Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Wheel Of Life

Status
Please reply by conversation.
Dulu waktu ane kkn banyak waktu luang. Kalo di lokasi pilihannya maen, jalan ngajar atau ngencani kawan se kelompok kkn. Syukur2 kalo di lokasi banyak yg bening2. Makin sibuk itu kita. Apalagi kalo yg bening2 langsung open dan klepek2 ngelihat kita2 anak kkn.
 
CHAPTER XV



Laras Cantika Rosmala


Nia Angelia Putri


Nina Tria Oktavia


Natasya Nola Pratama



“Ras, lo gak usah aneh-aneh!!.... Apa juga maksut elo barusan pakek acara nyium gue segala??....”

“Aku sudah bilangkan, aku tuh kangen kamu!!....” ucap Laras, dan dia mempererat pelukannya di pinggangku.

Saat laras mempererat pelukannya, sepintas aku seperti melihat banyangan seseorang melintas di luar jendela kamarku. “Mungkin orang lewat...” batinku.

“Sudah Ras, cukup!!.... Ingat lo sudah punya pacar, dan apa elo gak tau tentang perbuatan pacarlo ke gue??.... Gue hampir kehilangan nyawa karena ulah pacar elo....” ungkapku ke Laras, dan dengan sedikit memaksa aku melepas pelukan Laras, dan menariknya keluar dari kamarku menuju ruang tamu.

Di sofa ruang tamu rumahku, Laras kembali terduduk, tapi kali ini aku menemaninya duduk di sampingnya.

“Aku tau semuanya, bahkan Daniel sendiri yang cerita padaku kalo dia yang bikin kamu celaka sampai masuk rumah sakit. Daniel juga mengancamku untuk menjauhin kamu. Tapi kamu juga tau kan, kalau aku mau sama Daniel tuh karena terpaksa, aku di paksa orang tuaku, dan aku tidak bahagia. Kamu tau!!... Cuma kamu yang bisa membuatku bahagia Ian!!....” tutur Laras.

Aku diam, aku tatap wanita di sampingku. Sedikitpun aku tidak melihat kebohongan dari tatapan matanya padaku. Hanya kesedihan dan kekecewaan yang aku rasakan dari tatapan matanya.

“Aku ngerti kamu kecewa denganku, sekalipun aku tidak mengunjungimu saat kamu sakit. Tapi percayalah padaku, seharipun aku tidak pernah lelah memikirkan keadaan kamu!!....”

“Ras, gue tau lo tuh tulus, gue juga tau elo juga jujur. Tapi, gue juga tau masalah apa yang bakalan terjadi kalao lo terus di dekat gue. Jujur gue gak takut dengan Daniel, justru gue takut dengan keselamatan elo. Sejak peristiwa Daniel gebukin gue, gue sadar kalau Daniel tuh orangnya nekat, dan gue takut elo kenapa-napa karena kenekatan Daniel...” terangku.

“makasih Ian, kamu sudah peduli denganku. Tapi, aku mohon, jangan jaga jarak denganku!!.... Setidaknya kita masih bisa berteman....” pinta Laras.

“Dari dulu sampai sekarang, gue tetep anggap lo teman...”

“Makasih Ian....”

“Ya sudah, nih bukan maksut gue ngusir ya Ras!!.... Tapi, lebih baik elo segera pulang deh. Selain gak enak ama tetangga gue, secara lo cewek dan gue cowok, berduaan di dalam rumah. Jujur gue kawatir Daniel tau lo nemuin gue. Mending sekarang elo balik Ras!!....”

“Iya Ian, sepertinya aku memang lebih baik segera balik. Kamu memang beda sama Daniel, seandainya.......”

“Sttttt..... Sudah jangan membandingkan orang!!.... Orang yang hari ini tidak baik, suatu saat pasti bisa berubah lebih baik.....”

“Semoga Ian, ya dah aku balik dulu!!....” pamit Laras.

Dengan cepat, Laras berjalan keluar rumahku dan menuju salah satu halaman rumah tetanggaku yang cukup luas. Ternyata Laras memarkirkan mobilnya di sana, pantas saja aku dari tadi tidak melihat keberadaan mobilnya.

Dengan mengendarai mobilnya, Laras meninggalkan kompleks rumahku, meninggalkan debu-debu berterbangan bekas roda mobil Laras.

Setelah melihat mobil laras menghilang dari pandanganku. Aku yang barusan mengantar laras sampai pinggiran jalan di depan rumah, dengan santainya aku membalikkan badan dan ingin masuk kembali ke dalam rumah.

“Mbak kira tadi masih ada tamu kamu, ternyata sudah pergi ya!!....” tutur wanita yang entah sejak kapan, sudah berdiri di depan pintu rumahku.

“M..m..mbak Nia!!..... Sejak kapan di situ??....” dengan terbata karena keterkejutanku, aku bertanya.

“Sejak...... Sejak......” mbak nia tidak meneruskan ucapannya, dia justru menatapku dengan tatapan anehnya.

“Sejak, kapan??.....” tanyaku lirih.

“Sejak mbak kangen kamu!!....” ucap mbak Nia yang semakin membuatku terkejut.

Belum hilang keterkejutanku dengan ucapannya, dengan cepat mbak Nia menarik lenganku ke dalam rumah, tanpa aku duga, dia mengunci pintu rumahku, dan begitu saja memeluk tubuhku.

“M..m..mbak, ada orang!!....” ucapku lirih.

“Mbak gak bodoh Ian, mbak sudah pastiin sekitaran sini lagi sepi. Gak mungkin juga kan mbak tadi berani narik kamu kalau ada orang??....”

“Benar juga ucapan mbak Nia....” batinku. “Tapi kenapa mbak Nia meluk aku??.... Jangan aneh-aneh mbak!!....” pintaku.

“Stttt, jangan berisik!!.... Kan mbak tadi sudah bilang ke kamu, mbak kangen kamu. Lagian wanita tadi aja boleh meluk kamu, kenapa aku gak boleh??....” ucap mbak Nia yang semakin mempererat pelukannya ke tubuhku.

Kembali aku semakin di buat terkejut dengan ucapan mbak Nia. “Bukannya mbak tadi bilangnya barusan di depan rumahku, kenapa mbak tau semuanya??....” tanyaku penasaran.

“Mbak tuh berdiri di depan rumah kamu memang barusan, tapi dari tadi mbam melihat kamu dan wanita tadi dari balik jendela kamar kamu!!....” tuturnya.

“Jadi bayangan tadi tuh mbak Nia....” batinku.

“Auhhhh..... M...mbak!!....” teriakku tertahan karena tiba-tiba mbak Nia mengelus penisku dari luar celanaku.

“Hihihihi..... Kenapa aku justru percaya yang lagi tegang ini, daripada mulut kamu ya, DEK....”

“M..ma'af mbak, ehmm, itu anu mbak!!....”

“Mau di lemesin gak yang tegang ini??....”

Ah sialan, kenapa juga wanita ini sekarang jadi seperti ini, suka menggodaku. “Mbak, gak usah aneh-aneh deh!!.... Ingat mbak tuh sudah bersuami....”

“Punya suami tapi gak pernah ada waktu buat istrinya, sama saja seperti gak punya kan??.... Mungkin kamu lihat atau orang lain lihat, keluarga mbam tuh baik-baik saja. Tapi itu cuma di luar, kenyataannya, setiap hari hanya untuk bertegur sapa dengan suami saja sangat sulit. Kamu tau, suami mbak tuh sibuk, entah intu kerja, atau sibuk dengan wanita lain....” tutur mbak, dan saat aku meliriknya, terlihat tatapan kosong mata mbak Nia.

“Mungkin mbak Nimas istri pertama suami mbak bisa sabar dan sepertinya sudah terbiasa dengan sikap suami kita. Namun beda dengan mbak, sejak awal pernikahan, mbak sudah melakukannya dengan terpaksa. Kalau saja keluarga mbak tidak tergiur dengan kekayaan suami mbak, mungkin mbak tidak akan pernah menikah dengannya. Mbak menikah itu, semata-mata demi keluarga, bukan demi diri sendiri. Sekarang setelah jadi istrinya, cuma sekali dia menyentuh mbak, itupun saat malam pertama kita. Setelahnya, sekalipun dia tidak pernah menyentuh mbak....” selesai berucap, mbak Nia terdiam dan menatapku.

“Mbak jangan sedih gitu, gak ada permen nih aku!!....” sedikit candaku saat aku melihat mata mbak Nia mulai berkaca-kaca.

“Kamu tuh ya, huuuu...... Maunya ini, bukan permen!!....” kembali mbak Nia memegang dan mengelus penisku.

“Mbak, sudah!!....”

“Kamu tuh ya, di mulut menolak, di sini semakin tegang!!....”

“Mbak, sudah ya!!.... Nanti ada yang lihat....” pintaku dengan sedikit memelas.

“Hihihihi.... Lucu kamu dek, mau di kasih enak-enak, malah nolak. Andai saja lelaki lain, pasti sudah tergoda dan pastinya mbak bakal di apa-apain sama lelaki itu....”

“Hanya lelaki bodoh yang gak tergoda dengan mbak..... Eh.....” seperti ada yang salah dengan ucapanku.

Terlihat mbak Nia tertawa yang di tahan dengan kedua tangan yang menutupi mulutnya. “Sepertinya aku memang bodoh....” ucapku setengah berbisik.

“Bukain pintu, dek!!....” perintah mbak Nia.

“Buat apa mbak??.... Tadi kamu tutup, buka sendirk mbak!!....”

“Oohhh, jadi gak mau bukain pintu ya??.... Ya sudah, yuk di lanjut yang tadi!!....”

“Eh, maksut mbak??.... Lanjut yang tadi apa mbak??....”

“Yang tadi dek, ituh..... Bikin lemas yang di dalam celana kamu, hihihihi.....”

“Gak..***k.... Ya sudah, nih aku buka mbak pintunya!!....” segera aku membuka pintu rumahku.

“Lihatin dulu di luar, ada orang apa gak!!....”

“Iya, mbak..... Nih aku lihat....” bahaya juga kalau ada orang.

Sekitaran rumahku terlihat begitu sepi, hanya satu dua motor yang lewat di jalan depan rumahku, itupun sepertinya bukan orang sini.

“Aman mba.....,-

Belum selesai aku berucap, mbak Nia begitu saja jalan keluar rumahku. Entah di sengaja atau tidak, sempat tadi lenganku menyentuh benda kembar yang kenyal dan empuk milik mbak Nia. “Sepertinya dia tadi sengaja...” batinku, saat melihat mbak Nia menahan senyum saat berjalan menjauhi rumahku.

“Ternyata semua tak seindah yang terlihat. Mbak Nia, ternyata begitu berat hidup kamu, dan aku baru tau ternyata seperti itu sifat asli suami kamu mbak.....”

Sore ini setelah kepergian Laras dan Mbak Nia dari rumahku, aku hanya berdiam diri di dalam rumah.

Sambil menikmati acata tv yang satupun tidak bisa di nikmati, aku lalui sore hariku.

“Baru juga jam 7 malam, sudah lapar juga ini perut....” gumamku lirih.

Dengan berpakaian santai, aku jalan keluar rumah. Sebuah lapak penjual nasi goreng menjadi tujuanku untuk mengisi perutku malam ini.

Saat aku sampai di tempat penjual nasi goreng, di sana cukup sepi, hanya ada dua orang lelaki yang sedang menyantap makanan mereka, duduk di bangku paling pojok.

“Srek....” bunyi kursi yang aku tarik mundur, dan begitu saja aku duduki.

Baru juga duduk, dari sudut mataku, aku melihat dua orang lelaki tadi sekilas menatap ke arahku. Aku merasa cukup gentar juga saat mereka menatapku. Baju serba hitam, tubuh tinggi besar berotot, rambut acak-acakan, dan lengan penuh tato tentu membuat ngeri srndiri orang yang menatap mereka.

“Mas...mas...” sayup-sayup terdengar orang memanggilku.

“Oh, eh iya pak, ada apa??....” seorang lelaki setengah baya memanggilku yang tadi sedang terdiam.

“Mau pesan apa mas??....” tanya lelaki, yang ternyata pemilik tempat makan ini.

“Nasi goreng cumi satu porsi, minumnya teh manis anget pak....”

“Baik mas, tunggu sebentar!!....”

Dengan gerakan membolak balik nasi di atas penggorengan, pesananku mulai di buat sama lelaki yang barusan menanyaiku.

“Lo sudah tau dimana tuh orang sembunyi??....”

“Tau apanya, petunjuk saja gue belum dapat. Ngumpet di lubang cacing mungkin tuh orang....”

Dari tempat dudukku, aku cukup jelas mendengar obrolan dua lelaki yang duduk di bagian pojok. “Sepertinya mereka sedang mencari seseorang!!....” batinku.

Tidak sampai 15menit, pesananku sudah terhidang di mejaku. Dengan lahap aku mulai memakan makananku.

“Tuh anak polisi sialan!!.... Bikin repot orang saja, awas saja kalau ketemu, gue potong-potong tuh anak!!.....”

“Uhuk...uhuk....” seketika aku tersedak makanan saat mendengar obrolan dua orang tadi.

Air teh segera aku teguk untuk melancarkan tenggorokanku. “Sialan tuh orang ternyata nyariin aku!!....” batinku.

“Deg,dug,deg,dug....” jantungku terasa semakin kencang berdetak, saat aku merasa dua orang tadi berjalan mendekatiku.

“Nih pak, ambil saja kembaliannya.....” satu dari dua orang lelaki memberikan selembar uang seratus ribuan ke penjual nasi goreng. Sedanglan lelaki satunya masih berdiri di belakangku.

“Woi bangsat, buruan!!....” lelaki yang sudah di luar lapak penjual nasi goreng berteriak sambil melihat ke arahku, tepatnya ke arah temannya yang masih di belakangku. Meski begitu, tetap saja pandangan matanya bertemu dengan arah pandanganku.

“Sabar, nih nyalai sebat dulu!!....” suara lelaki di belakangku, yang kemudian ikut keluar menuju ke arah temannya.

“Fyuhhh....” nafas legaku saat dua lelaki tadi sudah pergi jauh.

“Sepertinya aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang!!....” gumamku lirih.

Selesai makan dan membayar semua pesananku, dengan buru-buru aku berjalan pulang. Sepanjang jalan menuju rumahku, aku begitu awas mengamati sekelilingku, takutnya dua orang tadi curiga padaku dan diam-diam mengikutiku.

“Ngeek....cklek,cklek...” bunyi pintu rumah yang aku kunci.

“Pintu sudah aku kunci, semua jendela juga sudah, tapi baru pukul 8, tapi lebih baik aku tidur!!....” gumamku lirih.


Beberapa jam kemudian.....


Akhirnya sampai juga di tempat kerja, untung saja tadi jalanan tidak begitu macet. Gara-gara tidur awal, jadi kebangun tengah malam sampai gak bisa tidur lagi, malah baru subuh ketiduran, pakai acara telat bangun juga.

Tidak ada sedikitpun yang berubah dari tempat kerjaku. Aku langsung masuk dan berjalan menuju tempat para OB kumpul, saat aku sedang berjalan tidak sengaja aku menabrak orang yang tiba-tiba keluar dari salah satu ruangan, sampai membuat dokumen yang dia bawa jatuh berantakan.

“Ma'af, aku tadi tidak melihatmu....” ucapku sambil membantunya merapikan dokumennya yang berantakan.

“Iya, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati!!....” ucapnya seraya berdiri setelah semua dokumennya yang tadi jatuh sudah tertata rapi kembali.

“Eh, Anisa!!....” terkejutku saat melihat siapa orang yang barusan aku tabrak.

“Iya, aku.... Kenapa kamu terkejut??....”

“E.e.enggak, siapa yang terkejut??....” ah sial, kenapa aku jadi gugup, apa karena benda di jari Anisa, yang baru saja aku lihat.

“Kamu terkejut ya??.... Kamu fikir saat itu aku gak melihat saat kamu membuang cicin ini??.... Aku melihat semuanya Ian, dan tak lama setelah kamu buang, aku segera mencari benda ini....” tutur Anisa padaku.

“Gak ngaruh Nis, gue kerja dulu!!....” dengan sinis, aku menanggapi Anisa, dan begitu saja meninggalkannya.

“Kamu memang bisa menemukan cicin itu, tapi jangan harap aku akan kembali padamu!!....” batinku.

“Baru kerja dah melamun!!.... Sini peluk dulu, kangen tau!!...” seri Nina yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

“Apa lo tuh Nin, di marahin ama kakak elo gue nanti meluk elo. Lagian di tempat kerja di larang peluk-pul.....,-

“Kalian mau pelukan, atau ciuman di sini, gak akan ada yang MELARANG....” potong bang Jimmy yang baru datang dan menepuk punggungku.

“Tuh, si bos aja gak nglarang. Sini peluk!!....” tanpa sungkan, Nina merentangkan tangannya di depanku.

“Gak mau!!....” aku melengos dan meninggalkan Nina dan bang Jimmy. Sayup-sayup aku mendengar tawa Nina dan bang Jimmy.

Di ruang ganti, aku segera ganti bajuku dan mulai bekerja. Sempat tadi aku mengobrol dengan beberapa teman OB ku, sebagian besar menanyakan tentang keadaanku.

“Pletak.....” benda padat mengenai kepalaku.

“Sakit tau Nin!!....” keluhku ke Nina yang barusan menggunakan batang sapu untuk memukul kepalaku. Meski tidak kencang, tapi lumayan rasanya.

“Hihihihi..... Habisnya gue sebel ama elo, di mintai peluk doang gak mau!!....”

“Hehehehe.... Sono deh minta peluk sama pacar elu!!.... Minta peluk kenapa sama gue yang cuma sahabat elo....”

“Nyindir nih nyindir!!..... Cowok saja gak ada, apalagi pacar, huhhh.... Dasar Ian nyebelin!!....”

“Duh,duh kacian!!.... Cantik-cantik gak laku, hahahaha.....” candaku, dan belum sempat aku menghindar dan lari dari Nina yang pastinya akan marah, kerah bajuku sudah di tarik dari belakang sama Nina.

“Peluk!!.....” tanpa aku duga, Nina memelukku dari belakang.

“Ini namanya nyaman....” suara halus nina terdengar saat dia menempelkan kepalanya ke punggungku.

Nafas lembut Nina begitu jelas terdengar di telingaku. Apa karena aku juga kangen dengannya, atau aku yang memang mulai menikmati pelukannya, aku membirkan saja Nina yang memeluk tubuhku dari belakang, tanpa sedikitpun berniat melepas pelukannya.

“Nih anak, iya sih tadi aku bolehin pelukan, tapi jangan dk tempat rapat juga pelukannya!!.... Tuh banyak orang sebentar lagi datang....” tegur bang Jimmy yang membuatku dan Nina terkejut.

Nina melepas pelukannya. Aku dan Nina hanya tersenyum malu, menyadari apa yang barusan kami lakukan. Saat aku dan Nina keluar ruang rapat dan lewat di samping bang Jimmy, dia hanya menggelengkan kepalanya seraya melihar ke arahku dan Nina.

“Terciduk deh!!....” ucap Nina saat berjalan menjauh dari ruang rapat yang barusan selesai kami bersihkan.

“Lo sih, pakek meluk-meluk segala!!.... Tuh ketahuan kan jadinya....”

“Tapi elo suka kan, buktinya elo diem aja tadi!!.... Dasar mesum, di peluk gitu doang langsung sange, hahahahaha....”

“Sini bentar deh, ni ruangan apa ya??....” aku mengajak Nina menuju salah satu ruangan yang jarang sekali terbuka.

“Itu gudang Ian, mau apa elo kesana??....”

“Kata elo gue sange, gue mau perkosa elo di sana.... Yuk ikut gue!!....” dengan ekspresi yang aku buat serius, aku menarik lengan Nina.

“E.eh. Ian.... Gak ah, gak mau.....” Nina mencoba berontak.

“Hahahaha..... Tadi ja godain, sekarang gak mau!!.... Lagian gue juga cuma bercanda kali Nin....”

“Bercanda elo gak lucu, ihhhhh..... Sebel!!.....” dengan gemas Nina mencubit lenganku. Aku hanya tertwa melihat ekspresi lucu Nina, meski cubitannya lumayan sakit.

Tepat pukul satu siang, aku siap-siap pulang kerja, dan langsung ke kampus. Nina yang sedang tidak ada kerjan, menemaniku duduk di ruangan OB.

“ Nin, si Laras sudah gak kerja di sini ya??...., dari tadi gue gak lihat tuh orang satu....”

“Sejak elo gak masuk, tuh si Laras berhenti kerja di sini. Gue gak tau apa alasannya, sejak dia pacaran sama pacarnya yang sekarang, gue jadi jarang ketemu Laras....”

“Ohh, begitu..... Terus, elo sendiri mau sampai kapan kerja di sini??.... Masak anak bos, mau kerja gini terus!!....”

“Setelah gajian, gue udahan kerja di sini. Mau langsung praktik di kantor Ayah gue....”

“Duh, jadi kesepian ntar gue gak ada elo!!....”

“Tuh, masih ada kakak gue. Sepertinya dia suka deh ama elo, tapi ingat dah janda kakak gue, hihihihi.....”

“Gue tuh maunya sama adiknya, bukan kakaknya, hehehehe.....”

“Bisa aja lo tuh Ian.... Dah kan elo beres-beresnya??.... Yuk gue anter ke kampus!!....”

“Nih udah siap, tapi lo yakin mau nganter gue ke kampus??.... Emang elo gak lanjut kerja apa??....”

“Dah kelar kerja gue Ian..... Lagian ya, kalau di lihat-lihat, elo, gue sama Laras tuh kerja di mari tuh seperti cuma ngisi waktu luang. Beda sama yang lain, mereka baru serius kerjanya....”

“Hehehehe..... Benar juga apa kata elo Nin. Kita kerja setengah hari, memangsih gaji juga setengah gaji yang kerja full, tapi tetap saja kita ke enakan dengan kerja seperti ini....”

“Sudah ngobrolnya, yuk ke parkiran!!... Gue anter elo sampai kampus....”

“Ok siap.....”

Saat tiba di parkiran, bukannya parkiran motor yang kami tuju, melainkan parkiran mobil.

“Gila dah, ada OB bawa mobil ke tempat kerja, cek..cek..cek.. Luar biasa elo Nin....”

“Apaan sih, sudah sini elo masuk!!....”

Tanpa sungkan aku masuk ke mobil Nina, duduk di bangku depan bersanding dengan Nina.

“Gue tahun depan bau lanjut kuliah, bisa pulang dan pergi bareng kita nanti, hihihi....”

“Iya Nin, semoga saja bisa seperti itu.....”

Obrolan singkat antara aku dan Nina dk sepanjang perjalanan menuju kampus.

“Elo yakin mau nganter gue sampai dalam kampus??.... Bukannya hanya mahasiswa di kampus ini yang boleh masuk??...” aku bertanya ke Nina yang memaksa mengantarkanku sampai ke dalam kampus.

“Elo lupa ya, gue kan mahasiswa di kampus ini juga. Nih lo lihat kartu mahasiswa gue!!.....” Nina mengeluarkan kartu mahasiswanya dari dompet, dan menunjukkannya padaku.

“Hehehehe.....” tawa geliku yang mengingat kebodohanku barusan.

Aku dan Nina bergantian menunjukkan kartu mahasiswa ke penjaga yang menjaga pintu masuk ke kampusku.

“Elo mau keliling kampus dulu, atau langsung balik??....”

“Gue balik aja deh, lagian malea juga keliling kampus tanpa tujuan....”

Setelah aku keluar dari mobilnya, Nina segera memutar mobil dan keluar dari area kampus.

“Plak....” bunyi pundakku yang di pukul pelan dari belakang.

“Sapa tuh cewek, cantik bener, kenalin napa!!....” seru Gading, orang yang barusan memukul pundakku.

“Itu teman gue Ding, anak kampus sini juga. Tapi lagi cuti kuliah orangnya....”

“Cantik bener dah, eh.eh.eh. tuh tuh, dua orang cewek mau kesini, hayo loh bingung deh elo milih yang mana!!!....” seru gading yang menunjuk ke dua arah yang berbeda.

Aku melihat Hanna dan Tasya berjalan ke tempatku dan Gading berdiri, dari dua arah yang berbeda.

“Kak Ian, aku mau ngomong!!....” ucap Hanna padaku.

“Ian yuk ke kelas!!....” ajak Tasya yang hampir bersamaan dengan ucapan Hanna.

Aku masih dian, justru Hanna dan Tasya yang kini terlihat saling beradu pandang.

“Aduh, gue kebelet nih!!.... Gue ke toilet dulu ya Ian, mules....” ucap Gading.

Belum sempat Gading pergi, aku berhasil menarik tasnya sampai dia tidak bisa jalan ke depan. “Ya kali ada yang bakal perang, gue di tinggal sendirian. Setidaknya, kalo elo di sini gue ada temennya Ding, dua korban kan lebih baik daripada satu....” ucapku berbisik ke Gading.

“Eh elo kan ceweknya kak Tomi, ada perlu apa elo dengan Ian??....” tanya Tasya ke Hanna dengan sinis.

“Gue ada perlu sama kak Ian, dan ini bukan urusan elo!!....” ucap Hanna tak kalah sinis.

“Semua yang berurusan sama Ian, tuh juga urusan gue. Suka gak suka elo harus terima itu!!....” Tasya semakin menaikkan nada suaranya.

“Dengar ya, gue gak tau elo gue kenal elo juga gara-gara di kenalin kak Tomi, dan gue kira elo juga bukan siapa-siapa kak Ian, jadi tolong lo pergi, karena gue ada urusan sama Ian!!....” bentak Hanna.

“Apa lo bilang!!.....” Tasya membentak Hanna balik, dan suasana semakin tidak kondusif, apalagi beberapa mahasiswa yang lewat di sekitar kami mulai melihat ke arah kami.

“Bro, bro, gawat ini!!.... Bisa cakar-cakaran tuh dua cewek....” bisik Gading.

“Lo tuli ya, gue tadi bilang lo tuh buka.....,-

“Cukup Han!!....” aku memotong ucapan Hanna. “Tuh ada Tomi nyariin elo, mendi elo pergi ke Tomi!!....” ucapku ke Hanna, karena aku melihat Tomi berjalan menuju ke arah kami ber empat.

Hanna terdiam melihat ke arah Tomi yang berjalan semakin dekat ke arah kami.

“Yuk Sya, kita ke kelas!!....” aku mengajak Tasya ke kelas.

“Aku tidak tau dek, kenapa kamu justru milih tuh si Tomi!!....” tutur Gading ke Hanna yang aku dengar, sebelum Gading ikut berjalan bersamaku menuju kelas.

Aku sempat berpapasan dengan Tomi yang terlihat bingung dengan apa yang barusan terjadi.

“Ada hubungan apa elo tub sama tuh si Hanna??...” tanya Tasya saat kami berdua sudah berada di dalam kelas dan dusuk berdampingan.

“Dulu Hanna tuh suka sama nih si Ian, tapi gak tau juga, kenapa tuh si Hanna justru jadian sama Tomi....” jelas Gading.

“Tuh udah di jawab Gading....” terangku.

“Uh, seperti itu!!..... Sepertinya tuh si Hanna beneran suka deh ama elo!!...” Tasya menatap tajam ke arahku.

“Banyak kali Sya yang suka ama nih orang, gak tau pelet apa yang di gunakan nih si Ian!!.....” tutur Gading.

“Pelet apaan, asal ngomong lo tuh Ding. tuh dosennya datang!!....” seorang dosen laki-laki memasuki kelasku.

“Itu kan!!....” Tasya yang duduk di sampingku menoleh ke arahku.

“Iya itu Om gue....” ucapku lirih.

Dosen laki-laki yang baru masuk ke kelasku adalah om ku, om Tirta yang tak lain adalah Ayah kak Herra.

Sekilas Om Tirta menatap ke arahku dan tersenyum, sebelum di duduk di kursinya. Semua mahasiswa di kelasku yang tadinya ramai, kini jadi sunyi dan senyap. Semua duduk rapi di tempatnya tanpa bersuara.

Om Tirta menatap ke seluruh mahasiswanya, dan kembali dia tersenyum. “Jangan tegang!!.... Santai saja, aku gak galak....” tutur om Tirta.

“Sepertinya semua mahasiswa di sini sangat mengenal siapa om Tirta...” batinku. “Baru hari ini ya om Tirta ngajar di kelas kita??....” tanyaku ke Tasya.

“Iya, baru hari ini. Ternyata om elo dosen barunya!!....” jawab Tasya.

“Hari ini aku tidak akan mulai pelajaran, tapi aku punya tugas untuk kalian semua. Masing-masing kalian, tulis apa tujuan kalian kuliah di kampus ini!!....” dengan tatapan mata yang begitu serius, om Tirta memberikan tugasnya.

“Tugas ini ringan, tapi ini sangat menentukan nilai akhir kalian. Jadi, kerjakan sungguh-sungguh!!....” ungkap om Tirta. “Mata kuliahku akan aku mulai minggu depan. Untuk hari ini cukup segini saja, selamat siang....”

Setelah om Tirta keluar kelasku, suasana kembali ramai.

“Ke kantin yuk!!....” ajak Tasya.

“Ayo bro makan dulu, laper gue....” timpal Gading.

“Ya udah ayok.... Eh, elo gak ajak Maya Ding??.... Tuh sendirian ceweknya....” ucapku ke Gading.

“Anu..ehm...anu... Gak usa......

“May yuk ke kantin!!....” Tasya mengajak Maya, tanpa menunggu persetujuan gading.

“Eh iya, yuk.....” jawab Maya.

Aku dan Tasya tersenyum geli sepanjang jalan menuju kantin. Gading yang sepertinya suka sama Maya, terlihat grogi dan terlalu salah tingkah.

“Elo mau gue pesanin apa Ian??....” tanya Tasya.

“Anu, ehmmm, Kamu mau aku pesanin apa Ding??.... Biar cewek aja yang pesan....” ucap Maya malu-malu.

“Sudah saling suka, pakek malu-malu....” bisikku ke Tasya.

“Daripada situ, gak peka!!....” ucap Tasya.

“Haaaa, maksut elo??....” tanyaku bingung.

“Mie ayam dua, minumnya es teh manis, dua juga. Tuh saja pesanan gue sama nih si Ian....” ucap Gading tiba-tiba.

“Beneran elo mau mie ayam sama es teh saja???....” tanya Tasya memastikan.

“I..i..iya Sya, itu saja....” kenapa harus sambil ndekatin wajah ke depanku kamu itu Sya.

“Ok.....” jawab Tasya dan Maya bersamaan, dan pergi menuju tempat memesan makanan.

“Elo sama Tasya sekongkol ya??.... Grogi nih gue sama Maya!!....” ucap Gading.

“Lo gak lihat apa, gue juga grogi dengan tingkah Tasya. Lagian tuh si Tasya yang ngajak Maya, bukan gue!!....” tuturku.

“BRAGH!!....” bunyi meja di depanku yang barusan di pukul oleh orang yang baru datang.

“Gue udah bilang ya ke elo, gak usah deketin Laras!!.... Laras tuh cewek gue...” seru Daniel, orang yang barusan memukul meja gue.

“Gue gak deketin Laras!!....” jawabku santai.

“Bajingan elo ya!!.... Gue kemarin lihat Laras ke rumah elo, tuh artinya elo masih ada hubungan sama cewek gue....” Daniel yang kesal, mencengkeram kerah bajuku.

Dengan senyum sinis aku menatap Daniel. “Cewek elo yang ke rumah gue, tuh artinya cewek elo yang ngedekatin gue!!....” ucapanku yang sepertinya semakin membakar emosi Daniel.

“Hajar aja Dan!!....” seru beberapa teman Daniel.

“Dasar anak tolol, gue habisin juga elo!!....” sebuah pukulan Daniel mengarah padaku dan siap menghantam wajahku.

“BUGH..... BRAK.....”






“Dia sangat licin!!.... Sangat sulit menangkapnya, padahal dia kunci untuk melemahkan jaringan mereka....”

“Kamu lupa julukan dia??.... King of ells bukan julukannya kalau dia tidak licin....”

“Haahh.... Tapi, aku tidak akan menyerah. Kemanapun itu orang pergi aku pasti menangkapnya, Namun untuk sekarang, lebih baik kita memperbanyak bukti untuk menjerat orang itu....”

“Aku selalu siap membantu kapanpun kamu mau....”

“Kamu memang sahabatku, sepertinya cuma kamu yang aku miliki saat ini....”

“Hei, kamu apa lupa??.... Ada seorang anak yang sepertinya membutuhkan kehadiran kamu!!....”

“Hanya Ayah yang tidak punya otak yang melupakan anaknya. Sedikitpun, aku tidak akan pernah melupakan anakku....”

“Aku dengar dia sudah kuliah!!....”

“Ya seperti itulah...”

“Aku juga dengar, di kampusnya ada anak orang yang sedang kita cari, dan sepertinya anak kamu kini jadk incaran utama mereka. Ya, meski mereka belum tau identitas anak kamu!!....”

“Aku sudah tau soal itu, dan aku juga sudah mengirim orang yang aku percaya untuk menjaga anakku....”

“Kecerdasan kamu memang di atasku, semua sudah begitu rapi kamu susun. Tidak salah kamu jadi pemimpin kami....”

“Kamu jangan terlalu tinggi memuji, masih banyak kekuranganku. Kamu lihat luka di wajahku!!.... Ini bukti kesalahanku....”

“Hahaha.... Kamu benar, seingatku dua kali kamu hampir mati....”

“Sudah, jangan di bahas dua kebodohanku itu. Jam makan sudah habis, bekerja profesional lagi, dan segera kembali ke kantor!!....”

“Baik Pak, laksanakan....”





Bersambung......
 
Dulu waktu ane kkn banyak waktu luang. Kalo di lokasi pilihannya maen, jalan ngajar atau ngencani kawan se kelompok kkn. Syukur2 kalo di lokasi banyak yg bening2. Makin sibuk itu kita. Apalagi kalo yg bening2 langsung open dan klepek2 ngelihat kita2 anak kkn.
Gak ada luang sama sekali nih om.... Bikin cpek....

Cowoknya butek2 di sini hihihihi #bercanda
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd