: "Kentang ya? Aku bantu keluarin sini". katanya lembut sekali
Bentar.. Barusan dia bilang aku? Tanyaku dalam hati. Wah jangan-jangan baper ni cewek, pikirku.
Putri menggesekkan kepala kontolku di bibir memeknya lalu membimbingnya masuk ke dalam. Perlahan ku dorong melesak masuk kontolku ke dalam memek Putri. Ku pompa dengan lembut memek Putri. Tidak butuh waktu lama untuk membuat memek Putri becek. Putri menarik kepalaku untuk kembali lagi berpagutan dengannya, bukan seperti saat aku berciuman dengan Octa, aku dan Putri berpagutan dengan lembut, sangat mesra.
Putri: "Aaahhh Baraa.. Kontol kamu enak banget sayanghhh.. "
Bara: "Memek kamu juga legit banget.. Aku suka.. "
Entah aku sendiri juga tidak tau kenapa aku merespon Putri seperti itu.
Putri: "Aku mau keluar.. Aahhh.."
Bara: "Aku jugaa... Ahhh aku keluarin di manaa ahhh "
Putri: "Di dalem aja nggapapa aaahhh.. "
Mendapat persetujuan seperti itu, aku mempercepat goyanganku, saat ku rasakan pejuhku sudah di ujung, ku tekan dalam-dalam memek Putri, yang disusul dengan ia yang mendapatkan klimaksnya lagi.
Bara: "AAKKUU KELUAARRR.. "
Putri: "Aaahhh aku jugaaa.. "
Aku ambruk di atas tubuh Putri yang disambutnya dengan pelukan, dielusnya punggungku perlahan, keringat kami bercucuran. AC di ruangan ini nampaknya belum cukup untuk menemani pergelutan kami.
Lanjutin kalo rame
Cerita selanjutnya adalah tentang yang terjadi setelah hari itu di antara kami bertiga
Terakhir diubah: