Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG THE DIARY; AN INCEST STORY

Status
Please reply by conversation.

johnday

Semprot Baru
Daftar
9 Nov 2016
Post
36
Like diterima
179
Bimabet
Halo suhu-suhu semua, kali ini penulis mencoba untuk memulai thread yang ke-2. temanya masih sama yaitu tema kesukaan penulis, incest and underage. semoga cerita ini dapat menghibur suhu-suhu semua. kritik dan sarannya selalu penulis nantikan.




(This story is highly influenced by SquattingEagle’s Grandma’s Diary)

PART 1.

Nenek kesayangan kami meninggal awal bulan ini. Seluruh anggota keluarga diliputi kesedihan yang mendalam. Tak ada lagi senyum Lembut nenek menemani hari-hari kami, tak akan ada lagi petuah-petuah penuh makna yang terlontar dari bibir tuanya yang keriput. Nenek telah tiada. Diantara keluarga besar kami, mama lah yang sepertinya merasakan kehilangan yang paling dalam. Tak henti-hentinya mama menangis hingga kedua kantung matanya membengkak. Memang diantara anak-anaknya, mamalah yang selama ini dekat dengan nenek dan tak pernah lelah merawat dan memenuhi kebutuhan nenek.

Meninggalnya nenek bukanlah hal yang tak terduga. Satu bulan yang lalu dokter telah memvonis harapan hidup nenek hanya tinggal 3 bulan saja, namun kepergian nenek pada usia 66 tahun ini ternyata melebihi perkiraan dokter akibat Kanker yang menggerogoti tubuhnya.

Setelah seluruh prosesi pemakaman usai dan diikuti oleh beberapa hari berkabung dalam kesedihan, akhirnya kami baru bisa mulai berbenah dan membereskan barang-barang peninggalan nenek. Aku mendapat tugas untuk memilah dan memilih barang-barang milik mendiang nenek yang berharga untuk disimpan. Tugas ini pasti akan menyita waktu dan tenaga mengingat banyaknya barang-barang peninggalan nenek. Dapat kupastikan tugas ini tak akan selesai dalam satu hari maka aku putuskan untuk sejenak meninggalkan kewajibanku sebagai mahasiswa dan fokus untuk menyelesaikan tugas ini.

Namaku Deri. Saat ini usiaku baru menginjak 19 tahun. Hampir setahun ini aku meninggalkan rumah untuk melanjutkan pendidikanku di kota Bandung dan selama itu pula aku tidak pulang ke kota kelahiranku di Lampung. Seperti yang banyak orang bilang, penampilanku cukup menarik, dengan tinggi 173 cm dengan berat badan yang proporsional dan wajahku lumayan tampan.

Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Aku memiliki 2 orang adik perempuan. Nisa yang berusia 16 tahun dan saat ini berstatus sebagai siswi SMA, dan Diana yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 12, ia saat ini duduk dibangku kelas 6 Sekolah Dasar.

Hari ini hari Sabtu. Itu artinya papa tidak bekerja hari ini dapat menggantikanku merapihkan rumah dan barang-barang nenek bersama mama. Kebetulan hari ini ada tugas essay yang harus kukerjakan dan ku emailkan kepada dosenku.

Essay yang harus kutulis memang sedikit agak sulit, belum lagi sulitnya mencari data pendukung karena aku saat ini berada ratusan kilometer dari perpustakaan kampusku. Sejak pagi jari-jariku telah menari diatas keyboard laptopku yang berada ditengah-tengah bungkus snack dan kaleng minuman yang berserakan.

Tak terasa siang hari telah tiba. Kuputuskan untuk beristirahat sejenak untuk mengisi perutku yang sudah mulai keroncongan. Aku berjalan menuju dapur untuk mencari makanan yang dapat menghilangkan rasa laparku. Diatas meja kutemui sepiring nasi goreng dan orange juice yang telah disiapkan mama sebelum berangkat menuju rumah nenek. Tak menunggu lama langsung kulahap hingga tak bersisa. Seusai makan aku kembali ke kamarku dan duduk santai sejenak diatas ranjang dengan sebatang coklat Goldqueen ditanganku. Baru saja aku akan menikmati coklat kesuakaanku itu tiba-tiba terdengar bisikan memanggil namaku dari balik pintu kamarku yang sedikit terbuka.

“setttt.. kak deri” suara berbisik itu terdengar lagi “kakk...”

Kuarahkan pandanganku menuju pintu kamar dan terlihatlah sepasang mata mengintip, yang ternyata milik Nisa, adikku.

“kak..mama sama papa belum pulangkan?” bisiknya dan kujawab dengan gelengan kepala.

Nisa kemudian berjalan melewati kamarku menuju kamarnya yang tepat berada disebelah kamarku. Namun ada sesuatu yang aneh dari adikku ini. Sepertinya dibalik kaus yang dikenakannya tersembunyi suatu benda segi empat, mirip seperti buku.

Sejenak kupandang adik perempuanku yang cantik ini. Di usia yang ke 16 ini sosok seorang wanita cantik dan menggoda sudah nyata terlihat. Kuakui Nisa memang sangat cantik, jika kubandingkan dengan teman-teman kuliahku di Bandung belum ada yang bisa menyaingi kecantikan adikku ini. Belum lagi tubuhnya yang menggoda. Buah dada besar yang sedang ranum-ranumnya, pantatnya yang padat dan senyumannya yang manis pasti bisa menggoyahkan iman laki-laki sesuci apapun. Rambut hitam sepunggung yang selalu dirawatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi yang memandang. Walaupun menurutku tubuhnya sedikit pendek, hanya 155 cm, namun sama sekali tidak mengurangi pesona yang dipancarkannya.

“itu apa yang kamu sumputin Nis?” tanyaku penasaran sebelum ia sepenuhnya menghilang dari pandanganku.

“rahasia” ucapnya pendek.

“ihh pake rahasia segala sama kakak” jawabku

“biarin” jawabnya

“Nis, kasih tau dong itu apa, nanti kakak kasih coklat sapotong” ucapku sambil meperlihatkan batangan coklat yang kupegang.

“hmmm sepotong...kalau semua baru aku mau” ucapnya mencoba menawar.

“yaudah deh..sini masuk” ucapku dikalahkan oleh rasa penasaranku sendiri.

“hehe..gitu dong” ucapnya sumringah “tapi papa dan mama jangan sampai tau ya”

“memangnya apa yang ada di balik baju kamu, majalah porno ya?” tanyaku lagi

“bukan” jawab Nisa “lebih bagus lagi, Diary rahasianya nenek” ucapnya sambil menarik keluar buku bersampul hitam berukuran kecil namun tebal dari balik bajunya, dan secara tidak sengaja memperlihatkan perut putih mulusnya serta BH kebiruannya.

“hahh diary” ucapku heran “waktu kakak beres-beres bukunya nenek gak ada diary”

“memang” jawab Nisa cepat ”diary ini mama yang sembunyiin, kemarin mama bawa diary ini dari rumah nenek terus disimpan digarasi di dalam kardus baju-baju bekas, aku gak sengaja liat, terus tadi sepulang sekolah langsung kuambil karena penasaran”

“owww...jadi itu diary milik nenek, terus buat apa kamu baca”

“aku pengen baca aja, lagian aku kan gak begitu tau masa lalu nenek, sekalian pengen tau kenapa mama repot-repot nyembunyiin diary ini” jawab Nisa

“aku baca disini ya kak?” pinta Nisa sambil mendudukkan pantat bulatnya yang dilapisi jeans pendek sepaha.

“ya udah, asal jangan berisik” ucapku sambil mencoba mengalihkan perhatianku kembali pada essay yang harus segera kuselesaikan, walaupun aku tau kehadiran Nisa dengan paha mulusnya yang terpampang pasti akan menggangu konsentrasiku.

Beberapa jam berlalu dan akhirnya aku berhasil menyelesaikan essay yang kutulis sesaat sebelum mama dan papa pulang dari rumah nenek dan memanggilku dan Nisa untuk makan malam.

Setelah makan malam kudatangi Nisa yang sudah bersantai didalam kamarnya.

“Nis, gimana cerita diary nenek tadi” tanyaku penasaran.

“hehehe, ternyata kakak penasaran juga” ejeknya “ceritanya seru kak, aku gak nyangka kalau ternyata nenek...”

“ternyata nenek apa Nis?” desakku.

“nenek waktu muda lumayan nakal...hihihi” ucapnya sambil tertawa geli.

“nakal bagaimana? Nenek waktu muda suka ML sama cowo-cowo ya?” tanyaku.

“huss...bukan gitu, nenek dulu ternyata suka ngocok, hihihi” ucap Nisa sambil tertawa.

“hahhhh...ngocok, masturbasi maksudnya?” tanyanku lagi

“iya.... nenek ternyata suka mainin memeknya, gak Cuma dirumah tapi diluar rumah juga, bahkan ditengah banyak orang” terang Nisa.

Aku sedikit kaget saat nisa menyebut kata tabu barusan, memek, tapi biarlah mungkin dia lebih nyaman menggunakan istilah itu, lagipula aku dan Nisa memang sangat dekat dan sangat terbuka satu sama lain

“hahhh...beneran Nis?” tanyaku tak percaya.

“iya bener kak, ya udah deh aku bacain aja isi diarynya, kakak dengerin ya” ucapnya

“ya udah cepetan” ucapku tak sabar. Nisa kemudian membalik beberapa halaman kebelakang dan mulai membaca

“.....saat aku pergi ke wc untuk pipis saat istirahat, celana dalamku ternyata sudah basah dibagian selangkangannya, setelah kupikir-pikir lebih baik celana dalam ini kulepas saja dan kumasukkan kedalam tas. Aku tidak membawa celana dalam extra hari ini jadi terpaksa aku harus melalui hari ini tanpa memakai celana dalam. Bel tanda dimulai pelajaran belum berbunyi, jadi kuputuskan untuk tinggal lebih lama di wc ini dan duduk di ubin sambil memainkan memekku. Aku sedikit merasa lega setelah akhirnya bisa kembali menyentuh dan memainkan memekku ini. Lubang memekku sudah basah dan dengan cepat kumainkan jempolku diatas itilku yang sudah sangat keras, namun tiba-tiba suara bel terdengar padahal aku sedikit lagi keluar. Aku tidak berani mengambil resiko ketahuan oleh orang lain, jadi segera aku berjalan menuju kelas dan bergabung dengan teman-temanku yang lain”



hahaha” aku tak bisa menahan tawa. Membayangkan nenek pada tahun 1964 yang pada saat itu beliau masih berusia 13 tahun dan kelas 1 SMP. Pasti nenek terlihat imut dan menggairahkan fikirku.

rasanya aneh sekali tidak mengenakan apa-apa dibalik rok sekolahku, tapi udara yang dingin terasa sejuk sekali di memekku. Dikelas aku duduk dengan hati-hati agar tidak ada yang bisa melihat isi rokku. Tapi sialnya, teman sebangku ku , Lisa menyadari ada keanehan diposisi dudukku lalu ia bertanya apa aku sedang tidak memakai celana dalam, kuacuhkan saja pertanyaannya. Tapi memang dasar Lisa, di angkatnya pinggiran rok yang kukenakan, lumayan tinggi hingga ia bisa melihat bulu kemaluanku. Aku berteriak kaget dan langsung memukul tangan jahilnya. Semua mata tertuju pada kami, untung saja aku sudah kembali merapihkan rokku.

Setelah pak Agus memulai pelajaran Geografinya, tangan jahil Lisa kembali beraksi. Lisa mencoba menyusupkan tangan kirinya kebawah rok yang kukenakan. Karena takut ketahuan, kurapatkan kedua pahaku agar tangannya tak bisa masuk. Tapi Lisa berusaha lebih keras dan berhasil menyusupkan tangannya diantara kedua pahaku. Jarinya menggapai memekku dan beberapa kali disapukannya tangannya disepanjang belahan memekku dan mengenai itilku. Tubuhku bergetar menahan geli, namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Lisa masih saja mengorek-ngorek memekku hingga posisi dudukku jadi tidak tenang hingga menarik perhatian pak Agus yang sedang mengajar. Untungnya Lisa sudah menarik keluar tangannya dari dalam rokku saat pandangan pak Agus mengarah pada meja kami. Selama sisa pelajaran itu Lisa tidak mengulangi tindakannya tadi. Tapi sentuhan-sentuhannya tadi telah membuat gairahku bangkit. Memekku terasa gatal sekali memohon untuk segera mendapatkan kepuasan. Aku tak berani untuk meminta izin kekamar mandi karena takut menarik perhatian pak Agus dan teman-teman sekelasku.

Tersiksa sekali rasanya menahan gairah ini. Memekku sudah terasa sangat gatal dan itilku sudah berkedut sejak tadi. Bisa gila rasanya kalau aku harus menahan nafsuku ini. Akhirnya aku sudah tak tahan lagi, saat pak Agus sedang menerangkan pelajaran, pelan-pelan ku kangkangkan pahaku dibawah meja lalu kusisipkan tangan kananku hingga menyentuh memekku yang sudah sangat basah. Kusapukan jari-jariku disepanjang belahan memekku berulang-ulang. Jempolku kini sudah bermain diatas itilku yang tegang dan menggosoknya hingga rasa nikmat menjalar keseluruh tubuhku. Kutahan sebisanya agar tak ada desahan yang keluar dari bibirku. Semakin cepat kugosok itilku dengan jari hingga akhirnya aku berhasil mencapai kenikmatan yang luar biasa.”


“kan, apa aku bilang, nenek dulu suka ngocok, cerita tadi bukan satu-satunya, masih ada beberapa cerita lain saat nenek ngocokin memeknya, waktu dikelas, di kamar mandi, bahkan dikantin” terang Nisa

“wow, nenek nafsuan juga ya, hehehe” jawabku.

“sama aja dengan kakak, tuh buktinya” ucap Nisa tertawa sambil menunjuk ke arah selangkanganku yang menggembung setelah mendengar cerita yang dibacakannya.

“huhhh sok tau” ucapku membela diri “kakak yakin celana dalam kamu juga sekarang sudah basah”

“hahaha, kakak lebih sok tau, apa perlu aku tunjukin?” tantangnya

Aku tau kalau Nisa sedang bercanda, tapi tetap saja ucapannya yang terakhir semakin membuat penisku tegang.

“ya udah tunjukin” balasku menantang “sekalian nanti kakak matiin lampunya biar kamu bisa mainin memek kamu”

tiba-tiba sebuah bantal melayang menghantam perutku.

“yeee, maunya kakak, tuh aku kasih bantal buat nutupin biar gak keliatan kalau kakak mau ngocokin titit kakak” ucapnya sambil tertawa.

“hahahah,..bener ni kakak boleh sambil ngocok” ucapku sambil bergerak seolah-olah ingin membuka resleting celana ku.

“hahaha...terserah kakak, asal muncratannya jangan kena bantal aku”

Nisa kemudian kembali membalik halaman-halaman diary nenek mencari bagian cerita selanjutnya

“ini dia, bagian ini baru selesai kubaca sebelum makan malam tadi. Ceritanya sekitar sebulan setelah cerita tadi”

“Dear Diary,

..........................................................

(BERSAMBUNG).




Index:

Part 1 (hal.1)
part 2 (hal.5)
part 3, 4, 5 (hal 17)
 
Terakhir diubah:
Ikut ninmbrung huuu... Memantau
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ijin pasang tenda...
seperti nya cerita ini menarik...
semoga lancar update nya hingga sampai tamat.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd