Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Nameless

Yuks ah semoga lancar update nya.. Selalu mantau ini cerita... Mantapppps
 
Part 4




Pada dasarnya setiap manusia memiliki tenaga dalam, hanya saja mereka tidak tahu cara membangkitkan atau mengembangkannya.

Jumlah tenaga dalam dari setiap orang juga berbeda, semakin sering kau melatihnya, maka semakin besar kapasitasnya.

Kau tak bisa menciptakan element seperti avatar, yang bisa kau lakukan hanya mengubah tenaga dalammu dalam bentuk lain dan itu memerlukan perantara serta persyaratan tertentu.

Tak hanya itu, semakin baik kau mengendalikan tenaga dalammu, semakin banyak pula yang bisa kau lakukan. Misalnya, dengan mengalirkannya ke kakimu kau bisa berlari lebih cepat, lompat lebih tinggi, dan menendang lebih kuat.

Kau juga bisa menggunakannya untuk memertajam penglihatan, pendengaran, penciuman, ingatan, bahkan kau bisa membuat makanan jadi lebih enak.

pada tingkatan paling tinggi, kau bisa mempercepat tumbuhnya sel baru ataupun membuat lapisan energi untuk melindungi tubuhmu.

Tidak Raka, kau tidak bisa membuat emas dengan tenaga dalam.

Kau juga tak bisa membuat batu mulia.

Dan kau tak bisa juga menghidupkan yang mati.

Sekarang, tutup matamu. Rasakan energi yang mengalir dalam tubuhmu...


//////////////////////////////////////////////////////


Raka kini memfokuskan tenaga dalam ke mata dan otaknya.

Tarik nafas...

Konsentrasi...

Ia membuka mata, lalu mulai membaca tumpukan buku dihadapannya. Setelahnya, gurunya memberikan soal untuk mengujinya.

"Oh. Ini..."
Raka tersenyum dan dengan santai ia mengerjakannya.

Sang guru memeriksanya dan tercengang.

"Bagaimana bisa?"

"Apanya?"

"Bagaimana bisa kau yang baru belajr menjawab semua pertanyaan dengan benar?"

"Ah pertanyaan itu mudah sekali, jangan terlalu di besar-besarkan."

"Apa jangan-jangan kau sudah pernah sekolah dan kau tinggal kelas, terus karena malu akhirnya kau keluar sekolah..."

"..."

"Guru, imajinasimu terlalu liar, tolong berhenti... Ini semua karena aku jenius." Ucap Raka setengah tersenyum.

"..."

"Jangan bangga dulu, sekarang akan aku tes kau dengan pelajaran kelas 3 Sekolah Dasar."

"Aku tidak takut! Bring it on!"

Sebulan pun berlalu, Raka kini telah menguasai semua mata pelajaran sekolah. Guru yang mengajarinya terkagum dengan betapa cepatnya Raka menyerap ilmu yang diajarkan.

"Aku masih tak percaya kau melakukannya.."

"Mhm..."

"Ternyata kau benar-benar cepat belajar.."

"Mhm..."

"Mungkin Pak tua itu tahu kejeniusanmu, makanya dia menyuruhmu turun gunung."

"Mhm..."

"Aku rasa kau sudah siap untuk mengikuti tes masuk Universitas."

"Mhm..."
Jawab Raka tak antusias karena, ujiannya masih beberapa bulan lagi, dan ia tak tahu harus ngapain aja sembari nunggu selama itu.

"Huft..."
Ia menarik nafas panjang.

"Apa kau bosan?"

Raka mengangguk.

"Kenapa tidak mencoba belajar yang lain."

Kata Irawan membuat Raka sadar, hari-hari selajutnya ia sibukkan dengan mempelajari hal baru lainnya.

Ia juga pergi keluar membiasakan diri dengan jalanan dan bangunan yang ada di kota.

Mencoba memasak resep baru atau bermain dengan Della (nama anak perempuan Irawan) jadi kegiatannya yang lain.

"Kak Raka, kak Raka, tolong bacakan aku cerita."

"Baiklah, kamu mau dengar cerita apa?"

"Barbie!"

"..."

"Ayo dong kak, bacain aku cerita Barbie..." Kata Della sambil menggoyang goyangkan tubuh Raka.

"Iya, iya. sekarang duduk dulu yang baik."

"Yess...!!" Della kemudian duduk sambil memeluk bonek kelinci kesayangannya.

"Mmm..."
Otak Raka berputar, mencari cerita tentang Barbie yang ia pernah baca, tapi ia tak temukan.

'Oh, astaga... Mendongeng ternyata begitu menyulitkan, aku lebih memilih belajar aljabar saja.' pikir Raka.

"..."
Ia menatap wajah Della yang penuh harap, ia tak ingin mengecewakan gadis kecil itu.

"Pada suatu hari, lahirlah seorang bayi kedunia ini, Orang tuanya memeberikan nama Barbie kepada bayi perempuan itu. Ia tumbuh dewasa dengan kasih sayang orang tuanya. Hari-harinya penuh dengan kebahagiaan."

Della terlihat mengernyitkan dahi.

"Namun semua berubah ketika monster menyerang. Boom, si monster mengahncurkan tembok rumah. Barbie ketakukan, lalu orang tuanya datang."

"Swossh... Si monster terkena sandal yang di lempar ibu Barbie. Argghh, si monster terjatuh kesakitan tapi dia berdiri lagi. Si monster pun marah.. Roarrr!!"

"..." Della ingin protes tapi tertahan.

"Lari, ibu Barbie menarik tangan Barbie dan mereka Berdua lari sekuat tenaga. Tapi si Monster lebih cepat, dalam sekejap si monster sudah ada di depan Barbie dan ibunya."

"..." Della spechless.

"Saat itu lah sang pangeran datang, ia dan para kurcaci bertarung melawan monster... Slash!! Bang, bang. Boom!!! Pangeran akhirnya menang. Lalu Barbie dan pangeran menikah dan hidup bahagia."

Raka menarik nafas lega, tugasnya akhirnya selesai.

"..." Della terbengong.

"..." Raka tak mengerti seharusnya ceritanya itu sempurna, tapi Della yang tak bereaksi membuatnya merasa ada yang aneh.

"Kak, Raka ishh!! Ceritanya gak gitu!" Kata Della sebel.

"Eh, masa?"

"Sedang main apa kalian, kelihatannya seru." ucap Irawan yang baru memasuki ruang.

"Daddy!" Della, menhampiri ayahnya dan meminta pelukan. Ia lalu bercerita kepada ayanya.

"Daddy, masak tadi kak Raka cerita Barbie ada monsternya. Kan ceritanya gak gitu!"

"Monster?" Irawan kemudian tertawa.

"Iya, monsternya di lempar sandal sama ibu Barbie. Kan kasian..."

"..."

Irawan tak bisa menahannya lagi, ia pun tertawa terbahak-bahak.

"Di lempar sandal? Hahaha..."

"Sudah, jangan di bahas. Itu memalukan."

///////////////////////////////////////////////////////////


Suatu sore, Irawan sedang memeriksa dokumen di ruang kerjanya. Lalu pintu di ketuk dan terbuka.

"Oh, Raka. Apa yang bisa aku bantu?"

"Tidak, hanya saja ada yang membuatku penasaran."

"Oh, apa yang membuat si jenius penasaran?

"Selama aku tingga disini, aku tak pernah melihat ibunya Della. Apakah mungk-"

Irawan menutup dokumen yang ia baca, lalu manarik nafas. Dalam pancaran matanya ada kesedihan.

"Tidak, tidak..." Irawan berdiri dari tempatnya.

"Lebih baik jika aku menunjukkanmu, ikuti aku."

Irawan membawa Raka ke lantai dua. Raka memang jarang kemari, ia lebih sering menghabiskan waktunya di perpustakaan atau di dapur.

Irawan lalu membuka pintu yang tidak pernah Raka masuki.

Ruangannya besar dan bersih. Tak ada hiasan dinding atau pun furnitur, hanya terdapat sebuah ranjang kasur dan disampingnya ada alat-alat yang Raka belum pernah lihat sebelumnya.

Seorang wanita dipenghujung duapuluh berbaring lemah disana, banyak kabel-kabel yang terhubung ke badannya.

"Satu setengah tahun lalu, istriku yang hamil terjatuh dari tangga. Ia mengalami pendarahan di otak. Bayi yang di kandungnya juga tak bisa diselamatkan."

Nada Irawan penuh dengan kesedihan.

"Para dokter telah mencoba berbagai cara, namun tak ada yang berhasil. dokter menyarankanku agar tak banyak berharap karena kemungkinan Istriku untuk sehat kembali sangatlah kec-"

"Aku bisa menyembuhkannya." Kata Raka setelah men-scan tubuh itu dengan tenaga dalam.

Raka mengeluarkan jarum akupuntur lalu menusukkanya di beberapa bagian kepala Istri Irawan.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Irawan mencoba menarik tubuh Raka.

"Meski dia koma dan tak ada harapan lagi, aku tak akan membiarkanmu membunuhnya."

Raka tak bergeming ia tetap fokus mengalirkan tenaga dalamnya ke jarum akupuntur itu.

"'Sudah selesai. Jangan kau gerakkan jarum itu jika kau tidak ingin istrimu tidur untuk selamanya."

Keringat bermunculan di wajah Raka, ia kelelahan setelah banyak menggunakan tenaga dalam. Ia lalu menulis sesuatu di secarik kertas dan meemberikannya ke Irawan.

"Apa ini?"

"Resep, itu akan mempercepat pemulihan istrimu."

Irawan membacanya. "Kenapa melon yubari?"

"Aku ingin memakannya, kelihatanya enak."

"..."

"Cepat, kau suruh saja pelayanmu untuk mencarinya."

Irawan kemudian memanggil pelayannya dan menyuruh mereka mencari bahan yang ada di daftar.

"Apakah benar dia bisa sembuh?"
"Apa kau bermain-main denganku?"

"Tsk, lihat saja dan perhatikan. Aku akan menunjukkanmu sesuatu yang kau sebut keajaiban."

Raka kemudian mulai mecabut jarum itu satu persatu hingga jarum yang terakhir berhasil dilepas.

Sesaat kemudian layar alat detak jantung menunjukkan perubahan.

Perlahan jemari istri Irawan bergerak, kelopak matanya pelan-pelan terbuka.

"Ukhh.."

Irawan jatuh berlutut di samping ranjang, air matanya mengalir. Dilihatnya wajah istrinya dengan penuh kerinduan.

"Sayang, kenapa kau menangjs?"

"Tidak, aku hanya bahagia."

Ya, Irawan begitu bahagia. istri yang dicintainya kini telah bangun dari tidurnya yang lama.

Raka yang tak ingin mengganggu reuni sepasang kekasih itu, segera meninggalkan ruangan.

"capek." Kata Raka membaringkan tubuhnya di kasur.

"Meow~"

"Ya, aku akan tidur. Selamat malam maomao.."




///////////////////////

Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd