Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA The Curses

Awal Kemunculan Aura Negatif

Pov Rian

Mataku masih berat sekali untuk bangun. Semalam aku pulang larut sekali, sudah tengah malam. Setelah bermain dengan kawan-kawanku di warung. Tapi, kurasakan ada yang aneh di bawah sana. Ada rasa ngilu-ngilu enak.
Kupandangi se isi kamarku yang sepi dengan mata masih menyipit. Tidak ada yang salah, semuanya tampak biasa saja.
Namun ada satu hal yang aneh disini... Rasa enak ini terasa nyata...
"Astaga... Buk Riaa..." Cepat-cepat aku pejamkan mata lagi. Pura-pura masih tidur.
Kloook kloook kloookk hmmmm....
Apa yang sedang terjadi? Kenapa Buk Ria memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya? Sejak kapan ini? Dan, kenapa enak sekali?
Ngilu, hangat, basah...
Owhh....
"Apa yang harus aku lakukan..?" Tidak mungkin bertanya pada Buk Ria dalam posisi begini. Bisa-bisa itu akan membuat dia malu.
Buk Ria memejamkan matanya. Tangannya dengan cepat mengocok batang kemaluanku, serta mulutnya mengulum dan menghisapnya.
Ooowhhhh.....
Hatiku merasa malu dan tidak tega melihat Buk Ria melakukan hal itu pada kemaluanku. Dia wanita yang aku hormati. Tapi, pikiran kotor mendadak menyerangku.
Membayangkan Buk Ria yang aku hormati. Guruku di sekolah, dan juga ia adalah teman Ibuku. Membuat gejolak penuh gairah jorok membuncah di kepalaku.
Ingin aku membantu mengocok kemaluanku ke dalam mulutnya lebih dalam lagi. Ingin aku goyang pinggangku. Ingin aku pegang kepalanya. Tapi aku khwatir dia akan sadar kaiau aku sudah bangun. Kalau dia tau kalau aku sudah bangun, maka besar kemungkinan dia akan merasa malu dan kemudian menghentikan aksinya.
Yaa, sampai disini aku tidak ingin Buk Ria menghentikannya. Sehigga aku tetap berpura-pura tidur saja.
Kloook kloook klookkkk....
Owhhh....
Suara itu terdengar sangat syahdu di tengah malam yang sepi. Membuatku rasanya ingin meledak.
Kloookkk kloookk kloookkk....
Semakin erat aku memejamkan mata. Tidak tahan dengan rasa geli nan hangat akibat ulah Buk Ria.
Sempat terpikir, apakah Buk Ria sudah sadar kalau aku sudah bangun? Kenapa dia tidak sungkan atau khawatir kalau perbuatanya akan membuatku terbangun.
Tiba-tiba Buk Ria memutar badanya. Memamerkan buah pantatnya ke depan wajahku. Sambil terus mengocok dan mengulum.
Aku pandangi dengan penuh gairah bulatan pantat sekal Buk Ria itu di depan wajahku. Namun aku tetap hati-hati, tidak ingin membuat Buk Ria sadar.
Buk Ria memakai celana coklat dasar kain. Terpampang jelas garis celana dalamnya.
Gleek... aku menelan ludahku yang tiba-tiba menjadi banyak dan ingin segera keluar dari mulutku.
Aku pertajam indra penciumanku untuk membaui pantat bulat Ibuu guruku itu.
Uuuhhh.... bau betina..
Aku membayangkan membuka celana dalam Buk Ria saat dia menungging. Lalu, aku melihat bongkahan bokong mulus miliknya tanpa ditutupi apapun. Lalu, aku akan melihat anusnya. Kemudian aku akan melihat permukaan kemaluannya. Mungkin ada bulunya di sana. Atau tidak.
Owwhh....
Kutahan tubuhku untuk tidak memberi respon. Meski tanganku sudah gemetar ingin menampar pantat bulat yang meliuk-liuk di depan mukaku.
Klookk klookk kloookk....
Tidak tahan lagi... aku sudah mau keluar.
Kloookk kloookk kloookk.... semakin cepat kocokan dan kuluman Buk Ria...
Dan.....
Ooowwhhhh.....
Crooot croooot crooott crooott.....
Sempat aku sedikit memekik... tapi sepertinya Buk Ria tidak sadar. Karena dia juga meleguh cukup keras.
Itu adalah muncrat ter enak yang aku rasakan sepanjang hidupku. Aku baru tau kalau di kulum wanita rasanya seenak itu. Sebelumnya aku hanya keluarkan sendiri. Belum pernah ada wanita yang memegang kemaluanku. Apalagi yang sampai seperti Buk Ria lakukan tadi. Enaknya luar biasa...
Aku rasakan tangan Buk Ria yang masih mengenggam kemaluanku bergerak lagi pelan-pelan mengurut kemaluanku. Terbayang lagi enaknya saat kemaluanku dihisap-hisap tadi. Membuat pelan-pelan kemaluanku kembali mengeras.
Ceklak ceklak ceklaak....
Mulai lancar lagi tangan Buk Ria mengocok kemaluanku yang sudah kembali keras...
Lalu, tiba-tiba....
Crakkkk.....
Aku intip sedikit dengan sudut mataku. Dalam waktu yang sangat singkat Buk Ria sudah hilang dari balik pintu, karena ditarik oleh Ibuku.
Aku sangat takut. Cepat-cepat kunaikkan lagi celanaku. Lalu aku menguping dibalik pintu.
Aku dengar teriakan kecil dari Ibuku. Lalu hening.
Ingin aku mengecek ke depan. Tapi tidak jadi. Karena aku lihat bayangan Ibu yang sepertinya hendak pergi ke arah dapur atau kamar mandi. Cepat-cepat aku kembali tidur.
Sempat Ibu menengok ke dalam kamarku sebentar, lalu pergi lagi ke depan.
Riaa... Riaa... Riaa... sadarlah...
Aku khwatir dengan apa yang sedang terjadi...
Kenapa Ibu berkata begitu?,apa yang terjadi dengan Buk Ria?.
Tidak lama setelah itu, aku dengar grasak grusuk orang saling berbisik. Ada suara Ibu dan ada juga suara Buk Ria. Berarti Buk Ria tidak apa-apa. Membuatku sedikit lega.
Cukup lama terdengar grasak grusuk begitu.. Sampai akhirnya suasana rumah terdengar sepi kembali.
Saat suasana sudah sepi begitu. Baru aku keluar. Ternyata Ibu, Buk Ria, dan Vela sudah tidak ada.
"Apa yang sedang terjadi.?." Aku lari ke arah depan. Khawatir terjadi apa-apa dengan Buk Ria atau Ibuku.
Tapi, sebelum sampai di depan. Aku lihat Ibu sedang duduk bersimpuh di sisi pinggir bagian tengah rumah utama.
Ibu menekan-nekan kepalanya. Seperti orang yang sedang frustasi.
Aku ingin menyusulnya.. tapi yang aku lakukan malah kebalikannya. Aku kembali ke kamarku dan kembali untuk berpura-pura tidur.
Setidaknya kan tidak terjadi apa-apa dengan Buk Ria atau Ibuku. Aku membenarkan tindakanku.
Lalu, aku mencoba berpikir. Mulai dari alasan Buk Ria yang tiba-tiba melakukan hal itu padaku sampai tertangkap basah oleh Ibu. Semuanya terjadi dengan sangat cepat.
Tidak ada yang bisa aku lakukan. Tunggu apa yang akan dilakukan oleh Ibu.
Tapi, di saat-saat genting seperti itu. Aku kembali membayangkan rasa enak saat dikulum Buk Ria tadi. Sehingga tanpa sadar, aku sudah dua kali muncrat karena onani sendiri.


.............
Aku tidur sampai siang. Mupung sedang hari minggu. Sebenarnya aku sudah bolak balik bangun, lalu tidur lagi. Bangun lagi, tidur lagi. Aku masih takut untuk bertemu dengan Ibu. Tapi aku juga khawatir kalau tidak bertemu dengannya seperti ini.
Ibu sejak pagi sudah pergi entah kemana, membawa Fini bersamanya. Meski Ibu sudah biasa pergi-pergi, tapi kali ini aku yakin kalau ia pergi ada hubungannya dengan kejadian dengan Buk Ria subuh tadi.
Saat bangun, pikiranku mengelana kemana-mana. Terbayang hal-hal ekstrim dan juga hal-hal enak. Aku pikir, apa yang aku bayangkan itu tidak ada gunanya. Semuanya nanti tergantung pada reaksi Ibu. Karena itu aku paksa untuk terus tidur agar tidak pusing sendiri. Meski nantinya akan bangun lagi dengan mudahnya.
Ibu pulang sekitar jam 2 siang. Wajahnya nampak biasa saja. Tidak ada ekspresi marah maupun kecewa.
Aku beranikan diri untuk bertanya.
"Ibu darimana?" Tanyaku sedatar mungkin. Seolah-olah kalau aku tidak tau apa-apa.
"Mmhh... dari rumah Nenek tadi. Fini, kasihin punya Abang yang tadi." Ibu mengayun tangan kanan Fini yang sedang ia pegang. Nada bicaranya datar aja. Tidak seperti orang yang akan marah.
"Ini Bang. Nenek yang ngasih tadi." Fini memberikan kantong plastik hitam yang ia pegang di tangan kirinya.
"Apa nih?"
" Bakso... Nenek yang bikin sendiri. Enak Bang bakso punya Nenek, Fini makan banyak tadi." Kata Fini mengelus perutnya yang rata. Mungkin maksudnya mau nunjukin kalau perutnya udah besar, habis makan bakso banyak. Tapi yang terlihat tetap rata. Wkwkwkk... aku senyumin aja.
"Rian makanlah dulu baksonya. Nanti temui Ibu di depan. Ada yang mau Ibu bicarain."
Deg..... pasti Ibu mau bicara soal yang tadi pagi.
"Iya Bu..." Lalu aku pergi ke belakang mengambil piring.
Aku memang lapar, sudah sejak pagi belum makan. Jadi, meskipun pikiranku kalut. Tetap saja baksonya aku makan sampai habis.
Setelah itu, baru aku pergi ke rumah utama.
"Ibuuu..." panggilku mencari keberadaan Ibu.
"Sini Rian. Di kamar.."
Lalu aku pergi ke tempat yang dimaksud. Yaitu ke kamar yang kata Ibu dulu adalah kamar miliknya.
Di dalam kamar itu, nampak Ibu sedang berbaring di ranjang ukuran tanggung miliknya. Kenapa aku sebut ukuran tanggung? Karena ranjangnya itu cukup besar untuk satu orang, tapi terlalu kecil untuk berdua.
"Masuklah... duduk di sini.." Kata Ibu menepuk pinggir ranjang. Aku masuk, lalu duduk di pinggir Ibu.
Sejenak aku memandangi paha Ibu yang dibalut dengan daster pendek yang sedikit tesingkap hampir ke pangkal pahanya. Hanya aku pandangi sebentar saja. Lalu duduk seperti yang ia perintahkan.
Jangan kalian kira aku akan nafsu pada Ibu kandungku sendiri. Itu tidak mungkin. Lagian, aku tuh sudah sering melihat Ibu seperti itu. Bahkan lebih dari itu. Tapi aku tidak pernah berpikir yang tidak-tidak terhadap beliau. Apalagi cuma seperti kali ini.
Bagiku, Ibuku bukanlah orang yang boleh untuk dipikirkan seperti yang kalian maksud. Ibuku adalah Ibuku. Orang yang selalu ada pada posisi paling terhormat dalam hidupku. Dan akan selamanya akan aku perlakukan dengan hormat juga.
"Kenapa Rian nggak keluar sama kawan-kawan?" Tanya Ibu.
"Ngak apa-apa. Rian lagi nggak pingin aja."
"Sengaja nungguin Ibu soal tadi pagi yaa?" Ah, sudah kuduga. Ibu akan membahas hal itu.
"Apa yang terjadi tadi pagi? Ceritain sama Ibu."
"Hmm..."
"Nggak apa-apa. Ceritain semuanya. Ibu nggak akan marah kalau Rian jujur." Kata Ibu meyakinkan.
"Rian juga nggak tau Bu. Waktu Rian bangun udah begitu." Jawabku ragu.
"Begitu bagaimana? Nggak baik ngomong menggantung gitu. Ceritain aja semuanya sama Ibu. Rian nggak usah malu."
"Iya Bu.." Aku sedikit berputar menghadap ke Ibu. "Tadi itu kan Rian tidur. Terus ada rasa aneh, kenapa yaa? Rian liat ternyata Buk Ria lagi begitu Bu. Rian juga kaget tadi. Tapi..."
Lalu Ibu memotongku. "Rasa aneh gimana? Gitu gimana? Bilang aja yang jelas. Nggak usah malu sama Ibu. Rian malu juga sama Ibu sendiri?"
"Eh enggak Bu. Jadi, tadi Rian kan tidur. Terus kebangun, karena Rian ngerasa ada yang sedang mainin punya Rian."
"Terus Rian ngerasanya gimana waktu itu? Enak?"
"Uh iya Bu.." aku menunduk malu.
"Terus karena Rian ngerasa enak, karena itu Rian biarin aja Buk Ria mainin punya Rian.?" Tanya Ibu.
"Eh enggak Bu. Rian cuma nggak mau bikin Buk Ria malu. Makanya Rian diam aja. Rian bingung, antara mau negur Buk Ria atau enggak.?"
"Tapi nggak Rian tegur..?"
"Iya.."
"Kan Rian bisa aja pura-pura kebangun. Gerak aja Rian dikit, Buk Ria mungkin akan berhenti mainin punya Rian tuh."
"Eh iya Bu. Rian nggak kepikiran tadi. Takut Buk Ria malu..." Kataku sambil garuk-garuk kepala karena malu.
"Hmm.... kalau itu alasan Rian, nggak apa-apa. Tapi lain kali kalau ada yang begiu. Rian gerak aja kalau nggak mau bikin orang malu. Yaa.."
"Iya Bu..."
"Yaudah pergilah sana kalau Rian mau pergi main. Ibu juga mau tidur dulu capek. Nanti malam kita bahas lagi.." Kata Ibu.
"Iya Bu..." Lalu aku pergi. Syukurlah Ibu tidak marah.
..............
Malam harinya setelah Maghrib Nenek datang. Lalu bicara dengan Ibu di rumah utama. Aku tidak terlalu penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Kalau mereka bicara soal yang tadi pagi, pasti sebelumnya mereka sudah bicara juga. Dan kalau sekarang mereka bicara lagi. Mungkin karena hal lain.
Saat aku sedang guling-guling di depan TV, Ibu dan Nenek datang. Lalu, Ibu mematikan TV. Feelingku langsung tidak enak.
"Rian... Ibu sudah ngasih tau Nenek soal yang tadi pagi. Soal Rian dengan Buk Ria tadi. Kata Nenek, yang dilakukan Buk Ria ke Rian tadi pagi itu, mungkin bukan salahnya Buk Ria. Rian tau kan kalau rumah kita ini ada energi negatifnya?" Aku mengangguk.
" Nah, kata Nenek, mungkin karena itu Buk Ria jadi khilaf ngelakuin kayak gitu ke Rian."
" O owh.. Rian paham." Kataku.
"Kalau bukan karena energi negatif rumah ini, nggak mungkin kan Buk Ria sampai kayak begitu. Menurut Rian gimana? Apa Buk Ria tetap bakal ngelakuin kayak begitu kalau dia tidak terkena energi negatif.?" Tanya Ibu.
"Mmh... kayaknya nggak mungkin Bu. Bener kayaknya karena energi negatif itu. Rian juga nggak percaya, masa Ibu Ria nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba ngelkuin kayak begitu. Rian juga kaget tadi."
"Nah... kata Nenek, Rian mungkin akan terpengaruh sama energi negatif juga. Karena itu, untuk sementara waktu, Rian jangan tingg disini dulu."
"Hah, terus Rian musti tinggal dimana Bu?" Tanyaku.
Lalu di jawab sama Nenek.
"Rian tinggal dulu di Pondok Pesantren punya kawan Nenek di Kua.... Tinggal Rian disana agak seminggu dulu. Nanti kalau Rian nggak kenapa-napa, Rian balik lagi kesini. Soalnya kalau Rian tetap tinggal disini. Terus energi negatif kayak tadi pindah ke Rian, gimana? Rian mau ngelakuin seperti yang dilakuin Buk Ria tadi sama Ibu Rian? Nggak kan?"
"Ah nggak lah Nek. Ada-ada aja. Masa Rian kayak begitu sama Ibu." Sebenarnya aku tidak terlalu percaya dengan ucapan Ibu dan Nenek soal energi negatif itu. Tapi, memikirkan bagaimana Buk Ria tiba-tiba menjadi buas seperti tadi, juga membuat aku takut. Bisa jadi itu bener.
"Nah, makanya itu. Buk Ria aja bisa khilaf begitu. Kuat Imannya Buk Ria tuh. Sholat lima waktunya nggak pernah tinggal, terus juga suka mengaji. Emang Iman Rian lebih kuat dari Buk Ria.?." Kata Nenek.
"Enggak Nek."
"Jadi, Rian mau tinggal di Pondok kawan Nenek itu satu minggu ini?" Tanya Nenek. "Kalau soal sekolah, nanti biar Nenek sama Ibu Rian yang ngurus."
"Iya Nek. Nggak apa-apa.." jawabku.

Berikutnya, selama satu minggu lebih aku tinggal di Ponpes kawannya Nenek.

...........
Hari selasa pagi, aku di jemput oleh Ibu sama mobil. Senang sekali aku, akhirnya bisa pulang. Tidak enak juga lama-lama tinggal di rumah kawannya Nenek itu. Yaa, akhirnya aku hanya tinggal di rumah kawannya Nenek saja yang merupakan pemilik Ponpes. Bukan di asrama seperti yang direncanakan sebelumnya.
Badanku juga rasanya kurang enak. Kemarin sempat demam juga. Tapi tidak terlalu buruk. Kata Ibu, kondisi Buk Ria yang sedang buruk sekarang. Masih ada pengaruh negatif rumah leluhur kami, katanya.
Lalu aku tanya sama Ibu. "Bagaimana caranya agar Buk Ria tidak terpengaruh lagi sama energi negatif itu.?"
Kata Ibu, energi negatif itu tidak mudah untuk dihilangkan kalau sudah terkena seperti Buk Ria itu.
Kemudian, Ibu menjelaskan sesuatu yang aneh, yang membuatku terperanjat dan masam. Ah bukan masam, tapi manis.
Ibu bilang, Ibu Ria itu mungkin harus mengulangi lagi apa yang sudah ia lakukan padaku sebelumnya. Yaitu menghisap air maniku.
Karena itu, Ibu membuat permintaan padaku. Kalau aku tidak boleh berbuat macam-macam pada Buk Ria. Aku tidak boleh memegang-megang tubuh Buk Ria. Tidak boleh memanfaatkan kesempatan. Yang harus aku lakukan untuk menolong Buk Ria adalah, sama seperti sebelumnya. Aku harus pura-pura tidur saja.
Ibu menekankan betul bahwa, Buk Ria itu hanya sedang terpengaruh energi negatif saja. Sehingga, aku tidak boleh melecehkannya. Tidak boleh memandang rendah dia. Dan aku harus tetap menghormati Buk Ria seperti sebelumnya..
Sampai di rumah, aku langsung mandi. Lalu, masuk ke kamar merebahkan diri. Aku bayangkan apa yang sebentar lagi akan terjadi. Ibuk Ria akan kembali masuk ke kamarku untuk mengulum dan mengocok kemaluanku. Sementara aku akan pura-pura tidur, sambil menikmati apa yang akan dilakukan Buk Ria pada kemaluanku.
Ah, membayangkan apa yang telah terjadi minggu lalu, membuat kemaluan langsung tegak menantang.
"Sabar.. sabar... Kau akan masuk ke dalam mulut Buk Ria sebentar lagi." Kataku sambil menggosok-gosok kemaluanku.
Aku akui kalau Buk Ria adalah orang yang baik, dan tidak akan memiliki pemikiran jorok seperti yang ia lakukan padaku sebelumnya, jika tidak ada apa-apanya. Yaa pasti dia ada dalam pengaruh sesuatu. Yang disebut oleh Ibu sebagai energi negatif itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Tapi Ibu dan Buk Ria belum juga datang. Akhirnya aku tertidur. Baru terbangun lagi saat ada sms dari Ibu.
"Rian, Buk Ria sebentar lagi datang. Ingat pesan Ibu ya Nak, jangan macam-macam sama Buk Ria. Buk Ria itu teman Ibu, berarti dia Ibunya Rian juga. Kalau Rian macam-macam sama Buk Ria, berarti sama dengan Rian macam macam sama Ibu. Tega Rian macam-macam sama Ibu?"
Owh.. tentu tidak. Membayangkan macam-macam dengan Ibu, membuat teganganku yang sempat naik sebentar, langsung turun lagi. Anak macam apa yang tega-teganya membayangkan bersetubuh dengan Ibunya? Yang pasti aku tidak akan seperti itu.
Sempat aku intip keluar saat Ibu membawa Buk Ria untuk masuk ke dalam rumah. Saat melihat mereka sudah hampir mendekati pintu. Cepat-cepat aku lari, masuk ke kamar, lalu pura-pura sedang tidur.
Aku sempat melihat penampilam Buk Ria.. Wajahnya agak tirus dan kurang segar. Tapi dia tetap cantik. Dia memakai celana training abu-abu dan baju kaos warna putih.. Dia sebentar lagi akan memanjakan kemaluanku.
Ah ah... tidak tahan. Aku kocok kemaluan sedikit. Hanya sedikit saja.
"Kraaakk... dug..."
Ibu Ria sudah ada di dalam kamarku. Lalu kudengar Ibu berbisik padanya. Tidak terdengar olehku. Kurang jelas.
Aku intip Buk Ria, dia sedang apa. Rupanya dia sedang menatap ke arah kemaluanku yang sudah tegak. Bertambah keras lagi setelah tau Buk Ria memperhatikannya begitu.
"Riaan..." aku dengar Buk Ria memanggilku. Lalu, kurasakan telapak tangannya menyentuh keningku.
"Rian sakit juga yaa... sama kayak Ibuk?" Lalu aku dengar sedikit grasak grusuk. "Rian, maafin Ibuk yaa.."
Ahh... kurasakan tangannya hinggap di atas kemaluanku. Sangat terasa sekali. Karena aku tidak pakai celana dalam. Sengaja, supaya Buk Ria tidak susah kalau ingin melepasnya.
"Rian, Ibu buka ya sayaang.." Ibuk Ria berbisik.
Pelan-pelan aku rasakan celana karetku diturunkan.
"Riaan kenapa? Kok udah tegang kontolnya nak? Suka yaa Ibu di sini. Rian suka kontolnya Ibu giniin.." aku rasakan kemaluanku di urut-urut pelan.
"Mmuuaachh" terasa olehku mataku dicium sama Buk Ria. Sementara di bawah sana kocokannya semakin cepat.
"Ibu kulum yaa Rian kontol Rian.." dia berbisik dengan bibirnya masih di atas mataku. Kurasakan angin nafasnya berhembus menyapu wajahku.
Ingin aku membuka mata, lalu melahap Buk Ria. Tapi aku ingat pesan Ibu. Jangan melecehkan Buk Ria. Karena dia juga Ibuku.
Kloookkk klooookk klooookkk mmmhhhmmm
Kloook kloook kloook hmmmhh....
Tidak ada suara, hanya bunyi kecipak-kecipak yanh berasal dari mulut Bu Ria pada kemaluanku.
Aku mengintip. Nampak posisi Buk Ria sedang menungging di sampingku. Satu tanganya mengocok kemaluanku dengan mulutnya. Sementara tangannya yang satu lagi meremas-remas dadanya.
Cukup lama Buk Ria mengocok kemaluanku dengan tangan dan mulutnya. Membuatku tidak sanggup untuk bertahan lebih lama.
Akhirnya....
Aaaaaahhhh.... crooot crooot croooottt.....
Aku keluar lagi di dalam mulutnya....
Meski sudah muncrat, tapi Buk Ria tidak juga melepas kemaluanku dari mulutnya. Tidak ada juga cairanku yang meluber keluar. Semuanya dia telan begitu saja.
Hanya sebentar saja Buk Ria berhenti. Lalu dia kembali menghisap kemaluanku.
Akhirnya dalam waktu singkat, kemaluanku berdiri lagi..
"Uuhhh.... Rian udah tegang lagi yaa. Mau lagi Ibu kocok-kocok kontol Rian. Atau Rian mau merasakan ini..?"
Lalu, aku lihat Buk Ria menurunkan celana trainingnya. Aku bisa melihat dari samping ada bulu-bulu di bagian depan kemaluannya. Aku tegang setegang-tengangnya melihat pemandangan itu.
Eeertr... Ranjangku sedikit berbunyi saat Buk Ria naik ke atasku.
Namun, saat Buk Ria mulai akan menempelkan permukaan kemaluannya.
Kraaaaakkk.... Riaaaa...
Ibuku sedikit berteriak.. Lalu aku rasakan Buk Ria terseret ke arah Ibu. Ibu yang menariknya.
Aku tidak berani membuka mata.
Kraaak... bunyi pintu kamar tertutup lagi..
Disitu aku ragu, antara mencari tau apa yang terjadi di luar, atau melanjutkan onani.
Aku pilih onani...

..............
Pov Andin

Aku heran sama Dining. Dulu dia mengadu-ngadu aku dengan Rian. Sampai sudah 3 kali kami pergi dauble date. Tapi kini dia melarangku untuk dekat-dekat lagi dengan Rian. Katanya, Rian yang sekarang itu sudah tidak sama lagi dengan Rian yang kita kenal sebelumnya. Rian yang sekarang itu adalah Rian yang penuh dengan energi nagtif. Dan berbahaya untuk para cewek.
Dulu, aku memang mengakui feeling yang dimiliki Dining. Dia itu bisa merasakan ada energi negatif atau tidak di cowok-cowok yang mendekati kami. Aku akui itu. Akupun pernah tertolong karena feelingnya itu.
Kalau bukan karena feelingnya Dining, mungkin aku sekarang sudah menjadi pecunnya Rio.
Rio yang aku sangka baik, ternyata busuk di dalamnya. Dia sengaja menaruh obat perangsang dalam minumanku saat aku main ke rumahnya dulu. Untung saja, Dining datang dengan Babang menolongku saat itu.
Yaa, aku memang berhutang budi pada Dining. Kalau bukan karena dia, aku sudah tidak perawan lagi sekarang.
Beberapa kali aku ingin dekat dan didekati cowok, aku selalu minta pendapat pada Dining. Dan untuk Rian itu, Dining sendiri yang mengatakan kalau aku akan cocok dengan dia.
Dining mengatakan bahwa, aura dan energi yang dimiliki Rian, itu sama dengan yang dimiliki Babang. Haha,, aku ketawa saat itu. Dia menyamakan energinya Babang dengan Rian yang preman dan playboy kampung itu. Sangat tidak mungkin.
Aku tau Rian itu preman kampung. Mau kenalan sama cewek aja, pakai nyetop orang ditengah jalan. Lagipula, aku tuh banyak tau tentang teman-teman tongkrongannya dia. Isinya preman semua. Suka malak truk lewat. Suka minum-minum alkohol di pasar. Dan mereka juga tidak sekolah. Aku tau semuanya. Eh malah Dining mau menyamakan dia sama Babang. Gimana nggak lucu coba.
Babang itu nggak ada bandinganya. Dia itu..... bagaimana mengatakannya yaa. Pokoknya Babang itu nggak manusiawi. Dia terlalu sempurna. Fisiknya sempurna, wajahnya sempurna, alhlaknya juga sempurna, dan keaetiaannya pada Dining juga sempurna.
Kalau kalian tanya, berarti kamu naksir dong sama Babang.? Helloooo... siapa juga cewek yang nggak naksir sama cowok kayak Babang. Aku yakin, cewek manapun yang kenal dengan Babang, 99 persen mereka itu suka sama Babang. Bahkan guru-guru perempuanpun banyak yang suka sama dia. Baik yang masih muda, sampai yang udah emak-emak, tetap banyak yang suka sama Babang. Tapi ya gitu, cuma Dining yang berhasil menakhlukkan dia.
Untuk cewek-cewek lain yang menyukai Babang, cukup dengan berkhayal saja.
Aku memang awalnya meragukan ucapan Dining soal Rian yang memiliki energi mirip dengan Babang. Tapi, setelah melihatnya pagi ini, setelah dia hilang selama satu minggu lebih, aku mulai mempertimbangkan untuk setuju dengan Dining. Yaa meski kalau soal kegantengan, masih lebih ganteng Babang kemana-mana. Tapi Rian juga cukup mempesona kok.
Tapi,... entah kenapa Dining sekarang melihat Rian sudah penuh dengan energi negatif yang berbahaya untuk para perempuan. Apa iya? .

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd