Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG THE MORO : Si Anak Terkutuk

Status
Please reply by conversation.
Update 6


Hiro Kwehni

Sekarang tepat pukul 12 malam. seperti biasa aku tidak bisa tertidur, bahkan hanya sekedar mengantuk. Rumah terasa sangat sepi, Rio sudah tertidur. Hanya terdengar suara binatang dan beberapa Hantu yang sedang beraktivitas.

Dihalaman depan, Tomi masih saja duduk diatas pohon sembari senyum-senyum sendiri. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini. Untung saja aku bukan manusia kepo yang selalu ingin tau masalah pribadi hantu.

Kunikmati sunyinya malam ini, ditemani semilir angin yang berhembus memberikan kedamaian. Hiasan bintang bersinar dilangit yang selalu setia menemani bulan.

Teringat kembali kejadian tadi siang, Hani menjadi incaran murid lain yang nafsu dengan keseksian Hani. Beruntung Hani tidak mau menuruti ajakan Mita, bisa saja nasibnya seperti Mita, Dini dan Biia. Digilir di Gudang. Aku takut mereka merencanakan lagi untuk menjebak Hani, meskipun mereka sudah aku hajar.

Minggu depan, aku tidak bisa menjaga Hani untuk sementara waktu. Aku harus segera melaksanakan pesan dari Ayah. Aku harus mencari bantuan untuk mengawasi Hani dari orang-orang jahat.

" Hihihihihi " tawa seram Laras yang secara tiba-tiba muncul disebelahku.
" kenapa melamun Hiro? " tanyanya.

" ada yang sedang aku pikirkan " jawabku.

" apa yang kau pikirkan? " tanyanya.

" jadu begini, kenapa sih kuntilanak bajunya putih polos, kenapa ga warna-warni gitu ? " tanyaku bohong.

" kamu ngelamun cuma karna itu ? " tanyanya heran.
" Hihihihihi " kembali tawa seram Laras.

" iyah, dari tadi aku mikirin itu. Bikin penasaran " ujarku.

" Hihihihihi " dengan tawa seram sambil mengelus-ngelus rambut panjangnya.Laras duduk disebelahku dan mulai bercerita.
" sebenarnya nenek moyang kami dulu engga pake baju warna putih, tapi pake baju warna coklat agak lusuh gitu. Tapi karena dulu belum ada listrik untuk penerangan, jadi pas malam hari kita ga keliatan. Akhirnya diadain sayembara pemilihan baju untuk bisa terlihat jelas dimalam hari. Berbagai motip, warna dan jenis baju diperkenalkan. Lalu diadakan pemilu untuk menentukan baju mana yang akan kita pilih sebagai baju ciri khas kebesaran para kuntilanak. Akhirnya kepilihlah baju yang sekarang kita pakai. Dengan warna putih polos sehingga terlihat terang dalam gelap, dengan model gaun panjang menunjukan etika kesopanan menutup aurat. Ngga kaya si wewe gombel yang telanjang dan susunya menjuntai kemana-mana. Sejak saat itu lah dimulainya reformasi fashion para kuntilanak dengan warna baru dan gaya baru yang digunakan hingga sekarang " ujarnya.

" hmm begitu yah " manggut-manggut mendengarkan ceritanya.
" apa semua setuju memakai baju putih itu ? " tanyaku.

" pada awalnya sih ada beberapa yang menolak. Terutama para kuntilanak yang desain bajunya kalah dalam sayembara itu. Mereka beralasan kalo baju putih itu cepat kotor dan warnanya polos sehingga tidak bebas berkreativitas dalam berpakaian. Akhirnya mereka menggugat hasil pemilu itu me MK (Mahkamah Kuntilanak). Tapi akhirnya mereka kalah, karena bukti dan alasan yang mereka paparkan kurang kuat. " ujar Laras.

" akhirnya mereka ikut juga memakai baju yang sekarang ini? " tanyaku lagi.

" mau tak mau dan harus mau mereka memakai baju ini. Itukan udah diputuskan juga sebagai ciri khas kita. Harus bangga kita memakainya hihihihihi " jawabnya diakhiri dengan tawa seram.

" terus kalo pocong itu gimana ? " tanyaku lagi.

" tanya aja sama pocong hihihihi... mana aku tau " ujarnya tak lepas tawa seram.

" ett dah nyebelin jawabanya " ujarku sedikit kesal.

" Hihihihihihihi " kembali Laras tertawa seram.

" ada pocong satu dirumah ga bisa ditanya, cuma senyum-senyum sendiri dari tadi " ujarku melihat kearah Tomi.

" dia mah aneh, jadi hantu kok lebay " ujar Laras memalingkan wajah.

" lebay gimana? Kata Rio dia semalam ngehibur kamu nyanyi lagu india " ujarku.

" ih ga suka aku, apaan pocong joget-joget gitu ga lucu banget " jawabnya cemberut.

" hahahahaha " aku tertawa melihat tingkahnya.
" kapan kamu mau kerumah keluarga Kurent ? Aku ingin menitipkan surat untuk Mey " ujarku.

" ahhh udah ah, aku gamau lagi kesana males ketemu dia. Kalo diinget lagi itu sakit tau, sakit bingitss hikksss hikssss hikssss " ucapnya, kemudian menangis yang membuat merinding bagi yang mendengarnya.

" udah jangan nangis, serem tau.. aku mau cari Faruk dulu " ujarku lalu berjalan masuk kedalam rumah.

Kemudian masuk kedalam kamarku. Mengambil jaket dan memakainya, lalu mengambil tas kecil kemudian memasukan sebuah guluangan kertas kedalamnya. Aku keluar dengan menggunakan jaket berwarna hitam dan tas kecil yang dililitkan dari pundak ke pinggang.

Aku mencari keberadaan Faruk, sekeliling halaman rumah dan setiap pohon aku periksa. Sampai akhirnya aku masuk kedalam Aula yang letaknya berada dihalaman belakang. Luasnya sebesar GOR bulutangkis, jika siang dipakai para hantu sebagai tempat beristirahat. Kulihat Faruk sedang tertidur disana.

" Bangun Faruk, ini udah malam masih tidur aja " ujarku membangunkanya.

" hooammm " dia menguap.
" ada apa? " tanyanya.

" ayo kita pergi ke kota " jawabku.

" hah kita ?... kamu aja Hiro, aku engga... hoammm " ucapnya membuatku kesal.

" kau udah bosan tinggal disini yah " ucapku sedikit mengancam.

" aku malas Hiro, masih pengen tidur " ujarnya.

" kamu itu Faruk, pagi siang malam tidur terus... ga bosen apa? " ucapku.

" baiklah, untung saja kau yang minta. Kalo orang lain aku gamau " ujarnya kemudian bangkit dan berubah bentuk.

Aku pun segera naik kepunggungnya. Faruk membawaku dengan cepat meninggalkan rumah.
" cuma ke kota aja kan? " tanyanya sambil berlari.

" kita kesekolahanku " jawabku yang masih menunggangi Faruk.

Sesuai yang aku katakan, Faruk membawaku kesekolah. Sesampainya disekolah aku turun dari atas Faruk dan meminta Faruk menunggu. Dia langsung mengiyakan lalu naik keatas pohon dan kembali tertidur.

Aku menyusuri setiap sudut sekolah, kemudian aku masuk kedalam kelas. Disana aku melihat sesosok hantu wanita, sejenis kuntilanak tapi jauh lebih muda dari Laras. Aku lalu mendekatinya.



" Mau apa malam-malam kesini Hiro? " tanyanya.

" aku mau minta tolong sama kamu " ucapku.

" mau minta tolong apa ? " tanyanya.

" kamu tau kan kelakuan murid dan penjaga sekolah digudang suka menggarap murid wanita " tanyaku.

" aku tau, tapi aku diam " jawabnya.

" kenapa kamu cuma diem aja ? " ucapku sedikit kesal.

" i can what try ? " ujarnya.

" kamu kan bisa nampakin diri dan buat takut mereka " ujarku.

" kalo siang hari aku lemas, lelah, lesu, lunglai jadi ga ada tenaga buat nampakin diri " jawabnya.

" kamu bisa tapi kamu gamau, kalo cuma sekali pasti bisa. Aku mohon jangan sampe terulang lagi. Dan tiap malam coba bikin dua penjaga sekolah itu ga betah tinggal disini " ucapku.

" baiklah aku akan coba hihihihi " ujarnya tertawa seram.


" ajak juga hantu lainya, biar makin greget haha " ucapku.

" Ok siappp " jawabnya.

" baiklah aku tak akan lama disini "

Kemudian aku pamit padanya, dan mengajak Faruk menuju pohon Mulyo. Berharap aku dapat bertemu Mey disana. Kurang lebih setengah jam perjalanan kesana dengan menunggangi Faruk. Aku bersembunyi dibalik pohon, melihat keadaan di sekitar pohon Mulyo.

Pohon Mulyo berada di tengah hamparan tanah seluas lapangan sepak bola, yang disekeliling hamparan tanah itu dipagari oleh pepohonan yang rapih berjajar. Di dekat pohon Mulyo juga terdapat saung untuk tempat beristirahat para Moro.

Tak terasa hujan gerimis turun, menambah hawa dingin malam ini. Kemudian aku dan Faruk berjalan mendekat kearah pohon Mulyo lalu naik kedalam saung dan duduk didalamnya. Sementara Faruk langsung menutup matanya kemudian tertidur.
 
Samar kudengar suara kuda yang sedang berlari, aku mengintip kearah asal suara dari balik dinding saung. Ku lihat dua ekor kuda yang ditunggangi seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan masing-masing menggenggam busur panah ditangannya. Mereka mengejar sesosok mahluk dengan kaki seperti ekor ular, sementara badanya mirip manusia dengan kulit hitam legam. Dia membawa sebilah pedang ditanganya.

Semakin mendekat, aku bisa mengenali dua orang yang menunggangi kuda, yaitu Mey dan Midun. Senang rasanya bisa kembali melihat Mey, aku terus memperhatikan mereka dari balik dinding dalam saung.

Meydina Kurent

" shett " Midun melepaskan sebuah anak panah kearah ular itu tapi meleset.
Ular itu berbalik, dengan ekornya dia menyerang kuda Mey dan Midun.
" bughh " kuda Midun terkena tebasan ekor si Ular, Midun beserta kudanya terlempar dan berguling. Beruntung Mey beserta kudanya mampu menghindar. Terlihat mey seperti berbicara kearah Midun atau lebih tepatnya memarahinya.

Kini Mey berhadapan satu lawan satu melawan ular itu. Si ular mendekat, mengacungkan pedangnya bersiap menebas kearah Mey.
" Trenggg " sebuah anak panah dilepaskan Midun yang sudah bangkit dan tepat mengenai pedang si Ular.
" Bughhhh " terjangan dari dua kaki kuda yang Mey tunggangi, telak mengenai dada si ular yang membuatnya terjungkal kebelakang.
Dalam keadaan terjepit, si Ular masih sempat melepaskan serangan.
" Bughhh " tebasan ekor ular mengenai badan kuda Mey. Membuat mereka terlempar dan berguling.

" Meyy " tak sadar aku sedikit berteriak, ketika Mey terjatuh. Teriakanku membangunkan Faruk, namun terlalu pelan didengar mereka yang sedang bertarung.

" ada apa Hiro? " tanya Faruk, sepertinya kaget mendengar teriakanku.

" Mey sedang bertarung, barusan terkena serangan " ucapku, masih melihat kearah mereka.

Faruk bangkit mencoba melihat yang aku ucapkan.
" apa kau akan membantu mereka? " tanya Faruk.

" kita lihat dulu situasinya, kalo mereka tak sanggup melawan Ular itu. Baru kita bantu " jawabku.

" apah, kita? Kamu aja Hiro, aku mau tidur lagi " jawab Faruk dingin. Lalu kembali tertidur.

" dasarr kau Faruk " gumamku kesal.

Kembali kini pandanganku tertuju kearah pertarungan. Si Ular terus menyerang dengan menyabetkan pedang kearah Mey dan Midun yang menangkis serangan si ular menggunakan busur panahnya. Sementara dua kuda yang mereka tadi tunggangi kini ambruk, sepertinya akibat serangan si ular tadi.

" Tsreng.. treng " terdengar suara ketika pedang dari si ular beradu dengan busur panah milik Midun dan Mey.

Kini hujan turun semakin deras. Pertarungan semakin sengit, Mey dan Midun bekerja sama melawan si Ular. Terkadang mereka juga harus menghindari tebasan dari ekor si Ular yang kapan saja bisa menyerang. Sebenarnya keluarga Kurent, tidaklah ahli dalam pertarungan jarak dekat seperti ini.

" Tsreng... treng.... " kembali suara terdengar ketika senjata mereka beradu.
Beberapa kali sabetan pedang dari si Ular, mampu ditahan Mey dan Midun.

" bughhh " tiba-tiba Midun terkena tebasan ekor ular, membuatnya terlempar jauh dan berguling ditanah.

" tsreng.." Mey kini sendirian melawan si Ular. Mey terus berusaha menghindari setiap serangan dari si Ular.

Aku tak tega melihat Mey kesusahan melawan Ular itu. Aku mengambil gulungan kertas yang tadi aku simpan di tas yang aku bawa. Ku buka gulangan kertas itu, dari dalam gulungan kertas muncul sebilah pedang. Ini adalah pedang warisan dari kakeku yang pada saat perang hantu jawa ke2 mampu menusuk jantung Lusor, pemimpin aliansi timur.

Kini tangan kananku memegang sebilah pedang. Aku berlari meninggalkan saung menuju tempat mereka bertarung. Mey saat ini sedang dililit oleh ekor si Ular, Mey kesulitan bergerak. Si ular bersiap menebaskan pedangnya pada Mey. Midun yang tergeletak ditanah berusaha melepaskan anak panah untuk menolong Mey.
" slepp " anak panah berhasil dilepaskan Midun.
" treng.. " si Ular ternyata dengan mudah menangkis panah Midun dengan pedangnya.

Kembali fokus si Ular mengarah pada Mey. Si ular melepaskan sabetan pedang ke arah Mey.
" Tsreng... " aku tepat waktu berhasil menahan pedang si Ular menggunakan pedangku.

" Sayang.. " ucap Mey lirih.

Tak kupedulikan ucapan Mey, aku mendorong pedang si ular. Membuat badan si Ular sedikit mundur.
" Srebbb.. " aku dengan cepat memotong ekor si Ular yang membelit Mey.
" Buesshh " ekor si Ular langsung hancur menjadi butiran debu.

" ahhhhh ekorku... " teriak si ular. Berbeda dengan ekornya, tubuh si Ular masih utuh.

" kamu gapapa Mey " tanyaku, menatapnya.

" Makasih sayang, aku kangen " jawab Mey.

" heh Kwehni, aku tak butuh pertolonganmu " ucap Midun dengan sombongnya, meskipun saat ini dia terkapar tak berdaya.

" jangan geer dulu, aku kesini bukan untuk menolongmu tapi untuk melindungi Mey " ucapku sinis.

" awas kau Hiro.. awww " ucapnya kesal, mencoba bangkit namun tak mampu dan merasa kesakitan.
Ku balas dia dengan tatapan sinis.

Mey terus saja memeluku, ini bukan pelukan ketakutan karena hampir mati ditangan Ular itu. Tapi ini pelukan hangat dari wanita yang telah lama merindukan orang yang disayanginya.

" Bantu aku Mey melawan Ular itu, apa kau masih punya tenaga " bisiku pada Mey.

" iyah sayang tenang aja " jawabnya.
Kami berdua kemudian melepaskan pelukan lalu langsung menghadap ketempat si Ular berada.

Rupanya ekor si Ular sedikit demi sedikit tumbuh lagi.
" Hahaha tak semudah itu mengalahkanku " ujar si Ular sambil tertawa.

" apa yang kau inginkan disini ? Apa kau tersesat untuk pulang ke kerajaanmu diselatan ? " tanyaku padanya.

" aku ingin kekuatan dari pohon itu. Aku ingin bertambah kuat sehingga Ratu akan menaikan pangkat dan jabatanku hahaha " jawabnya.

" hahahaha " aku tertawa mendengar jawabanya.
" kau terlalu serakah, dengan kau datang kesini bukan kekuatan yang akan kau dapatkan. Tapi kemusnahan " Bentaku.

" akan ku bunuh kau bocah " teriaknya.
Dia langsung menghampiriku dan menyerang dengan sangat emosi.
" Tsrenggggg " kedua pedang kami beradu dan adu kuat.
Ekornya bergerak bersiap menebasku.
Dengan sigap aku melompat menghindari serangan ekor si Ular.
" Bughhht " dengan cepat sebuah tendangan dariku mengenai dadanya. Diapun terdorong kebelakang lalu tak lama dia ambruk.

" lebih baik kau pulang dan kembali ke kerajaanmu. Selama ini kami tidak ada masalah dengan kerajaan ular dari pantai selatan " ucapku pada ular itu.

" awas kau bocah, akan aku balas " ucapnya yang sudah bangkit dan mencoba menyerangku kembali.

" Tsreng " kembali pedang kami beradu.
Aku mendorong pedangku hingga membuatnya mundur kebelakang. Aku sudah mengenal bagaimana pola serangan ular itu. Ekornya kembali bergerak bersiap menyerangku.
" Srebbb " aku memotong ekor yang bergerak menyerangku.
" Bughhh " diikuti tendangan kaki kanan kearah perut si Ular.
" argghhhh sialll.. awas kau bocah " geram kesal si ular.

" Tsrenngg " kembali pedang kami beradu kuat.
" Bughhh " sebuah tendangan lagi dariku mengenainya.

" sudah ku bilang lebih baik kau pulang, kembali kekerajanmu " ucapku.

" aghhhh banyak bicara kau " ucapnya.
Nampaknya dia sudah kelelahan, terasa dari tekanan di pedangnya mengendur.

" Bughhh " kembali aku mampu menendang dada si Ular. Membuatnya terhuyung mundur kebelakang.

" ahhhh rasakan ini " teriak si Ular menyabetkan pedang dengan sekuat tenaga.

" Tsrreennnggg. . " kedua pedang kami beradu sangat kuat. Hingga terlepas dari pengangan masing-masing.

Dia sedikit lengah ketika pedang terlepas dari tanganya.
" Bughhh... bughhh... " dua buah pukulan aku lepaskan berturut-turut kearah perut si Ular.
" Bugghhhh " diakhiri dengan sebuah tendangan keras dan sangat telak. Membuatnya ambruk kebelakang.

" sekarang Mey " teriaku pada Mey dan sedikit menjauhi si Ular.

Mey sudah bersiap memegang busur dan anak panahnya.
" sluph " Mey melepaskan anak panahnya ke atas langit. Seketika panah itu berlipat ganda menjadi empat buah anak panah. Keempat anak panah itu menukik ke arah si Ular.
 
" Sleb.. sleb.. sleb.. sleb.. " keempat panah menembus tanah disekeliling si Ular dan tercipta kotak kaca yang menjebak si Ular didalamnya.

" yeess berhasil " ucap Mey gembira dan mendekat kearahku.

" aghhh " si ular berusaha keluar dari dalam kotak kaca.

" pasang kertas penyegel sekarang " ucapku pada Mey. Sambil mengambil pedang yang terlempar tadi.

" baik sayang " jawab Mey tersenyum.
Kami berdua mendekati kotak kaca.

" arggghhh lepaskan aku " teriak si Ular.
Sedikit demi sedikit kotak kaca itu menyempit.

" ploph.. ploph.. ploph.. ploph.. " Mey memasang empat kertas penyegel ditiap sisi kotak kaca.
Dari tiap kertas penyegel muncul tali berwarna hitam kemudian menjerat si Ular, membuatnya tak dapat bergerak lagi.

" aghhhh apa ini " teriak si Ular yang kini tak dapat bergerak.
" arrrggghhhss sakit " teriak si Ular, kini kotak katanya semakin menyempit dan terus menyempit.

" kan tadi aku sudah suruh pulang, malah ngeyel " ujarku sinis.

" Arghhh " teriak si Ular kesakitan, kini kepala, ekor dan tubuhnya terhimpit menyatu.

" Selamat jalan ke neraka " ucapku, lalu dengan sekuat tenaga ku tebas kotak kaca dan ular didalamnya menggunakan pedang warisan kakeku.
" Burggghhhss... Bushss " kotak kaca itu hancur bersama si ular yang hangus menjadi butiran debu.

" akhirnya musnah juga Ular itu " ucap Mey lega.

" apa ada yang luka Mey ? " tanyaku khawatir.

" gapapa kok yank, malah aku seneng banget lihat kamu " ucapnya langsung memeluku.

" kita obati dulu Marlo dan Mitre " bisiku pada Mey.
Aku melepaskan pelukan Mey. Dan berjalan kearah pohon Mulyo. Sementara Mey menuju kearah Midun, Marlo, dan Mitre yang tergeletak tak berdaya.

Aku mengambil beberapa lembar daun dari pohon Mulyo. Lalu membangunkan Faruk yang tidur didalam saung.
" apa kau sudah mengalahkanya? Hoaammm.. " tanya Faruk sambil menguap.

" dia sudah musnah.. ayo kita pulang " jawabku padanya.

Aku pun berjalan bersama Faruk ketempat Mey berada.
" katanya kita pulang, malah menghampiri mereka " protes Faruk.
" kita kesana sebentar " jawabku.
" Hoaaammm " jawab Faruk.

" ayo kunyah daun ini " ku berikan daun pohon Mulyo kepada Marlo dan Mitre.

" gimana? Udah baikan ? Tanya Mey pada Marlo.

" yah kami sudah baikan, terimakasih Hiro " ucap Marlo, kini dia sudah mampu berdiri.

" makasih sayang " ucap Mey tersenyum.

" iyah sama-sama sayang " jawabku sambil mengelus rambut Mey.

" cuihhh " Midun terlihat tidak suka dengan kedekatan kami.

" Wah ternyata kau ada disini Faruk, disaat kami kesusahan melawan Ular itu. Kau dengan nyenyak malah tidur " sindir Marlo pada Faruk.

" aku sudah tau kalau Hiro bisa mengalahkan Ular itu " jawab Faruk kemudian memalingkan wajahnya.

" Dasarr kucing pemalas " gumam Marlo kesal.

" Sudah.. sudahh.. jangan bertengkar. Yang penting kita selamat " ucap Mey pada mereka.
" Dan Mitre lebih baik cepat bawa Midun pulang biar segera diobati " lanjut Mey pada Mitre.

" baik Mey " jawab Mitre.
Mey membantu Midun yang tak berdaya naik keatas punggung Mitre. Lalu membawanya pulang kerumah.

" Kau juga pulang Mey, sebentar lagi pagi " ajak Marlo.

" aku masih kangen dengan Hiro " jawab Mey.

" Baiklah, kalian boleh ngobrol dulu. Tapi ga lebih dari 10 menit. Sebentar lagi pagi, pasti kakekmu bertanya-tanya jika kau belum pulang " ujar Marlo.

" terimakasih Marlo " ucap Mey senang.
" Ayo sayang " kemudian menarik tanganku.

" ehhh iya " aku pun terkejut dengan tarikan Mey.
" Faruk kau tunggu disini yah " perintahku pada Faruk.
Aku dan Mey lalu pergi kearah saung.

" sayang aku kangen " rengek Mey lalu langsung menciumku ketika kami sudah berada didalam saung.

" aku juga Mey " jawabku, lalu membalas ciumanya. Kami pun berciuman panas sekali, kedua lidah kami saling hisap melepaskan kerinduan yang sangat mendalam.

Saung ini dikelilingi sekat dari kayu setinggi satu setengah meter sehingga jika duduk apa yang dilakukan didalam saung tidak akan terlihat dari luar dan menyisakan salah satu sisi tidak disekat sepenuhnya sebagai jalan masuk.

Kami terus berciuman, semakin panas semakin liar, terasa lembut sekali ketika bibir mungil Mey menyatu dengan bibirku.

" ehmm yank " desah Mey disela ciuman kami.
Dia membuka jaket yang dia pakai lalu menaikan sedikit kaos bajunya keatas. Tanganya menuntunku untuk meremasi susunya.

" ahh yank " desah Mey ketika susu mungilnya aku remas. Kuremas terus susunya. Mulai dari remasan yang halus sampai remasan yang kasar.
Tanganku kemudian turun kearah Memeknya. Dengan lembut ku gesekan tanganku di bagian sensitipnya. Membuat Mey menggelinjang keenakan.

" emm yank enak, terus yank " racau Mey yang terus menggelinjang keenakan.

Tanganku terus aktik mengelus belahan memeknya. Sementara mulut kami tak henti berciuman. Saling lumat, saling hisap dan bertukar air liur.

Mey kemudian menurunkan celana yang dia pakai beserta Cd nya hingga terlepas. Kini aku dengan bebas mengelus memeknya secara langsung. Kumasukan jari tengahku dan kedalam lubang memeknya.

" plockh.. plockh.. " suara ketika jari tengahku keluar masuk dengan gencarnya di memeknya. Terasa memeknya semakin basah..

" ahhhh yank cepet masukin ahhh " desah Mey tertahan.

Aku menurunkan celana dan Cd sebatas lutut. Hingga mencuat lah si Junior gagah berdiri. Kulihat Mey menatapku sayu. Ingin segera memeknya dimasuki si juniorku.

" ehmm cepet yang masukin, waktu kita ga banyak " desah Mey sambil sedikit menarik-narik kaosku, agar aku segera memasukan si junior kedalam memeknya.

Ku buka lebar-lebar pahanya, wajahku ku dekatkan ke depan lubang memeknya.
" Slurp.. Slurp.. " ku jilati permukaan memeknya yang putih mulus tanpa bulu.

" ahhh yank.. enak yank.. " desah Mey sambil menekan-nekan kepalaku agar semakin dalam menjilati lubang memeknya.

Ku bangkit dan kini telah kuarahkan si Junior untuk segera menembus lubang memeknya.
" ayankkk ih cepet masukin " rengek Mey pelan.

Perlahan si Junior memasuki lubang kenikmatan Mey, terasa sempit. Namun dengan sedikit dorongan si Junior sudah berhasil tenggelam sepenuhnya.
" ehmn yank enakk ahh.. " desah Mey.

" udah lama yah kita ga kaya gini " ucapku.

" iya ahh.. makanya aku kangen banget.. ahhh yank enak.. terus yank...

" plokk.. plok.. plok.. " suara kelamin kami beradu. Aku semakin cepat menggenjot memeknya. Bukan hanya karena terbawa nafsu tapi juga waktu kami ga banyak.

" iyahh yank terus ahh.. lebih cepat yank.. " desah Mey sambil meremasi susunya sendiri.

Kubalikan tubuh Mey dan kuangkat dalam keadaan menungging.
" bless.. " kembali kumasukan si Junior kedalam memeknya. Semakin cepat dan gencar ku genjot memek Mey.

" ahh.. ahh.. ahh.. ya..nk.. enakk.. " desahnya terpotong-potong karena hentakan dariku ketika memasukan si Junior semakin dalam.

" Mey ayo kita pulang " teriak Marlo dari kejauhan.

" Mey dia sudah memanggilmu " ucapku.
" plok.. plok.. plok.. " suara persetubahan kami.

" ehmm iya sebentar " teriak Mey.
" ahhhhh.. yank emm... cepetan ahhh... aku dikit lagi mau keluar ahhh... " desah Mey pelan.

" Ayoo lama sekali kalian mengobrol " kembali teriak Marlo.

" plok.. plok.. plok.. " aku terus menggenjot memek Mey dari belakang.

" ahh.. ahhh.. yank aku hampir sampai " desah Mey.

" plok.. plok.. plok.. plok.. " ku semakin percepat genjotanku.
" aku juga sedikit lagi sayang " ucapku pada Mey.

" aghhhhhhhhh yankk.. aku.. sampai.. " Mey mencapai orgasme dan tubuhnya sedikit ambruk.

" plok.. plok.. plok.. plok.. " kupercepat genjotanku.
Terasa akan mencapai orgasme, ku tarik keluar si Junior dari dalam memeknya.
" ahgh aku sampai " desahku.
" crott.. crott crott.. crott.. crott.. " sekitar delapan kali tembakan orgasme ku arahkan ke pantat mulus Mey.
Aku langsung memeluk Mey dari belakang.

" ahhh yank.. I love u " desahnya, saat ku remas susunya dan ku cium pipinya dari belakang.

Mey berbalik, lalu dilanjutkan dengan kami saling berciuman dan sesekali tanganku meremasi susunya.

" Mey kau sedang apa, ayo kita pulang " teriak Marlo.

" iyahh Sebentar " sesaat Mey melepaskan ciuman dan menjawab dengan berteriak kearah Marlo.

" udah yah, ayo kita pulang " ajaku pada Mey.

" masih kangen yank.." rengek Mey memeluku.
 
" nanti kita ketemu lagi. Kalo kamu pulang telat, nanti kakekmu marah. Apalagi sampai tau kau bersamaku " ujarku.

" iyah sayang.. I love u " bisiknya.

" iyah.. love u too " jawabku.

Mey kembali memakai Cd dan celananya juga membenarkan bajunya yang tersingkap keatas lalu memakai lagi jaketnya. Sebenarnya itu jaketku yang saat terakhir aku bertemu denganya. Kini kami sudah rapih.

" Yank ini jaket mau diambil? " tanya Mey.

" buat kamu aja, biar kalo nanti kangen aku. Kamu bisa peluk jaket ini. " jawabku.

" uhh ya ga bakal sama dong " ujarnya sedikit cemberut.

" hehehe " tawaku.

" Ciumm.. " ucapnya.

" ayo ahh mereka udah nunggu kita, entar mereka curiga " jawabku.

" gamau ahh.. cium dulu " rengeknya manja.

Aku pun menurutinya, ku cium kening, mata , pipi, hidung dan terakhir bibirnya. Semua bagian wajah Mey tak ada yang luput dari ciumanku.

" hehe makasih sayang " ucapnya tersenyum.

" iyah sayang " jawabku gemas.

Kamipun berjalan kearah Marlo dan Faruk, terlihat Marlo kesal. Sementara Faruk sepertinya tertidur lagi.
" lama sekali kalian, sudah lebih dari sepuluh menit " keluh Marlo.

" hehe Maaf terbawa suasana " jawab Mey.

" ayolah cepat naik, kita pulang " ajak Marlo.
Mey pun naik keatas punggung Marlo.
" Bye sayang " ucap Mey tersenyum melambaikan tanganya padaku. Lalu dengan cepat Marlo membawa Mey pergi menembus rindangnya pepohonan.

" Faruk ayo kita pulang " aku membangunkan Faruk.

" Hoamm.. ayo naik.. " dengan sedikit malas, Faruk bangun.
Aku langsung menaikinya, kami pun pulang kerumah. Faruk hanya berjalan bukanya berlari dan sampai pukul setengah enam Pagi.
Sungguh Hari ini sangat melelahkan, di sekolah aku harus berantem melawan 17 orang murid laki-laki, lalu berantem dengan Ular yang sangat kuat dan terakhir beradu kenikmatan bersama Mey.


Maaf kalo update nya tidak memuaskan :ampun:
Ga nolak kalo ada yang mau ngasih GRP :p jangan lupa pake nama :)
 
Om kb Boleh ga kasih penampakan faruk..
Kek gimana sih rupa si tukang tidur..

Seru romance nya. ...
Apa biia jg suka ama Hiro ya...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd