Senin, 24 Januari 2021, 04:20
Desah nafas istriku kian memburu. Goyangan pinggulnya makin liar...
" Mmmmmwh... Aaahh.... Hayaah.. Eumm.. Memek bundah shesek bhangeet.... Aah..." racaunya
Aku ngga menjawab. Tapi tanganku merayap meremas buah dadanya yang indah menggantung.
" Aaahhh.. Ayaaah.... Aaaaa....." racau istrku lalu tubuhnya bergetar dan matanya membeliak hanya memperlihatkan bagian putihnya. Aku masih mengocok kontolku di Memeknya hingga akhirnya semburan air maniku bercampur dengan cairan memeknya.
istriku menelungkup diatas dadaku dengan nafas masih memburu.
" Bunda.. I love you..." ucapku sambil mengecup lembut keningnya.
" I Love you too ayah.." ucapnya
Mata kami saling tatap dalam hangatnya cinta dan panasnya gairah. Tak ada kata, tapi makna yang tersampaikan sangat dalam. Tentang hati kami yang telah tertaut dan saling memiliki, mencintai dan menyayangi.
" mmm.. Linuu.." keluh manja istriku saat melepaskan kontolku dari memeknya.
Bibir kami kembali bertaut dan lidah saling lilit. Hingga...
" Mandi dulu yu... Bentar lagi subuh. " ajakku
Kami berdua melangkah ke kamar mandi. Dan kembali mereguk indahnya cinta dalam hasrat dan kasih sayang.
Selesai mandi dan shalat. Kami salin mengenakan pakaian kerja. Lalu melongok ke arah putriku. Wajahnya tampak cantik terlelap tenang dalam buaian. Di tangannya teether pemberian almh. Ika erat dipegang. Seolah bisa merasakan kasih sayang Ika.
" Cintaku... Sayangku... Bidadari bunda.. Gugah yuu.. Kita mamam.." ucap istriku
" Hhhhh... Hmmmhh.." desah nafasnya lucu sambil merobah posisi tidurnya
" Eee... Kok bobo lagi ya..." ucap istriku
" Mmm... Bububu... Naah uuu... Ngging.. Nah.." ucap putriku masih sambil merem
" Ooh.. Mau nen.. Hayuu.. Kita ke bawah atuh yu.. Eh belum aca doa.. Alhamdulillah hilladzi ahyaana Ba'da maa amattanaa wailaihinusyuuro... " ajak istriku sambil menghendong Ajeng
" Hnnng... Mmmm... Mmmm..." gumam Ajeng seperti menirukan pembacaan doa.
Lalu Ajeng memeluk istriku dan meletakkan kepalanya dibahu istriku.
Kami keluar dari kamar menuju ruang keluarga. Sesampai diruang keluarga...
" Naaah... Wawawaw mamamm uu.. Nininih uuuu.." teriaknya
" Ya Allah... Hahahaha..." ucap istriku
" Iyaa... Uwanya juga masih dikamar belum mamam kok..." jawab Nenah
Teteh yang sudah bangun dan masih memakai pakaian tidur keluar dari kamar.
" Haaay... Anak uwaaa... Panggilin uwa sayang? Iya? " tanya teteh
" Mmmmwh... Bau oded... Mmmmwh... Belum ibak..." ucap teteh
" Mmm... Wawawaw...." ucap Ajeng sambil menciumi pipi teteh..
" Ouu makasih naak.. Uwa di sun sama Ajeng..." ucap teteh.
" Hehehehe... Uuuu... Cicici... Ninih uu... Mamam Wawawaw..." panggil Ajeng
" Oo... Iya bentar yaa... Bunda bangunin Cicinya dulu..." ucap istriku
Lalu istriku melangkah ke kamar.
" Cintaaa... Bangun nak... Ayo udah jam 5..." ucap istriku
" Hmmmmrrgh..." Cici menggeliat nikmat. Lalu ia menatap istriku.
" Kenapa Cici ngga dicium sama uwa ? " protes Cici
" Ouww.. Iya uwa lupa... Mmmwh... Mmmwh... Ayo mandi dulu. " ucap istriku.
Cici bangkit dari tidurnya dan langsung ke kamar mandi.
Istriku memeriksa pakaian untuk Cici. Setelah yakin ia keluar dan membangunkan Vilda dan Kania.
Saat istriku keluar dari kamar Vilda. Rani sudah berada diruang keluarga.
" Mmmmwh.. Sibungsu bungsu bungsu.. Mmmmwh..." ucap istriku sambil memeluk dan mencium kening dan pipi Rani.
" De Ajeng cari ateu...." ucap Nenah
" Uuh... Nah... Da.. Da.." ucap Ajeng dengan mimik wajah yang lucu mengajak teteh mencari Nenah.
" Hahahaha... Haduuh anak uwaa.. Pinter banget ih... Mmmmwh " ucap teteh sambil berdiri menuju tempat Nenah bersembunyi.
" Baaa... Adaa..." ucap Nenah
" Haaaaa... Hahaha.... Nah nininih.. Ngging uuu..." ucap Ajeng.
" Ayuu... Kita bikin susu duluu..." ucap Nenah sambil mengambil Ajeng dari gendongan teteh.
Teteh kembali ketempatnya semula dan menikmati teh hangat.
Istriku melihat ke kamar Cici. Ia heran kenapa Cici agak lama. Lalu istriku melangkah ke kamar Cici.
" Hmmm.. Udah bers sayangnya uwa? " tanya istriku pada Cici
" Udah wa..." jawb Cici
" Yu kita sarapan..." ajak istriku
" Gendong..." rengeknya manja. Istriku menuruti maunya Cici
Sampai di ruang keluarga...
" Ya Allah boneka gede uwaaa..." ucap Terry
" Masya Allah.. Masih mau gendong gendong nak Fitri...?" tanya bu Hafidz
Kami tertawa melihat perilaku Cici dan istriku.
" Minum dulu..." ucap teteh kepada Cici.
Cici meminum teh hangat dari gelas teteh.
" Cici mau sarapan apa nak? " tanya Terry
" Toast bread coklat kacang wa..." jawab Cici
" Aku Mauuuu... " ucap Rani
Dan ternyata hampir semua memesan roti bakar kepada Terry.
Pesanan Cici dan Rani selesai lebih dulu. Rani kusuapi dengan penuh kasih sayang seorang kakak bergantian dengan istriku.
" Abang hari ini ada pencairan lho.. Yong Xin progress software kedua sama DP Fase 2 " ucap Rani kepadaku.
" Fase 2 nya hardware kan? Udah buka PO? " tanyaku
" Untuk Yong Xin belum. Kan baru DP nya juga. Yang udah buka PO kedua buat Sapta sama Bina Bedebah." jawab Rani
" OK.. Kalo gitu A Yahya sama teh Ita abang minta nanganin." ucapku
" Waaah.. Cuan dong..." goda teteh.
Rani tertawa sambil memeluk teteh. Dan sedikit bercerita soal rencananya.
" Bu, sepertinya kalo Rani udah nikah, Rani kami minta tinggal dekat kami." ucap teteh
" ibu dan bapaknya Rani menyerahkan keputusan sepenuhnya sama tetehnya Rani. Kok saya malah merasa Rani ada dalam perlindungan yang aman ya..." jawab bu Hafidz. Lalu teteh dan bu Hafidz terlibat dalam obrolan agak serius. Sambil ngobrol sesekali bu Hafidz mengusap airmatanya yang menetes karena bahagia.
" Pit... Si siapa itu yang pernah ngejar si Nong? " tanya Teteh
" Oo. Ferin.. Udah P21 kata Silvia..." jawab istriku
" Berarti udah ke kejaksaan... Yasudah.. Nanti teteh pantau. Ibu jangan pusing lavi mikirin si Nong. Karena dia ada sama kami. Kalo ibu mau kesini, teteh dan Dicky akan sangat menyambut bahagia.." ucap Teteh
" Ibu manut aja sama kalian..." ucap bu Hafidz dengan tangis bahagia.
" Bule.. Le... Dikamar Cici ada dus coklat polos. Dilakban biru. Punten... Bawa sini..." ucap teteh
Vilda mengambil barang yang teteh minta.
" Euh berat..." ucap Vilda bercanda.
Lalu teteh membuka dus tersebut.
" Pit.. Pipit... Ini Gucci, kamu Hugo Boss ky.. Terry YSL... Butek nih 212 Men... " ucap teteh sambil memberikan parfum.
" Aaaa makasih teteh.. " ucap istriku juga Terry.
" Nong.. Ini.. J Lo... Bulee.. Bulgari. Cici ini Tommy Girl. " sambung teteh
Dan yang lainnya juga kebagian termasuk Rexy dan bu Hafidz.
Saat sarapan sudah selesai. Kami berangkat menuju kantor.
Senin, 24 Januari 2021, 07:39
Kami tiba dikantor. Beberapa pegawai mengangguk hormat saat bertemu kami.
" Bu Rani... Bu.. Ini e mail dari vendor PC :
1. Motherboard minimal Gygabite 80 Unit
2. RAM 8 GB DDR 4 80 Unit
3. HDD 500 GB SATA 3 Western digital 80 unit
4. Monitor LCD 14" 80 unit
5. Key mouse standard 80 unit
Discount 2,5%.
Delivery schedule Monday, Jan 24, 2021 " ucap Syahnaz.
" Eummm.. Aseek... Makasih Naaz...." ucap Rani
" Sama sama bu Rani..." ucap Syahnaz.
Rani berlalu menuju ruangan A Yahya
" A.. Teh... Ini dari pihak Vendor peripheral PC. Mereka kasih discount 2,5% " ucap Rani.
" Alhamdulillah. Nanti aa bicara sama bang Dicky ya." ucap A Yahya
" Iya A..." jawab Rani. Dan ia pun kembali ke ruangannya.
Sementara itu di ruangan lain aku dan Budi membahas soal adanya penambahan desain rooftop untuk proyek Sudirman. Anggodo memberitahukan bahwa owner ingin sebagian rooftop bisa difungsikan sebagai open space untuk bersantai. Dan ini merubah total fasilitas dan rencana instalasi yang akan ditempatkan disana.
" Kalo itu kita coba ngobrol sama si Dinar cs ya cuy. " ucapku
" Siip... " jawab Budi enteng.
" Tapi kalo memang akan dipake sebagai recreation area. Pasti perlu pemadatan di sisi ini sama ini. Konsekuensinya plumbing dan cabling akan berubah di lantai bawahnya. Nah mumpung belum ada toping off untuk last level. Kita bisa push planning change buat rooftop." ucap istriku.
" Bener bun, ini kaitannya sama finalisasi engineering untuk AC, Trafo dan water circulation. Sementara sih ayah bilang kita ngga nemu masalah untuk yang lain. Hanya... Ini akhirnya akan lari ke sisi estetika dan comfortable. Kaya view dan lainnya.." tambahku
" Berarti kita harus site walk yah.." ucap istriku
" Deal... Kita site walk Rabu ini sekalian bawa Dinar " ucap Budi
Kami setuju karena pada saatnya Dinar yang akan menginterpretasikan desain dan imaging melalui goresan kreatifnya.
Pembicaraan kami selesai dan kami memiliki sisa waktu.
" Assalaamu'alaikum... Pak.. Bu... Maaf ada tamu, gurunya mbak Cici sama orang tua siswa katanya.." ucap Euis
" Oh.. Iya iya... Makasih ya Euis.. Eh tolong kasih tau Cici di ruangan uwanya yaaa..." jawab istriku sekalian minta tolong
" Ayah ayu yah..." ajak istriku
Kami turun menuju lobby. Sesaat sebelum tiba di lobby...
" Pak... Maaf pak. Kami ada perlu sebentar.... " ucap Nurdin
" Iya gimana mas? " tanyaku
" Ini pak. Kalo ikut gambar yang udah di aprove sama bu Sulung dan pihak Pakistan. Ketebalan Armor external itu diangka 200mm. Sementara armor yang ada 250 mm pak. Interior juga miss. Harusnya ketebalan 150 jadi 175 pak. " ucap Nurdin
" Iya pak. Ini melenceng jauh dari oferring spec dan pasti aneh saat homologasi pak." tambah Yatimin.
" Hmm. Kok kenapa ya bisa miss kaya gini. ? Tapi kalo dari sisi safety test dan uji balistiknya gimana mas? " tanyaku
" Ya kalo dari sisi safety jelas menang banyak pak. Juga balistik retencies. Rencananya kan hanya akan menghadapi 7,62x19 mm. Kalo pake armor ini malah bisa tahan cal .50 pak..." papar Nurdin
" OK. Kalo gitu saya, Opik, pak Zarlan, pak Ferry dan kalian meeting sore ini. OK? " tanyaku
" Siap pak.." jawab keduanya.
Saat aku akan melanutkan langkah menuju lobby, putri giok kesayangan kami menyusul dan menggandeng tanganku
Ia sedikit merengek menyampaikan keinginannya.
" Uwaa... Sekalii aja wa.... Yaaa..?" pintanya
" Tapi bener bener hanya sekali uwa kasih izin. Dan besok besok ngga lagi ya nak... Sayangku.." ucapku lembut
" Iya... Makasih uwa.." ucapnya sambil tersenyum.
" Ibu ibu kenapa ngga kabarin kami ? Kan bisa kami jemput. " ucap istriku
Bu Diah mamanya Nabila menjawab..
" Ya kami ngga enak kalo belum apa apa udah langsung jemput... Nanti malah merepotkan." jawabnya. Sementara bu Atun mamanya Hendri menatap sekeliling ruangan dengan sikap sombong.
" Ya sudah sekarang kita ke ruangan bimbingan yu..." ajakku
Kami melangkah menuju sebuah ruangan yang telah di set oleh Budi jadi tempat bimbingan bagi Cici dan kawan kawannya.
" Nur.... Yati... Gimana? Masih ada yang kurang ngga? " tanyaku
" Siap.. Semua udah pas. Tinggal nanti Nur akan bilang kalo mau pake fasilitas lain." jawab Nursalim puas.
" Hmm.. Oke... Carry on..." ucapku
" Ky.. Our Vendor make a mistake. They send some materials for another purpose. And what we have to do? " tanya teteh
" Just keep those materials. And ask them the right materials for Paki project. That's all. But I want to check it first and comparing with the shop drawing..." jawabku
" So simple like that...?? Why I'm not think like you before..." keluh teteh
" Hahaha... " aku tertawa mendengar keluhan teteh.
Kami meninggalkan Cici dan kawannya untuk memulai bimbingan bersama Nursalim dan Mulyati.
Saat sampai di lobby..
" Maaf, usaha anda bergerak dibidang apa saja sih sampe sesibuk ini ?" tanya bu Atun.
" Yaa... Usaha sederhana. Ngga ada yang istimewa..." jawabku malas.
" Kami bergerak dibidang kontraktor bu.." jawab Fitri sambil tersenyum.
" Maaf pak... Najla menganggu... Najla disuruh pak Yahya minta paraf bapak buat PO ini. Soalnya pak Yahya belum yakin..." jaab Najla.
Kubaca sebentar. Ternyata untuk snack goyang lidah. Kuparaf PO tersebut dan kuserahkan kembali kepada Najla. Najla mengucapkan terima kasih dan kembali keruangan A Yahya
" Cuy, sapta masuk 45 + 18 M " ucap Budi sambil lewat.
Aku mengangkat jempol kepadanya.
Rani mendatangi aku dan istriku. Sedikit diskusi terjadi perihal perubahan desain rooftop Sudirman. Dan Ini bisa diselesaikan
" Punten panggilin Vilda ya sayang..." ucap istriku. Rani mengangguk sambil membaca gambar.
" Mama Citra, itu adiknya mama Citra? " tanya bu Diah
" Iya bu... Si bontot.." jawab istriku sambil tersenyum
" Cantik cantik ya keluarga mama Citra. Pantes aja kalo Cici juga cantik." ucap bu Diah.
" Ah... Biasa aja.." bu Atun berkomentar.
Aku nyaris tertawa mendengarnya. Tapi kutahan.
" Iya bun.. Eh ibu..." ucap Vilda
" Kita makan siang diluar ya. Sama ibu ibu dan gurunya Cici. " ucap istriku
" Iya bun.. Vilda reservasi dulu ya..." ucap Vilda
Kami mengangguk.
" Cari yang mewah sekalian di tempat teteh biasa menjamu tamunya." pesanku melalui WA.
" Iya yah. Pasti mau bales mamanya Hendri." balas Vilda ditambah emot tertawa.
Obrolan berlangsung antara kami dengan kedua orangtua siswa itu. Hingga akhirnya bu Atun menyadari bahwa tempat kerja suaminya hanya subcon di proyek kami.
Sikapnya berubah yang tadinya sombong menjadi memuji muji kami. Muak mendengarnya.
Akhirnya waktu makan siang tiba. Kami berangkat menuju restoran yang sudah disepakati.
" Waah.. Tempat makan siang keluarga pak Dicky mewah banget. " puji bu Atun menjilatku
" Hmm... Ngga selalu bu. Saya dan keluarga sebenarnya jauh lebih nyaman menikmati makanan di kantin. Karena bisa interaksi dan mengukur diri kita saat bersama bawahan.." ucapku
Vilda tersenyum penuh arti atas ucapanku. Dan dia menatap bu Atun sekilas.
" Silahkan ini daftar menunya.." ucap waitress
Aku memilih menu favoritku, sementara istriku juga melakukan hal yang sama.
Bu Atun tampak kebingungan saat akan memilih menu. Untung bu Yulia membantunya.
Obrolan kami dengan bu Yulia dan bu Diah berlangsung wajar dan sesekali diwarnai canda. Hinga menu pesanan kami tiba
" Mbak. Aku pesan iced lemon tea ya mbak..." ucap Cici
" Oh.. Boleh.. Boleh..." jawab waitress ramah
" Tapi jangan make gula biasa ya mbak, make madu atau gula rendah kalori aja " pinta istriku.
" Baik bu..." jawab waitress
Dan seperti biasa Cici mesti disuapi oleh istriku. Sementara aku agak leluasa karena Rani tidak ikut kali ini.
" Cici... Ini minumnya nak.. Diminum dulu sayangku... Cintaku.. Bidadariku.." ucap istriku membujuk Cici.
" Bentar wa..." jawab Cici merengek manja sambil matanya menatap hp.
" Naak Sayang.. Nurut nak.." ucapku lembut
" Iya.. " jawabya sambil tersenyum dan meminum minumannya.
" alhamdulillah.." ucap istriku saat Cici sudah menghabiskan makan minumnya.
Sementara bu Yulia dan kedua orangtua siswa menatap perlakuan sayang isteiku dengan tatapan dan perasaan bercampur campur.
Setelah makan siang usai. Kami kembali ke kantor. Karena cici dan kawannya masih harus melanjutkan bimbingan mereka. Sepanjang perjalanan Cici seperti memamerkan kemanjaan dan perhatian kami untuknya. Sambil sesekali mengecup pipi uwanya diiringi tawanya.
Sesampai dikantor, ketiga wanita itu menunggu di lobby, walaupun begitu kami persilahkan kepada mereka untuk melihat kegiatan siswa yang sedang bimbingan.
" Kamu makan sama apa tadi nong? " tanya istriku saat berjumpa dengan Rani diruangannya.
Ia menggeleng...
" Belum makan hehehe..." jawabnya
" Hloooh..! Kokgitu ???" ucap istriku kaget
" Ya abis teteh sama abang ngga ada..." ucapnya manja.
" Ya Allah... Maafin teteh sayang.. Maafin..." ucap istriku sambil memeluk Rani
" Sekarang makan ya nong... Hayu kita ke mbak Mar.." ajak istriku
" Aaa... Pengen bakso tapi makannya disini..." ucapnya sambil matanya tertuju pada layar laptopnya.
" Iya.. Iya.. Hallo.. Euis.... Punten bis kesini ngga? " panggil istriku melalui Aiphone
" Iya bu.." jawab Euis. Tak lama Euis datang
" Is... Punten pesenin bakso buat Rani, yang di sebelah bang Jedow ya..." pinta istriku
" Ooh.. Bakso nya mau bakso biasa apa bakso urat bu? Soalnya sma enaknya sih.." ucap Euis.
" Bakso biasa aja.." pinta Rani lalu ia menambahkan apa yang harus Euis tambahkan. Setelah itu Euis segera menuju tukang bakso.
Agak lama istriku menunggu. Karena ternyata ada beberapa pembeli dari luar yang datang juga kesana.
" Hmmm.. Gajih ini jangan ya..." ucap istriku.
Rani mengangguk. Sementara tatapan matanya tetap fokus ke laptopnya
Suap demi suap dinikmati Rani. Walaupun kadang istriku ikut menikmati.
Tak terasa semangkok habis dinikmati. Rasa baksonya memang enak. Apalagi kaldu tulangnya.. Mantaaap...
" Teteeeh... Selesai deh gant chart buat sampe beres resepsi " ucap Rani. Lalu ia menjelaskan gant chart yang ia buat.
Tak terasa jam kerja telah berakhir. Para sudah selesai. Para siswa serta guru dan orangtuanya sudah diantarkan tadi jam 14 oleh Ardi.
Kami pulang berjalan kaki ke rumah sebagai selingan. Sambil bercanda kami berjalan membuat seolah langkah kami tak terasa.