Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Terjebak di Amanika

Siapa tokoh perempuan favorit kalian di cerita ini?

  • Karina

  • Nabila

  • Gendis

  • Widi

  • Rini


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
menarik ceritanya
 
Part 21: Tergoda

Beberapa jam sebelum Pak Harso dan Nabila terbujur lemas setelah permainan cinta keduanya yang begitu liar di tengah hutan, Tomi dan Gendis tampak masih sama-sama berdiri, sambil terpana melihat keindahan tubuh lawan jenis mereka masing-masing.

Setelah menjemur pakaian yang telah mereka tanggalkan di dekat api unggun, Tomi langsung memfokuskan pandangannya pada tubuh montok Bu Gendis yang begitu menggiurkan. Ia pun sampai harus menelan ludah karena begitu indahnya tubuh perempuan tersebut di matanya.

Semalam, keduanya memang telah melakukan persetubuhan pertama mereka. Namun, kondisi gelap membuat keduanya tidak bisa melihat jelas bentuk tubuh pasangannya, dan hanya bisa meraba-raba kelembutannya. Sedangkan siang ini, mereka berdua bisa menyaksikan dengan jelas keindahan yang selama ini hanya bisa mereka bayangkan tersebut.

Gendis-1.jpg

"Kenapa melihat Ibu seperti itu, Tom? Ada yang salah?" Tanya Gendis menggoda sambil memasang senyum termanisnya.

Tomi pun tersenyum, sambil perlahan berjalan mendekati perempuan yang jauh lebih dewasa dari dirinya tersebut. "Tidak ada yang salah dari tubuh Ibu. Semuanya sempurna," ujar Tomi.

Tubuh mereka berdua kini telah begitu dekat. Tanpa canggung, Tomi berjalan mengelilingi tubuh Bu Gendis sambil menatapnya dengan nafsu dari atas hingga bawah.

Bu Gendis yang kini hanya mengenakan bra dan celana dalam berwarna hitam harus mengakui bahwa udara di pinggir sungai itu terasa cukup dingin. Namun entah mengapa, tatapan Tomi bisa membuat tubuhnya menghangat, sehingga lupa akan ketelanjangan dirinya. Apalagi pria berwajah tampan itu kini juga sudah menanggalkan seluruh pakaiannya, dan hanya menyisakan celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Tomi kemudian memposisikan dirinya tepat di belakang perempuan berambut panjang tersebut. Ia mengelus kedua lengan Gendis sebelah kiri dan kanan dengan jemarinya, dari atas ke bawah. Lengan perempuan cantik itu terasa begitu halus, dengan bentuk yang berisi. Setelah puas, Tomi pun menggenggam telapak tangan Gendis dari belakang.

"Tubuh ibu benar-benar menggairahkan," bisik Tomi di telinga Gendis. Ia pun melanjutkannya dengan mengecup dan menjilat-jilat leher perempuan tersebut yang terbuka.

"Ahhhh .... Tooommmm ..." Gendis tampak memejamkan mata sambil mendongakkan kepala ke atas, demi meredam rasa geli yang ia rasakan saat lehernya bertemu dengan bibir Tomi yang hangat.

Desahan tersebut membuat Tomi justru makin bersemangat, dan mulai mengarahkan lidahnya ke telinga sebelah kanan Gendis, lalu berusaha masuk ke dalamnya. Diperlakukan seperti itu, tubuh perempuan cantik yang biasa mengenakan jilbab apabila keluar rumah tersebut pun bergetar. Semenjak kepergian sang suami tercinta, tidak ada satu pun lelaki yang pernah menyentuhnya, apalagi menjilat telinganya seperti itu. Wajar apabila tubuh Gendis pun merespon rangsangan yang diberikan Tomi terhadap salah satu bagian sensitifnya tersebut, lebih dari yang biasanya.

Tangan Tomi kemudian bergerak ke depan, demi bisa memeluk perempuan yang ada di hadapannya dan bermain-main dengan bagian tubuhnya yang lain. Tubuhnya pun sudah menempel dengan tubuh Gendis dari arah belakang, membuat perempuan berusia 30an tahun tersebut bisa merasakan betapa kerasnya kejantanan sang pria yang seperti menusuk-nusuk bokongnya.

Tanpa membuang waktu, Tomi langsung menyentuh bagian favoritnya, yang meski masih tertutup oleh bra berwarna hitam, tetap menunjukkan betapa indah payudara di baliknya. Awalnya Tomi hanya meremas lembut, tapi makin lama makin kencang seiring dengan libidonya yang kian naik.

"Ahhhh ... Tomiiii ..." desah Gendis yang sudah semakin terangsang.

Tomi pun menarik kepala sang perempuan, lalu mengecup mesra bibirnya yang ranum dari arah belakang. Gendis yang sudah mulai terbakar birahi pun membalas ciuman tersebut dengan liar. Ia mengeluarkan lidahnya yang sensual, demi menjemput lidah Tomi yang mulai berusaha untuk masuk ke dalam rongga mulutnya. Ciuman tersebut pun semakin panas seiring dengan makin kuatnya remasan tangan Tomi di buah dada Gendis.

Sang pria muda berwajah tampan tersebut seperti sudah tidak sabar untuk segera menuntaskan birahinya setelah pengalaman hidup dan mati yang baru saja ia rasakan. Dan sepertinya, Gendis juga merasakan hal yang sama. Dalam pikiran mereka, apa pun bisa terjadi setelah ini, sehingga apa salahnya memanfaatkan waktu untuk meraih kenikmatan dunia yang mungkin tidak akan bisa mereka dapatkan lagi setelah ini.

Tomi kemudian merebahkan tubuh Gendis di atas tanah, dan langsung menindihnya. Api unggun yang mulai membesar di dekat lokasi mereka berbaring memang membuat hangat, tetapi kehangatan yang lebih besar justru mereka rasakan dari rangsangan pasangan mereka masing-masing. Apalagi ketika Tomi telah melepas kaitan bra yang dikenakan Gendis, dan mulai menjilati puting payudara sang perempuan yang menonjol seksi.

"Ngghhhh ... kamu nakal sekali sih, Tom. Aku kan rekan kerja kamu di kantor. Apa kata orang kalau kita melakukan ini," ujar Gendis menggoda.

Tomi sempat kaget mendengar kata-kata tersebut, karena merasa Gendis seperti menolaknya untuk berhubungan intim. Namun ia kemudian merasa lega karena perempuan tersebut justru mengedipkan mata sambil tersenyum. Sepertinya perempuan tersebut memang ingin menggoda sang pria dengan menampilkan kesan seperti menolak, walau sebenarnya ia juga menginginkannya. Tomi pun berniat untuk mengikuti permainan Gendis.

"Gak usah dengerin apa kata orang, Bu. Yang penting kan Ibu bisa ngerasain kontol saya yang besar ini. Aku pengin banget bisa genjot Ibu pas lagi bikin laporan di kantor, boleh kan?" Bisik Tomi di telinga Gendis, sambil meremas-remas buah dadanya yang membusung indah ke atas.

Kata-kata tersebut membuat sang perempuan tampak kian tegang. Gendis pun langsung mengulurkan tangannya untuk mengusap-usap selangkangan Tomi yang masih tertutup celana dalam, tetapi terlihat sudah begitu penuh. Gendis tampak menggigit bibir bawahnya, seperti memberi kode kepada pria tampan yang tengah menindih tubuhnya untuk segera melakukan pergerakan.

"Kenapa Bu? Katanya tadi gak mau dinakalin? Kok kontol aku malah dielus-elus?" Goda Tomi sambil memberikan penekanan saat menyebut kata "kontol", seperti balas memberi kode kepada Gendis untuk mengusap kemaluannya lebih kencang.

Perempuan berambut panjang yang sudah mempunyai satu anak itu akhirnya merasa bahwa ia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Gendis pun menarik celana dalamnya ke bawah, dan melakukan hal yang sama terhadap celana dalam yang dikenakan Tomi. Seketika, rudal hidup milik sang pejantan muda pun langsung menjulang.

Tomi mengerti bahwa perempuan cantik yang sedang berbaring tersebut sudah sangat ingin dipuaskan. Pria tersebut kemudian kembari mencium bibirnya, memainkan putingnya dengan gerakan memutar, dan mulai menyentuhkan kepala penisnya ke bibir vagina Gendis.

"Sudah lama saya ingin menyetubuhi kamu Bu Gendis, dara paling cantik di tim administrasi. Karena itu, biarkan kontolku menusuk tubuhmu, ya," ujar Tomi dengan nada sensual.

"Jangan, Tom. Aku gak mau ... Kamu tahu aku bukan pelacur yang bisa kamu bayar untuk memuaskan nafsu kamu. Aku .... Ahhhhh."

Kata-kata Gendis tertahan oleh kemaluan Tomi yang mulai memasuki liang senggamanya yang hangat. Pria tersebut pun langsung menggenjot pinggulnya ke arah sang perempuan, memberikan kepuasan yang lebih dari yang mereka rasakan semalam.

"Yakin Bu gak mau? Kontol ini sudah memuaskan banyak perempuan lho, dan sekarang giliran Ibu yang akan dia puaskan, ngghhhhh ...."

"Nggak mau, Tom. Ibu nggak mau, ahhhh. Ibu sukanya cowok yang lebih tua, ibu gak suka brondong, ahhhhh ...."

Keduanya tampak menikmati persetubuhan sambil pura-pura menarik ulur rasa perhatian mereka tersebut. Bu Gendis pun langsung memeluk Tomi dan mengelus-elus punggung sang pria yang mulai berkeringat. Kakinya kini telah mengait di pinggul Tomi, seakan ingin pria tersebut memasukkan kejantanannya lebih dalam.

"Walau sudah beranak satu, memek Ibu masih sempit aja, ngghhh ..."

"Aku single mom yang setia, Tom ... Aku gak buka jasa memberikan kepuasan untuk cowok lain, apalagi brondong kayak kamu, nghhhh."

"Kalau gitu kenapa memek Ibu malah seperti mengisap-isap kontol aku? Ngghhhhh ..."

Tomi sepertinya kian bersemangat mendengar kata-kata binal dari sang bidadari yang tengah ia setubuhi. Ia pun mempercepat genjotan penisnya ke kemaluan Gendis, hingga tubuh sang perempuan sampai terguncang-guncang hebat.

"Aku ingin buatin dedek bayi untuk anak kamu, Bu Gendis ... Ahh, terima ini janda idamanku."

"Jangan Tom, jangaaannn ..." Ujar Bu Gendis yang justru mengatakannya sambil menarik tubuh Tomi agar semakin menindih tubuh indahnya. "Aku gak sudi nerima sperma penuh dosa milikmu, hhmmmpppffff."

"Rasakan ini Bu Gendis binal ... Aaaaaahhhhhhhhhhh."

"Aanngggghhhhrrrrrr ..."

Tomi akhirnya tidak mampu menahan libidonya dan langsung menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dinding vagina Gendis. Setelah itu, ia langsung kehilangan stamina dan ambruk di atas tubuh sang perempuan. Gendis yang juga begitu menikmati persetubuhan itu hanya sambil menarik wajah sang pria, lalu mencium bibirnya.

***​

Di belahan lain bukit Amanika, rombongan Pak Doni, Pak Karjo, Widi, dan Rini, masih melanjutkan perjalanan mereka. Setelah kembali menemui Pak Doni dan Widi yang beristirahat, Rini pun menjelaskan tentang apa yang mereka temukan.

Widi-1.jpg

Rini-1.jpg

"Jadi dari yang aku lihat di atas sana, kita sebenarnya sedikit salah jalan. Jalan yang kita tempuh sebelumnya justru membuat kita mendekat ke daerah Tukatu," ujar perempuan muda berparas ayu tersebut.

"Lalu seharusnya kita ke mana?" Tanya Pak Doni.

"Menurut perkiraanku, kita hanya perlu kembali sedikit ke jalan yang kita lalui sebelumnya. Saat buktinya sudah sedikit rata, kita harus belok kiri," jelas Rini.

"Betul begitu, Pak Karjo?" Pak Doni tampak sedikit tidak yakin dengan penjelasan adik dari Widi tersebut.

"Mohon maaf, Pak. Saya tidak terlalu paham ilmu-ilmu seperti ini. Tapi dari logika saya, memang betul bahwa kita seharusnya mengarah ke kiri untuk kembali ke Indonesia, bukan ke kanan," jelas Pak Karjo yakin.

"Baiklah, mau jalan sekarang? Atau masih capek?" Ujar Pak Doni sambil melirik penuh arti ke arah Widi.

"Aku sudah baik-baik saja, kok. Kita bisa jalan sekarang," jawab Widi.

Sepanjang perjalanan, Pak Doni tampak mencuri-curi kesempatan untuk bisa memandang ke arah Widi yang berjalan tepat di belakangnya. Sang perempuan pun tampak menyadari hal tersebut dan balas memberikan senyuman penuh arti ke arah sang pria yang sudah tidak berusia muda tersebut. Dalam hati, keduanya seperti punya energi tambahan untuk bisa lekas kembali ke tanah air.

Yang mereka tidak tahu, di belakang mereka Rini dan Pak Karjo pun melihat gelagat tersebut dan sering memberi kode satu sama lain ketika Pak Doni berkali-kali menoleh ke belakang atau sedikit berlebihan membantu Widi melewati perjalanan. Namun keduanya pun tidak mau merusak suasana tersebut, dan ingin fokus menyelamatkan diri mereka terlebih dahulu dari wilayah Tukatu ini.

Cukup lama mereka berempat menyusuri jalan yang menurut Rini dan Pak Karjo akan membawa mereka semua kembali ke daerah Indonesia. Hingga kini, hari telah beranjak malam dan mereka pun harus memperlambat kecepatan mereka berjalan agar tidak mengalami masalah seperti tak sengaja terperosok ke jurang atau tersandung bebatuan.

"Sssstttt ... Berhenti dulu," ujar Pak Doni tiba-tiba dengan suara setengah berbisik. Ia pun menempelkan jari telunjuknya di bibir, mengingatkan para rekan-rekannya untuk tidak berbicara satu patah kata pun.

"Ada apa, Pak?" Tanya Widi.

"Iya, memangnya Bapak mendengar atau melihat sesuatu?" Rini pun tampak tidak sabar.

"Sudah, kalian diam dulu. Pak Karjo, sini ke depan sebentar," ujar Pak Doni memanggil temannya yang selama perjalanan memang berada di posisi paling belakang, untuk menjaga mereka semua.

Begitu Pak Karjo bergabung dengannya, Pak Doni pun mulai membisikkan sesuatu ke telinga temannya tersebut, sambil menunjuk ke sebuah arah. Mereka pun tampak berdiskusi sebentar, sebelum kembali menghadap ke dua orang rekan perempuan mereka.

"Sebenarnya ada apa sih, Pak Doni, Pak Karjo?" Tanya Widi tidak sabar.

"Jadi begini, kalian lihat ada semacam patok beton yang berada di ujung sana?" Ujar Pak Doni sambil menunjuk ke arah yang tadi ia diskusikan dengan Pak Karjo.

Widi dan Rini pun berusaha memperhatikan arah yang ditunjuk oleh Pak Doni. Kondisi langit yang gelap membuat mereka sedikit kesulitan untuk melihat kondisi sekitar. Tapi jelas ada sesuatu berbentuk unik yang bukan merupakan sebuah pohon, berdiri di sana.

"Aku lihat," ujar Rini. "Memang itu apa, Pak?"

"Menurut prediksi asal-asalan aku, itu adalah patok perbatasan Indonesia dan Tukatu. Aku sempat melihatnya saat perjalanan dengan mobil ke arah bukit Amanika ini."

"Hah yang benar Pak? Berarti kita sekarang sudah selamat?" Ujar Widi setengah berteriak.

"Lalu apa yang kita tunggu, Pak. Ayo segera berlari ke sana," lanjut Rini bersemangat.

"Sssssttt .... jangan berisik. Kalian ini terlalu gegabah," ujar Pak Doni yang langsung membuat kedua perempuan tersebut ciut. "Apabila di sana benar perbatasan Indonesia dan Tukatu, kemungkinan besar tempat tersebut kini telah dijaga oleh tentara Tukatu, apalagi setelah kejadian kemarin."

"Betul, apabila kita langsung lari melewatinya dan terlihat oleh mereka, bisa jadi malah kita diberondong peluru dan mati di tempat seperti Raymond dan Johan," tambah Pak Karjo.

Widi dan Rini akhirnya mengerti alasan mengapa mereka harus berhenti di tempat mereka berada saat ini, dan mengurangi suara berisik.

"Lalu kita harus bagaimana? Tidak mungkin diam di sini saja kan?" Tanya Widi.

"Aku dan Pak Karjo sudah berdiskusi. Jadi kalian lebih baik tunggu di sini, karena sepertinya tempat ini cukup tersembunyi. Yang penting ingat, jangan berisik. Sedangkan kami berdua akan coba mensurvei area sekitar perbatasan tersebut untuk memeriksa apakah ada penjaga yang sedang patroli di sana atau tidak. Setelah itu, kami akan kembali ke sini untuk menjemput kalian."

Widi dan Rini pun saling berpandangan tanpa berbicara apa-apa, tetapi keduanya sepertinya sepakat dengan hal itu dan mengangguk ke arah Pak Doni dan Pak Karjo.

"Baiklah kalau begitu, kalian tunggu sebentar ya."

Widi dan Rini pun memutuskan untuk duduk di sebuah undakan dan saling bergenggaman tangan. Keduanya memang terkenal sebagai pasangan kakak beradik yang kompak. Namun kejadian di bukit Amanika ini benar-benar menguji kebersamaan mereka berdua. Sesekali keduanya melihat kondisi di sekitar mereka, terutama apabila ada suara asing yang terdengar. Namun sejauh ini, semuanya tampak aman-aman saja.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara dari arah depan mereka, membuat Widi dan Rini bersiap untuk menyerang apabila tentara Tukatu datang. Namun ternyata itu adalah suara Pak Doni dan Pak Karjo yang telah kembali. Kedua perempuan cantik itu pun merasa lega.

"Jadi bagaimana, Pak? Aman kan?" Tanya Widi mendesak.

"Hmm, sebenarnya tidak begitu aman, Wid. Kami melihat ada beberapa penjaga yang sedang berpatroli di sekitar sana," jawab Pak Doni.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Kini giliran Rini yang bertanya. Ia sudah merasa khawatir tidak akan bisa kembali ke tanah air.

"Kami mempunyai rencana. Dan semoga saja ini berhasil, sehingga kita semua bisa selamat," ujar Pak Karjo.

Mereka pun saling bertatapan, berusaha untuk tidak berpikir bahwa momen ini adalah kali terakhir mereka melihat wajah rekan mereka dalam keadaan hidup dan sehat.

(Bersambung)
 
Bimabet
Suhu kita yg satu ini memang tauuu ajah cara bikin fans nya senang riang gembira. Sama spt di karya sblmnya, setelah lama absen, begitu muncul, lgsg dibayar cash lunas ama update beruntun yg mantap pake banget. Terbaik Hu. Mantaaap
Makasih updatenya Suhu @fathimah
Ah ternyata Gendis juga nakal yak hohoho... adegan SS nya singkat, padat dan crotable hohoho...
Ngebayangin klo mrk semua selamat balik ke Indo, penasaran dgn kisah perjalanan benih yg ada di rahim Nabila, Gendis dan Bu Suyati nih wkwkwk... eh semoga Widi dan Rini juga dapet jatah benih masing-masing yaaa. Jd kelimanya ada kenang2an indah yg dibawa di rahim masing-masing dr liburan di Tukaku hehehe...
Klo diperhatikan, Suhu @fathimah di karya yg ini ngasih semproter paket lengkap loh. Ada gadis perawan tingtingnya, ada gadis rasa janda (kayaknya hehehe), ada binor muda belum punya anak, ada janda muda dengan anak 1, ada binor STW yg diem2 kesepian. Kan semua lg hot2nya. Bikin Nubie ser ser ser croot wkwkwk... tp tetep sih, Binor muda yg blm punya anak yg paling bikin Nubie ngeces mah hahahaa....
Semangat Hu
Soalnya kasian ama Widi masih ngegantung tuh bbrp kali gagal eksekusi. Rini juga kayaknya udah gak sabar pengen buka segel ama laki2 matang bernama Pak Karjo. Btw, nama Karjo nie di forum tercinta termasuk nama hoki yak. Selalu ajah dapet prewi nan semok dan cuakep wkwkwk...
Monggo dilanjut
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd