Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TERNYATA PACARKU...

Status
Please reply by conversation.
Halo semua maaf udh lama gk muncul 😂 update kalau tidak malam ini ya besok malam.

Ana usahakan sebelum puasa udh kelar ni cerita.
Kalau sesuai prediksi dan ketikan, antara 3 atau 4 episode lagi cerita ini akan tamat 🙏 doakan paling lambat seminggu sekali cerita ini update 🙏🙏 terimakasih
 
EPISODE 15

Aku tengah duduk di pinggir kasur. Ya aku baru bangun dari tidurku, dan mengecek HP ku.

"tumben spam chat banyak banget" gumamku sambil tersenyum.
Hp ku penuh dengan chat dari Vani yang menanyakan kabar ku.

Tiba-tiba aku merasakan rangkulan dari belakang.
"emmmmm kak.... Udah pagi ya?" tanya seorang gadis di belakang tubuhku.

"hehe iya ni udah pagi tuan putri" balasku

"hoammmm ngantuk banget ni" ucapnya sambil merebahkan kepalanya di pundakku.

Aku pun menoleh kearahnya.
"muachhhh muuuuaccchhhh"
Aku kaget karena gadis ini mencium bibirku dengan lembut. Aku hanya diam saja menikmati bibir gadis ini.

"muachhhh... Bibir kakak enak banget, empuk.. Hihihi" ucapnya padaku

"hehe murni ni, kagak kesentuh rokok sama alkohol"

"hehe lagi donk" ucapnya.

"eeiittttsssss... Mandi dulu yok masih pagi ini tuan putri" ucapku menghentikan gerakannya.

"ihhhh dikit doank"

"hahaha ya udah ni" ucapku

Kembali gadis ini mencium bibirku.
"gila agresif banget ini cewek" gumamku.

"muaaaaaahhhhh"

"udah kan.. Puas?" tanyaku

"hihi sebenarnya belum. Eh kak semalam kita udah ngapain aja ya. Aku lupa hihihi"

" lah lupa kamu apa yang semalam kita lakuin? " tanyaku kembali.

"aduhh lupa bener kak, ihhh sebel pasti enak deh" balasnya

"hehehe coba ingat-ingat lagi" ucapku bangkit dari kasur, tak lupa sedikit aku menowel hidungnya.

Akupun berjalan kearah kamar mandi sambil memandang kearah kasur. Tampak gadis ini sedang berpikir mengingat kejadian semalam.

Sebenarnya semalam tak terjadi apapun. Setelah habis berkencan dengan dia, aku sedikit memasukan obat tidur pada minumannya. Ya aku sedang memainkan ingatannya. Aku membuat keadan seolah-olah kami telah bersetubuh.

Tubuhnya aku buat telanjang bulat dan hanya berbalut selimut. Sedangkan aku?
Aku hanya mengenakan celana boxer. Kalau di tanya kenapa aku tidak entotin ni cewek, jawabannya karena cewek ini tak tau apapun. Ya walaupun semalam aku hampir lepas kontrol, aku sedikit menggerayangi dada cewek ini, sampai-sampai meninggalkan bekas di dadanya. Ya anggap itu bonus lah agar dia semakin percaya semalam sudah ku garap.

"kak udah belum aku mau pipis ini" teriaknya di balik pintu kamar mandi.

"iya tinggal pake handuk doank ini" balasku sambil melilitkan handuk di tubuhku.

Saat aku keluar kamar mandi, gadis di depanku ini sempat melongo sebentar.
"heii... Haloooo...." ucapku mencoba menyadarkannya

"badan kakak bagus banget" ucapnya sambil memegang dadaku.

"lah kan semalam udah liat" ucapku berbohong.

"ihhh aku beneran lupa kak... Tapi ini kakak yang buat kan hihihihi" ucapnya seraya menunjukkan bekas cupangan di dadanya.

"hehehe kamu sexy banget, kakak jadi gk tahan deh..."

"huuuu udah ih mau pipis aku" ucapnya masuk ke kamar mandi.

"sekalian mandi" ucapku

"iya bawelll..."

Aku langsung pergi ke arah dapur untuk mencari air guna menyegarkan tenggorokanku.
Saat aku buka kulkas aku baru tersadar...

"lah iya ini kan bukan kos gua" gumamku
Aku baru ingat kalau ini kos gadis itu.

"ya bodo amatlah" gumamku sambil minum air dari dalam kulkas.

"cepat buruan mandinya, nanti telat ngampus loh" teriakku begitu melihat jam.

"iyaa hihihi bawel banget sih kak..."

*TOK TOK TOK

"ada yg ketok pintu noh" ucapku karena ada orang diluar kos ini.

"bentar kak lagi pake handuk ni, kenapa gk kakak aja yg bukain"

"yee kalau aku yg buka mah heboh ntar" ucapku.

"eh iya deh.. Bentar - bentar"
Gadis itu keluar dari kamar mandi dan berlari kearah pintu kosnya.

*Cekkllekkkkk..

"lama banget sih buka nya.." ucap suara laki-laki.

"loh kakak ngapain ke sini sih..." ucap gadis itu.
Aku mengenal suara ini. Aku pun tersenyum dan langsung pergi menemui mereka.

"siapa Rin..?" tanyaku.
Sontak mereka berdua pun menoleh ke arahku.
Tampak sang laki-laki sangat syok melihat kehadiranku.

"eh kakak kok keluar sih..?" tanya Rini padaku.

"aku kira siapa gitu Rin, abis suaranya kayak marah gitu sama kamu hehe" ucapku berbohong.

"hmm ya udah sih, hehe oh iya ini kakak kandung aku kak" ucap Rini seperti mengenalkanku pada laki-laki di hadapanku.

"e-elu ngapain di sini haaa.....?" tanya laki-laki ini.

"isss apaan sih kak, gak usah ngegas gitu deh nanya nya. Emang kalian saling kenal?" tanya Rini.

"haha ini pertama kali nya aku berjumpa dengan kakakmu Rin" ucapku tersenyum

"Rian..." ucapku menjulurkan tangan seolah mengajak kenalan seseorang.

Laki-laki di depanku hanya terdiam tak menyambut uluran tanganku. Aku tau pikirannya pasti terguncang, bagaimana tidak. Dia melihat sang adik membuka pintu kosnya hanya mengenakan handuk dan tiba-tiba muncul laki-laki dari belakang.

"ihh kakak tu, kak Rian udah baik loh ngajak kenalan juga"

"maaf ya kak hehehe, ini kakak aku Rendi. Biasa dia itu emang gitu orangnya" ucap Rini padaku.

Akupun hanya tersenyum melihat ke arah Rendi di depanku. Wajah kebingungan dan panik tampak muncul di wajahnya.

"elu ngapain berduan dengan laki-laki ini haaa, ngapain keluar hanya pake handuk haaaa..." tanya terlihat panik.

"apasih kak, tadi malam tu kita habis jalan. Terus kak Rian ngantar aku pulang. Karena keasyikan main terus kita ketiduran deh" ucapnya menjelaskan

Ya memang benar ucapannya Rini, hanya itu yang terjadi. Namun di pikirannya Rini semalam aku dan dia habis ngentot.

"keasikan main taikkk lo, lu gk usah aneh-aneh ya Rin. Nyokap suruh gua buat jagain elu jadi lu jgn coba macem-macem.." ucap Rendi pada Rini.
Aku hanya bisa tersenyum.

"alah udah deh, aku tu udah gede kak. Gk usah atur-atur aku lagi. Aku udah gede terserah aku mau lakuin apapun" ucap Rini.

"elu tu yaaa.." ucap Rendi seraya maju ke arah Rini.
Namun dengan cepat aku menghadang nya agar dia tak menyakiti Rini.

"weh kalem bro, sama cewek jangan kasar. Terlebih ini adek lu kan" ucapku padanya.
Aku memberikan tatapan intimidasi padanya. Tampak nyali nya menciut seketika.

Aku tersenyum dan berbisik padanya.
"memek adek lo mantep bro. Mantep kayak memeknya Vani"

"mungkin bisa gua pake semau gua, ntar kalau dah bosen ya gua tinggal jual aja memek adek lo ke om-om" tambahku
Saat aku mengatakan itu, kembali wajah Rendi tampak pucat dan sangat panik.

"ihh udah-udah" ucap Rini memisahkan kita berdua.

"kak aku udah gede ya gk usah atur-atur aku lagi, kakak gk berhak atur-atur aku ya. Udah deh kakak mending pulang atau pergi magang sana" ucap pada Rendi.

Aku tersenyum begitu mendengar Rini menyerang kakaknya sendiri.
"hahaha ini adalah salah 1 yang aku mau, ya walaupun terjadi tiba-tiba sih" gumamku.

Rinipun menutup pintunya tanpa memperdulikan Rendi.
"loh kenapa di tutup, kan kakakmu masih di luar?" tanyaku

"udh ih males aku sama dia kak, sibuk aja sama urusanku. Orang aku udah gede juga" balasnya

BINGO, aku berhasil membuat Rini memihak padaku.
Akupun kembali tersenyum.

"udah yuk kak ayo siap-siap, luapin aja tu kakakku. Aku juga lg ada kuliah pagi hihihi" ucapnya padaku.

"ya udah ayo berangkat" balasku.

"cium dulu hihihi" pinta nya

"ya udah ni..." balasku seraya menunduk agar Rini bisa menggapai bibirku.

*

Rini sudah berangkat terlebih dahulu, aku kini tengah berdiri santai memanaskan mobil yang ku pinjam.
Tiba-tiba aku melihat Rendi berjalan ke arahku entah muncul dari mana.

"eh BANGSAT LU APAIN ADEK GUA HAAAA...." teriaknya seraya mencengkram kerah baju ku.

Aku hanya tersenyum melihat wajahnya yang nampak sangat marah padaku.
"dapat keberanian dari mana ni bocah" gumamku.

"telinga lu lubang kan? Lu tadi gk dengar apa yang gua bilang haaa" ucapku memainkan emosinya.

"ANJING..." dia mengayunkan tangan kanannya hendak memukulku.

Dengan cekatan aku melepas tangan kirinya yang masih mencengkram kerahku, dan aku sedikit menunduk mengambil ancang-ancang dari bawah. Dengan cepat aku menghantam rahang nya.

*BUGGGGG....

Seketika tubuhnya rubuh kebelakang.
"huuufffttttt lecek kan baju gua" gumamku sambil merapikan bajuku.

Akupun mendekati dan jongkok di sebelahnya. Tampak wajahnya sangat syok, dia masih sadar namun tak dapat menggerakkan tubuhnya.
Ya aku tau titik-titik melumpuhkan musuh dari beladiri yang aku tekuni.

"nah baru diem kan sekarang" ucapku padanya.

"dapat keberanian dari mana lo kok bisa mau nyerang gua"

"seperti yang gua bilang, memek adek lu enak banget. Hahaha lu gk tau kabar tentang adek lu sendiri haa?.. Ato jangan-jangan lu udah pernah ngentot sama adek lo sendiri?" ucapku padanya.

Nampak Rendi hanya mampu mengatur nafasnya tanpa membalas perkataan ku.
" gua udah tau semuanya bro, apa hubungan lu sama Vani dan apa yg udah lu lakuin di belakang gua" ucapku sambil menepuk pipinya.

"sekarang lu rasain sedikit apa yg gua rasain dulu, ato lu mau liat gua ngentotin adek lo" ucapku kembali memainkan emosinya.

"dengerin baik-baik, gua bakalan ngelakuin hal yang lebih parah dari yg elu lakuin ke gua" ancam ku padanya.

"oh iya bentar, gua mau kasih lu sesuatu" ucapku sambil mengambil sesuatu di dalam mobil.

Saat aku kembali, aku memaksa membuka mulutnya.
Aku membuka 2 linting serbuk dan memasukkannya.

"noh kenang-kenangan dari gua buat lu. Gua sengaja beli ini buat lo doank. Kalau butuh gua beli beliin lagi hahaha" ucapku tertawa.

"loh mas kenapa itu mas" terdengar seseorang
Aku pun menoleh ke arah suara tersebut.

"gk tau ini bu, juga baru liat saya udah terbaring di sini" ucapku pada seorang wanita paruh baya mendekati kami.
Kemungkinan ini ibu kos nya Rini.

"sampe lo buka mulut, lo tau apa yg bakal gua lakuin ke Rini" ancamku pada

"ya ampun kenapa ini mas, kok bisa sampe baring disini?" tanya nya.

Nampak Rendi masih belum bisa menjawab pertanyaan.
"apa gua mukulnya kekencangan ya" gumamku

"emmm ambilin air coba bu buat dia minum" pintaku

"oh iya mas sabar ya saya ambilin" ucap wanita itu sambil pergi meninggalkan kami.

"anak pintar" ucapku menepuk pipinya.
Akupun menyelipkan bungkus lintingan tadi kedalam kantong baju Rendi.

*

"ini mas airnya" ucap wanita itu setelah kembali membawakan air.

"makasih bu" ucapku sambil membantu Rendi untuk duduk.
Akupun mulai memasukkan air ke dalam mulutnya.
Bukan tanpa alasan aku ingin agar semua serbuk yang aku masukkan tadi agar tertelan semuanya.

"ini bu udah, makasih ya bu" ucapku seraya memberikan botol yang berisi air tadi.

"sama-sama mas, Trus ini gimana mas?" tanya wanita ini.

"emm bentar lagi paling normal bu, ibu bisa bantuin jaga dia gk. Saya mau pergi kerja ni bu" ucapku meminta tolong.

"emmm gimana ya mas, mas kan orang asing disini. Eh maksudnya kan gk ngekos disini, jadi agak gimana gitu mas" ucap wanita ini.

"hehe ini kakak nya Rini salah satu penghuni di sini bu" ucapku

"owalah sodaranya mbak Rini, ya udah deh saya bantu mas" ucapnya

"makasih ya bu" ucapku sambil membopong Rendi ke samping kosnya Rini.

*

"udah bu saya titip dulu ya" ucapku

"iya mas makasih ya udah bantuin tadi"

"hehe sama-sama bu. Kalau perlu ibu nanti telfon ambulan aja bu" ucapku

"oh iya mas, tadi sudah saya telfon ambulan pas ambil air"

"oh bagus donk bu, Ya udah saya pamit dulu ya bu" ucapku mengundurkan diri.

"oh iya mas monggo" ucapnya mempersilahkanku.

Aku berjalan dengan senyum mengembang, saat melihat Rendi duduk dengan tatapan kosong.

***

Beberapa hari berlalu setelah kejadian tak terduga di kosnya Rini, Aku tersenyum. Ya walaupun merubah sedikit rencana ku namun hal itu tak membuat ku rugi. Aku yakin sekali jika saat ini Rendi tengah kebingungan dan rasa takut menghampirinya.

Rini sampai saat ini juga masih perhatian padaku. Ya meskipun aku tak memiliki perasaan untuknya, bukan karena apa. Namun dia hanya pancingan untuk menyiksa Rendi.
Sebenarnya aku memiliki beberapa foto bugil milik Rini yang ku ambil saat nginep di kosnya.

Tentu saja bukan untuk ku sebar, aku hanya akan mengirimkannya ke Rendi seorang. Aku tak ingin mengambil lebih banyak keuntungan dari Rini.

Aku bahkan tak sampai menyetubuhinya. Apakah aku php pada Rini?
Tidak, Rini sudah memiliki seorang pacar. Bahkan pacarnya adalah seorang pengusaha. Namun entahlah, aku juga bingung kenapa wanita sampai mau di tiduri oleh orang lain yang bukan pacarnya.

Apakah karena sudah mengenal seks?
Entahlah aku tak paham. Jalan pikiran wanita sangat susah untuk si tebak.

Hubunganku dengan Vani. Ya kami masih pacaran, bahkan akhir-akhir ini Vani jadi semakin perhatian padaku. Entah lah apa yang terjadi padanya.

Maya?
Hehe kami semakin dekat, jujur ada sedikit benih-benih suka yang ku rasakan pada Maya. Namun kalau untuk sampai ngentot dengan dia aku belum kepikiran sampai situ. Aku masih menikmati moment berdua dimana sifat kalemnya ini yang selalu membuatku gemas.

*Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt

Aku dikagetkan dengan getaran hp yang ku taruh di meja kerjaku.

Aku : iya Halo.
P : halo bos, kita sudah tau lokasi rumahnya. Jadwal mengajarnya. Tempat nongkrong nya. Semua nya dah pokoknya.
Aku : ok kirim semua dalam bentuk file.
P : baik bos

TUTTTTTTTTTTTTTT

sambun telfon langsung kumatikan.
"ya pelan namun pasti" gumamku tersenyum.

"Woiiiii Yan habis telfon sape lu serius amat" ucap seseorang mengagetkanku.

"si anjing, le ya bener-bener. Kagak usah ngagetin anjing" ucapku

"hehehe gk tau kenapa semenjak gua di sini demen banget gua ngagetin lu Yan"

"Aalah tai lu" ucap ku melepas tangan Dika dari pundakku

"hehehe kalem kali Yan ah, noh gua bawain lu cappucino ice" ucap Dika menaruh minuman itu di mejaku

"heh apaan nih, gua gk bisa minjemin duit ke elu" ucapku

"eh ****** gua bukan mau pinjem duit kontoll"

"sluuurrp.. Trus maksudnya ini apaan?. mau kerja di sini setelah selesai kuliah lu?" tanya ku sambil minum.
Ya Dika akhirnya tau juga kalau ini adalah anak perusahaan ayahku.

"elu sekali lagi ngadi-ngadi gua tampol lu yee"

"terusss ni maksudnya apaan kontol?" tanyaku sekali lagi

"hehe itu sebagai terima kasih karena udh ngasih gua saran Yan" ucapnya padaku.

"haaa saran?.. Saran apaan dah?" tanya ku bingung.

"lu kayaknya kebanyakan ngentot deh Yan. Jadi pelupa gini" jawab Dika.

"apa hubungannya kontol, dah cepet kasih tau yang jelas jangan setengah-setengah... Sluuurrp.. "

"gini, ini hadiah karena saran lu gua sama mbak Siska hehehe" ucap Dika

"haaaa lu udh ngentotin mbak Siksa Dik?" tanyaku padanya

"sssttttt pelanin suara lu kontol. Kagak lah, emg lu pikir gua elu. Gua sama mbk Siska udah jadian Yan" jawab Dika

"haaaa... Uhukk.. Uhukk.. Uhukk.. Keselek gua anjing. Seriusan lu Dik?" tanyaku

"yeee seriusan ini mah, tapi kami belum berani sampaikan ke publik Yan" jawab Dika terlihat senang.

"wah si anjing boleh juga lu. Eh tapi lu beneran belum pernah ngentotin mbk Siska Dik?" tanyaku sekali lagi

"gk cuma pelupa ternyata lu ini tuli ya anjing. Belum gua apa-apain gua mah" jawabnya

"wahahaha santai Dik. Eh tapi kalau butuh tutor inbox ya" ucapku menawarinya

"kgk usah nyet, lu pikir gua cupu apa gimana anjing" ucapnya membela diri

"hahaha ya menurut lu hahaha" aku tertawa melihat reaksi dari Dika

"elu yak bener-bener Yan"

"hahaha kalem bro, gua doain semoga apa yg lu impi-impikan tercapai. Sapa tau sampe palaminan ya kan hahaha"

"hehehe amin Yan. Gua nikahin janda juga kgk masalah"

"hahaha tp klw sampai beneran nikah komisi buat gua lebih gede kan. Gk cuma es doank ahahahahahaha" ucapku terpingkal-pingkal

"hahaha temen anjing emang lu Yan" Dika ikut tertawa bersamaku.

Setelah itu kami berbincang mengenai hal-hal lain lagi. Aku tak menyangka kalau Dika berhasil menaklukan hati mbak Siska.

*Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt

Aku kembali mengecek hp ku yang bergetar. Layar hp menunjukkan kalau pacarku sedang mwncoba menghubungi ku.

Aku : halo
Vani : halo sayang, kangennn.
Aku : tumben yank, biasanya juga sekarang sibuk.
Vani : ih sayang tu, justru karena sibuk sekarang kangen tau
Aku : hahahaha ya udah mau ketemuan dimana?
Vani : ntar malam nginep di kosku ya, ya ya sayang.
Aku : iya ntar aku ke kos deh
Vani : yesss hihi makasih ayank
Aku : iya sayang
Vani : muachhhh ya udah yank aku lanjut kerja dulu ya.
Aku : iya sayang.

Sambungan telfon pun terputus. Kalau di pikir-pikir sudah lama aku tak berjumpa dengan Vani. Entahlah mungkin karena kesibukan kami masing-masing.
Ya dan kalau nginep di kos Vani, kalian tau lah apa yang bakal gua lakuin.
Aku juga mengingat sudah lama kontolku hanya di pake buat pipis doank.

*Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt

Kembali aku mengecek hpku. Aku tersenyum begitu tau nama yang muncul di hp ku.
Namun aku memutuskan untuk mereject panggilan tersebut. Ya sudah dari kemarin nomor itu selalu menghubungi ku.

"hahahaha hahahaha" tawa jahatku

***
*Malam Harinya

*TOK TOK TOK

*Cekkllekkkkk

"ihhhhh sayang......." ucap Vani langsung memelukku saat aku sudah sampai di kosnya

"hahaha iya sayang ettt dah jangab kenceng-kenceng meluknya" ucapku

"biarin.. Kangen kok... Lagipun kan pacar sendiri bebas donk" ucapnya mempererat pelukannya

"hahaha dasar..." ucapku mengusap rambutnya

"hihihihi...." tawa Vani mendongakkan kepalanya.
Vani kemudian meraih kepalaku dan mencium bibirku.

"Muachhhh muuuuaccchhhh mmmmmm muuuuaccchhhh"

"muachhhh hihihi masih tetep manis yank" ucapnya

"hahaha ngaco aja kamu yank. Hehe emang kamu pernah ngerasain yang pait?" pancingku

"emmm pernah yank, dulu mantan aku waktu SMA tu perokok berat. Jadi kalau kita ciuman tu kayak sepet + pait gitu yank. Kan kalau sayang gk ngerokok hihihi" ucapnya menjelaskan

"hahaha emg pengaruh ya sayang"

"hihi udah ihh muuuuaccchhhh.. mmmmmm..."

Kembali kami berciuman. Tanganku dengan cekatan meramas dada dan pantat pacarku.

"ahhh masih sangat kenyal" gumamku saat meramas dada dan pantatnya.
Dengan cepat aku membopong Vani menuju kasurnya. Dengan perlahan aku membaringkan tubuhnya, dan melecuti seluruh pakaian yang ia kenakan.

Setelah tak ada satu helai benang melekat pada tubunya, aku mulai mencium leher dan membuat cupangan di lehernya jenjangnya.

"ahhhhhhhhhhhhhh... Sssttttt..." Vani hanya mendesah saat aku mengangkat kepala ku dari lehernya. Dan benar saja tanda bekas kemerahan sudah ada pada lehernya.
Sejurus kemudian ciumanku turun menuju dadanya. Kembali aku membuat cupangan di dadanya yang besar dan ranum ini.

" ahhhh... Sa-sayang.... Uhhhhh..." hanya itu yang keluar dari mulut Vani.
Petualanganku menyusuri tubuh Vani tak sampai situ, kali ini kulanjutkan ke liang memek nya. Memek tembem nya tanpa di tumbuhi bulu bertemu dengan lidahku. Dengan perlahan dan lembut aku permainkan memek nya yang membuat Vani kelonjotan gk karuan dan mendesah ringan. Bahkan cairan bening keluar dari memeknya pertanda lubrikasinya sudah cukup. Kemudian aku memasukkan kedua jariku

"ahhh... Sayang ka-kamu mau apain aku Ahhhhhh..."
Aku tak menjawab karena konsentrasi ku pada memeknya. Aku melanjutkan gerakan menyentuh bagian atas dinding memeknya. Vani hanya menunjukkan ekpresi wajah linu namun enak.

"ahhh.. Pe-pelan sayang linu sayang oohhhhh...." desahannya tanpa henti.
Aku hanya berkonsentrasi untuk membuat Vani squirt, dengan penuh penghayatan agar Vani segera squirt. Lama-kelamaan desahan Vani makin menjadi, bahkan kini ia ikut mengobel bagian luar memeknya sendiri.

" ahhhhhhhhhhhhhh... Ooohhhhhh... Sa-sayanggg... Uhhhhh... Aahhhhh..." dapat kurasakan memeknya mulai mengencang dan aku menekan bagian atas memeknya yang menandakan ia akan mengalamai squirt. Vani semakin mendesah tak karuan, matanya merem melek, bahkan pahanya di buka semakin lebar.

" ahhhh... Yankkk....mmmmfffttttt... Ooohhhhhh... Aku mau keluar yank... Aaahhhh...." mendengar itu, aku semakin meningkatkan kobelan ku.

"ahhhh... Sa-sayangg.... Ohhhh... Minggirrr.... Aahhhh.... AARRRGGGGGGHHHHHHH..." Vani tak dapat menahan desahannya dan cairan bening muncrat dari memeknya mengenai sprei kasur dan Vani mengejang tak karuan. Sambil memandanginya aku menunggu hingga squirt yang di alaminya mereda.

" ohhh sayang kenapa kamu berani bermain di belakang ku" gumamku.

"enak sayang?" ucapku sambil membelai rambutnya yang sudah acak-acakan.
Vani hanya bisa tersenyum sambil mengangguk pertanda ia sangat menikmatinya.

Aku pun berdiri dan mulai melepas pakaianku.
"yank, emmmm cobain anal yukk" ajak Vani padaku.

"haaa kamu mau yank?" tanyaku meyakinkan.

"iya sayang mau.." balasnya.

"ya udah kamu ada baby oil gk?" tanyaku

Dengan cepat Vani mengambilnya dan memberikannya padaku. Vani sendiri memposisikan dirinya tengkurap rata namun pada bagian pinggulnya di ganjal oleh 2 bantal yang membuat pantatnya terangkat. Aku pun membuka lebar kedua kakinya, serta melihat lubang anusnya yang beraih dan siap menerima benda asing.

Setelah cukup lubrikasi dengan menuang baby oil pada anus dan kontolku tentunya, aku mengarahkan kontolku pada lubang itu. Dengan perlahan walau beberapa kali aku dorong rasanya susah untuk bisa masuk, kembali aku dorong pelan demi pelan namun dengan hentakan kuat agar dapat masuk. Beberapa kali Vani mendesah dan memberi instruksi padaku kapan maju kapan tahan.

"ahhh... Sayang... Udah masuk ya kepalanya.. Ohhhhh..." tanya Vani yang mulai terlihat berkeringat di punggung mulusnya.

"beluk yank, tapi udah mulai kebuka dikit lubangnya" balasku dengan menahan gerakanku.

"bentar sayang ohhh.... Hmmm...ayo dorong lagi sayanggg aahhhhhhhhhhhhh..." desah panjang Vani saat kontolku masuk lebih dalam. Dengan perlahan kepala kontolku berhasil masuk, sekarang tinggal bagian batangnya saja.

"hooaaahhhh... Aahhh.... Bentar yankkk oohhhhh kontolmu gede banget aauuuuhhhh...." dengan sedikit paksaan akhirnya setengah kontolku bisa masuk.

"ahhh... Udah yankk... Ohhhh.... udah mentokk yankk... Ahhhhh..." desah Vani saat kontolku masuk setengah. Aku hanya terdiam sambil berfikir betapa sempitnya lubang anus Vani. Ingiin rasanya langsung ku genjot dengan kecepatan tinggi.

Akupun perlahan mulai bergerak menarik kontolku sampai ujung lantas mendorongnya hingga maksimal. Gerakan pelan itu membuat Vani mendesah keenakan.

"ahhhhh... Sayang... Kontolmu rasanya sampai kepalaku... Oohhhh... Aahhhh..."

"aahhhh sempit banget yank ahhh... Ohhhh.." aku pun ikut mendesah karena memang lubang pantatnya sangat sempit.

Vanipun membenamkan kepalanya pada bantal. Hingga 6 menit sudah aku bekerja pada anusnya, akupun mulai menaikkan tempo genjotanku

"ahh... Sayang.. Udah mau deket aahhh... Ooohhhhhh... Aahhh..." desahan yang keluar dari mulutny menambah nafsuku untuk terus mengenjot lubang anusnya.

"ahh... Mau meledak sayang.. Aaahhh..ohhhh....aahhhhh aku gk kuat sayang aahhhh..." desahan Vani semakin kencang di tambah kembali tubuhnya mulai mengencang. Lantas beberapa saat kemudian Vani keluar dan tubuh ya bergetar hebat.

"Aaaahhhkk... Sayang... Aaauuuhhhh... AARRRGGGGGGHHHHHHH..." desahan panjang itu menandai klimaks yang dialami oleh Vani. Aku memegangi tubuhnya agar tak melakukan hal diluar kewajaran. Aku membiarkan beberapa detik agar Vani dapat mengatur nafasnya kembali.

" ahh... Sayang cabut dulu aah... Ohhh.. Hooosshhh.. Hooosshhh.." pintanya.
Akupun perlahan menarik kontolku keluar dari lubang anusnya. Terlihat anusnya tertutup kembali seperti semula seakan tak pernah di masuki oleh benda asing.

Perlahan Vani membalikkan tubuhnya menghadap kearahku. Wajahnya penuh dengan keringat menambah kesan keseksian yang ia miliki. Ia memberikan senyuman padaku, akupun ikut berbaring di sampingnya dengan kontol yang masih berdiri tegak.

"ayo yank lagi, aku belum keluar ini" pintaku padanya.
Vani tersenyum dan dengan cekatan memposisikan nya dirinya berbaring dan membuka lebar-lebar kakinya. Dengan semangat aku berdiri di selangkangan nya dan mulai mengarahkan kontolku.

*BLEESSHHHH
Kontolku yang panjang dan besar telah masuk sepenuhnya kedalam memek Vani. Aku mendiamkan ny beberapa saat sebelum mulai menggenjotnya. Vani terlihat melihatku dengan tatapan sayu dan horny menjadi satu.

Dengan penuh kekuatan aku mulai menggenjot memeknya dengan irama yang sama. Aku harus mencari bagian atas dinding memeknya lagi.

"ahh.. Aahhhh... Iya yank enak banget ohhh yank.. Aahhh... Ohhh.. Aahhh.." desahanya mulai kembali terdengar di telingaku. Nampak Vani mulai meremas sprei kasurnya sendiri.

"kamu kangen ya dengan yang gede sayang" tanya ku memancing di sela genjotanku.

"ahhh.. I-iya sayang yang gede lebih enak oohhh... Aahhh... Terusss... Aahhh..." Vani menjawab tanpa sadar pertanyaan ku.
Akupun tersenyum dengan jawaban yang diberikan.

Kembali aku menggenjot memeknya dengan penuh penghayatan, dadanya yang besar bergerak naik turun menambah kesan seksi pada pacarku ini.

" ahhh... Yankk aku mau nyampe lagi yank... Ohhhh.. Aahhhh... Berhenti dulu yaannkkk... Oohhh..." desah Vani meminta berhenti. Namun aku tau kalau dia akan keluar aku justru semakin mempercepat genjotanku.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Tubuh Vani makin bergerak tak karuan, dia terus meminta untuk berhenti namu kembali tak kuhiraukan.

"sayang ohhhh... Aku keluar yankkk.. Aaahhh... Ooohhh... AARRRGGGGGGHHHHHHH..." desahan panjang di iringi getaran hebat di tubuhnya, keringat semakin bercucuran, tangannya meremas sprei dengan kuat dan kakinya mengapit pinggulku dengan kuat.

Tak memberi waktu lama aku kembali menggenjot memeknya karena aku merasakan akan segera keluar juga.

"aaauuuhhhhh... Sa-sayangg bentar yankk... Aahhhhh... Berhenti dulu sayang... Ohhhh.."

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Aku semakin mempercepat genjotanku. Aku sudah tak peduli apapun lagi. Melihat wajah Vani yang keenakan. Desakan spermaku begitu nyata akan keluar, badanku kurasakan semakin mengencang.

"Aahhhh..... Sa-sayanggg aku keluar lagi ooohhhh.... Aahhh... AARRRGGGGGGHHHHHHH.."

"AHHHH AKU JUGA SAYANG OHHHHH AARRRGGGGGGHHHHHHH"

*CROOOOOT CROOOOOOT CROOOOT

Teriak panjang kami di sertai keluarnya spermaku di dalam memeknya. Tubuhku pun lemas dan ambruk seketika menimpa tubuh sintal Vani.

"hhhaaaahhhh... Hhaaahhhh.. Hooosshhh.."
Hanya suara itu yang terdengar dari kami karena kami sedang berusaha menarik nafas sedalam dalamnya.

"enak sayang?" tanyaku membuka obrolan.
Aku pun mulai bangkit dari tubuh Vani.

"kamu tu yaaa uhhh udah di bilang berhenti juga masih aja ohhh"

"hihihi tapi enakkan?" tanyaku menggodanya

"ihhh apaan sih yank hihihi"

Akupun mencabut kontolku dari memeknya dan spermaku ikut keluar begitu aku mencabut kontolku.

"auhhh... Pelan sayang ngiluuu.." ucap Vani.

"hehe maaf sayang.." aku mencium keningnya agar dia lebih tenang.

Akupun bangkit dan ingin segera ke kamar mandi. Tak lupa aku mengecek hp ku kembali.
Kembali aku tersenyum. Belasan panggilan tak terjawab.

"sayang mau kemana?" tanya Vani

"minum sayang hauss, mau ke kamar mandi juga ini" balasku

"ambilin aku minum juga ya" pinta Vani

"hmm siap sayang" ucapku tersenyum.

Saat tengah minum kembali hp ku bergetar. Aku pun mengambil hp yang ku raruh di atas meja.

Aku : Halo boy
P : ssshhhhhhh hhhaahhhhh ssshhhh Yan, gua mohon Yan. Gua butuh barang itu sshhhhh
Aku : lu mau lagi, ya udah kalau mau ya besok aja. Gua lagi gk kota ini
P : sshhhhh be-bener ee Yan sshhhh hhhaahhhh
Aku : hahaha iya bener lah tolol
P : oke gu-gua tunggu besok ssshhhhhh hahhhhh
Aku : hahahaha ok Ren *ttuuuuttttttt

Aku pun langsung menutup telfon dari Rendi. Nampak sekali kegelisahan yang di alami oleh Rendi.

"Ok, perlahan tapi pasti lu bakal ancur Ren hahahaha" gumamku

"sayang....kok lama" terdengar suara Vani memanggilku

"iya ini otw ke situ sayang...."




*Bersambung.....
 
Thank you updatenya hu

Pembalasan memang paling nikmat
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd