Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
johnkresnata
Adik Semprot
- Daftar
- 9 Sep 2017
- Post
- 107
- Like diterima
- 218
makin cranky makin cringey banyak curcol dan opini terselubung ga jelasnya, drop deh
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
tanda-tanda apa?
mbak ay udah balik ya..
Pada sadar gak ya beberapa part ada yg berubah
Tepatnya chapter 18
nitipnya sendal, ngambilnya sepatu
hah?!Suka baca cerita ini
Dona titip bra ya kak
hmm...
sabar ya
udah update kan
oke
terima kasih
sekarang isya
lahkoklhokoklhohehkokhehlah?
hmm hmm
hihihi
sabar atuh
okay
julukan macam apa lagi ini??Akhirnya update juga si opener ngalor ngidul yg ujungnya ngakak✌
sama-sama
Terima Kasih 
oh, gitu..
lah, kok si kampret?
sama-sama
biasanya dimasuki terlalu dalam *eh
"aku nggak lihat, aku pake sempak"
*insert image SpongeBob*
keluarga cemaradrama keluarga ni....
mending klo keluarga Brian-Aya...
wkwkwk
nuhun
pagi ngopi, malem nyusu
udah kok
sabar ya
lebih mudah melupakan dibanding mengingat..
atau kebalik?
okeeehh
seseorang tolong beritahu dia kalau opini dia jauh lebih tidak penting
alias lau sokap?
Sugardady717
Semprot Holic
- Daftar
- 5 Jun 2021
- Post
- 382
- Like diterima
- 822
Updte duoong hay opener ngalor ngidul hehe ✌
adegan uh ah nya kluarin
adegan uh ah nya kluarin
wong_ngunung
Semprot Lover
- Daftar
- 23 Jun 2012
- Post
- 202
- Like diterima
- 35
Kirain update biii
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Catatan Penulis:
Hai, Nyets..
Oke, jadi pertama-tama gue mau minta maaf karena baru bisa update lagi.
Padahal bisa dibilang gue punya banyak waktu lho..,
Tidur 8 jam
Kerja 8 jam
Totalnya 14 jam. Jadi gue masih punya 168 jam sebelum Sandy memasuki masa hibernasi
Yah..., mungkin karena gue udah kurang berminat untuk update disini. No offside, VAR decision GOAL. Thankyou..
Yang mau gue bilang adalah.., sebelum membaca update di bawah, diharapkan untuk membaca ulang sekali lagi. Biar ngga bingung, karena ada 'beberapa perubahan'.
Gitu aja lah...,
Makasih
• TTD H4N53N
Hai, Nyets..
Oke, jadi pertama-tama gue mau minta maaf karena baru bisa update lagi.
Padahal bisa dibilang gue punya banyak waktu lho..,
Tidur 8 jam
Kerja 8 jam
Totalnya 14 jam. Jadi gue masih punya 168 jam sebelum Sandy memasuki masa hibernasi
Yah..., mungkin karena gue udah kurang berminat untuk update disini. No offside, VAR decision GOAL. Thankyou..
Yang mau gue bilang adalah.., sebelum membaca update di bawah, diharapkan untuk membaca ulang sekali lagi. Biar ngga bingung, karena ada 'beberapa perubahan'.
Gitu aja lah...,
Makasih
• TTD H4N53N
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
What If..?!
Iwan Fals was right...,
BBM naik tinggi, susu kambing tak terbeli.
Eh, itu kata-kata Iwan Fals atau Rispo ya?
Kita ganti aja ya.
Iwan Fals was right...,
Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan cemberut waktu bagi-bagi kaos buat rakyat. Apalagi sampe dilempar-lempar. Rawr..~
Oke, berikutnya gue mau ngucapin selamat ulangtahun.
Selamat ulangtahun bagi siapapun kalian yang merayakan.
Kenapa gue ngucapin selamat ulangtahun? Jadi istilah kata tadi di jalan gue nemu ada yang demo. Istilah kata kalo ada yang demo di depan sebuah gedung, istilah kata biasanya di dalem gedung itu berarti ada yang lagi ngerayain ulangtahun kan. Double Rawr..~
Mana tadi demonya keren.. Ada gelombang-gelombangnya gitu.
Tapi ini agak beda, istilah kata kalo demo biasanya kan ada serangan gelombang pertama, gelombang kedua gitu. Tadi beda, gelombangnya gelombang kanan sama gelombang kiri. Istilah kata udah kayak gorden, darling..~
Tapi harga gordennya nggak sampe 48 miliar ya. Triple Rawr, darling..~
Lagian istilah kata kenapa sih kalo BBM naik? Kan istilah kata sekarang kebanyakan pake WhatsApp atau kalo mau nyari link, ya di wikipedia. Istilah kata ketimbang di twit**ter keganggu sama twit-twit nggak jelas dari betina-betina pecinta ginseng. Bonus Rawr, darling..~
Dan istilah kata gara-gara demo itu juga, istilah kata gue harus lewat jalan muter, karena istilah kata jalannya diblokir. Main blokir-blokir aja udah kayak..., gajadi deh. Alias forum ini sendiri juga udah sering kena blokir kan. Wkwkw.
Oke cukup sama combo rawr nya darling. Eh, istilah kata combo gokil maksudnya. Tapi pake 'rawr' sih. Ya udahlah, gitu deh pokoknya.
Kenapa gue sudahi. Istilah kata sekarang ini lagi ada tukang bakso di deket tempat gue. Istilah kata gue takut kalo juga misal kena somasi nanti.
Eh, istilah kata kalo yang suka somasi itu bukan tukang bakso ya. Tapi tukang Es Teh. Super Bonus Rawr..~
Istilah kata somasi itu bukannya lebih cocok sama bakso ya? Oh, itu siomay. Wadadaw.
Capek juga nulis 'istilah kata' mulu. Istilah kata pegel lah ya. CUKUP!!!
Kenapa diawali dengan combo rawr?
Kalian nenye?? Kalian nanya kenapa diawali dengan combo yang selalu bikin tercandu-candu?
Bikin candu karena penuh dengan canda. Oke, cukup..
Sebenernya nggak ada alasan khusus sih, gue cuma lagi bosen aja. Nungguin Christy keluar lama banget. Maksudnya keluar dari sekolah. Maksudnya pulang.
Iya, gue sekarang ini lagi ada di depan sekolahnya Christy. Lagi jemput dia pulang. Harusnya jam segini sih udah pulang dia, tapi daritadi nggak keluar-keluar. Gue telfon juga nggak diangkat. Nadanya sibuk.
Panas lagi disini. Gue tadinya mau ngadem di dalem warung pecel yang ada di deket sini sekalian makan siang tapi nggak bisa. Habisnya warung pecelnya dipake buat pertemuan. Ngobrol..
Kalopun bisa, gue yakin suasananya juga nggak akan adem. Karena obrolan yang ada pasti 'obrolan panas'.
Oke, fokus lagi nungguin Christy!! Gue udah dipelototin tukang bakso soalnya..,
Kenapa pada akhirnya gue jemput Christy sepulang sekolah?
Kalian nenye? Kalian bertenye-tenye? Kenapa aku jemput Christy sekolah?
Ya udah, biar aku kasih tawu ya. Biar aku kasih tawu lewat flashback aja ya..
"Gue sama Christy emang adik kakak" ucap gue. "Tapi bukan kandung"
"KAK BIII..!!"
"Christy ga tahu apa-apa soal ini, jadi jangan kasih tahu dia" ucap gue lagi, kali ini dengan pake bisik-bisik. "Besok gue jelasin semuanya.."
"KAK BIIIII...!!!"
"Apa sih, Christy? Ga usah teriak-teriak dong"
Setelah lari-larian sambil teriak-teriak, si bocah tukang ngadu malah meluk gue secara tiba-tiba.
"Maafin aku ya, kak.." ucap Christy yang masih sambil meluk gue. "Kakak habis dimarahin sama mama ya. Maafin aku.., habisnya aku ditanyain terus"
"Udah, gapapa" bales gue sambil usap-usap kepalanya. "Udah ga usah nangis, yang dimarahin kan bukan kamu"
"Tenang!!" ucap Christy yang akhirnya melepas pelukannya dan kemudian masang wajah ceria. "Biar kak Bii ga sedih lagi..." gue nggak sedih kok. "Aku mau nemenin kak Bii main PS"
Enggak, sumpah.. Gue nggak sedih. Ngapain juga?
Lagian ini pasti modusnya dia aja biar bisa main PS.
Tanpa memperdulikan tawaran dari Christy, gue berjalan menuju kamar gue dan masuk ke dalamnya. Tapi ada satu hal janggal.
Seketika gue nengok lagi ke arah Christy yang masih senyum-senyum tapi dia sekarang udah berlindung di belakang Aya.
"Christy kadang-kadang ya Christy.." heran gue. Nih bocah satu makin lama makin nggak ada akhlaknya ya. Sekarang dia udah berani main masuk dan main PS gitu aja di kamar gue lho. "1 kali 2 kali didiemin.., 3 kali 4 kan 12"
"Kenapa tiba-tiba jadi perkalian?" Aya yang kini jadi tempat berlindung pun merespon.
"Eh?! Itu kayak omongannya kak Chika" sahut Christy yang langsung bikin gue terdiam.
Bukan sih. Gue diem bukan karena Christy, tapi sekarang 'tempat berlindung'nya si Christy ini lagi melototin gue.
"Lagian aku cuma 'latihan' aja kok" ucap Christy memberikan pembelaan. "Aku tadi juara #1 lho" tambahnya dengan penuh rasa percaya diri.
Gue nengok ke arah layar TV kamar gue dan ngeliat apa yang ada di sana.
"Bo'ong" bales gue. "Itu di layar, kamu peringkat #4"
"Iiihh... Beneran!!" Christy sekarang udah keluar dari tempat persembunyiannya. Mungkin dia akhirnya sadar kalo dia itu lebih tinggi dari Aya. Sembunyi di belakangnya itu percuma. "Tadi aku sempet peringkat #1 tauuukk.."
"Bo'ong.. Bo'ong... Christy bo'ong.." gue pake aja kesempatan ini buat ngeledekin dia. Sekaligus mengalihkan pembicaraan dari 'perkalian' tadi.
"Kalo ga percaya, ayo main sama aku!!" muka Christy merah, kayak mau nangis. Tapi malah keliatan ngegemeshin. "Aku buktiin kalo aku bisa peringkat #1"
"Males.." jawab gue cuek. "Aku males main sama tukang bo'ong.."
"Ah, bilang aja lo takut" celetuk Aya tiba-tiba. Kok dia malah berpihak ke Christy sih? Apa ini yang namanya woman support woman?
"Ah, iya!! Pasti kak Bii takut! Takut kan sama kehebatan aku" malah sok nih bocah. "Kak Bii takut~ Kak Bii takut~"
"Christy bo'ong~ Christy bo'ong~"
"Kak Bii takut~"
"Christy bo'ong~"
Bener, hal ini masih terus berlanjut. Kami masih terus ledek-ledekan dan Aya jadi wasit dadakan.
"Udah tukang bo'ong, tukang ngadu lagi"
"AAAHH..~" dasar lemah, gitu aja udah nyerah.
"Udah, dede kity main sama aku aja ya.."
"HOREEE!!!" Christy teriak-teriak lagi kemudian langsung meluk Aya. "Aku masih punya kak Aya, wlee.."
Ngeselin banget nih bocah pake segala melet-melet.
"Ayo, kak Aya.." Christy kemudian langsung gandeng Aya buat masuk ke kamar gue. Yang punya ruangan siapa coba?
"Hei..!! Kalo mau main PS, di bawah aja.. Jangan disini!!" lagian gue heran, PS ada 2 tapi Christy masih aja main PS yang ada di kamar gue. "Yang di bawah PS5 lho, ini cuma PS4!!"
Bener kok. Kan waktu itu emang langsung beli 2, PS5 sama PS4.
PS5 buat yang di ruang TV di bawah. Sedangkan buat di kamar gue, gue lebih milih PS4.
Tapi Christy sama Aya udah sitby aja buat main PS. Karena mereka duduk, bukan berdiri, jadinya sitby.
"PS yang di bawah ga ada game balapannya.." ucap Christy yang sempet nengok bentar ke arah gue yang kini lagi duduk di depan komputer gue.
Sebenernya bukan jenis gamenya, tapi karakter yang dimainin yang jadi 'pertimbangan' bocah satu ini. Kalo di PS gue yang lama, dia sukanya kan main Digimon. Nah kalo di PS yang baru ini, dia sukanya main CTR. Crash Bandicoot, tapi yang balapan. Ini kayak semacam remake, karena seinget gue ini dulunya cuma ada di PS1. Atau PS2 ya??
Iya, mungkin Christy lebih suka main PS yang ada di kamar gue ketimbang PS yang ada di bawah karena PS5 yang di bawah, gamenya masih sedikit. Tapi kalo nggak salah, PS5 bisa juga buat main game PS4, ga tau juga sih. Tapi tetep aja, grafis PS5 itu lebih bagus.
Berarti gue tinggal nunggu aja, nanti kalo gamenya udah banyak, tinggal gue tuker aja PS yang ada di kamar gue ini sama PS yang ada di bawah. Dan karena ini bocah kayaknya lebih suka main PS4, pada akhirnya nanti, Christy kalo mau PS nggak akan di kamar gue lagi. Shishishi..~
"Ini kamar atau 'surga kecil' sih? Nyaman banget" Aya berkomentar sambil ngeliatin seisi kamar gue.
"Iya kan, kak.. Udah ada TV yang layarnya gede, ada PS, ada komputer juga.." tambah Christy.
"Terus ada gitar sama komik-komik" sambung Aya.
"Kalo laper atau haus, juga ada kulkas mini. Enak banget.. Kamar aku ga kayak gini" Christy tiba-tiba berlagak seolah jadi sosok paling menderita di dunia.
"Tapi kamar kamu lebih luas!" jangan seolah-olah gue egois dong. Kamar gue mungkin emang serba ada, tapi ga begitu luas.
"Makanya aku lebih suka main PS disini" Christy ga peduli sama omongan gue. Dan kayaknya percuma deh meskipun nanti gue nuker PS.
"Ah, aku baru inget!!" celetuk Christy tiba-tiba yang sontak bikin gue sama Aya kaget.
"Bisa ga usah pake teriak-teriak ga!!?" protes gue.
"Aku inget sekarang" dan Christy masih nggak peduli sama protes gue. "Aku pernah liat kak Aya itu di komputernya kak Bii"
"EHH?!!" gue sama Aya kaget barengan.
"Waktu itu kak Bii usap-usap layar komputernya gitu, pas aku liat di layar komputernya ada fotonya kak Aya.."
FAK!!
"Ga..!!! Ga...!! Ga gitu!!" gue mencoba ngasih pembelaan. "J-Jadi gini.., gue waktu itu cuma... cuma... cuma lagi bersihin layar komputer gue"
"Tapi kok di layar komputer lo ada foto gue?" kenapa Aya pake nanya segala sih..
"Waktu itu..., gue.... gue kebetulan... baru aja mindahin file-file yang ada di kamera gue ke komputer. Iya, itu!!" please lah, jangan bikin otak gue mikir lagi. "Kan lo sendiri yang dulu sempet minta gue fotoin pake kamera kan.."
"Itu tissue di meja komputer lo buat apa?" dan Aya masih belom puas juga buat mojokin gue.
"Ya itu tadi, bersihin lay--"
"Emang boleh, kak.. bersihin layar komputer pake tissue gitu?" sela Christy.
Mampus gue..
Salah nyari alesan. Terlanjur ngomong lagi.
"Ini tissue buat lap mulut kalo habis makan atau minum.." gue ralat alesan gue. Semoga yang pertama tadi ga begitu diinget.
Sumpah..
Apapun yang ada di pikiran kalian, gue nggak gitu!!
Alasan kotak tissue ini ada di atas meja komputer, ya karena emang ga ada tempat lain lagi buat naroh. Gitu aja.
Kalo nggak percaya, kalo perlu bukti, silahkan liat rekaman CCTV. Eh, tapi susah sih nyarinya..
Bukan karena CCTV nya tiba-tiba mati, tapi emang dari awal nggak ada CCTV di kamar gue. Awk.
Lagian nyari barang bukti emang susah, siapa tahu barang buktinya udah dijual kan. Uuuhh..~
"Ayo, kak Aya kita main PS.. Biarin aja kak Bii kayaknya mau usap-usap layar komputernya lagi itu.."
Sembarangan!!
Gue duduk di depan komputer sekarang ini ya karena gue mau main game juga, tapi di komputer.
Akhir-akhir ini gue emang lagi seneng main game di komputer. Di hape udah jarang. Dulu cukup sering, sebelum game yang sempet dijuluki moba analog, sama game 'Pemain Tidak Dikenal Medan Perang' serame sekarang, gue udah maen duluan. Tapi begitu sekarang udah rame, udah banyak bocil toxic ikutan maen, gue jadi males.
Karena gini, tujuan gue maen game kan buat ngisi waktu luang, hilangin rasa jenuh, hilangin rasa bosen, hilangin stres, buat seneng-seneng gitu. Tapi kalo main game malah justru bikin stres gara-gara para bocil toxic itu kan males jadinya. Namanya main game kan ada menang, ada kalah. Nggak bisa kan kita selalu menang terus-terusan. Kalo kalah, ya nggak perlu marah-marah lah, apalagi sampe rusuh. Takutnya nanti dilempar gas ai..., Fakta!! Fakta, maksud gue dilempar fakta!
Fakta kalo udah kalah, dan meskipun marah-marah nggak akan merubah hasilnya.
Apa? Kalian pikir gue bakal ngetik apa?
Nggak. Gue nggak akan nyinggung itu. Terlalu sensitif. Lagian meskipun nggak ada satupun pihak yang mau ngaku, kita semua juga tahu kan siapa yang salah, siapa yang harus bertanggung jawab, apa penyebab semuanya..
Yang pasti bukan karena kerusuhan antar supporter sih.
Gue turut berduka cita untuk tragedi yang terjadi. Ada beberapa supporter klub lain yang memberikan ucapan belasungkawa juga. Eh, tapi itu beneran supporter kan yang ngasih ucapan itu.. Katanya kalo pake jersey belum tentu supporter, bisa aja oknum. Awk..
Oke cukup. Gue nggak akan bahas itu terlalu jauh, tapi gue akan bahas kejadian yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.
Jadi beberapa waktu sebelumnya kan sempet Singo sama Maung dalam satu tribun ya. Dan beberapa orang memberikan rispek karena mereka 'terlihat akur'. Tapi jujur kalo gue ngeliatnya biasa aja.
Ya karena..., gimana jelasinnya ya.. Simple aja deh.
Singo sama Maung kan emang sejenis. Satu rumpun lah, jadi wajar aja kalo akur.
Kalo Singo sama Bajol akur atau kalo Macan sama Bajol akur. Gue baru rispek.. Soalnya beda habitat kan. Kalo bisa akur, itu baru keren.
Tapi yang gue heran adalah, Macan sama Maung kok susah akurnya ya. Kan 2 ini jenis yang sama.
Kalo mereka pada akhirnya bener-bener bisa akur, baru gue rispek. Rispek bosku.. Abangku.. Panutanku..
Tapi denger-denger, ada kemungkinan kalo nggak lama lagi mereka bakal akur. Tapi ya masa harus ada kejadian kayak gitu dulu baru ada 'rencana' buat akur.
Bukan gue nggak mendukung, cuma agak menyayangkan aja.
Okeee... Kita balik bahas game lagi aja.
Jadi karena beberapa alasan tertentu itulah gue sekarang lebih suka main game di komputer. Karena bocil-bocil toxic itu kan belom tentu punya komputer. Dan kalopun mereka main di warnet, nggak mungkin bisa lama-lama juga kan.
Sebenernya game yang gue mainin game tembak-tembakan biasa, cuma yang ngebedain itu adalah karakter yang kita pake. Kalo game tembak-tembakan biasanya kan karakternya itu polisi atau teroris gitu kan. Jadi, polisi tembak-tembakan sama teroris, atau polisi nembak polis--
Yap, jadi karakter yang kita mainin itu disebutnya agent. Dan setiap agent punya kemampuan dan ciri khasnya masing-masing. Ada 'perannya' sendiri-sendiri gitu, kita nggak bisa asal milih agent berdasarkan suka sama desain yang mana atau apa. Harus dipikir-pikir biar tim-nya nanti seimbang.
Terus satu lagi yang bikin gue betah main game ini adalah gue nemu satu 'temen' dari game ini. Dia jago, bukan yang jago-jago banget tapi lumayanlah. Dan kalo kalah dia nggak toxic. Itu yang penting.
Username dia kalo nggak salah itu..., Ame no Habakiri(?) atau Ame no Shirryu(?) atau Ame no Pianist(?) atau Ame no Doubutsuen(?). Ya gitulah pokoknya, pok Ame Ame belalang kukuruyuk.
Intinya gue nggak suka main sama bocil toxic. Yang kalo kalah, suka dengan entengnya '******-goblokin' orang. Gue nggak bisa digituin, hati gue rapuh. Wkwk
Lagian gue juga nggak ******-****** banget, terakhir gue di test IQ hasilnya cukup bagus. Nggak sampe 144 sih, tapi kalo bisa sampe di atas 130 udah tinggi kan.
Ini yang gue omongin bener-bener test IQ lho, bukan kayak yang di internet itu, yang kayak semacam ngisi survei atau apalah itu. Kagak jelas itu.
Eh, tapi... besaran IQ seseorang itu emang menunjukkan tingkat kecerdasannya??
Ah, udahlah.. Lupain.
"Zee, semangat" ucap gue kemudian.
"Apa'an?" Aya bingung.
Ya semangat aja nanti ngadepin ribet Christy kalo main game. Lagian emang nggak boleh gitu nyemangatin?
Oke, selagi mereka berdua main PS. Gue juga akan mulai main game gue sendiri.
"Spike-nya dibawa, hei!! Jangan ketinggalan lagi!" gue coba ngingetin temen-temen gue.
"Entar dibawa, tapi lupa ditanem.. Sama aja"
Kebiasaan memang. Pengen banget jadi Ace, nge-kill mulu sampe lupa bawa spike. Kalopun bawa, nanti malah lupa ditanem.. Tim macam apa ini.
"Bii..~" lagi asyik-asyiknya main game, tiba-tiba bahu gue digoyang-goyang sama Aya.
"Hmm? Apa??" sahut gue sambil lepasin headphone dari telinga.
"Udahan main gamenya, ayo makan malem" ajak Aya yang kayaknya udah selesai main PS sama Christy.
"Percuma, kak Aya.." Christy yang baru aja matiin TV menanggapi. "Kak Bii kalo makan malem selalu di kamarnya sendiri, terakhir makan bareng-bareng ya pas kak Gery baru pulang dari Jerman. Itupun dipaksa.. Mama juga udah paham kok sama hal itu, makanya tadi yang dipanggil kan cuma aku doang.., nanti biasanya aku disuruh nganterin makan ke kamar kak Bii atau habis kami selesai makan, kak Bii sendiri yang turun buat makan sendirian"
Oh iya, btw Christy itu cuma matiin TV ya. Dia nggak beresin lagi stick PS nya, bahkan PS nya juga nggak dimatiin!!
"Kalian duluan, nanti gue nyusul.." ucap gue yang kemudian melanjutkan main game ini bentar lagi.
"Eh?!! Emang kak Bii mau makan malem di meja makan?" Christy bertanya-tanya keheranan.
"Zee..," gue ngasih kode ke Aya buat ngajakin Christy keluar dulu yang langsung dilaksanakan olehnya.
Sepeninggal mereka berdua gue ngelanjutin main game bentar, terus beres-beres kamar gue yang jadi berantakan gara-gara dua orang tadi. Matiin komputer, matiin PS sama mungutin bungkus-bungkus jajan yang berserakan di lantai lalu buang ke tempat sampah.
Setelahnya barulah gue nyusulin mereka ke dapur.
Begitu nyampe di dapur, semua orang yang ada di sana langsung ngeliatin gue. Tapi gue nggak terlalu peduli akan hal itu.
Gue cuek aja, ambil piring, ambil nasi, lauk, dan sayur. Kemudian gue ngambil tempat duduk di sebelah Aya.
"Kak Bii beneran makan malem bareng?" Christy masih nanya aja.
"Udah, diem. Makan!!" bales gue.
"Brian...,"
"Jangan bikin nafsu makan gue ilang" dengan cepat gue motong omongan dari bapak-bapak yang nampaknya baru pulang kerja itu.
"Angel, nyari apa?" sebuah suara dari seorang perempuan menanyakan pada Christy karena si bocil bukannya mulai makan malah celingukan.
"Sop kambing tadi siang mana ya??" Christy bertanya-tanya.
"Kan kamu yang ngehabisin.." sahut gue.
"Yaaaahh..." Christy pun kecewa.
Pas gue lagi enak-enak makan, sepasang suami istri di deket gue malah main senggol-senggolan. Gue telen dulu makanan yang ada di mulut sebelum kemudian ngambil minum. Setelahnya barulah gue...,
"Ngomong!" gue udah muak ngeliat tingkah mereka berdua.
"Ehmm.., Brian.... Jadi--"
"Langsung aja" sela gue.
"Kamu besok jemput Christy pulang sekolah ya" tiba-tiba sok tegas dan sok berwibawa. "Mama kamu ada urusan besok"
Kalimat kedua itu nggak perlu. Lagian gue juga bukannya nolak buat jemput Christy, tadi itu gue nggak tau aja kalo Christy nelfon.
"Kak Bii mau kok jemput aku" tuh, anaknya aja juga paham. "Tapi ada syaratnya.." lah, kok. "Kak Bii mau jemput aku, asalkan aku diijinin nonton konser" sungguh manipulatif nih bocah satu.
"Mana ada.." sahut gue akhirnya.
"Kamu boleh nonton konser kalo--"
"Aku ga sendirian kok. Jessi sama Muthe juga ikut" Christy terus berusaha biar bisa nonton itu konser. "Kak Chika sama ceu Eli juga ada"
"Oh iya, ngomong-ngomong soal Chika.." hei, perempuan!! jangan memulai sesuatu yang seharusnya tak perlu untuk dimulai. "Kok dia ga pernah main kesini lagi ya? Ga pernah nginep-nginep lagi.."
Aya emang nggak ngomong apa-apa. Tapi dia langsung nengok ke arah gue dan ngasih senyuman yang mengancam.
"Christy yang ngajak nginep itu..." perlahan nafsu makan gue turun.
"Dia udah duluan kenal sama 'keluarga' lo ya..?" padahal kan bukan gue yang ngenalin, tapi Christy. "Gue udah 'ketinggalan' seberapa jauh?"
"Ngomong-ngomong ini pertama kalinya ya Brian bawa temen ceweknya ke rumah.." sahut si bapak-bapak sok berwibawa tadi.
"Oh, iya ya..." sahut si perempuan juga. "Sebelumnya ga pernah ya"
Christy? Dia mah lagi asyik makan.
Gue benci ngakuinnya, tapi si bapak-bapak itu baru aja 'menyelamatkan' gue.
Selanjutnya si perempuan pun malah mengajak Aya untuk mengobrol. Yang pastinya hanya membicarakan hal-hal yang nggak penting. Sungguh tidak sopan, makan sambil ngobrol.
Gue sendiri milih buat lanjut makan daripada nanti salah ngomong lagi.
"Oh kamu pake parfum itu.." terdengar obrolan para perempuan ini semakin nggak penting.
"EH?! EHH?? EEEEHHH...??" si bocil malah ikut-ikutan. "Beneran kak Aya?"
"Iya, emang agak mahal sih.. Tapi gapapa" Aya memberikan jawaban. "Habisnya kan Bi.., Brian ada alergi parfum, jadi emang sengaja beli parfum khusus"
"Itu parfum buatannya mama tauuukk" sahut Christy lagi.
"Hah?? Beneran tante?" Aya nampaknya tak percaya.
"Iya.., jadi nanti kalo parfum kamu habis, minta aja ke tante. Katanya tadi kemahalan.."
"Eh, bukan gitu maksudnya tante"
"Udah, gapapa.. Lagian Tante bikin parfum itu juga gara-gara Brian yang alergi parfum kok"
"Gue udah selesai makannya.." langsung gue berdiri sambil bawa piring gue yang juga langsung gue cuci. Setelah selesai baru gue balik ke kamar.
Nah, gitu.. Itulah kenapa pada akhirnya gue 'terpaksa' jemput Christy hari ini.
Jadi sepulang kuliah, gue langsung ke sekolahnya Christy.
Tadinya gue pikir bakal cepet. Gue dateng, Christy udah di depan gerbang, terus langsung pulang.
Taunya ya gini ini, bocahnya nggak ada di depan gerbang sekolahnya, gue telfon juga nggak diangkat.
Gue coba telfon lagi deh.
Eh, bentar.. Layar hape gue agak kotor, mau gue lap dulu.
Tenang, cuma gue gesekin aja kok, gue gesekin ke samping paha. Bukan diantara dua paha.
Lagian ini hape gue, terserah lah mau gue gesekin kemana. Kalo hape orang, baru jangan asal gesekin ke sembarang tempat.
Masih nggak diangkat juga gue telfon. Mungkin hapenya mati atau gimana, nggak tau gue.
Mau gue susulin ke dalem, males. Gue nggak tau juga kelasnya dimana.
Yah, jadinya gini ini lah..
Gue masih harus nungguin Christy di depan sekolahnya dulu. Tapi Christy lama banget keluarnya, sedangkan daritadi udah ada beberapa murid yang udah pada dijemput juga. Tapi ada juga beberapa murid yang masih nungguin jemputan, masalahnya yang lagi nungguin jemputan ini sekarang pada sibuk ngeliatin gue. Kan risih.
Emangnya gue apa'an pake diliatin segala. Perasaan gue nggak bawa Aerox, kenapa diliatin sih? Pake ada yang bisik-bisik segala.
Kadang gue berharap kalo yang peka itu bukan penciuman gue, melainkan pendengaran gue, karena penasaran juga mereka bisik-bisik tentang apa. Tapi kalo gue pikir lagi, mendingan nggak usah, malah makin risih kayaknya kalo gue sampe tahu apa yang mereka bisik-bisikin tentang gue. Ada istilah menyebutkan.., Sesuatu yang tidak kita ketahui, tidak akan bisa menyakiti kita.
Contoh simplenya gini, kalo kita diselingkuhi sama pasangan kita, selama kita belum tahu kalo diselingkuhi, kita nggak akan sakit hati kan..
Sebenarnya gapapa sih kalo ada yang ngeliatin dan bisik-bisik. Nggak masalah, bukan pertama kali juga gue diliatin banyak orang, terutama sama cewek-cewek kayak sekarang ini. Apalagi bisa dibilang mereka yang lagi ngeliatin gue ini juga lumayan cakep-cakep lah. Cuma kali ini agak gimana gitu..
Soalnya mereka ini kan masih pada bocil semua. Seenggaknya mereka ini seumuran sama Christy, adek gue. Agak aneh aja gitu.
Terus diantara bocil-bocil cakep ini, ada satu yang menarik perhatian gue. Bukan karena dia yang paling cakep. Emang cakep sih, tapi bukan itu yang ngebuat dia menarik perhatian gue.
Melainkan wajahnya itu lho, keliatan nggak asing.
Lagi gue liatin, bocil yang lagi ngobrol sama seorang temennya itu tiba-tiba nengok ke arah gue. Pandangan kami bertemu. Otomatis gue langsung pura-pura ngeliat ke arah lain sambil siulan. Semoga nggak ketahuan, semoga nggak ketahuan. Daripada salah paham ya kan.
Nggak lama dari sudut mata gue, keliatan ada mobil yang berhenti di depan bocil tadi sama temennya. Syukurlah, mudah-mudahan langsung pergi.
Tapi harapan tinggal harapan. Sekarang malah ada yang keluar dari mobil itu dan jalan ke arah gue. Mampus..
"Lah?? Lo, Bii? Gue kira siapa.." suara berat khas cowok kedengeran. Eh, bentar..
Gue nengok dan..,
"Lah, Vin?" ternyata itu salah satu temen sekolah gue dulu.
Bukan. Ini bukan si kampret. Temen gue kan bukan cuma dia. Tapi dia ini masih satu circle sih.
Jadi temen gue itu ada si kampret, terus dia ini, dan ada lagi yang pernah sempet mau gue kenalin ke Vivi. Sebenernya masih ada beberapa lagi. Tapi untuk apa juga disebutin semua.
Si kampret kalian udah tau lah ya namanya siapa. Kalo si 'Vin' ini, kalian mungkin bisa nebak, tapi nanti mungkin juga bakal disebut kok namanya.
Nah, kalo yang sempet mau gue kenalin ke Vivi itu, nggak akan gue sebutin namanya ataupun nama panggilannya. Kita sebut saja inisialnya R.
Tapi meskipun dia berinisial R, rasanya dia nggak terlalu sulit buat dilupakan. Dan dia juga bukan tukang selingkuh karena setau gue dia lagi nggak ada pasangan. Tapi gue juga nggak bisa sebut dia sebagai cowok baik-baik kayak Rehan, atau Reyhan atau siapalah itu namanya.. Ya gitulah pokoknya gitu deh. Gue nggak bisa nilai karena gue nggak ada hak buat menilai tentang itu.
Tapi yang pasti juga dia bukanpelaku peserta KDRT, Kontes Dangdut antar RT. Kalo KDI kan Kontes Dangdut Indonesia, skalanya nasional. Ini masih skala kecil, jadinya KDRT.
Oke, cukup bahas KDRT nya karena ini bukan konten prank.
Eh, tapi yang sebenarnya prank itu yang mana sih? Yang pake kamera tersembunyi atau yang udah bikin laporan terus pas udah diusut malah dicabut lagi laporannya..
"Lo ngapain disini?" tanya temen gue itu.
"Gue yang harusnya nanya gitu.. Gue kan jelas, jemput Christy.." jawab gue. "Nah, lo? Jemput juga? Jemput siapa? Perasaan Chelsea masih SD. Lagian punya adek jaraknya jauh banget.., berapa tahun? 10? 11?"
"13" jawabnya. "Dan kalo lo mau protes, jangan ke gue.. Yang bikin kan orangtua gue"
"Gue ga ada protes.."
"Tapi masih mending gue, lah si Rae malah jaraknya 16 tahun sama adeknya"
Tadi gue udah ngasih inisial doang, sama dia malah disebutin dong..
"Koh Keviiinn...~" si bocil yang gue liatin tadi manggil temen gue ini.
"Gapapa, Kath.. Temen aku ini"
"Kath??" namanya kayak ga asing. "Kathrin? Pantesan kok mukanya kayak familiar"
"Oh, jadi itu.. Itu alesan lo ngeliatin dia" yah, ketahuan.
"Ngapain lo sama Kathrin?" sebuah pertanyaan pengalihan pembicaraan. "Mentang-mentang kakaknya lagi di Jepang.."
"Justru gue disuruh sama kakaknya itu buat ngejagain dia"
"Ooohh" sekarang gue paham. Tapi..., "Ya gapapa, sikat aja kali"
Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dia berkata.., "Sama aja omongan lo kayak--"
"Si kampret ya?" potong gue yang langsung paham. "Inget analogi hape dari pabrikan yang sama? Lagian belom tentu juga di Jepang sana kakaknya itu ga ngapa-ngapain"
"Persis!! Omongan lo sama persis!"
"Hahaha.."
"Tapi ga semuanya kayak gitu sih.., Al El Dul"
Bener juga.
Kasihan yang terakhir, udah bentukannya kayak gitu, kelakuannya mirip-mirip lagi sama.., gajadi. Intinya dia kasihan.
Eh, tapi lebih kasihan lagi sama yang dulu pernah dia tabr-- *uhuk*
Oh iya, emang waktu itu dia udah punya SIM?
"Koh Kevin~"
"Iya.. Iya... Ya udah, Bii gue duluan ya" Kevin pamit terus pergi sama bocil tadi yang ternyata adek dari pacarnya.
"Iihh... Giliran Marsha yang manggil langsung dateng!!"
Sepeninggal mereka, Christy masih belom muncul juga. Ngapain sih tuh bocah. Ditelfon juga masih nggak diangkat. Udah lama lho gue nunggunya.
Atau gue yang kecepatan jemputnya ya? Habisnya dosennya juga anj*ink sih tadi. Kalo dia nggak dateng, kelasnya ditiadakan. Tapi kalo kita yang nggak dateng, kelasnya tetep jalan. Egois.
Oke, karena Christy kemungkinan masih lama.. Kita bahas sesuatu aja. Tapi yang aman-aman aja ya.
Bukan, gue bukan takut dipelototin sama tukang bakso. Bakso Kon..., Bakso Konyol ngapain ditakutin.
Gue lebih takut sama hacker sih. Tapi yang bener-bener hacker lho ya, bukan yang cuma caper doang..
Hacker macam apa yang sambat pas akunnya kena suspend. Bonus super duper combo mega bonus wow excellent rawr.
Nah, berhubung bingung mau ngapain, gimana kalo kita review sesuatu lagi. Review apa tapi ya? Film?
Santai, gue bukan mau review film horor kok. Karena gue emang nggak suka film horor aja. Bukan karena gue takutfandom setan.
Males aja dateng ke bioskop, terus beli tiket cuma buat ditakut-takutin.
Film horor yang katanya bagus aja gue males nonton apalagi yang jelek.. eh, dapet review jelek maksudnya. Gue kan nggak tau jelek atau enggaknya, orang nggak nonton. Tapi katanya film itu bagus kok, lebih bagus ketimbang versi aslinya.. Itu kan versi remake.
Ini ngomongin Pengabdi Setan lho ya, wkwk.
Nah, pertanyaannya.. Kalo versi remake ini lebih bagus, sejelek apa versi aslinya? Yang versi Korea *ups keceplosan
Oke, jadi kita review film superhero ya.. Tapi yang mana??
Oh, ini aja..., Karena kita ngomongin tentang superhero, Hero. Masa nggak bahas Boku no Hero: World Heroes' Mission.
Langsung aja ya.. JELEK!!! PLOTNYA KAGAK JELAS!!
Ada ancamannya untuk seluruh dunia, tapi kenapa seolah yang paling bertanggung jawab itu anak-anak SMA?
Padahal dari awal selalu disebutin kalo 80% populasi di dunia punya kekuatan super. Terus pas ada ancaman, dimana orang dewasanya? Dimana superhero sungguhannya? Kenapa harus dilimpahkan ke anak-anak dibawah umur?
Mana ada satu karakter yang nggak sesuai sama dirinya yang biasanya. Dia yang biasanya selalu mau ngehajar boss besar nya, di film ini malah mau-mau aja ngelawan kroco yang ada di garis depan.
Gini ya, kita semua tau movie dari kartun Jepang itu pasti non-canon. Ceritanya pasti terlalu berlebihan, dan movie itu emang tujuannya cuma buat fanservice, biar penggemar bisa lihat para karakter favoritnya beraksi aja. Tapi ya jangan sejelek ini juga dong..
Eh, tapi masalahnya yang Canon pun sama jeleknya.. Plotnya juga hampir sama.
Ada supervillain yang berpotensi jadi ancaman bagi seluruh dunia.. Tapi kenapa dilimpahkannya ke superhero Jepang aja. Ngirim superhero nomor satu dari negara lain juga nggak guna, muncul beberapa chapter langsung mati. Kayak nggak sesuai sama rumornya yang merupakan superhero nomor satu.
MC nya juga tukang nyampah, lagi perang malah dateng belakangan.
Kalo Naruto dateng belakangan mah wajar, orang emang cuma serangannya dia sama Sasuke aja yang berpengaruh. Yang lainnya yang kagak ada gunanya. Bikin aliansi ninja juga cuma buat rame-ramean doang.
Cukup.. Udah mulai menyimpang, kan tadinya maujemput Christy review film. Kok malah jadi review kartun.
Mending review series aja. Tapi yang tahun lalu aja ya. Gue udah nonton sih yang tahun ini, udah gue tonton semua, cuma kalo gue masukin juga.. Nanti jadinya kebanyakan, kepanjangan.
Gue urutin dari yang paling gue suka. Oke, langsung mulai aja.
Pertama, Loki. Banyak alesan sebenarnya suka sama series ini. Tokoh utamanya aja udah menarik. Kalo disuruh milih antara Thor atau Loki, gue lebih suka karakternya Loki lho. Rasanya kisah dia jauh lebih menarik ketimbang kakaknya. Plot cerita dari series ini juga seru, dan yang paling penting series ini dieksekusi dengan baik. Ditunggu season 2 nya lah..
Kedua, sesuai judul chapter kali ini..., What If..?!
Yang menarik dari What If..?! adalah ide untuk melihat kisah para superhero kesayangan kita dengan latar belakang cerita yang berbeda dari apa yang sudah kita ketahui. Episode favorit gue jelas episode Doctor Strange, nyesek nggak sih.. Episode Zombie juga bagus, endingnya itu lho.. Seolah-olah ada harapan, tapi di tempat yang mereka tuju ternyata udah ada si Titan Ungu.
Cuma sayangnya kenapa kisah Gamora yang satu tim sama Iron Man dan berhasil ngalahin Titan Ungu malah nggak diceritain. Terus satu lagi kekurangan What If..?! adalah..., itu cuma kartun. Wkwk.
Berikutnya, WandaVision. Ini series awalnya terlihat menyenangkan tapi menuju akhir.., menyesakkan.
Kita dibuat dilema dengan karakter Wanda ini, maksudnya kita nggak bisa sepenuhnya nyalahin dia atas insiden yang terjadi, karena dari awal kita udah tahu apa aja yang udah dialaminya. Dia udah terlalu banyak kehilangan orang-orang yang dia sayangi, maksudnya kenapa seolah-olah dunia nggak mengijinkan dia untuk berbahagia gitu lho. Jadi kita ngga bisa bener-bener benci sama dia karena tindakannya itu. Tapi kita juga nggak bisa sepenuhnya mendukung tindakannya tersebut karena itu merugikan banyak pihak.
Next, The Falcon and The Winter Soldier. Gimana ya.. Dari awal gue emang ngga begitu tertarik sama Falcon, di mata gue dia cuma sekedar versi baik dari Vulture, salah satu musuh Spiderman. Dan gue ngeliat series ini cuma buat 'penjelasan' untuk para penggemar yang masih mempertanyakan kenapa Falcon yang jadi The Next Captain America. Udah, itu aja.. Karena kan emang nggak semua orang baca komiknya.
Salah satu idenya sebenarnya cukup menarik dimana ternyata ada beberapa orang yang nggak setuju sama apa yang udah dilakuin Avengers. Dalam kurun waktu lima tahun, memang biasanya udah ada yang ngikhlasin, ada juga yang masih belum rela kehilangan orang yang disayangi. Jadi Blip itu memang menuai pro-kontra.
Yang bikin gue nggak begitu suka sama series ini adalah selain karena villain nya terlalu receh, juga di episode terakhir terlalu aneh. Emang bisa ya semudah itu orang mengutarakan pendapatnya dan disiarin di TV nasional??
Terakhir, apa lagi kalo bukan Hawkeye. NGGA PENTING!!
Dari awal gue nggak tertarik sama sekali buat nonton ini series, tapi gara-gara katanya bakal muncul Kingpin, dan rasanya juga nanggung gitu kalo gue nggak nonton series ini juga, akhirnya gue mencoba meredam ego gue dan mencoba untuk nonton.
Hasilnya?? Menyesal.. Kesal..
Series ini nggak lebih dari sekedar buat pengenalan Hawkeye baru aja. Sama echo juga sih (tapi sekali lagi, gue nggak begitu tertarik). Satu-satunya hal yang melekat di pikiran gue pas nonton series ini cuma episode pertamanya, pas adegan nonton drama musikal Avengers.
Ada Ant-Man dong, wkwk. Gue tebak itu pasti gara-gara Endgame sih, pas adegan ketemu Smart-Hulk terus ada yang minta foto..., disitu kan Ant-Man ngaku sebagai Avengers juga. Jadi mungkin dari situ orang-orang beranggapan kalau sebenarnya Ant-Man ini udah ikut Avengers dari awal (Avengers, 2012), cuma karena kemampuannya itu mengecil jadinya dia nggak keliatan. Aneh-aneh aja.
Eh, bentar..
Hape gue bunyi, ada telfon. Siapa tahu Christy.
Bukan ternyata. Aya yang nelfon.
Oh iya, gue belum jelasin soal Aya ya.
Jadi gini, pas gue pulang kuliah tadi, dia masih ada kelas.
Tapi nanti katanya dia mau main lagi ke rumah gue. Lagian gue juga ada janji buat ngejelasin suatu hal kan. Bentar ya, mau angkat telfon dulu.
"Iya, Zee?"
"Gue masih jemput Christy.. Lagi nunggu"
"Oh.. Ya kalo lo mau ke rumah gue sekarang ya gapapa, cuma gue ga bisa jemput. Lo naik taksi online aja.. Jangan ojol lho ya"
"Pake nanya kenapa lagi.. Inget!! Lo kalo naik motor bukan gue yang boncengin, nanti kenapa-kenapa"
"Ga ada siapa-siapa sih.. Lo masuk aja, nunggu di gazebo. Pagernya ga digembok emang, tapi pintunya kan ya dikunci"
"Bilang aja ke drivernya mau ke rumahnya Brian gitu.. Brian-nya Nurhayati. Hahahaha...,"
"Iya, iya.. Nanti gue chat alamatnya. Dah~"
Dan telfon pun ditutup.
"Eh, kamu.." nah, kali ini siapa lagi nih yang nyapa gue. Dan begitu gue nengok ternyata...,
"Eh, tante.." nyokapnya Jinan dong.
"Anak muda jaman sekarang dikasih tahunya susah ya.. Udah dibilang berapa kali juga" tiba-tiba nada bicaranya kayak mau marah. "Jangan manggil 'tante', bawaannya jadi pengen transfer kan.."
Bisa bisanya overheard MILF ngomong.., "Anak muda jaman sekarang dikasih tahunya susah ya.. Udah dibilang berapa kali juga, jangan manggil 'tante', bawaannya jadi pengen transfer"
Pengen gue bisikin.., bisikin nomor rekening gue. Wkwk.
"Ngomong-ngomong kamu ngapain disini?" tanyanya kemudian.
"Lagi jemput adek saya, ta--" kalimat gue ga selesai karena keburu dipelototin.
"Oh, kamu punya adek? Sekolah disini juga?" tanyanya lagi. "Kelas berapa?"
"Mamah..~"
Lah, enak bener..
Baru berapa menit si tante jemput, yang dijemput udah nonggol aja. Ini Christy kemana sih?
"Kok mamah yang jemput? Kak Jay mana?" tanya si Freya, adeknya Jinan. Sekolah disini juga ternyata.
"Kak Jay kamu masih ada urusan.."
"Iihh... Padahal udah janji mau jemput, terus jajanin aku teh manis" ada yang sedih. "Eh?? Kok ada pacarnya kak Jinan juga disini?" tanyanya kemudian begitu menyadari keberadaan gue.
"Dia mau jemput adeknya" yang jawab malah nyokapnya.
"Punya adek?"
"Iya, tapi daritadi ditungguin ga nongol-nongol anaknya" jawab gue. Oh iya juga. "Eh, Freya.. Kamu kenal sama yang namanya Christy enggak? Eeehh.., Angel. Kenal sama yang namanya Angel enggak? Angelina Christy"
Gue hampir lupa kalo di sekolah Christy kan dipanggilnya Angel. Bukan Christy. Meskipun kelakuan lebih mirip kayak Devil ya, wkwk.
"Oh, si Angel? Dia mah sekelas sama aku.." wah kebetulan kalo gitu.
"Tau ga dia lagi dimana?"
"Eh?!! Bentar..., jadi kakak ini kakaknya Angel?" dia malah balik nanya. "Yang katanya aktor + model itu? Terus Angel kalo udah lulus katanya mau lanjut jadi model juga?"
"Hah??"
"Eh, Flo.. Kamu tau engga, Angel ada dimana?" kemudian Freya nanya ke sesosok gadis mungil di sebelahnya.
Eh, gue baru sadar kalo Freya ternyata ngga sendirian. Siapa si mungil ini? Diem-diem aja.
"Ga tau.. Lupa. Hari ini hari apa aja aku lupa" jawab gadis mungil itu yang akhirnya bersuara.
"Jum'at" sahut Freya.
"Oh.., Angel kalo hari jum'at gini, biasanya dia di aula sama Jessi sama Mutia.. Latihan dance"
Latihan Dance? Gue baru tau kalo Christy ikut ekskul begituan.
"Kalo aku ga salah inget" tambah si mungil itu.
"Nah, itu anaknya dateng. Ya udah, kak. Aku pulang dulu ya" ucap Freya yang kemudian langsung pamitan. "Ayo, mah..~ Yuk, Flo.. Jadi bareng kan"
Lalu mereka pun pergi dan kembalilah gue ditinggalkan sendirian. Tapi gapapa, Christy nya juga udah keliatan kok..
"Yok, Christy" gue segera ngajak bocah satu ini buat segera pulang. "Kita langsung pul--"
"Itu tadi siapa, kak?" tapi Christy malah nanya-nanya dulu.
"Hah? Oh.. Freya" jawab gue singkat. "Katanya temen sekelas kamu. Bener?"
"Waduh, Freya!!? Eciye.. Angel cemburu ya" dan Jessi pun segera ngeledekin Christy. "Cemburu tuh"
"Hah?!! Apa'an? Orang aku cuma nanya.. Lagian ngapain juga aku harus cemburu?" iya, perasaan tadi itu pertanyaan biasa aja deh.
"Ngaku aja deh, Angel.. Kamu kan ga suka sama Freya" Muthe pun ikut-ikutan. "Parah banget sih ketua kelas sendiri padahal"
"Koh Brian, Freya itu rivalnya Angel.. Dulu Angel pernah nyalonin jadi ketua kelas, tapi gagal.. Dan Freya yang dapet posisi itu"
"Ya masa ketua kelas blah bloh" gue pun setuju.
"Iihhh..., kak Bii...!!"
"Selain itu, Freya juga selalu ranking #1, sedangkan Angel...," tambah Muthe yang sedikit menggantung.
"Emang kamu ranking berapa Christy?" tanya gue kemudian.
Penasaran juga. Biasanya kalo 'rival' gitu, kemampuannya hampir setara. Kalo Freya katanya selalu ranking #1 apakah itu berarti Christy ranking #2?
Tapi gue nggak begitu percaya kalo adek gue ini bisa ranking #2?
Sekolah macam apa ini yang membiarkan seorang Angelina Christy mendapatkan ranking #2?
"Angel mah ga pernah masuk 10 besar" sambung Muthe lagi.
"Enak aja.." Christy tak terima. "Itu dulu ya. Ulangan terakhir, aku ranking #8 kok"
"Kalo aku cuma bisa sampe ranking #7" sahut Jessi.
"Pinter banget, Jessi.."
"KAK BII..!!" nah, kalo yang barusan itu baru cemburu anaknya.
"Kalo Muthe? Ranking berapa?" tanya gue iseng.
"Tuh kan.. Karena ranking kamu masih dibawah Freya, makanya kamu ga suka sama dia" ucap Muthe lagi yang kayaknya cuma buat pengalihan dari pertanyaan gue tadi. "Bahkan saking ga sukanya, semua yang deket sama Freya juga nggak disukain lho, kakBii Brian"
"Apa'an?? Aku sama Flora temenan kok"
"Iya, apa'an sih Muthe.. Kamu berlebihan" sahut Jessi. "Itu mah kamu aja yang nggak suka sama Flora. Aku dari awal juga temenan kok sama Flora. Olla juga, malahan kan Olla yang ngenalin Flora ke kita.. Ya, Angel ya"
"Ho'oh" Christy ngangguk-angguk. "Parah banget sih Muthe.. Udah aku difitnah ga suka sama Freya, terus sentimeter--"
"Sentimen" Jessi dengan cepat meralat.
"Iya, itu.. Sentimen sama temen sekelasnya, sentimen sama adek kelas juga"
"Aahh... Itu mah si bokem duluan yang nyari gara-gara" balas Muthe. "Ya kan, Jess"
"Sebenernya aku sekarang temenan sih sama Atin, soalnya dia anaknya asyik juga ternyata" sahut Jessi sembari nyengir dan memberi tanda peace dengan jarinya.
"Tuh, kaaann... Parah banget sih Muthe.."
"Aaahh... Kalian selalu gitu!! Kalo ngga ada Olla, selalu aku yang dipo.. dipoj.. dip..."
"Dipojokkan?" tebak Jessi.
"Dipojoki?" Christy ikut nebak, tapi ngaco.
"Terpojoki" balas Muthe mantap yang aslinya malah makin ngaco.
Oh iya, gue juga baru sadar kalo mereka akhir-akhir ini jadi lebih sering bertiga doang. Apa jangan-jangan Olla udah sadar ya kalo bertemen sama Christy ini membawa pengaruh yang aneh?
Tapi kalo emang ada yang sadar bukannya harusnya itu Jessi duluan sebagai yang paling 'normal' sejauh ini.
"Emang Olla kemana?" tanya gue akhirnya.
"Dia fokus belajar.. Soalnya habis lulus, rencananya dia mau masuk akademi khusus gitu" jawab Muthe. "Aku juga sama sih.. Tapi bidangnya beda"
"Tapi bukannya fokus belajar malah ngajakin kita joget-joget" celetuk Jessi.
"Iya.. Mana gerakannya aneh lagi" tambah Christy.
"Eh iya, kakBii Brian mau liat gerakan dance kita engga?"
"Enggak" jawab gue cepet, singkat, padat dan jelas.
"Ayo, Jessi.. Angel.." Muthe ngasih aba-aba. "Kita tunjukkin hasil latihan kita ke kakBii Brian"
Perasaan tadi gue udah jawab 'enggak' lho.
"Ngga mau" Christy dan Jessi kompakan nolak.
"Ayo, Njel.. Kita lakuin 'itu'!"
"Ayok!!"
"Satu. Dua.. Tiga... WLEEE....,"
Muthe yang diledekin temen-temennya pun langsung masang muka cemberut.
"Besok-besok aku ga mau latihan lagi deh" ucap Christy. "Gerakannya aneh soalnya"
"Iya, aku juga" tambah Jessi.
"Jangan gitu dong.. Kasihan kakBii Brian penasaran sama gerakan kita" Muthe memelas.
Kenapa gue harus penasaran?
"Ayok, sekali aja ya 1... 2.. 3." aba-aba dari Muthe.
"Boomshakalaka" celetuk Christy.
"Boombayah" lanjut Jessi.
"Boomratatata" gue nambahin aja. Ikut meramaikan.
"Boom shake shake shake boom dong!!" Muthe protes. "Terus kakBii Brian kenapa ikutan mereka sih?"
"Satu. Dua.. Tiga..." Jessi kembali memberi aba-aba.
"WLEEE....,"
Kayaknya udah cukup deh. Kalo dibiarin makin lama, bisa-bisa malah makin ngaco nih.
"Christy, ayok pulang!!"
"Bentar, koh Brian" cegah Jessi tiba-tiba. "Pertanyaan Angel tadi belom kejawab"
"Pertanyaan yang mana?" Christy bingung, yang ngajuin pertanyaan malah lupa. Gue juga bingung sih.
"Koh Brian kok bisa kenal sama Freya?" tanya Jessi kemudian. "Aku penasaran aja"
"Freya itu adeknya temen kakak" akhirnya gue jawab aja lah biar cepet.
"Temen kakak siapa? Cewek apa cowok?"
Mungkin pertanyaan tadi harusnya nggak usah gue jawab aja. Akibatnya sekarang keluar pertanyaan-pertanyaan lain dari Christy.
"Cow...,"
"Cewek ya!!? Siapa? Kak Aya? Kak Aya pernah cerita kalo ngga punya adek cewek kok!!"
"Kak Aya itu siapa?" Muthe nanya berbisik ke Jessi yang dibales cuma dengan angkatan bahu.
Gue harus segera cari bahan pengalihan pembicaraan yang lain.
"Oh iya kata Freya tadi, kamu habis lulus mau jadi model, beneran? Model apa'an?"
"Oh itu.." balas Christy sambil mikir. "Itu soalnya..., Kapan? Minggu lalu ya?" kemudian dia tiba-tiba nanya ke Jessi.
"Apanya?" Jessi jelas bingung dengan pertanyaan tanpa arah dari Christy.
"Sekitaran minggu lalu kami ditanyain sama wali kelas soal cita-cita" Christy berusaha menjelaskan.
"Eh!!? Itu bukan minggu lalu, Christy.." Jessi menyela. "Itu udah lama"
"Iya, itu tahun lalu" Muthe ikutan.
"Hah?? Emang iya?" Christy bingung lagi. "Ya pokoknya kami pernah ditanyain soal cita-cita kan"
"Bentar, kalian ditanyain soal cita-cita.. Emangnya kalian anak SD?"
"Iya, koh Brian.. Persis kayak pertanyaan buat anak SD" Jessi yang jawab. "Tapi karena kami udah bukan anak SD, jadi pertanyaaannya itu tentang 'cita-cita yang lebih realistis' gitu lho. Yang lebih mungkin untuk bisa digapai"
Oh, jadi kayak pertanyaan tentang mau jadi apa setelah lulus sekolah gitu ya.
Bentar.., Bentar...,
"Dan kamu jawab model??" gue nanya ke Christy. "Yang realistis menurut kamu itu jadi model?"
"Iya, kan aku punya kenalan model" Christy cengar-cengir. "Kakak aku kan aktor + model"
"Siapa?" emang si makhluk astral itu diem-diem jadi aktor? Eh, bentar.. emang Christy ngakuin dia sebagai kakak?
"Ya kak Bii lah" ucap Christy tiba-tiba.
"Ooohhh... Dih!!?" nih anak kalo pelajaran bahasa Indonesia, mengarang bebas pasti nilainya tinggi.
"Kan emang bener, kakak kan dulu emang pernah ikut drama musikal gitu kan.." jelas Christy. "Terus kakak pernah juga jadi model iklan makanan, minuman, sama sepatu"
Sialan.
Masih inget aja nih bocah.
Kayaknya gue salah ngambil topik untuk pengalihan pembicaraan deh.
Oke, mungkin gue harus jelasin hal ini sedikit. Meskipun gue yakin kalian sebenernya ga begitu peduli.
Yap, gue dulu emang pernah jadi semacam model iklan gitu. Tapi udah lama, pas gue masih kecil, SD..??? SMP lah.
Gara-garanya, Christy kan dulu ikut semacam kelas akting. Nah, pada satu hari gue nungguin dia, nemenin gitu. Sialnya pada hari itu ada kayak semacam orang pencari bakat gitu dateng. Ngeliat gue duduk-duduk, tiba-tiba ditawarin buat ikutan drama musikal gitu. Gue udah mau nolak, karena itu pasti ngerepotin dan ribet, intinya males.
Eh, tapi Christy dengan cepatnya menyahut dan mengiyakan hal tersebut. Tahu sendiri Christy kayak gimana kalo kemauannya nggak diturutin. Hingga pada akhirnya dengan terpaksa gue ikutlah di drama musikal itu. Lagian gue pikir juga bakal sekali itu aja ya kan.
Tapi eh tapi.. Gue kan nggak bisa ngatur siapa yang nonton drama musikal itu. Gara-gara drama musikal itulah akhirnya gue ditawarin buat casting-casting iklan. Ada macem-macem, makanan, minuman, sepatu juga ada kalo ngga salah. Gue agak lupa, udah lama soalnya.
Sebenernya gue nggak mau cerita tentang hal ini, temen-temen gue pun nggak ada yang tahu, karena gue yakin pasti bakal jadi bahan ceng-cengan nanti. Terutama sama si kampret!!
"Ada iklan sosis, ada iklan susu, permen karet sama sepatu.." ucap Christy. "Jessi, Muthe, sama Olla juga udah tau, orang aku pernah ngasih liat ke mereka video iklannya. Aku udah ngasih liat ke semua temen aku sih"
Hah?? Gimana-gimana?
Ada videonya? Eh, ya pasti ada lah.
Tapi masalahnya nih bocah dapetin videonya darimana anjir!!?
"Cuma yang iklan hape aja aku ga nemu" tambah Christy lagi.
"Hah?!! Enggak ya, Christy. Jangan yang itu ya" apapun, asal jangan yang itu!!
"Kenapa sih, kak? Kan seru.."
Pake nanya kenapa lagi, itu aib!!
Itulah alasan kenapa gue merahasiakan hal ini dari temen-temen gue. Itu juga alasan kenapa gue berhenti sebagai model bintang iklan.
Gue nggak akan menjelaskan terlalu detil, gue kasih petunjuk aja. Fungsi hape di jaman sekarang ini kan bukan lagi cuma untuk telfon dan chatting aja kan, lagian itu juga jadi 'tanggung jawab' provider. Kalian lihat sendiri deh iklan hape di TV, yang ditonjolin, yang dijelaskan itu apanya? Nah, kalian tebak-tebak sendiri deh iklan gue waktu itu kira-kira kayak apa? Geli lah pokoknya gue ngeliatnya. Kapok..
Makanya gue berhenti sebagai model bintang iklan. Padahal kalo gue tekunin terus sampe hari ini, mungkin yang jadi bintang iklan e-commerce di TV itu gue. Yang jelas gue lebih fasih ngomong 'gratis ongkir' ya..
"Kalo aku cita-citanya jadi designer" celetuk Muthe tiba-tiba tanpa ada yang nanya.
"Nggak ada yang nanya" Jessi pun mewakili mengutarakannya.
"Iiihh.." Muthe mau ngambek lagi. "Seenggaknya aku jawab ya. Daripada kamu"
"Emang Jessi jawab apa?" tanya gue akhirnya.
"Jessi ga punya cita-cita!!" malah Muthe yang nyahut. Dia balas dendam kayaknya.
"Aku waktu itu ga jawab, kak.. Aku masih bingung" ucap Jessi.
"Emang waktu kecil ga ada cita-cita?" tanya gue lagi.
"De..Detektif" jawab Jessi sambil nunduk malu-malu.
Itu emang nggak realistis sih. Tapi di kepolisian ada detektifnya juga kan..
"Sama mau jadi princess" tambahnya.
Ternyata alasan Jessi bergaul sama Christy itu karena emang dari awal dia udah sama anehnya. Sebenernya wajar sih kalo anak cewek pas kecil pengen jadi princess. Sedangkan kalo anak cowok pengennya jadi power rangers merah.
Tapi gue nggak gitu. Kalo anak-anak cowok lain pengen jadi power rangers merah, gue sih pengennya jadi power ranger putih. Single Fighter!! Nggak perlu berkelompok, nggak perlu keroyokan sendirian pun udah kuat. Tadinya gue mau jadi power rangers ijo, tapi gue sadar kalo gue nggak bisa main suling.
"Wah, jemputan aku udah dateng. Ayo, Muthe.. Jadi nebeng ga? Katanya ceu Eli ga bisa jemput" kemudian Jessi berusaha menggandeng temennya itu ke arah mobil yang berhenti nggak jauh dari kami. Seolah dia nggak peduli kalo Muthe daritadi lagi ngambek sama dia.
"Eits.., Don't touch... Don't touch... Don't touch.., touch.., touch..," apa yang baru saja dilakukan Muthe? apa yang baru gue lihat ini??
"Kamu kenapa? Ya udah kalo ga jadi bareng" Jessi segera berjalan kembali.
"Eh, tunggu jeci...!!"
Entah Christy jadi makin aneh karena bertemen sama mereka atau justru mereka yang jadi aneh karena kenal sama Christy.
Akhirnya tinggal berdua aja sama Christy. Sekarang pasti nggak ada gangguan lagi buat bawa Christy pulang.
"Yok, Christy.. Pulang"
"Langsung pulang, kak? Ga ada keinginan buat beliin adeknya yang paling masih ini es krim dulu gitu??"
"Kapan-kapan aja deh ya. Sekarang kita pulang"
"Ah, ga mau!! Mau es krim" nih bocah satu ribet banget sih.
"Kakak tinggal lho ya. Kakak ini capek nungguin kamu keluar daritadi lama banget.. Kamu juga tadi di telfon ngga diangkat-angkat"
"Emang sengaja.. Pembalasan!! Kemaren kan kakak ngga angkat telfon aku" dasar bocah pendendam.
Tapi bentar.. Masih ada satu hal lagi.
"Tadi sempet sibuk kok.., kamu telfonan sama siapa?" tanya gue lagi.
"Oh itu.. Kak Ayu. Dia ngasih tau kalo hari ini mau main ke rumah" jawab Christy enteng.
Oalah, kirain apa.
Eh, bentar.. Apa tadi?
"Ayo, Christy!! Kita pulang sekarang!" langsung gue pakein helm ke kepala Christy dan kemudian nyuruh dia segera naik ke motor. "Kalo kamu nggak cepet-cepet naik, beneran kakak tinggal lho"
"Ah, kak.. Jangan!!" si bocah panik begitu gue udah mulai nyalain motor.
Bahaya!! Ini bahaya!
Gue harus cepet-cepet balik. Jangan sampe Aya ketemu sama Okta. Gue nggak bisa bayangin hal apa yang kemungkinan bakalan diomongin sama Okta ke Aya. Tapi apapun itu, kayaknya nggak akan berakhir baik buat gue.
Dan begitu Christy naik ke atas motor, gue pun langsung tancap gas dan sedikit ngebut. Tapi meskipun gue bilang ngebut, kecepatan gue masih wajar kok. Nggak nyampe 110 km/jam.
Eh, emang kecepatan segitu udah bisa dibilang ngebut ya?
Bentar.. Bentar...
Kayaknya ada satu hal lagi yang kelupaan.
"Eh, Christy.. Kamu ga ada cerita-cerita ke Aya kan soal kakak yang dulu sering syuting iklan??" tanya gue disela-sela ngebut.
"Hah?? Kenapa, kak? Enggak.. Belom.. Ide yang bagus"
Oh, TIDAAAAKK...!!!
Telat!!!
Semuanya sudah terlambat!
Begitu gue sama Christy nyampe rumah, yang pertama kali terlihat adalah Aya dan Okta yang lagi ngobrol di gazebo. Bahkan ada Febi juga.
"Hai, Bby"
"Hei, Bii"
"Halo, kak Bii"
Mereka bertiga cuma nyapa, tapi entah kenapa gue bingung harus jawab apa.
"Kak Aya~~" yang pertama diteriakin dan langsung dipeluk sama Christy adalah Aya. Jelaslah ya siapa pemenangnya.
"Kok bisa sama kak Ayu sama kak Feb?" Christy bertanya.
"Tadi waktu aku nyampe, udah ada mereka yang kayaknya baru dateng.. Jadi ya gitu deh" Aya pun langsung menjawab.
Entah udah berapa lama mereka ngobrol dan apa aja yang udah mereka obrolin.
"Tenang.., gue ga ngomong macem-macem kok ke cewek lo itu" seolah tau apa yang gue khawatirkan, Okta yang berjalan ke arah gue pun sedikit berbisik. "Gue cuma pengen liat aja cewek yang dikasih tau Feni ke gue.."
"Hah??"
"Lo ga lupa kan kalo gue sama Feni itu sahabatan" ungkap Okta. "Kenapa? Lo pikir Feni beneran suka sama lo?"
Jadi enggak? Syukur deh kalo gitu.
"Kak.." dan sekarang Febi yang tiba-tiba udah ada di deket gue ngajak ngobrol. "Aku masih ngga paham ya kenapa kakak lebih milih cewek kayak gitu ketimbang aku?"
Apa maksudnya tuh?
"KAK VINNYYYY..!!!" dan si bocil tukang ngadu, tukang bo'ong, tukang ngarang, tukang dendam pun langsung teriak-teriak (lagi) begitu melihat satu sosok keluar dari dalem rumah. Dia pun meluk sosok itu.
Bentar.. Bentar...
Kenapa tiga bersaudari ini bisa ada di sini? Dan yang paling utama, kalo kak Viny juga ada di sini dan bisa bukan pintu rumah.., itu cuma berarti satu hal.
"Selamat datang, adik-adik aku" beneran. Ada makhluk astral juga di sini.
"Zee..," panggil gue pelan. "Lo tadi cuma ngobrol sama Okta Ama Febi doang kan?"
"Ya enggaklah" jawab Aya enteng. "Sama kak Viny juga"
"Sama itu?" gue nunjuk si makhluk astral.
"Eh?? Emang kenapa, Bby?"
"Tinggal jawab aja apa susahnya sih?" gue berucap lagi. "Christy, kakak pergi lagi ya.. Yuk, Zee" gue pun pamitan sambil kemudian narik lengan Aya. "Kak Viny, Ta, Feb. Nitip adek gue"
"Eh?! Bby? Kita mau kemana?"
"Lo mau tau kan semua hal tentang gue" gue berbisik. "Udah, sekarang nurut aja dulu.."
"Ini kita mau kemana sih, Bby?" tanya Aya yang berjalan mengikuti gue di belakang. "Kok malah ke tempat kayak gini sih?"
Gue nggak jawab apa-apa, karena gue yang perlu gue lakuin sekarang adalah.., berhenti.
"Udah.. Nyampe" ucap gue sembari menatap ke arah tiga batu nisan yang berdampingan.
"Bby??"
"Ini makam keluarga gue. Ada kedua orangtua gue sama satu lagi.., adek gue" masih sambil natap ketiga nisan itu, gue jelasin.
"EHH?!! Eeeeehh"
"Kecelakaan" ucap gue lagi.
Lalu gue ceritain semuanya ke Aya, mulai dari kami yang sekeluarga mau pergi liburan, mau pergi buat seneng-seneng. Tapi kemudian di tengah jalan tiba-tiba mobil yang kami kendarain berguling beberapa kali. Gue nggak tahu apa penyebabnya, gue nggak tahu gimana detailnya. Yang gue tau, begitu gue sadar, gue udah sendirian.
Gue yang tadinya berangkat berempat, jadi pulang ke rumah sendirian.
Gue yang tadinya pergi mau seneng-seneng sama keluarga gue, jadi pulang sambil bawa kesedihan.
Ya, akibat dari kecelakaan itu, tiga anggota keluarga gue meninggal dunia. Papa, mama, sama adek gue semuanya pergi.
Beruntungnya atau mungkin lebih tepatnya, SIALNYA cuma gue yang selamet dari kecelakaan itu. Kenapa nggak sekalian aja sih?
"Dua ribu.... Bby berarti waktu itu lo masih umur--"
"Iya, gue emang masih kecil banget waktu itu" potong gue. "Adek gue aja baru umur tiga tahun"
"Oh iya..," sahut Aya yang kini sedang memperhatikan nisan yang berukuran lebih kecil dari dua nisan yang ada disisinya.
Kemudian gue sedikit berjongkok untuk mendoakan keluarga gue ini. Gue nggak bisa semudah itu ngomong kalo keluarga gue sekarang ini udah berada di tempat yang lebih baik. Bukan gue yang nentuin mereka ini masuk surga atau neraka. Yang bisa gue lakuin sebagai yang masih hidup hanyalah mendoakan mereka agar supaya mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Karena mereka udah nggak bisa mendoakan diri mereka sendiri.
Selesai berdoa, nggak lupa gue menaburkan bunga yang sebelumnya udah gue beli tadi ke atas makam mereka dibantu sama Aya.
"Jangan dihabisin semuanya. Sisain dikit" gue ngingetin Aya.
Dia yang tadinya sempet pengen nanya pun langsung diem aja begitu paham apa maksud gue.
"Kalo emang harus ada satu yang selamet dari kecelakaan itu, mungkin itu harusnya adek gue" gue sedikit menghela nafas. "Tapi kasihan juga kalo dia yang masih sekecil itu harus hidup sendirian"
Tapi jadi kepikiran juga, apa mungkin di kehidupan yang lain adek gue tetep lah seorang Angelina Christy?
Kalo kami nggak mengalami kecelakaan itu, kalo kecelakaan itu nggak pernah terjadi, mungkin adek gue bukanlah Christy, tapi teteplah Dhea.
Mungkin kalo dia yang jadi adek gue, ga bakalan sengerepotin Christy sih kayaknya. Ga akan minta hewan peliharaan yang aneh-aneh. Mungkin..
"Bby??" Aya nyadarin gue dari lamunan. "Lo gapapa?"
"Gue gapapa, Zee.. Kejadiannya udah lama juga" ucap gue lagi. "Cuma gara-gara kecelakaan itu, gue sempet trauma aja sama mobil.. Gue selalu nolak kalo disuruh naik mobil. Takut" tambah gue lirih. "Tapi gapapa, kalo sekarang gue udah ga masalah kalo harus naik mobil" gue senyum ke arah Aya, berusaha menunjukkan kalo sekarang gue udah baik-baik aja.
"Terus lo akhirnya diangkat anak sama..,"
"Iya" sahut gue. "Bokapnya Christy itu rekan kerja bokap gue.. Tadinya sih gue hampir diadopsi sama..., Gue dulu hampir jadi kakaknya Gracia lho, sepupu gue yang selalu lo cemburuin itu, hehe"
"Eh?!! ENGGAK, YA.. SIAPA YANG CEMBURU!!"
"Ssttt.. Jangan teriak-teriak. Ketularan Christy ya" gue coba mengingatkan Aya. "Yaahh, gitu.. Gue hampir jadi kakaknya Gracia. Tapi berhubung waktu itu udah ada Gracia, ada adeknya Gracia juga. Terus nyokapnya Gracia lagi hamil juga.. Ya akhirnya nggak jadi"
Gue sempet mikir, gimana ya kira-kira kalo seandainya gue beneran jadi kakaknya Gracia? Gimana kalo seandainya waktu itu Gracia belom punya adek sama sekali.
Mungkin di kehidupan yang lain gitu, jalan cerita hidup gue bakalan jauh berbeda dengan apa yang terjadi sama gue sekarang ini. Gracia jadi adek gue gitu, bener-bener cuma Gracia yang jadi adek gue. Maksud gue, meskipun gue jadi kakaknya, asalkan bukan kandung gapapa kan. Oke, lupakan..
"Dan kemudian berakhirlah gue di keluarga yang sekarang ini" gue menutup cerita. "Karena pada saat itu nyokapnya Christy juga udah lama nggak hamil-hamil"
"Ohh..., Eh?"
"Dan begitu gue diangkat anak, beberapa bulan kemudian akhirnya nyokapnya Christy bisa ham--"
"Bentar!!" Aya motong. "Lo tadi yang bilang kalo begitu ada lo??"
"Iya. Kenapa emang?" gue heran kok ekspresi Aya sekarang keliatan bingung gitu.
"Terus kak Gery?"
Oh, iya.. Gue belum nyeritain soal si makhluk astral satu itu.
"Gue udah pernah bilang kan kalo gue sama Christy itu bukan saudara kandung.. Nah, sebenarnya kami bertiga bukan saudara kandung" akhirnya kebenaran terungkap. "Dan cuma Christy yang anak kandung.."
Gue sama makhluk astral satu itu sama-sama anak angkat. Jadi sebelum gue diangkat anak, si makhluk astral itu diangkat anak duluan. Kan tadi gue udah jelasin kalo nyokapnya Christy itu lama nggak bisa hamil-hamil, nah mereka ke panti asuhan buat adopsi anak, maksudnya buat jadi anak pancingan.
Tapi ya berhubung umpannya kayak gitu, susah dapetnya. Buktinya begitu gue yang diangkat anak, nggak lama kemudian langsung hamil. Dan hasilnya secakep Christy.
Nah, sekarang kalian makin paham kan kenapa gue nggak suka sama itu makhluk astral satu. Maksud gue, sama-sama bukan anak kandung, kenapa dia lebih songong.
"Bentar deh, kalo berdasarkan hitungan gue.. Orangtua lo kecelakaan, lo diangkat anak, terus ga lama tante--"
"Ikut gue.." gue kembali ngajak Aya jalan menyusuri area pemakaman ini.
Kali ini Aya nggak banyak nanya kayak tadi, mungkin dia udah paham pas tadi gue nyuruh dia buat nyiasin bunganya dikit. Dan, setelah berjalan agak lumayan jauh, akhirnya kami nyampe juga.
"Nah, ini.. Adek gue yang satu lagi" ucap gue lagi sembari menatap ke arah sebuah batu nisan kayak tadi, bedanya kali ini cuma satu. "Kakaknya Christy" tambah gue. Tapi kalo ada dia, Christy kayaknya belom tentu ada deh.
"Tunggu maksudnya?"
"Setelah gue diangkat anak, ga lama kemudian nyokapnya Christy emang langsung hamil.. Tapi belom sempet dia ini lahir, udah keguguran" gue jelasin.
"Astaga.." Aya menutup mulutnya seolah tak percaya.
Gabriel, nama 'adek' gue yang satu ini. Terus si makhluk astral itu dengan pedenya ngasih nama panggilan Gaby. Biar mirip sama nama dia kali.. Gery dan Gaby. Jijik.
Kalo nama panggilan dari gue sih beda. Gabriel dipanggil Gaby itu udah terlalu mainstream. Jadi nama panggilan dari gue adalah..., Brielle.
Biar mirip sama nama gue, Brian dan Brielle. Hehehe.
Setelah berdoa dan menaburkan bunga kayak sebelumnya. Gue dan Aya pun segera berdiri dan berjalan pergi ke tempat dimana motor gue diparkir.
"Kita masih harus ke satu tempat lagi" ucap gue begitu kami berdua udah di atas motor.
"Kuburan siapa lagi?" tanya Aya yang enggak gue jawab dan cuma gue tanggepi pake senyuman. "Eh?!! Beneran mau ke kuburan lagi? Bby??!!!"
"Bby, gue mau nanya.." Aya kembali membuka obrolan pas kami udah sampe di area pemakaman yang lain. Tempat ini beda sama yang tadi. Alasannya ya..., mungkin kalian bisa nebak sendiri.
"Dhea Angelia.. Gabriel Angelina.." gue bergumam menyebutkan nama adek-adek gue. "Dan satu lagi..,"
Kemudian gue sengaja menggantungkan kalimat gue pas kami udah nyampe di depan sebuah nisan yang memang jadi tujuan kami kesini.
"Syahfira Angela?" gumam Aya menyebutkan nama yang tertulis di batu nisan itu, sekaligus juga melanjutkan kalimat gue tadi.
"Sekarang lo paham kenapa gue manggil adek gue itu Christy, bukannya Angel" ucap gue. "Karena itu ngingetin gue sama mereka ini"
"Ini adek lo juga?" Aya bertanya.
Gue cuma menggeleng pelan.
"Fira itu cewek yang pernah paling gue sayangi, paling gue cintai" jawab gue kemudian. "Sekaligus cewek paling jahat di hidup gue"
"Eh??"
"Pas gue kehilangan orangtua gue, kehilangan Dhea, kehilangan Brielle.., Pas gue berada di titik terendah gue, dia tiba-tiba hadir di hidup gue seolah ngasih cahaya di tengah kegelapan" gue mulai bercerita lagi. "Fira ga pernah janji apa-apa ke gue. Cuma satu janji yang pernah dia ucap, janji untuk selalu ada buat gue. Tapi ga sampe seminggu setelah dia ngucapin janji itu, dia justru pergi dari hidup gue selamanya.."
"Bby, tapi dia kan--"
"Dia kena kanker, Zee" potong gue. "Maksud gue kalo dia udah tau ga akan bisa nepatinnya, jangan bikin janji kayak gitu"
"Bby.." Aya mulai menggenggam tangan gue. "Tapi kan sekarang udah ada--"
"Gue kayak dikutuk tau, Zee" potong gue lagi. "Semua orang yang gue sayangi, justru pergi dari hidup gue. Bener-bener pergi. Hilang.. Selamanya. Seolah-olah dunia ini ga ngijinin gue buat bahagia"
Kali ini Aya cuma bisa diem dengerin gue.
"Gue ga mau ngalamin hal itu lagi, kehilangan seseorang yang gue sayang. Tapi masalahnya..," gue membalas genggaman tangan Aya dengan erat sambil nengok ke arahnya. "Gue sekarang udah terlanjur sayang sama seseorang"
-つづく-
Iwan Fals was right...,
BBM naik tinggi, susu kambing tak terbeli.
Eh, itu kata-kata Iwan Fals atau Rispo ya?
Kita ganti aja ya.
Iwan Fals was right...,
Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan cemberut waktu bagi-bagi kaos buat rakyat. Apalagi sampe dilempar-lempar. Rawr..~
Oke, berikutnya gue mau ngucapin selamat ulangtahun.
Selamat ulangtahun bagi siapapun kalian yang merayakan.
Kenapa gue ngucapin selamat ulangtahun? Jadi istilah kata tadi di jalan gue nemu ada yang demo. Istilah kata kalo ada yang demo di depan sebuah gedung, istilah kata biasanya di dalem gedung itu berarti ada yang lagi ngerayain ulangtahun kan. Double Rawr..~
Mana tadi demonya keren.. Ada gelombang-gelombangnya gitu.
Tapi ini agak beda, istilah kata kalo demo biasanya kan ada serangan gelombang pertama, gelombang kedua gitu. Tadi beda, gelombangnya gelombang kanan sama gelombang kiri. Istilah kata udah kayak gorden, darling..~
Tapi harga gordennya nggak sampe 48 miliar ya. Triple Rawr, darling..~
Lagian istilah kata kenapa sih kalo BBM naik? Kan istilah kata sekarang kebanyakan pake WhatsApp atau kalo mau nyari link, ya di wikipedia. Istilah kata ketimbang di twit**ter keganggu sama twit-twit nggak jelas dari betina-betina pecinta ginseng. Bonus Rawr, darling..~
Dan istilah kata gara-gara demo itu juga, istilah kata gue harus lewat jalan muter, karena istilah kata jalannya diblokir. Main blokir-blokir aja udah kayak..., gajadi deh. Alias forum ini sendiri juga udah sering kena blokir kan. Wkwkw.
Oke cukup sama combo rawr nya darling. Eh, istilah kata combo gokil maksudnya. Tapi pake 'rawr' sih. Ya udahlah, gitu deh pokoknya.
Kenapa gue sudahi. Istilah kata sekarang ini lagi ada tukang bakso di deket tempat gue. Istilah kata gue takut kalo juga misal kena somasi nanti.
Eh, istilah kata kalo yang suka somasi itu bukan tukang bakso ya. Tapi tukang Es Teh. Super Bonus Rawr..~
Istilah kata somasi itu bukannya lebih cocok sama bakso ya? Oh, itu siomay. Wadadaw.
Capek juga nulis 'istilah kata' mulu. Istilah kata pegel lah ya. CUKUP!!!
Kenapa diawali dengan combo rawr?
Kalian nenye?? Kalian nanya kenapa diawali dengan combo yang selalu bikin tercandu-candu?
Bikin candu karena penuh dengan canda. Oke, cukup..
Sebenernya nggak ada alasan khusus sih, gue cuma lagi bosen aja. Nungguin Christy keluar lama banget. Maksudnya keluar dari sekolah. Maksudnya pulang.
Iya, gue sekarang ini lagi ada di depan sekolahnya Christy. Lagi jemput dia pulang. Harusnya jam segini sih udah pulang dia, tapi daritadi nggak keluar-keluar. Gue telfon juga nggak diangkat. Nadanya sibuk.
Panas lagi disini. Gue tadinya mau ngadem di dalem warung pecel yang ada di deket sini sekalian makan siang tapi nggak bisa. Habisnya warung pecelnya dipake buat pertemuan. Ngobrol..
Kalopun bisa, gue yakin suasananya juga nggak akan adem. Karena obrolan yang ada pasti 'obrolan panas'.
Oke, fokus lagi nungguin Christy!! Gue udah dipelototin tukang bakso soalnya..,
Kenapa pada akhirnya gue jemput Christy sepulang sekolah?
Kalian nenye? Kalian bertenye-tenye? Kenapa aku jemput Christy sekolah?
Ya udah, biar aku kasih tawu ya. Biar aku kasih tawu lewat flashback aja ya..
~~~~~~~~~
"Gue sama Christy emang adik kakak" ucap gue. "Tapi bukan kandung"
"KAK BIII..!!"
"Christy ga tahu apa-apa soal ini, jadi jangan kasih tahu dia" ucap gue lagi, kali ini dengan pake bisik-bisik. "Besok gue jelasin semuanya.."
"KAK BIIIII...!!!"
"Apa sih, Christy? Ga usah teriak-teriak dong"
Setelah lari-larian sambil teriak-teriak, si bocah tukang ngadu malah meluk gue secara tiba-tiba.
"Maafin aku ya, kak.." ucap Christy yang masih sambil meluk gue. "Kakak habis dimarahin sama mama ya. Maafin aku.., habisnya aku ditanyain terus"
"Udah, gapapa" bales gue sambil usap-usap kepalanya. "Udah ga usah nangis, yang dimarahin kan bukan kamu"
"Tenang!!" ucap Christy yang akhirnya melepas pelukannya dan kemudian masang wajah ceria. "Biar kak Bii ga sedih lagi..." gue nggak sedih kok. "Aku mau nemenin kak Bii main PS"
Enggak, sumpah.. Gue nggak sedih. Ngapain juga?
Lagian ini pasti modusnya dia aja biar bisa main PS.
Tanpa memperdulikan tawaran dari Christy, gue berjalan menuju kamar gue dan masuk ke dalamnya. Tapi ada satu hal janggal.
Seketika gue nengok lagi ke arah Christy yang masih senyum-senyum tapi dia sekarang udah berlindung di belakang Aya.
"Christy kadang-kadang ya Christy.." heran gue. Nih bocah satu makin lama makin nggak ada akhlaknya ya. Sekarang dia udah berani main masuk dan main PS gitu aja di kamar gue lho. "1 kali 2 kali didiemin.., 3 kali 4 kan 12"
"Kenapa tiba-tiba jadi perkalian?" Aya yang kini jadi tempat berlindung pun merespon.
"Eh?! Itu kayak omongannya kak Chika" sahut Christy yang langsung bikin gue terdiam.
Bukan sih. Gue diem bukan karena Christy, tapi sekarang 'tempat berlindung'nya si Christy ini lagi melototin gue.
"Lagian aku cuma 'latihan' aja kok" ucap Christy memberikan pembelaan. "Aku tadi juara #1 lho" tambahnya dengan penuh rasa percaya diri.
Gue nengok ke arah layar TV kamar gue dan ngeliat apa yang ada di sana.
"Bo'ong" bales gue. "Itu di layar, kamu peringkat #4"
"Iiihh... Beneran!!" Christy sekarang udah keluar dari tempat persembunyiannya. Mungkin dia akhirnya sadar kalo dia itu lebih tinggi dari Aya. Sembunyi di belakangnya itu percuma. "Tadi aku sempet peringkat #1 tauuukk.."
"Bo'ong.. Bo'ong... Christy bo'ong.." gue pake aja kesempatan ini buat ngeledekin dia. Sekaligus mengalihkan pembicaraan dari 'perkalian' tadi.
"Kalo ga percaya, ayo main sama aku!!" muka Christy merah, kayak mau nangis. Tapi malah keliatan ngegemeshin. "Aku buktiin kalo aku bisa peringkat #1"
"Males.." jawab gue cuek. "Aku males main sama tukang bo'ong.."
"Ah, bilang aja lo takut" celetuk Aya tiba-tiba. Kok dia malah berpihak ke Christy sih? Apa ini yang namanya woman support woman?
"Ah, iya!! Pasti kak Bii takut! Takut kan sama kehebatan aku" malah sok nih bocah. "Kak Bii takut~ Kak Bii takut~"
"Christy bo'ong~ Christy bo'ong~"
"Kak Bii takut~"
"Christy bo'ong~"
Bener, hal ini masih terus berlanjut. Kami masih terus ledek-ledekan dan Aya jadi wasit dadakan.
"Udah tukang bo'ong, tukang ngadu lagi"
"AAAHH..~" dasar lemah, gitu aja udah nyerah.
"Udah, dede kity main sama aku aja ya.."
"HOREEE!!!" Christy teriak-teriak lagi kemudian langsung meluk Aya. "Aku masih punya kak Aya, wlee.."
Ngeselin banget nih bocah pake segala melet-melet.
"Ayo, kak Aya.." Christy kemudian langsung gandeng Aya buat masuk ke kamar gue. Yang punya ruangan siapa coba?
"Hei..!! Kalo mau main PS, di bawah aja.. Jangan disini!!" lagian gue heran, PS ada 2 tapi Christy masih aja main PS yang ada di kamar gue. "Yang di bawah PS5 lho, ini cuma PS4!!"
Bener kok. Kan waktu itu emang langsung beli 2, PS5 sama PS4.
PS5 buat yang di ruang TV di bawah. Sedangkan buat di kamar gue, gue lebih milih PS4.
Tapi Christy sama Aya udah sitby aja buat main PS. Karena mereka duduk, bukan berdiri, jadinya sitby.
"PS yang di bawah ga ada game balapannya.." ucap Christy yang sempet nengok bentar ke arah gue yang kini lagi duduk di depan komputer gue.
Sebenernya bukan jenis gamenya, tapi karakter yang dimainin yang jadi 'pertimbangan' bocah satu ini. Kalo di PS gue yang lama, dia sukanya kan main Digimon. Nah kalo di PS yang baru ini, dia sukanya main CTR. Crash Bandicoot, tapi yang balapan. Ini kayak semacam remake, karena seinget gue ini dulunya cuma ada di PS1. Atau PS2 ya??
Iya, mungkin Christy lebih suka main PS yang ada di kamar gue ketimbang PS yang ada di bawah karena PS5 yang di bawah, gamenya masih sedikit. Tapi kalo nggak salah, PS5 bisa juga buat main game PS4, ga tau juga sih. Tapi tetep aja, grafis PS5 itu lebih bagus.
Berarti gue tinggal nunggu aja, nanti kalo gamenya udah banyak, tinggal gue tuker aja PS yang ada di kamar gue ini sama PS yang ada di bawah. Dan karena ini bocah kayaknya lebih suka main PS4, pada akhirnya nanti, Christy kalo mau PS nggak akan di kamar gue lagi. Shishishi..~
"Ini kamar atau 'surga kecil' sih? Nyaman banget" Aya berkomentar sambil ngeliatin seisi kamar gue.
"Iya kan, kak.. Udah ada TV yang layarnya gede, ada PS, ada komputer juga.." tambah Christy.
"Terus ada gitar sama komik-komik" sambung Aya.
"Kalo laper atau haus, juga ada kulkas mini. Enak banget.. Kamar aku ga kayak gini" Christy tiba-tiba berlagak seolah jadi sosok paling menderita di dunia.
"Tapi kamar kamu lebih luas!" jangan seolah-olah gue egois dong. Kamar gue mungkin emang serba ada, tapi ga begitu luas.
"Makanya aku lebih suka main PS disini" Christy ga peduli sama omongan gue. Dan kayaknya percuma deh meskipun nanti gue nuker PS.
"Ah, aku baru inget!!" celetuk Christy tiba-tiba yang sontak bikin gue sama Aya kaget.
"Bisa ga usah pake teriak-teriak ga!!?" protes gue.
"Aku inget sekarang" dan Christy masih nggak peduli sama protes gue. "Aku pernah liat kak Aya itu di komputernya kak Bii"
"EHH?!!" gue sama Aya kaget barengan.
"Waktu itu kak Bii usap-usap layar komputernya gitu, pas aku liat di layar komputernya ada fotonya kak Aya.."
FAK!!
"Ga..!!! Ga...!! Ga gitu!!" gue mencoba ngasih pembelaan. "J-Jadi gini.., gue waktu itu cuma... cuma... cuma lagi bersihin layar komputer gue"
"Tapi kok di layar komputer lo ada foto gue?" kenapa Aya pake nanya segala sih..
"Waktu itu..., gue.... gue kebetulan... baru aja mindahin file-file yang ada di kamera gue ke komputer. Iya, itu!!" please lah, jangan bikin otak gue mikir lagi. "Kan lo sendiri yang dulu sempet minta gue fotoin pake kamera kan.."
"Itu tissue di meja komputer lo buat apa?" dan Aya masih belom puas juga buat mojokin gue.
"Ya itu tadi, bersihin lay--"
"Emang boleh, kak.. bersihin layar komputer pake tissue gitu?" sela Christy.
Mampus gue..
Salah nyari alesan. Terlanjur ngomong lagi.
"Ini tissue buat lap mulut kalo habis makan atau minum.." gue ralat alesan gue. Semoga yang pertama tadi ga begitu diinget.
Sumpah..
Apapun yang ada di pikiran kalian, gue nggak gitu!!
Alasan kotak tissue ini ada di atas meja komputer, ya karena emang ga ada tempat lain lagi buat naroh. Gitu aja.
Kalo nggak percaya, kalo perlu bukti, silahkan liat rekaman CCTV. Eh, tapi susah sih nyarinya..
Bukan karena CCTV nya tiba-tiba mati, tapi emang dari awal nggak ada CCTV di kamar gue. Awk.
Lagian nyari barang bukti emang susah, siapa tahu barang buktinya udah dijual kan. Uuuhh..~
"Ayo, kak Aya kita main PS.. Biarin aja kak Bii kayaknya mau usap-usap layar komputernya lagi itu.."
Sembarangan!!
Gue duduk di depan komputer sekarang ini ya karena gue mau main game juga, tapi di komputer.
Akhir-akhir ini gue emang lagi seneng main game di komputer. Di hape udah jarang. Dulu cukup sering, sebelum game yang sempet dijuluki moba analog, sama game 'Pemain Tidak Dikenal Medan Perang' serame sekarang, gue udah maen duluan. Tapi begitu sekarang udah rame, udah banyak bocil toxic ikutan maen, gue jadi males.
Karena gini, tujuan gue maen game kan buat ngisi waktu luang, hilangin rasa jenuh, hilangin rasa bosen, hilangin stres, buat seneng-seneng gitu. Tapi kalo main game malah justru bikin stres gara-gara para bocil toxic itu kan males jadinya. Namanya main game kan ada menang, ada kalah. Nggak bisa kan kita selalu menang terus-terusan. Kalo kalah, ya nggak perlu marah-marah lah, apalagi sampe rusuh. Takutnya nanti dilempar gas ai..., Fakta!! Fakta, maksud gue dilempar fakta!
Fakta kalo udah kalah, dan meskipun marah-marah nggak akan merubah hasilnya.
Apa? Kalian pikir gue bakal ngetik apa?
Nggak. Gue nggak akan nyinggung itu. Terlalu sensitif. Lagian meskipun nggak ada satupun pihak yang mau ngaku, kita semua juga tahu kan siapa yang salah, siapa yang harus bertanggung jawab, apa penyebab semuanya..
Yang pasti bukan karena kerusuhan antar supporter sih.
Gue turut berduka cita untuk tragedi yang terjadi. Ada beberapa supporter klub lain yang memberikan ucapan belasungkawa juga. Eh, tapi itu beneran supporter kan yang ngasih ucapan itu.. Katanya kalo pake jersey belum tentu supporter, bisa aja oknum. Awk..
Oke cukup. Gue nggak akan bahas itu terlalu jauh, tapi gue akan bahas kejadian yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.
Jadi beberapa waktu sebelumnya kan sempet Singo sama Maung dalam satu tribun ya. Dan beberapa orang memberikan rispek karena mereka 'terlihat akur'. Tapi jujur kalo gue ngeliatnya biasa aja.
Ya karena..., gimana jelasinnya ya.. Simple aja deh.
Singo sama Maung kan emang sejenis. Satu rumpun lah, jadi wajar aja kalo akur.
Kalo Singo sama Bajol akur atau kalo Macan sama Bajol akur. Gue baru rispek.. Soalnya beda habitat kan. Kalo bisa akur, itu baru keren.
Tapi yang gue heran adalah, Macan sama Maung kok susah akurnya ya. Kan 2 ini jenis yang sama.
Kalo mereka pada akhirnya bener-bener bisa akur, baru gue rispek. Rispek bosku.. Abangku.. Panutanku..
Tapi denger-denger, ada kemungkinan kalo nggak lama lagi mereka bakal akur. Tapi ya masa harus ada kejadian kayak gitu dulu baru ada 'rencana' buat akur.
Bukan gue nggak mendukung, cuma agak menyayangkan aja.
Okeee... Kita balik bahas game lagi aja.
Jadi karena beberapa alasan tertentu itulah gue sekarang lebih suka main game di komputer. Karena bocil-bocil toxic itu kan belom tentu punya komputer. Dan kalopun mereka main di warnet, nggak mungkin bisa lama-lama juga kan.
Sebenernya game yang gue mainin game tembak-tembakan biasa, cuma yang ngebedain itu adalah karakter yang kita pake. Kalo game tembak-tembakan biasanya kan karakternya itu polisi atau teroris gitu kan. Jadi, polisi tembak-tembakan sama teroris, atau polisi nembak polis--
Yap, jadi karakter yang kita mainin itu disebutnya agent. Dan setiap agent punya kemampuan dan ciri khasnya masing-masing. Ada 'perannya' sendiri-sendiri gitu, kita nggak bisa asal milih agent berdasarkan suka sama desain yang mana atau apa. Harus dipikir-pikir biar tim-nya nanti seimbang.
Terus satu lagi yang bikin gue betah main game ini adalah gue nemu satu 'temen' dari game ini. Dia jago, bukan yang jago-jago banget tapi lumayanlah. Dan kalo kalah dia nggak toxic. Itu yang penting.
Username dia kalo nggak salah itu..., Ame no Habakiri(?) atau Ame no Shirryu(?) atau Ame no Pianist(?) atau Ame no Doubutsuen(?). Ya gitulah pokoknya, pok Ame Ame belalang kukuruyuk.
Intinya gue nggak suka main sama bocil toxic. Yang kalo kalah, suka dengan entengnya '******-goblokin' orang. Gue nggak bisa digituin, hati gue rapuh. Wkwk
Lagian gue juga nggak ******-****** banget, terakhir gue di test IQ hasilnya cukup bagus. Nggak sampe 144 sih, tapi kalo bisa sampe di atas 130 udah tinggi kan.
Ini yang gue omongin bener-bener test IQ lho, bukan kayak yang di internet itu, yang kayak semacam ngisi survei atau apalah itu. Kagak jelas itu.
Eh, tapi... besaran IQ seseorang itu emang menunjukkan tingkat kecerdasannya??
Ah, udahlah.. Lupain.
"Zee, semangat" ucap gue kemudian.
"Apa'an?" Aya bingung.
Ya semangat aja nanti ngadepin ribet Christy kalo main game. Lagian emang nggak boleh gitu nyemangatin?
Oke, selagi mereka berdua main PS. Gue juga akan mulai main game gue sendiri.
~~~
"Spike-nya dibawa, hei!! Jangan ketinggalan lagi!" gue coba ngingetin temen-temen gue.
"Entar dibawa, tapi lupa ditanem.. Sama aja"
Kebiasaan memang. Pengen banget jadi Ace, nge-kill mulu sampe lupa bawa spike. Kalopun bawa, nanti malah lupa ditanem.. Tim macam apa ini.
"Bii..~" lagi asyik-asyiknya main game, tiba-tiba bahu gue digoyang-goyang sama Aya.
"Hmm? Apa??" sahut gue sambil lepasin headphone dari telinga.
"Udahan main gamenya, ayo makan malem" ajak Aya yang kayaknya udah selesai main PS sama Christy.
"Percuma, kak Aya.." Christy yang baru aja matiin TV menanggapi. "Kak Bii kalo makan malem selalu di kamarnya sendiri, terakhir makan bareng-bareng ya pas kak Gery baru pulang dari Jerman. Itupun dipaksa.. Mama juga udah paham kok sama hal itu, makanya tadi yang dipanggil kan cuma aku doang.., nanti biasanya aku disuruh nganterin makan ke kamar kak Bii atau habis kami selesai makan, kak Bii sendiri yang turun buat makan sendirian"
Oh iya, btw Christy itu cuma matiin TV ya. Dia nggak beresin lagi stick PS nya, bahkan PS nya juga nggak dimatiin!!
"Kalian duluan, nanti gue nyusul.." ucap gue yang kemudian melanjutkan main game ini bentar lagi.
"Eh?!! Emang kak Bii mau makan malem di meja makan?" Christy bertanya-tanya keheranan.
"Zee..," gue ngasih kode ke Aya buat ngajakin Christy keluar dulu yang langsung dilaksanakan olehnya.
Sepeninggal mereka berdua gue ngelanjutin main game bentar, terus beres-beres kamar gue yang jadi berantakan gara-gara dua orang tadi. Matiin komputer, matiin PS sama mungutin bungkus-bungkus jajan yang berserakan di lantai lalu buang ke tempat sampah.
Setelahnya barulah gue nyusulin mereka ke dapur.
Begitu nyampe di dapur, semua orang yang ada di sana langsung ngeliatin gue. Tapi gue nggak terlalu peduli akan hal itu.
Gue cuek aja, ambil piring, ambil nasi, lauk, dan sayur. Kemudian gue ngambil tempat duduk di sebelah Aya.
"Kak Bii beneran makan malem bareng?" Christy masih nanya aja.
"Udah, diem. Makan!!" bales gue.
"Brian...,"
"Jangan bikin nafsu makan gue ilang" dengan cepat gue motong omongan dari bapak-bapak yang nampaknya baru pulang kerja itu.
"Angel, nyari apa?" sebuah suara dari seorang perempuan menanyakan pada Christy karena si bocil bukannya mulai makan malah celingukan.
"Sop kambing tadi siang mana ya??" Christy bertanya-tanya.
"Kan kamu yang ngehabisin.." sahut gue.
"Yaaaahh..." Christy pun kecewa.
Pas gue lagi enak-enak makan, sepasang suami istri di deket gue malah main senggol-senggolan. Gue telen dulu makanan yang ada di mulut sebelum kemudian ngambil minum. Setelahnya barulah gue...,
"Ngomong!" gue udah muak ngeliat tingkah mereka berdua.
"Ehmm.., Brian.... Jadi--"
"Langsung aja" sela gue.
"Kamu besok jemput Christy pulang sekolah ya" tiba-tiba sok tegas dan sok berwibawa. "Mama kamu ada urusan besok"
Kalimat kedua itu nggak perlu. Lagian gue juga bukannya nolak buat jemput Christy, tadi itu gue nggak tau aja kalo Christy nelfon.
"Kak Bii mau kok jemput aku" tuh, anaknya aja juga paham. "Tapi ada syaratnya.." lah, kok. "Kak Bii mau jemput aku, asalkan aku diijinin nonton konser" sungguh manipulatif nih bocah satu.
"Mana ada.." sahut gue akhirnya.
"Kamu boleh nonton konser kalo--"
"Aku ga sendirian kok. Jessi sama Muthe juga ikut" Christy terus berusaha biar bisa nonton itu konser. "Kak Chika sama ceu Eli juga ada"
"Oh iya, ngomong-ngomong soal Chika.." hei, perempuan!! jangan memulai sesuatu yang seharusnya tak perlu untuk dimulai. "Kok dia ga pernah main kesini lagi ya? Ga pernah nginep-nginep lagi.."
Aya emang nggak ngomong apa-apa. Tapi dia langsung nengok ke arah gue dan ngasih senyuman yang mengancam.
"Christy yang ngajak nginep itu..." perlahan nafsu makan gue turun.
"Dia udah duluan kenal sama 'keluarga' lo ya..?" padahal kan bukan gue yang ngenalin, tapi Christy. "Gue udah 'ketinggalan' seberapa jauh?"
"Ngomong-ngomong ini pertama kalinya ya Brian bawa temen ceweknya ke rumah.." sahut si bapak-bapak sok berwibawa tadi.
"Oh, iya ya..." sahut si perempuan juga. "Sebelumnya ga pernah ya"
Christy? Dia mah lagi asyik makan.
Gue benci ngakuinnya, tapi si bapak-bapak itu baru aja 'menyelamatkan' gue.
Selanjutnya si perempuan pun malah mengajak Aya untuk mengobrol. Yang pastinya hanya membicarakan hal-hal yang nggak penting. Sungguh tidak sopan, makan sambil ngobrol.
Gue sendiri milih buat lanjut makan daripada nanti salah ngomong lagi.
"Oh kamu pake parfum itu.." terdengar obrolan para perempuan ini semakin nggak penting.
"EH?! EHH?? EEEEHHH...??" si bocil malah ikut-ikutan. "Beneran kak Aya?"
"Iya, emang agak mahal sih.. Tapi gapapa" Aya memberikan jawaban. "Habisnya kan Bi.., Brian ada alergi parfum, jadi emang sengaja beli parfum khusus"
"Itu parfum buatannya mama tauuukk" sahut Christy lagi.
"Hah?? Beneran tante?" Aya nampaknya tak percaya.
"Iya.., jadi nanti kalo parfum kamu habis, minta aja ke tante. Katanya tadi kemahalan.."
"Eh, bukan gitu maksudnya tante"
"Udah, gapapa.. Lagian Tante bikin parfum itu juga gara-gara Brian yang alergi parfum kok"
"Gue udah selesai makannya.." langsung gue berdiri sambil bawa piring gue yang juga langsung gue cuci. Setelah selesai baru gue balik ke kamar.
~~~~~~~~~
Nah, gitu.. Itulah kenapa pada akhirnya gue 'terpaksa' jemput Christy hari ini.
Jadi sepulang kuliah, gue langsung ke sekolahnya Christy.
Tadinya gue pikir bakal cepet. Gue dateng, Christy udah di depan gerbang, terus langsung pulang.
Taunya ya gini ini, bocahnya nggak ada di depan gerbang sekolahnya, gue telfon juga nggak diangkat.
Gue coba telfon lagi deh.
Eh, bentar.. Layar hape gue agak kotor, mau gue lap dulu.
Tenang, cuma gue gesekin aja kok, gue gesekin ke samping paha. Bukan diantara dua paha.
Lagian ini hape gue, terserah lah mau gue gesekin kemana. Kalo hape orang, baru jangan asal gesekin ke sembarang tempat.
Masih nggak diangkat juga gue telfon. Mungkin hapenya mati atau gimana, nggak tau gue.
Mau gue susulin ke dalem, males. Gue nggak tau juga kelasnya dimana.
Yah, jadinya gini ini lah..
Gue masih harus nungguin Christy di depan sekolahnya dulu. Tapi Christy lama banget keluarnya, sedangkan daritadi udah ada beberapa murid yang udah pada dijemput juga. Tapi ada juga beberapa murid yang masih nungguin jemputan, masalahnya yang lagi nungguin jemputan ini sekarang pada sibuk ngeliatin gue. Kan risih.
Emangnya gue apa'an pake diliatin segala. Perasaan gue nggak bawa Aerox, kenapa diliatin sih? Pake ada yang bisik-bisik segala.
Kadang gue berharap kalo yang peka itu bukan penciuman gue, melainkan pendengaran gue, karena penasaran juga mereka bisik-bisik tentang apa. Tapi kalo gue pikir lagi, mendingan nggak usah, malah makin risih kayaknya kalo gue sampe tahu apa yang mereka bisik-bisikin tentang gue. Ada istilah menyebutkan.., Sesuatu yang tidak kita ketahui, tidak akan bisa menyakiti kita.
Contoh simplenya gini, kalo kita diselingkuhi sama pasangan kita, selama kita belum tahu kalo diselingkuhi, kita nggak akan sakit hati kan..
Sebenarnya gapapa sih kalo ada yang ngeliatin dan bisik-bisik. Nggak masalah, bukan pertama kali juga gue diliatin banyak orang, terutama sama cewek-cewek kayak sekarang ini. Apalagi bisa dibilang mereka yang lagi ngeliatin gue ini juga lumayan cakep-cakep lah. Cuma kali ini agak gimana gitu..
Soalnya mereka ini kan masih pada bocil semua. Seenggaknya mereka ini seumuran sama Christy, adek gue. Agak aneh aja gitu.
Terus diantara bocil-bocil cakep ini, ada satu yang menarik perhatian gue. Bukan karena dia yang paling cakep. Emang cakep sih, tapi bukan itu yang ngebuat dia menarik perhatian gue.
Melainkan wajahnya itu lho, keliatan nggak asing.
Lagi gue liatin, bocil yang lagi ngobrol sama seorang temennya itu tiba-tiba nengok ke arah gue. Pandangan kami bertemu. Otomatis gue langsung pura-pura ngeliat ke arah lain sambil siulan. Semoga nggak ketahuan, semoga nggak ketahuan. Daripada salah paham ya kan.
Nggak lama dari sudut mata gue, keliatan ada mobil yang berhenti di depan bocil tadi sama temennya. Syukurlah, mudah-mudahan langsung pergi.
Tapi harapan tinggal harapan. Sekarang malah ada yang keluar dari mobil itu dan jalan ke arah gue. Mampus..
"Lah?? Lo, Bii? Gue kira siapa.." suara berat khas cowok kedengeran. Eh, bentar..
Gue nengok dan..,
"Lah, Vin?" ternyata itu salah satu temen sekolah gue dulu.
Bukan. Ini bukan si kampret. Temen gue kan bukan cuma dia. Tapi dia ini masih satu circle sih.
Jadi temen gue itu ada si kampret, terus dia ini, dan ada lagi yang pernah sempet mau gue kenalin ke Vivi. Sebenernya masih ada beberapa lagi. Tapi untuk apa juga disebutin semua.
Si kampret kalian udah tau lah ya namanya siapa. Kalo si 'Vin' ini, kalian mungkin bisa nebak, tapi nanti mungkin juga bakal disebut kok namanya.
Nah, kalo yang sempet mau gue kenalin ke Vivi itu, nggak akan gue sebutin namanya ataupun nama panggilannya. Kita sebut saja inisialnya R.
Tapi meskipun dia berinisial R, rasanya dia nggak terlalu sulit buat dilupakan. Dan dia juga bukan tukang selingkuh karena setau gue dia lagi nggak ada pasangan. Tapi gue juga nggak bisa sebut dia sebagai cowok baik-baik kayak Rehan, atau Reyhan atau siapalah itu namanya.. Ya gitulah pokoknya gitu deh. Gue nggak bisa nilai karena gue nggak ada hak buat menilai tentang itu.
Tapi yang pasti juga dia bukan
Oke, cukup bahas KDRT nya karena ini bukan konten prank.
Eh, tapi yang sebenarnya prank itu yang mana sih? Yang pake kamera tersembunyi atau yang udah bikin laporan terus pas udah diusut malah dicabut lagi laporannya..
"Lo ngapain disini?" tanya temen gue itu.
"Gue yang harusnya nanya gitu.. Gue kan jelas, jemput Christy.." jawab gue. "Nah, lo? Jemput juga? Jemput siapa? Perasaan Chelsea masih SD. Lagian punya adek jaraknya jauh banget.., berapa tahun? 10? 11?"
"13" jawabnya. "Dan kalo lo mau protes, jangan ke gue.. Yang bikin kan orangtua gue"
"Gue ga ada protes.."
"Tapi masih mending gue, lah si Rae malah jaraknya 16 tahun sama adeknya"
Tadi gue udah ngasih inisial doang, sama dia malah disebutin dong..
"Koh Keviiinn...~" si bocil yang gue liatin tadi manggil temen gue ini.
"Gapapa, Kath.. Temen aku ini"
"Kath??" namanya kayak ga asing. "Kathrin? Pantesan kok mukanya kayak familiar"
"Oh, jadi itu.. Itu alesan lo ngeliatin dia" yah, ketahuan.
"Ngapain lo sama Kathrin?" sebuah pertanyaan pengalihan pembicaraan. "Mentang-mentang kakaknya lagi di Jepang.."
"Justru gue disuruh sama kakaknya itu buat ngejagain dia"
"Ooohh" sekarang gue paham. Tapi..., "Ya gapapa, sikat aja kali"
Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dia berkata.., "Sama aja omongan lo kayak--"
"Si kampret ya?" potong gue yang langsung paham. "Inget analogi hape dari pabrikan yang sama? Lagian belom tentu juga di Jepang sana kakaknya itu ga ngapa-ngapain"
"Persis!! Omongan lo sama persis!"
"Hahaha.."
"Tapi ga semuanya kayak gitu sih.., Al El Dul"
Bener juga.
Kasihan yang terakhir, udah bentukannya kayak gitu, kelakuannya mirip-mirip lagi sama.., gajadi. Intinya dia kasihan.
Eh, tapi lebih kasihan lagi sama yang dulu pernah dia tabr-- *uhuk*
Oh iya, emang waktu itu dia udah punya SIM?
"Koh Kevin~"
"Iya.. Iya... Ya udah, Bii gue duluan ya" Kevin pamit terus pergi sama bocil tadi yang ternyata adek dari pacarnya.
"Iihh... Giliran Marsha yang manggil langsung dateng!!"
Sepeninggal mereka, Christy masih belom muncul juga. Ngapain sih tuh bocah. Ditelfon juga masih nggak diangkat. Udah lama lho gue nunggunya.
Atau gue yang kecepatan jemputnya ya? Habisnya dosennya juga anj*ink sih tadi. Kalo dia nggak dateng, kelasnya ditiadakan. Tapi kalo kita yang nggak dateng, kelasnya tetep jalan. Egois.
Oke, karena Christy kemungkinan masih lama.. Kita bahas sesuatu aja. Tapi yang aman-aman aja ya.
Bukan, gue bukan takut dipelototin sama tukang bakso. Bakso Kon..., Bakso Konyol ngapain ditakutin.
Gue lebih takut sama hacker sih. Tapi yang bener-bener hacker lho ya, bukan yang cuma caper doang..
Hacker macam apa yang sambat pas akunnya kena suspend. Bonus super duper combo mega bonus wow excellent rawr.
Nah, berhubung bingung mau ngapain, gimana kalo kita review sesuatu lagi. Review apa tapi ya? Film?
Santai, gue bukan mau review film horor kok. Karena gue emang nggak suka film horor aja. Bukan karena gue takut
Males aja dateng ke bioskop, terus beli tiket cuma buat ditakut-takutin.
Film horor yang katanya bagus aja gue males nonton apalagi yang jelek.. eh, dapet review jelek maksudnya. Gue kan nggak tau jelek atau enggaknya, orang nggak nonton. Tapi katanya film itu bagus kok, lebih bagus ketimbang versi aslinya.. Itu kan versi remake.
Ini ngomongin Pengabdi Setan lho ya, wkwk.
Nah, pertanyaannya.. Kalo versi remake ini lebih bagus, sejelek apa versi aslinya? Yang versi Korea *ups keceplosan
Oke, jadi kita review film superhero ya.. Tapi yang mana??
Oh, ini aja..., Karena kita ngomongin tentang superhero, Hero. Masa nggak bahas Boku no Hero: World Heroes' Mission.
Langsung aja ya.. JELEK!!! PLOTNYA KAGAK JELAS!!
Ada ancamannya untuk seluruh dunia, tapi kenapa seolah yang paling bertanggung jawab itu anak-anak SMA?
Padahal dari awal selalu disebutin kalo 80% populasi di dunia punya kekuatan super. Terus pas ada ancaman, dimana orang dewasanya? Dimana superhero sungguhannya? Kenapa harus dilimpahkan ke anak-anak dibawah umur?
Mana ada satu karakter yang nggak sesuai sama dirinya yang biasanya. Dia yang biasanya selalu mau ngehajar boss besar nya, di film ini malah mau-mau aja ngelawan kroco yang ada di garis depan.
Gini ya, kita semua tau movie dari kartun Jepang itu pasti non-canon. Ceritanya pasti terlalu berlebihan, dan movie itu emang tujuannya cuma buat fanservice, biar penggemar bisa lihat para karakter favoritnya beraksi aja. Tapi ya jangan sejelek ini juga dong..
Eh, tapi masalahnya yang Canon pun sama jeleknya.. Plotnya juga hampir sama.
Ada supervillain yang berpotensi jadi ancaman bagi seluruh dunia.. Tapi kenapa dilimpahkannya ke superhero Jepang aja. Ngirim superhero nomor satu dari negara lain juga nggak guna, muncul beberapa chapter langsung mati. Kayak nggak sesuai sama rumornya yang merupakan superhero nomor satu.
MC nya juga tukang nyampah, lagi perang malah dateng belakangan.
Kalo Naruto dateng belakangan mah wajar, orang emang cuma serangannya dia sama Sasuke aja yang berpengaruh. Yang lainnya yang kagak ada gunanya. Bikin aliansi ninja juga cuma buat rame-ramean doang.
Cukup.. Udah mulai menyimpang, kan tadinya mau
Mending review series aja. Tapi yang tahun lalu aja ya. Gue udah nonton sih yang tahun ini, udah gue tonton semua, cuma kalo gue masukin juga.. Nanti jadinya kebanyakan, kepanjangan.
Gue urutin dari yang paling gue suka. Oke, langsung mulai aja.
Pertama, Loki. Banyak alesan sebenarnya suka sama series ini. Tokoh utamanya aja udah menarik. Kalo disuruh milih antara Thor atau Loki, gue lebih suka karakternya Loki lho. Rasanya kisah dia jauh lebih menarik ketimbang kakaknya. Plot cerita dari series ini juga seru, dan yang paling penting series ini dieksekusi dengan baik. Ditunggu season 2 nya lah..
Kedua, sesuai judul chapter kali ini..., What If..?!
Yang menarik dari What If..?! adalah ide untuk melihat kisah para superhero kesayangan kita dengan latar belakang cerita yang berbeda dari apa yang sudah kita ketahui. Episode favorit gue jelas episode Doctor Strange, nyesek nggak sih.. Episode Zombie juga bagus, endingnya itu lho.. Seolah-olah ada harapan, tapi di tempat yang mereka tuju ternyata udah ada si Titan Ungu.
Cuma sayangnya kenapa kisah Gamora yang satu tim sama Iron Man dan berhasil ngalahin Titan Ungu malah nggak diceritain. Terus satu lagi kekurangan What If..?! adalah..., itu cuma kartun. Wkwk.
Berikutnya, WandaVision. Ini series awalnya terlihat menyenangkan tapi menuju akhir.., menyesakkan.
Kita dibuat dilema dengan karakter Wanda ini, maksudnya kita nggak bisa sepenuhnya nyalahin dia atas insiden yang terjadi, karena dari awal kita udah tahu apa aja yang udah dialaminya. Dia udah terlalu banyak kehilangan orang-orang yang dia sayangi, maksudnya kenapa seolah-olah dunia nggak mengijinkan dia untuk berbahagia gitu lho. Jadi kita ngga bisa bener-bener benci sama dia karena tindakannya itu. Tapi kita juga nggak bisa sepenuhnya mendukung tindakannya tersebut karena itu merugikan banyak pihak.
Next, The Falcon and The Winter Soldier. Gimana ya.. Dari awal gue emang ngga begitu tertarik sama Falcon, di mata gue dia cuma sekedar versi baik dari Vulture, salah satu musuh Spiderman. Dan gue ngeliat series ini cuma buat 'penjelasan' untuk para penggemar yang masih mempertanyakan kenapa Falcon yang jadi The Next Captain America. Udah, itu aja.. Karena kan emang nggak semua orang baca komiknya.
Salah satu idenya sebenarnya cukup menarik dimana ternyata ada beberapa orang yang nggak setuju sama apa yang udah dilakuin Avengers. Dalam kurun waktu lima tahun, memang biasanya udah ada yang ngikhlasin, ada juga yang masih belum rela kehilangan orang yang disayangi. Jadi Blip itu memang menuai pro-kontra.
Yang bikin gue nggak begitu suka sama series ini adalah selain karena villain nya terlalu receh, juga di episode terakhir terlalu aneh. Emang bisa ya semudah itu orang mengutarakan pendapatnya dan disiarin di TV nasional??
Terakhir, apa lagi kalo bukan Hawkeye. NGGA PENTING!!
Dari awal gue nggak tertarik sama sekali buat nonton ini series, tapi gara-gara katanya bakal muncul Kingpin, dan rasanya juga nanggung gitu kalo gue nggak nonton series ini juga, akhirnya gue mencoba meredam ego gue dan mencoba untuk nonton.
Hasilnya?? Menyesal.. Kesal..
Series ini nggak lebih dari sekedar buat pengenalan Hawkeye baru aja. Sama echo juga sih (tapi sekali lagi, gue nggak begitu tertarik). Satu-satunya hal yang melekat di pikiran gue pas nonton series ini cuma episode pertamanya, pas adegan nonton drama musikal Avengers.
Ada Ant-Man dong, wkwk. Gue tebak itu pasti gara-gara Endgame sih, pas adegan ketemu Smart-Hulk terus ada yang minta foto..., disitu kan Ant-Man ngaku sebagai Avengers juga. Jadi mungkin dari situ orang-orang beranggapan kalau sebenarnya Ant-Man ini udah ikut Avengers dari awal (Avengers, 2012), cuma karena kemampuannya itu mengecil jadinya dia nggak keliatan. Aneh-aneh aja.
Eh, bentar..
Hape gue bunyi, ada telfon. Siapa tahu Christy.
Bukan ternyata. Aya yang nelfon.
Oh iya, gue belum jelasin soal Aya ya.
Jadi gini, pas gue pulang kuliah tadi, dia masih ada kelas.
Tapi nanti katanya dia mau main lagi ke rumah gue. Lagian gue juga ada janji buat ngejelasin suatu hal kan. Bentar ya, mau angkat telfon dulu.
"Iya, Zee?"
"Gue masih jemput Christy.. Lagi nunggu"
"Oh.. Ya kalo lo mau ke rumah gue sekarang ya gapapa, cuma gue ga bisa jemput. Lo naik taksi online aja.. Jangan ojol lho ya"
"Pake nanya kenapa lagi.. Inget!! Lo kalo naik motor bukan gue yang boncengin, nanti kenapa-kenapa"
"Ga ada siapa-siapa sih.. Lo masuk aja, nunggu di gazebo. Pagernya ga digembok emang, tapi pintunya kan ya dikunci"
"Bilang aja ke drivernya mau ke rumahnya Brian gitu.. Brian-nya Nurhayati. Hahahaha...,"
"Iya, iya.. Nanti gue chat alamatnya. Dah~"
Dan telfon pun ditutup.
"Eh, kamu.." nah, kali ini siapa lagi nih yang nyapa gue. Dan begitu gue nengok ternyata...,
"Eh, tante.." nyokapnya Jinan dong.
"Anak muda jaman sekarang dikasih tahunya susah ya.. Udah dibilang berapa kali juga" tiba-tiba nada bicaranya kayak mau marah. "Jangan manggil 'tante', bawaannya jadi pengen transfer kan.."
Bisa bisanya overheard MILF ngomong.., "Anak muda jaman sekarang dikasih tahunya susah ya.. Udah dibilang berapa kali juga, jangan manggil 'tante', bawaannya jadi pengen transfer"
Pengen gue bisikin.., bisikin nomor rekening gue. Wkwk.
"Ngomong-ngomong kamu ngapain disini?" tanyanya kemudian.
"Lagi jemput adek saya, ta--" kalimat gue ga selesai karena keburu dipelototin.
"Oh, kamu punya adek? Sekolah disini juga?" tanyanya lagi. "Kelas berapa?"
"Mamah..~"
Lah, enak bener..
Baru berapa menit si tante jemput, yang dijemput udah nonggol aja. Ini Christy kemana sih?
"Kok mamah yang jemput? Kak Jay mana?" tanya si Freya, adeknya Jinan. Sekolah disini juga ternyata.
"Kak Jay kamu masih ada urusan.."
"Iihh... Padahal udah janji mau jemput, terus jajanin aku teh manis" ada yang sedih. "Eh?? Kok ada pacarnya kak Jinan juga disini?" tanyanya kemudian begitu menyadari keberadaan gue.
"Dia mau jemput adeknya" yang jawab malah nyokapnya.
"Punya adek?"
"Iya, tapi daritadi ditungguin ga nongol-nongol anaknya" jawab gue. Oh iya juga. "Eh, Freya.. Kamu kenal sama yang namanya Christy enggak? Eeehh.., Angel. Kenal sama yang namanya Angel enggak? Angelina Christy"
Gue hampir lupa kalo di sekolah Christy kan dipanggilnya Angel. Bukan Christy. Meskipun kelakuan lebih mirip kayak Devil ya, wkwk.
"Oh, si Angel? Dia mah sekelas sama aku.." wah kebetulan kalo gitu.
"Tau ga dia lagi dimana?"
"Eh?!! Bentar..., jadi kakak ini kakaknya Angel?" dia malah balik nanya. "Yang katanya aktor + model itu? Terus Angel kalo udah lulus katanya mau lanjut jadi model juga?"
"Hah??"
"Eh, Flo.. Kamu tau engga, Angel ada dimana?" kemudian Freya nanya ke sesosok gadis mungil di sebelahnya.
Eh, gue baru sadar kalo Freya ternyata ngga sendirian. Siapa si mungil ini? Diem-diem aja.
"Ga tau.. Lupa. Hari ini hari apa aja aku lupa" jawab gadis mungil itu yang akhirnya bersuara.
"Jum'at" sahut Freya.
"Oh.., Angel kalo hari jum'at gini, biasanya dia di aula sama Jessi sama Mutia.. Latihan dance"
Latihan Dance? Gue baru tau kalo Christy ikut ekskul begituan.
"Kalo aku ga salah inget" tambah si mungil itu.
"Nah, itu anaknya dateng. Ya udah, kak. Aku pulang dulu ya" ucap Freya yang kemudian langsung pamitan. "Ayo, mah..~ Yuk, Flo.. Jadi bareng kan"
Lalu mereka pun pergi dan kembalilah gue ditinggalkan sendirian. Tapi gapapa, Christy nya juga udah keliatan kok..
"Yok, Christy" gue segera ngajak bocah satu ini buat segera pulang. "Kita langsung pul--"
"Itu tadi siapa, kak?" tapi Christy malah nanya-nanya dulu.
"Hah? Oh.. Freya" jawab gue singkat. "Katanya temen sekelas kamu. Bener?"
"Waduh, Freya!!? Eciye.. Angel cemburu ya" dan Jessi pun segera ngeledekin Christy. "Cemburu tuh"
"Hah?!! Apa'an? Orang aku cuma nanya.. Lagian ngapain juga aku harus cemburu?" iya, perasaan tadi itu pertanyaan biasa aja deh.
"Ngaku aja deh, Angel.. Kamu kan ga suka sama Freya" Muthe pun ikut-ikutan. "Parah banget sih ketua kelas sendiri padahal"
"Koh Brian, Freya itu rivalnya Angel.. Dulu Angel pernah nyalonin jadi ketua kelas, tapi gagal.. Dan Freya yang dapet posisi itu"
"Ya masa ketua kelas blah bloh" gue pun setuju.
"Iihhh..., kak Bii...!!"
"Selain itu, Freya juga selalu ranking #1, sedangkan Angel...," tambah Muthe yang sedikit menggantung.
"Emang kamu ranking berapa Christy?" tanya gue kemudian.
Penasaran juga. Biasanya kalo 'rival' gitu, kemampuannya hampir setara. Kalo Freya katanya selalu ranking #1 apakah itu berarti Christy ranking #2?
Tapi gue nggak begitu percaya kalo adek gue ini bisa ranking #2?
Sekolah macam apa ini yang membiarkan seorang Angelina Christy mendapatkan ranking #2?
"Angel mah ga pernah masuk 10 besar" sambung Muthe lagi.
"Enak aja.." Christy tak terima. "Itu dulu ya. Ulangan terakhir, aku ranking #8 kok"
"Kalo aku cuma bisa sampe ranking #7" sahut Jessi.
"Pinter banget, Jessi.."
"KAK BII..!!" nah, kalo yang barusan itu baru cemburu anaknya.
"Kalo Muthe? Ranking berapa?" tanya gue iseng.
"Tuh kan.. Karena ranking kamu masih dibawah Freya, makanya kamu ga suka sama dia" ucap Muthe lagi yang kayaknya cuma buat pengalihan dari pertanyaan gue tadi. "Bahkan saking ga sukanya, semua yang deket sama Freya juga nggak disukain lho, kakBii Brian"
"Apa'an?? Aku sama Flora temenan kok"
"Iya, apa'an sih Muthe.. Kamu berlebihan" sahut Jessi. "Itu mah kamu aja yang nggak suka sama Flora. Aku dari awal juga temenan kok sama Flora. Olla juga, malahan kan Olla yang ngenalin Flora ke kita.. Ya, Angel ya"
"Ho'oh" Christy ngangguk-angguk. "Parah banget sih Muthe.. Udah aku difitnah ga suka sama Freya, terus sentimeter--"
"Sentimen" Jessi dengan cepat meralat.
"Iya, itu.. Sentimen sama temen sekelasnya, sentimen sama adek kelas juga"
"Aahh... Itu mah si bokem duluan yang nyari gara-gara" balas Muthe. "Ya kan, Jess"
"Sebenernya aku sekarang temenan sih sama Atin, soalnya dia anaknya asyik juga ternyata" sahut Jessi sembari nyengir dan memberi tanda peace dengan jarinya.
"Tuh, kaaann... Parah banget sih Muthe.."
"Aaahh... Kalian selalu gitu!! Kalo ngga ada Olla, selalu aku yang dipo.. dipoj.. dip..."
"Dipojokkan?" tebak Jessi.
"Dipojoki?" Christy ikut nebak, tapi ngaco.
"Terpojoki" balas Muthe mantap yang aslinya malah makin ngaco.
Oh iya, gue juga baru sadar kalo mereka akhir-akhir ini jadi lebih sering bertiga doang. Apa jangan-jangan Olla udah sadar ya kalo bertemen sama Christy ini membawa pengaruh yang aneh?
Tapi kalo emang ada yang sadar bukannya harusnya itu Jessi duluan sebagai yang paling 'normal' sejauh ini.
"Emang Olla kemana?" tanya gue akhirnya.
"Dia fokus belajar.. Soalnya habis lulus, rencananya dia mau masuk akademi khusus gitu" jawab Muthe. "Aku juga sama sih.. Tapi bidangnya beda"
"Tapi bukannya fokus belajar malah ngajakin kita joget-joget" celetuk Jessi.
"Iya.. Mana gerakannya aneh lagi" tambah Christy.
"Eh iya, kakBii Brian mau liat gerakan dance kita engga?"
"Enggak" jawab gue cepet, singkat, padat dan jelas.
"Ayo, Jessi.. Angel.." Muthe ngasih aba-aba. "Kita tunjukkin hasil latihan kita ke kakBii Brian"
Perasaan tadi gue udah jawab 'enggak' lho.
"Ngga mau" Christy dan Jessi kompakan nolak.
"Ayo, Njel.. Kita lakuin 'itu'!"
"Ayok!!"
"Satu. Dua.. Tiga... WLEEE....,"
Muthe yang diledekin temen-temennya pun langsung masang muka cemberut.
"Besok-besok aku ga mau latihan lagi deh" ucap Christy. "Gerakannya aneh soalnya"
"Iya, aku juga" tambah Jessi.
"Jangan gitu dong.. Kasihan kakBii Brian penasaran sama gerakan kita" Muthe memelas.
Kenapa gue harus penasaran?
"Ayok, sekali aja ya 1... 2.. 3." aba-aba dari Muthe.
"Boomshakalaka" celetuk Christy.
"Boombayah" lanjut Jessi.
"Boomratatata" gue nambahin aja. Ikut meramaikan.
"Boom shake shake shake boom dong!!" Muthe protes. "Terus kakBii Brian kenapa ikutan mereka sih?"
"Satu. Dua.. Tiga..." Jessi kembali memberi aba-aba.
"WLEEE....,"
Kayaknya udah cukup deh. Kalo dibiarin makin lama, bisa-bisa malah makin ngaco nih.
"Christy, ayok pulang!!"
"Bentar, koh Brian" cegah Jessi tiba-tiba. "Pertanyaan Angel tadi belom kejawab"
"Pertanyaan yang mana?" Christy bingung, yang ngajuin pertanyaan malah lupa. Gue juga bingung sih.
"Koh Brian kok bisa kenal sama Freya?" tanya Jessi kemudian. "Aku penasaran aja"
"Freya itu adeknya temen kakak" akhirnya gue jawab aja lah biar cepet.
"Temen kakak siapa? Cewek apa cowok?"
Mungkin pertanyaan tadi harusnya nggak usah gue jawab aja. Akibatnya sekarang keluar pertanyaan-pertanyaan lain dari Christy.
"Cow...,"
"Cewek ya!!? Siapa? Kak Aya? Kak Aya pernah cerita kalo ngga punya adek cewek kok!!"
"Kak Aya itu siapa?" Muthe nanya berbisik ke Jessi yang dibales cuma dengan angkatan bahu.
Gue harus segera cari bahan pengalihan pembicaraan yang lain.
"Oh iya kata Freya tadi, kamu habis lulus mau jadi model, beneran? Model apa'an?"
"Oh itu.." balas Christy sambil mikir. "Itu soalnya..., Kapan? Minggu lalu ya?" kemudian dia tiba-tiba nanya ke Jessi.
"Apanya?" Jessi jelas bingung dengan pertanyaan tanpa arah dari Christy.
"Sekitaran minggu lalu kami ditanyain sama wali kelas soal cita-cita" Christy berusaha menjelaskan.
"Eh!!? Itu bukan minggu lalu, Christy.." Jessi menyela. "Itu udah lama"
"Iya, itu tahun lalu" Muthe ikutan.
"Hah?? Emang iya?" Christy bingung lagi. "Ya pokoknya kami pernah ditanyain soal cita-cita kan"
"Bentar, kalian ditanyain soal cita-cita.. Emangnya kalian anak SD?"
"Iya, koh Brian.. Persis kayak pertanyaan buat anak SD" Jessi yang jawab. "Tapi karena kami udah bukan anak SD, jadi pertanyaaannya itu tentang 'cita-cita yang lebih realistis' gitu lho. Yang lebih mungkin untuk bisa digapai"
Oh, jadi kayak pertanyaan tentang mau jadi apa setelah lulus sekolah gitu ya.
Bentar.., Bentar...,
"Dan kamu jawab model??" gue nanya ke Christy. "Yang realistis menurut kamu itu jadi model?"
"Iya, kan aku punya kenalan model" Christy cengar-cengir. "Kakak aku kan aktor + model"
"Siapa?" emang si makhluk astral itu diem-diem jadi aktor? Eh, bentar.. emang Christy ngakuin dia sebagai kakak?
"Ya kak Bii lah" ucap Christy tiba-tiba.
"Ooohhh... Dih!!?" nih anak kalo pelajaran bahasa Indonesia, mengarang bebas pasti nilainya tinggi.
"Kan emang bener, kakak kan dulu emang pernah ikut drama musikal gitu kan.." jelas Christy. "Terus kakak pernah juga jadi model iklan makanan, minuman, sama sepatu"
Sialan.
Masih inget aja nih bocah.
Kayaknya gue salah ngambil topik untuk pengalihan pembicaraan deh.
Oke, mungkin gue harus jelasin hal ini sedikit. Meskipun gue yakin kalian sebenernya ga begitu peduli.
Yap, gue dulu emang pernah jadi semacam model iklan gitu. Tapi udah lama, pas gue masih kecil, SD..??? SMP lah.
Gara-garanya, Christy kan dulu ikut semacam kelas akting. Nah, pada satu hari gue nungguin dia, nemenin gitu. Sialnya pada hari itu ada kayak semacam orang pencari bakat gitu dateng. Ngeliat gue duduk-duduk, tiba-tiba ditawarin buat ikutan drama musikal gitu. Gue udah mau nolak, karena itu pasti ngerepotin dan ribet, intinya males.
Eh, tapi Christy dengan cepatnya menyahut dan mengiyakan hal tersebut. Tahu sendiri Christy kayak gimana kalo kemauannya nggak diturutin. Hingga pada akhirnya dengan terpaksa gue ikutlah di drama musikal itu. Lagian gue pikir juga bakal sekali itu aja ya kan.
Tapi eh tapi.. Gue kan nggak bisa ngatur siapa yang nonton drama musikal itu. Gara-gara drama musikal itulah akhirnya gue ditawarin buat casting-casting iklan. Ada macem-macem, makanan, minuman, sepatu juga ada kalo ngga salah. Gue agak lupa, udah lama soalnya.
Sebenernya gue nggak mau cerita tentang hal ini, temen-temen gue pun nggak ada yang tahu, karena gue yakin pasti bakal jadi bahan ceng-cengan nanti. Terutama sama si kampret!!
"Ada iklan sosis, ada iklan susu, permen karet sama sepatu.." ucap Christy. "Jessi, Muthe, sama Olla juga udah tau, orang aku pernah ngasih liat ke mereka video iklannya. Aku udah ngasih liat ke semua temen aku sih"
Hah?? Gimana-gimana?
Ada videonya? Eh, ya pasti ada lah.
Tapi masalahnya nih bocah dapetin videonya darimana anjir!!?
"Cuma yang iklan hape aja aku ga nemu" tambah Christy lagi.
"Hah?!! Enggak ya, Christy. Jangan yang itu ya" apapun, asal jangan yang itu!!
"Kenapa sih, kak? Kan seru.."
Pake nanya kenapa lagi, itu aib!!
Itulah alasan kenapa gue merahasiakan hal ini dari temen-temen gue. Itu juga alasan kenapa gue berhenti sebagai model bintang iklan.
Gue nggak akan menjelaskan terlalu detil, gue kasih petunjuk aja. Fungsi hape di jaman sekarang ini kan bukan lagi cuma untuk telfon dan chatting aja kan, lagian itu juga jadi 'tanggung jawab' provider. Kalian lihat sendiri deh iklan hape di TV, yang ditonjolin, yang dijelaskan itu apanya? Nah, kalian tebak-tebak sendiri deh iklan gue waktu itu kira-kira kayak apa? Geli lah pokoknya gue ngeliatnya. Kapok..
Makanya gue berhenti sebagai model bintang iklan. Padahal kalo gue tekunin terus sampe hari ini, mungkin yang jadi bintang iklan e-commerce di TV itu gue. Yang jelas gue lebih fasih ngomong 'gratis ongkir' ya..
"Kalo aku cita-citanya jadi designer" celetuk Muthe tiba-tiba tanpa ada yang nanya.
"Nggak ada yang nanya" Jessi pun mewakili mengutarakannya.
"Iiihh.." Muthe mau ngambek lagi. "Seenggaknya aku jawab ya. Daripada kamu"
"Emang Jessi jawab apa?" tanya gue akhirnya.
"Jessi ga punya cita-cita!!" malah Muthe yang nyahut. Dia balas dendam kayaknya.
"Aku waktu itu ga jawab, kak.. Aku masih bingung" ucap Jessi.
"Emang waktu kecil ga ada cita-cita?" tanya gue lagi.
"De..Detektif" jawab Jessi sambil nunduk malu-malu.
Itu emang nggak realistis sih. Tapi di kepolisian ada detektifnya juga kan..
"Sama mau jadi princess" tambahnya.
Ternyata alasan Jessi bergaul sama Christy itu karena emang dari awal dia udah sama anehnya. Sebenernya wajar sih kalo anak cewek pas kecil pengen jadi princess. Sedangkan kalo anak cowok pengennya jadi power rangers merah.
Tapi gue nggak gitu. Kalo anak-anak cowok lain pengen jadi power rangers merah, gue sih pengennya jadi power ranger putih. Single Fighter!! Nggak perlu berkelompok, nggak perlu keroyokan sendirian pun udah kuat. Tadinya gue mau jadi power rangers ijo, tapi gue sadar kalo gue nggak bisa main suling.
"Wah, jemputan aku udah dateng. Ayo, Muthe.. Jadi nebeng ga? Katanya ceu Eli ga bisa jemput" kemudian Jessi berusaha menggandeng temennya itu ke arah mobil yang berhenti nggak jauh dari kami. Seolah dia nggak peduli kalo Muthe daritadi lagi ngambek sama dia.
"Eits.., Don't touch... Don't touch... Don't touch.., touch.., touch..," apa yang baru saja dilakukan Muthe? apa yang baru gue lihat ini??
"Kamu kenapa? Ya udah kalo ga jadi bareng" Jessi segera berjalan kembali.
"Eh, tunggu jeci...!!"
Entah Christy jadi makin aneh karena bertemen sama mereka atau justru mereka yang jadi aneh karena kenal sama Christy.
Akhirnya tinggal berdua aja sama Christy. Sekarang pasti nggak ada gangguan lagi buat bawa Christy pulang.
"Yok, Christy.. Pulang"
"Langsung pulang, kak? Ga ada keinginan buat beliin adeknya yang paling masih ini es krim dulu gitu??"
"Kapan-kapan aja deh ya. Sekarang kita pulang"
"Ah, ga mau!! Mau es krim" nih bocah satu ribet banget sih.
"Kakak tinggal lho ya. Kakak ini capek nungguin kamu keluar daritadi lama banget.. Kamu juga tadi di telfon ngga diangkat-angkat"
"Emang sengaja.. Pembalasan!! Kemaren kan kakak ngga angkat telfon aku" dasar bocah pendendam.
Tapi bentar.. Masih ada satu hal lagi.
"Tadi sempet sibuk kok.., kamu telfonan sama siapa?" tanya gue lagi.
"Oh itu.. Kak Ayu. Dia ngasih tau kalo hari ini mau main ke rumah" jawab Christy enteng.
Oalah, kirain apa.
Eh, bentar.. Apa tadi?
"Ayo, Christy!! Kita pulang sekarang!" langsung gue pakein helm ke kepala Christy dan kemudian nyuruh dia segera naik ke motor. "Kalo kamu nggak cepet-cepet naik, beneran kakak tinggal lho"
"Ah, kak.. Jangan!!" si bocah panik begitu gue udah mulai nyalain motor.
Bahaya!! Ini bahaya!
Gue harus cepet-cepet balik. Jangan sampe Aya ketemu sama Okta. Gue nggak bisa bayangin hal apa yang kemungkinan bakalan diomongin sama Okta ke Aya. Tapi apapun itu, kayaknya nggak akan berakhir baik buat gue.
Dan begitu Christy naik ke atas motor, gue pun langsung tancap gas dan sedikit ngebut. Tapi meskipun gue bilang ngebut, kecepatan gue masih wajar kok. Nggak nyampe 110 km/jam.
Eh, emang kecepatan segitu udah bisa dibilang ngebut ya?
Bentar.. Bentar...
Kayaknya ada satu hal lagi yang kelupaan.
"Eh, Christy.. Kamu ga ada cerita-cerita ke Aya kan soal kakak yang dulu sering syuting iklan??" tanya gue disela-sela ngebut.
"Hah?? Kenapa, kak? Enggak.. Belom.. Ide yang bagus"
Oh, TIDAAAAKK...!!!
~~~
Telat!!!
Semuanya sudah terlambat!
Begitu gue sama Christy nyampe rumah, yang pertama kali terlihat adalah Aya dan Okta yang lagi ngobrol di gazebo. Bahkan ada Febi juga.
"Hai, Bby"
"Hei, Bii"
"Halo, kak Bii"
Mereka bertiga cuma nyapa, tapi entah kenapa gue bingung harus jawab apa.
"Kak Aya~~" yang pertama diteriakin dan langsung dipeluk sama Christy adalah Aya. Jelaslah ya siapa pemenangnya.
"Kok bisa sama kak Ayu sama kak Feb?" Christy bertanya.
"Tadi waktu aku nyampe, udah ada mereka yang kayaknya baru dateng.. Jadi ya gitu deh" Aya pun langsung menjawab.
Entah udah berapa lama mereka ngobrol dan apa aja yang udah mereka obrolin.
"Tenang.., gue ga ngomong macem-macem kok ke cewek lo itu" seolah tau apa yang gue khawatirkan, Okta yang berjalan ke arah gue pun sedikit berbisik. "Gue cuma pengen liat aja cewek yang dikasih tau Feni ke gue.."
"Hah??"
"Lo ga lupa kan kalo gue sama Feni itu sahabatan" ungkap Okta. "Kenapa? Lo pikir Feni beneran suka sama lo?"
Jadi enggak? Syukur deh kalo gitu.
"Kak.." dan sekarang Febi yang tiba-tiba udah ada di deket gue ngajak ngobrol. "Aku masih ngga paham ya kenapa kakak lebih milih cewek kayak gitu ketimbang aku?"
Apa maksudnya tuh?
"KAK VINNYYYY..!!!" dan si bocil tukang ngadu, tukang bo'ong, tukang ngarang, tukang dendam pun langsung teriak-teriak (lagi) begitu melihat satu sosok keluar dari dalem rumah. Dia pun meluk sosok itu.
Bentar.. Bentar...
Kenapa tiga bersaudari ini bisa ada di sini? Dan yang paling utama, kalo kak Viny juga ada di sini dan bisa bukan pintu rumah.., itu cuma berarti satu hal.
"Selamat datang, adik-adik aku" beneran. Ada makhluk astral juga di sini.
"Zee..," panggil gue pelan. "Lo tadi cuma ngobrol sama Okta Ama Febi doang kan?"
"Ya enggaklah" jawab Aya enteng. "Sama kak Viny juga"
"Sama itu?" gue nunjuk si makhluk astral.
"Eh?? Emang kenapa, Bby?"
"Tinggal jawab aja apa susahnya sih?" gue berucap lagi. "Christy, kakak pergi lagi ya.. Yuk, Zee" gue pun pamitan sambil kemudian narik lengan Aya. "Kak Viny, Ta, Feb. Nitip adek gue"
"Eh?! Bby? Kita mau kemana?"
"Lo mau tau kan semua hal tentang gue" gue berbisik. "Udah, sekarang nurut aja dulu.."
~~~
"Ini kita mau kemana sih, Bby?" tanya Aya yang berjalan mengikuti gue di belakang. "Kok malah ke tempat kayak gini sih?"
Gue nggak jawab apa-apa, karena gue yang perlu gue lakuin sekarang adalah.., berhenti.
"Udah.. Nyampe" ucap gue sembari menatap ke arah tiga batu nisan yang berdampingan.
"Bby??"
"Ini makam keluarga gue. Ada kedua orangtua gue sama satu lagi.., adek gue" masih sambil natap ketiga nisan itu, gue jelasin.
"EHH?!! Eeeeehh"
"Kecelakaan" ucap gue lagi.
Lalu gue ceritain semuanya ke Aya, mulai dari kami yang sekeluarga mau pergi liburan, mau pergi buat seneng-seneng. Tapi kemudian di tengah jalan tiba-tiba mobil yang kami kendarain berguling beberapa kali. Gue nggak tahu apa penyebabnya, gue nggak tahu gimana detailnya. Yang gue tau, begitu gue sadar, gue udah sendirian.
Gue yang tadinya berangkat berempat, jadi pulang ke rumah sendirian.
Gue yang tadinya pergi mau seneng-seneng sama keluarga gue, jadi pulang sambil bawa kesedihan.
Ya, akibat dari kecelakaan itu, tiga anggota keluarga gue meninggal dunia. Papa, mama, sama adek gue semuanya pergi.
Beruntungnya atau mungkin lebih tepatnya, SIALNYA cuma gue yang selamet dari kecelakaan itu. Kenapa nggak sekalian aja sih?
"Dua ribu.... Bby berarti waktu itu lo masih umur--"
"Iya, gue emang masih kecil banget waktu itu" potong gue. "Adek gue aja baru umur tiga tahun"
"Oh iya..," sahut Aya yang kini sedang memperhatikan nisan yang berukuran lebih kecil dari dua nisan yang ada disisinya.
Kemudian gue sedikit berjongkok untuk mendoakan keluarga gue ini. Gue nggak bisa semudah itu ngomong kalo keluarga gue sekarang ini udah berada di tempat yang lebih baik. Bukan gue yang nentuin mereka ini masuk surga atau neraka. Yang bisa gue lakuin sebagai yang masih hidup hanyalah mendoakan mereka agar supaya mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Karena mereka udah nggak bisa mendoakan diri mereka sendiri.
Selesai berdoa, nggak lupa gue menaburkan bunga yang sebelumnya udah gue beli tadi ke atas makam mereka dibantu sama Aya.
"Jangan dihabisin semuanya. Sisain dikit" gue ngingetin Aya.
Dia yang tadinya sempet pengen nanya pun langsung diem aja begitu paham apa maksud gue.
"Kalo emang harus ada satu yang selamet dari kecelakaan itu, mungkin itu harusnya adek gue" gue sedikit menghela nafas. "Tapi kasihan juga kalo dia yang masih sekecil itu harus hidup sendirian"
Tapi jadi kepikiran juga, apa mungkin di kehidupan yang lain adek gue tetep lah seorang Angelina Christy?
Kalo kami nggak mengalami kecelakaan itu, kalo kecelakaan itu nggak pernah terjadi, mungkin adek gue bukanlah Christy, tapi teteplah Dhea.
Mungkin kalo dia yang jadi adek gue, ga bakalan sengerepotin Christy sih kayaknya. Ga akan minta hewan peliharaan yang aneh-aneh. Mungkin..
"Bby??" Aya nyadarin gue dari lamunan. "Lo gapapa?"
"Gue gapapa, Zee.. Kejadiannya udah lama juga" ucap gue lagi. "Cuma gara-gara kecelakaan itu, gue sempet trauma aja sama mobil.. Gue selalu nolak kalo disuruh naik mobil. Takut" tambah gue lirih. "Tapi gapapa, kalo sekarang gue udah ga masalah kalo harus naik mobil" gue senyum ke arah Aya, berusaha menunjukkan kalo sekarang gue udah baik-baik aja.
"Terus lo akhirnya diangkat anak sama..,"
"Iya" sahut gue. "Bokapnya Christy itu rekan kerja bokap gue.. Tadinya sih gue hampir diadopsi sama..., Gue dulu hampir jadi kakaknya Gracia lho, sepupu gue yang selalu lo cemburuin itu, hehe"
"Eh?!! ENGGAK, YA.. SIAPA YANG CEMBURU!!"
"Ssttt.. Jangan teriak-teriak. Ketularan Christy ya" gue coba mengingatkan Aya. "Yaahh, gitu.. Gue hampir jadi kakaknya Gracia. Tapi berhubung waktu itu udah ada Gracia, ada adeknya Gracia juga. Terus nyokapnya Gracia lagi hamil juga.. Ya akhirnya nggak jadi"
Gue sempet mikir, gimana ya kira-kira kalo seandainya gue beneran jadi kakaknya Gracia? Gimana kalo seandainya waktu itu Gracia belom punya adek sama sekali.
Mungkin di kehidupan yang lain gitu, jalan cerita hidup gue bakalan jauh berbeda dengan apa yang terjadi sama gue sekarang ini. Gracia jadi adek gue gitu, bener-bener cuma Gracia yang jadi adek gue. Maksud gue, meskipun gue jadi kakaknya, asalkan bukan kandung gapapa kan. Oke, lupakan..
"Dan kemudian berakhirlah gue di keluarga yang sekarang ini" gue menutup cerita. "Karena pada saat itu nyokapnya Christy juga udah lama nggak hamil-hamil"
"Ohh..., Eh?"
"Dan begitu gue diangkat anak, beberapa bulan kemudian akhirnya nyokapnya Christy bisa ham--"
"Bentar!!" Aya motong. "Lo tadi yang bilang kalo begitu ada lo??"
"Iya. Kenapa emang?" gue heran kok ekspresi Aya sekarang keliatan bingung gitu.
"Terus kak Gery?"
Oh, iya.. Gue belum nyeritain soal si makhluk astral satu itu.
"Gue udah pernah bilang kan kalo gue sama Christy itu bukan saudara kandung.. Nah, sebenarnya kami bertiga bukan saudara kandung" akhirnya kebenaran terungkap. "Dan cuma Christy yang anak kandung.."
Gue sama makhluk astral satu itu sama-sama anak angkat. Jadi sebelum gue diangkat anak, si makhluk astral itu diangkat anak duluan. Kan tadi gue udah jelasin kalo nyokapnya Christy itu lama nggak bisa hamil-hamil, nah mereka ke panti asuhan buat adopsi anak, maksudnya buat jadi anak pancingan.
Tapi ya berhubung umpannya kayak gitu, susah dapetnya. Buktinya begitu gue yang diangkat anak, nggak lama kemudian langsung hamil. Dan hasilnya secakep Christy.
Nah, sekarang kalian makin paham kan kenapa gue nggak suka sama itu makhluk astral satu. Maksud gue, sama-sama bukan anak kandung, kenapa dia lebih songong.
"Bentar deh, kalo berdasarkan hitungan gue.. Orangtua lo kecelakaan, lo diangkat anak, terus ga lama tante--"
"Ikut gue.." gue kembali ngajak Aya jalan menyusuri area pemakaman ini.
Kali ini Aya nggak banyak nanya kayak tadi, mungkin dia udah paham pas tadi gue nyuruh dia buat nyiasin bunganya dikit. Dan, setelah berjalan agak lumayan jauh, akhirnya kami nyampe juga.
"Nah, ini.. Adek gue yang satu lagi" ucap gue lagi sembari menatap ke arah sebuah batu nisan kayak tadi, bedanya kali ini cuma satu. "Kakaknya Christy" tambah gue. Tapi kalo ada dia, Christy kayaknya belom tentu ada deh.
"Tunggu maksudnya?"
"Setelah gue diangkat anak, ga lama kemudian nyokapnya Christy emang langsung hamil.. Tapi belom sempet dia ini lahir, udah keguguran" gue jelasin.
"Astaga.." Aya menutup mulutnya seolah tak percaya.
Gabriel, nama 'adek' gue yang satu ini. Terus si makhluk astral itu dengan pedenya ngasih nama panggilan Gaby. Biar mirip sama nama dia kali.. Gery dan Gaby. Jijik.
Kalo nama panggilan dari gue sih beda. Gabriel dipanggil Gaby itu udah terlalu mainstream. Jadi nama panggilan dari gue adalah..., Brielle.
Biar mirip sama nama gue, Brian dan Brielle. Hehehe.
Setelah berdoa dan menaburkan bunga kayak sebelumnya. Gue dan Aya pun segera berdiri dan berjalan pergi ke tempat dimana motor gue diparkir.
"Kita masih harus ke satu tempat lagi" ucap gue begitu kami berdua udah di atas motor.
"Kuburan siapa lagi?" tanya Aya yang enggak gue jawab dan cuma gue tanggepi pake senyuman. "Eh?!! Beneran mau ke kuburan lagi? Bby??!!!"
~~~
"Bby, gue mau nanya.." Aya kembali membuka obrolan pas kami udah sampe di area pemakaman yang lain. Tempat ini beda sama yang tadi. Alasannya ya..., mungkin kalian bisa nebak sendiri.
"Dhea Angelia.. Gabriel Angelina.." gue bergumam menyebutkan nama adek-adek gue. "Dan satu lagi..,"
Kemudian gue sengaja menggantungkan kalimat gue pas kami udah nyampe di depan sebuah nisan yang memang jadi tujuan kami kesini.
"Syahfira Angela?" gumam Aya menyebutkan nama yang tertulis di batu nisan itu, sekaligus juga melanjutkan kalimat gue tadi.
"Sekarang lo paham kenapa gue manggil adek gue itu Christy, bukannya Angel" ucap gue. "Karena itu ngingetin gue sama mereka ini"
"Ini adek lo juga?" Aya bertanya.
Gue cuma menggeleng pelan.
"Fira itu cewek yang pernah paling gue sayangi, paling gue cintai" jawab gue kemudian. "Sekaligus cewek paling jahat di hidup gue"
"Eh??"
"Pas gue kehilangan orangtua gue, kehilangan Dhea, kehilangan Brielle.., Pas gue berada di titik terendah gue, dia tiba-tiba hadir di hidup gue seolah ngasih cahaya di tengah kegelapan" gue mulai bercerita lagi. "Fira ga pernah janji apa-apa ke gue. Cuma satu janji yang pernah dia ucap, janji untuk selalu ada buat gue. Tapi ga sampe seminggu setelah dia ngucapin janji itu, dia justru pergi dari hidup gue selamanya.."
"Bby, tapi dia kan--"
"Dia kena kanker, Zee" potong gue. "Maksud gue kalo dia udah tau ga akan bisa nepatinnya, jangan bikin janji kayak gitu"
"Bby.." Aya mulai menggenggam tangan gue. "Tapi kan sekarang udah ada--"
"Gue kayak dikutuk tau, Zee" potong gue lagi. "Semua orang yang gue sayangi, justru pergi dari hidup gue. Bener-bener pergi. Hilang.. Selamanya. Seolah-olah dunia ini ga ngijinin gue buat bahagia"
Kali ini Aya cuma bisa diem dengerin gue.
"Gue ga mau ngalamin hal itu lagi, kehilangan seseorang yang gue sayang. Tapi masalahnya..," gue membalas genggaman tangan Aya dengan erat sambil nengok ke arahnya. "Gue sekarang udah terlanjur sayang sama seseorang"
-つづく-
Tahanan-Malam
Suka Semprot
- Daftar
- 7 Oct 2020
- Post
- 2
- Like diterima
- 3
Terimakasih
syhfrangela
Semprot Lover
- Daftar
- 30 Dec 2019
- Post
- 244
- Like diterima
- 185
E..eehhh??!!!
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
