misternobody
Semprot Addict
- Daftar
- 28 Jan 2018
- Post
- 490
- Like diterima
- 2.275
Hallo semuanya. Setelah beberapa cerita yg akhirnya tidak bisa dilanjutkan, pertamanya gue ucapkan maaf. Satu dan lain hal kenapa tidak lanjut karena memang lapaknya kurang rame dan membuat gue sebagai penulis menjadi skeptis bahwa ceritanya bagus.
Dan kali ini, gue kembali mencoba untuk membuat cerita. Cerita ini sedikit banyaknya menggambarkan kehidupan pribadi gue di dunia pekerjaan. Ada kejadian yg real, namun juga ada yg fiksi. Semoga ada yg menyukai.
Oke, seperti biasa gue selalu menulis dari POV seorang wanita. Karena gue rasa POV seorang wanita bisa membuat sebuah rasa yg lebih bagi para pembaca pria tanpa mengurangi rasa hormat kepada para perempuan disini.
Oke. Mulai, ya.
Untuk judul jujur belum tahu apa, tapi semuanya berhubungan dengan FWB.
1. Perkenalan
Hallo semuanya, kenalin namaku Ananda. Ananda awalya tepatnya, bisa ditebak ya aku anak keberapa.
Aku adalah fresh graduate dari salah satu universitas swasta di kota kembang dan sekarang aku baru saja bekerja di sebuah kantor bidang distribusi barang yg cukup dibutuhkan sehari-hari.
Posisiku sendiri adalah administrasi di bagian penjualan atau marketing yg disana berhubungan dengan dunia sales.
Oke, itulah sedikit ilustrasi diriku.
Tempat ku bekerja terletak di sebuah kawasan pergudangan yg berada di jl Kopo Bandung.
Akan ku cerita sedikit dulu kehidupan pribadiku.
Aku sendiri orang yg cukup supel dalam bergaul dan dikenal oleh masyarakat luas sebagai anak baik.
Namun disatu sisi aku punya kepribadian yg tidak diketahui orang lain, aku mempunyai sedikit nafsu yg berlebih dalam hal seksual. Aku sendiri mempunyai akun alter di medsos twit**ter yg isinya base untuk mencari teman untuk melampiaskan hawa nafsu.
Aku cukup sering melakukan percakapan yg nakal dengan pria yg ku temui disana, namun hanya sebatas itu.
Jujur, aku sudah tidak perawan lagi. Semuanya ku berikan kepada mantanku dulu saat kuliah, namun sampai saat ini hanya dia seoranglah yg pernah menikmati tubuhku.
Tempat kerjaku terdiri dari dua tempat, yaitu kantor pusat dan gudang.
Kantor pusat sendiri berada di jalan Soekarno-Hatta setelah perempatan paling lama sedunia yaitu perempatan Carrefour dan aku di tempatkan di gudang yg aku sebutkan tadi.
Aku sendiri beralamatkan di Soreang.
Digudang sendiri diisi mayoritas pria, yaitu sekitar 25 orang yg terdiri dari 4 sales, 3 supir dan sisanya para helper dan ada satu orang spv yg mengatur kami semua.
Wanitanya hanya ada 5 orang, yaitu aku bagian mengurus tagihan sales. Dan sisanya bagian pembuatan faktur dan pengecekan barang.
Aku sendiri lumayan akrab dengan semua karyawan disana, bahkan aku lebih sering ikut mengobrol dengan para karyawan pria disana.
Terkadang mereka suka melemparkan jokes nakal kalau sedang berada di dekatku. Aku terkadang menanggapinya yg sepertinya membuat mereka semakin penasaran kepadaku hehe.
Di dunia alter sendiri, kebanyakan aku menemui orang yg hanya selewat saja untuk mengobrol satu malam dan malam lain bertemu dgn yg lain.
Tapi ada satu yg dari pertama bertemu sampai sekarang masih sering menghubungi ku, bahkan dia terbilang perhatian kepadaku.
Namanya Rangga, aku gak tahu itu nama aslinya atau bukan. Dia tinggal di Bogor dan untuk pertama kalinya malam tadi aku dan dia melakukan vcs setelah bujukan dia yg membuatku nafsu banget. Bahkan pagi tadi aku mengirimkan foto nude ku kepada dia. Entahlah aku menjadi percaya kepadanya.
Di tempat kerja aku menjadi kurang fokus karena memikirkan dia terus. Ada rasa yg masih belum terlepaskan menurutku. Namun disatu sisi aku dan dia sekarang semakin intim. Bahkan dia sudah memanggilku sayang.
Saat aku sedang melamun, lalu ada yg menepok pundakku.
"Heh ngelamun aja", kata orang itu.
"Eh, bapak. Maaf maaf, knpa pak?", Jawabku kepada dia.
Dia adalah Pak Anwar, seorang sales senior disini.
"Minta data yg kontra bon, kenapa kamu melamun? Mikirin nikah?", Katanya sembari bercanda.
"Haha ngga pak, sebentar pak", kataku lalu dia duduk di depan mejaku.
"Disini banyak cowoknya, masa gada yg suka satupun nanda", katanya.
"Hahah mereka mah hareureuy hungkul pak, males"
"Atuh minimal dapet buat jajan na herey ge", timpalnya lagi
"Hah jajan apa pak?", Kataku sembari memberikan data yg dia minta
"Coba kamu tanya teh dewi aja", katanya lalu pergi dari mejaku.
Aku diam saja dengan pertanyaan yg belum terjawab yaitu ada apa dengan teh dewi.
Beberapa hari berlalu, semua berjalan dgn normal. Rangga masih sering menghubungi ku, pekerjaan juga normal-normal saja.
Sampai satu siang, aku sedang makan siang di mejaku karena aku membawa bekal. Teh Dewi menghampiri ku.
"Nan, kerjaan beres? Gak ada yg sulit?", Tanya nya seraya duduk di kursi sebelahku yg biasanya ditempati oleh Pak Bayu yg adalah spv bagian penjualan.
"Aman teh, ya gini aja kadang masih suka ketuker tokonya aja"
"Wajarlah, belum lama juga kamu kan kerja disini, teteh ikut makan sini ya", katanya seraya membuka bungkusan yg ia bawa.
"Iya teh, mangga", kataku sambil melanjutkan makan ku.
Lalu kamipun kembali makan, diselingi beberapa percakapan.
"Masalah lingkungan kerja gimana disini? Bikin nyaman gak?"
"Nyaman aja teh, enak gak saling sikut keliatan nya"
"Iya, ya. Disini sih enak, karna ya fair lah tiap divisi yg di gudang atau di kantor spv nya bisa ngerti. Jadi HR nya gak nyepelein karyawan"
"Iya ya teh, teteh juga kayanya dah enak aja gitu kerjanya, gak banyak nuntut juga pak bayu ya"
"Iya, kalo Bayu emang gitu. Dia kalo udah percaya dan selama kerjaannya aman ya bakal santai aja gak gimana2"
"Iya teh, teteh ge kayanya deket banget ya"
"Kan istrinya itu temen teteh, jadi deket. Kamu juga kayanya gampang deket sama karyawan sini, laki-laki sini kayanya pengen nempel terus", ucapnya sambil tertawa.
"Haha, ya aku mah gak pilih2 teh, kalo ada yg ajak ngobrol ya respon aja selama sopan mah"
"Ohh, gitu. Kirain nyari benefit lain nand", katanya.
"Hah maksudnya teh?", Ucapku penuh tanda tanya dan penasaran.
"Masa gak ngerti ah", katanya.
Oh, ya FYI, teh dewi adalah wanita berumur sekitar 30 tahun. Seorang wanita karir yg cukup mapan menurutku.
Dia mempunyai seorang suami yg bekerja sebagai guru, penampilan dia juga modis dengan bentuk tubuh yg menurutku ideal untuk seorang wanita.
"Hehe, takut salah persepsi teh", ucapku menimpali dia lagi.
"Aduhh, tar deh jelasinnya ya. Sore pas mau balik", katanya.
Lalu diapun berlalu begitu saja.
Tak lama, datang lah pak Bayu ke meja sebelahku yg tadi ditempati teh dewi untuk makan.
"Udah makan nanda?", Tanyanya lalu memeriksa berkas yg ada di atas mejanya.
Untuk denah kerjaku sendiri, karena ini gudang yg bentuknya ruko dengan ada ruangan atas dengan satu kamar.
Ruangan nya sendiri hanya ditempati aku dan pak Bayu, lalu kamar nya di buat menjadi tempat penyimpanan berkas.
Sedangkan yg lainnya ada dilantai bawah karena untuk memudahkan pengecekan barang dan pembuatan faktur.
"Eh, udah pak", kataku.
"Jam 2 kamu ikut saya, ke kantor ya. Beresin aja tas kamu, takutnya nanti pulang langsung dari kantor", katanya.
Pak Bayu sendiri orangnya sekitar 39 tahunan, seumur dengan teh dewi. Penampilan dia sendiri sebagai seorang pria menurutku keren, dia selalu casual dengan outfitnya. Dan kata dewi, istrinya pak bayu adalah seorang model juga. Mungkin itu juga yg membuat pak bayu yg menurutku mempunyai karisma.
Sekitar jam 2, aku udah membereskan semua perlengkapan. Aku sudah menunggu di depan gudang. Lalu datang satu herper bernama Ardi.
"Mau kemana teh? Izin?", Katanya. Dia memanggilku teteh.
"Nggak, nunggu pak Bayu ini. Katanya ada meeting ke kantor", katanya.
Posisiku duduk di kursi depan dan dia sedang membersihkan kaleng di dekat kursi yg ku duduki karena ada keran air.
"Ohh, teh.. minggu ini kosong gak?", Tanyanya.
"Hah kosong apa?"
"Aku mau ngajak jalan teteh, tapi malu euy", katanya.
"Haha, jalan kemana? Kenapa malu?"
"Gatau sih, malu aja teh. Asa minder", katanya.
"Nanti aku kontek lagi kalo kosong ya", kataku.
Lalu pak Bayu keluar dari dalam bersama teh dewi.
"Udah siap?", Kata dia.
"Udah pak", katanya.
Lalu dia menyapa Ardi terus berjalan ke mobil CRV dia.
Lalu kami bertiga pergi ke kantor pusat.
Sekitar setengah 3, kami sampai disana. Disana kami langsung meeting.
Meeting berkaitan dengan masalah salah satu sales yg kabur dan menggelapkan uang perusahaan. Yg membuat divisi kami tersorot.
Pak Bayu terus ditekan oleh direksi, saya dan teh dewi hanya mendengarkan.
Sampai satu solusi adalah mengharuskan pak Bayu melakukan investigasi ke toko yg bermasalah karena uangnya di ambil oleh sales.
Tak terasa, meeting baru selesai sekitar jam 17.45. Perutku lapar.
"Nanda, jangan dulu pulang. Nanti saya antar", kata pak Bayu menghampiri.
"Eh, gausah pak. Saya pake gojek aja"
"Gapapa, sama dewi nanti saya antar", katanya.
"Iya, gapapa nanda, gausah sungkan", kata teh dewi menimpali dari belakang.
"Eh iya pak", kataku singkat.
Lalu aku berjalan menuju parkiran bersama teh dewi.
Sekitar jam 6 kami berangkat pulang.
"Eh, kita mampir dulu ke rumah ya. Makan disana, caca dah masak nih katanya", kata pak Bayu.
"Wah, boleh bay. Kamu gapapa kan nanda? Hubungi ortu kamu bilang ke rumah atasan dulu", kata teh dewi.
"Iya teh, aku mah ikut aja", kataku singkat lalu menghubungi mama ku.
Mama membalas iya.
"Trus gimana bay? Si pak riki kan gak ada", kata teh dewi memulai pembicaraan kembali.
Jalanan lumayan macet sore ini, kami tersendat kembali di lampu merah Kiaracondong.
"Fokus gue sih beresin ke toko nya dulu, urusan riki udah di handle sama bos besar", kata pak Bayu.
"Trus gimana ke toko?", Kata teh dewi kembali.
Aku tidak berani ikut pembicaraan mereka, wong aku cuma anak baru.
"Paling gue ke Sukabumi dulu aja ke tokonya gimana. Gue perlu lo ikut kesana ya sama si anwar paling buat backup area sana"
"Lah, jangan gue dong. Gue udah gaboleh sama misua keluar kotaan nih, curiga sekarang dia", imbuh teh dewi.
"Haha, lo sih kelakuan ngaco bet", kata pak Bayu.
Mereka masih asik membicarakan pekerjaan itu, aku hanya menainkan hp saja lalu beberapa saat kemudian teh dewi berkata.
"Gimana mau kan nanda?", Kata teh dewi seperti meminta validasi ku.
"Hah, mau apa teh? Maaf", kataku.
"Haduh maen HP terus sih", kata dia.
"Udah gapapa, gini Nanda. Tadi kan saya bilang saya perlu dewi dan anwar untuk ikut saya ke Sukabumi buat membereskan masalah yg terjadi. Tapi dewi gak bisa, gimana kalau kamu yg ikut kesana? Menginap tapi", kata pak Bayu.
"Iya Nanda, aman koq kalau sama dia. Semuanya ditanggung dari makan hotel sampai kamu mau beli permen aja ditanggung", kata teh dewi menimpal.
"Eh gimana ya pak, saya harus minta izin dulu ke orang tua mungkin", jawabku bingung.
"Iya bilang dulu aja, nanti juga saya ikut bilang ke orang tua kamu pas saya anterin pulang ya", kata pak Bayu.
"Eh, iya pak. Tapi kenapa harus bertiga pak? Gak cukupkah kalau hanya pak anwar?", Kataku
"Begini, saya perlu saksi untuk menyelesaikan masalah ini. Lalu anwar posisi nya juga sales, saya gak tau dia ikut terlibat dengan riki atau tidak. Juga saya perlu seorang saksi untuk memvalidasi apa yg terjadi nanti. Kenapa saya awalnya ingin membawa Dewi, ya karena saya percaya dia. Lalu dewi menawarkan kamu, saya pikir kamu anak baru disini, saya rasa tidak ada salahnya saya percaya sama kamu. Selama kamu bisa memegang kepercayaan saya, kamu bisa aja langsung mendapatkan kenaikan pangkat maupun gaji", kata dia menerangkan.
Aku hanya mengangguk saja. Aku rasa sih tidak masalah ya, apalagi semuanya bisa mempengaruhi karirku disini.
Lalu sekitar jam 7 mobil berbelok ke perumahan Batununggal tempat pak Bayu tinggal. Disana kita masuk ke salah satu komplek.
Komplek berisi rumah yg menurutku mewah.
Kami sampai di salah satu rumah dan mobil dipakir didalam. Disana ada seorang wanita tua yg membuka gerbang.
"Caca dah pulang bu?", Tanya pak Bayu.
"Udah mas", kata ibu itu.
Lalu pak bayu memberi isyarat untuk mengikuti nya kedalam rumah lewat pintu depan.
Lalu muncullah seorang wanita cantik, menyambut kami.
"Hey, baru pulang", kata dia.
"Eh dewi", lanjutnya.
Ya, yg ku tahu dia adalah ibu Caca, istri dari pak Bayu dan yg sempat aku singgung dia seorang model ya memang dia sangat cantik menurutku.
Sebagai ilustrasi caca.
Dia lalu sedikit memeluk tubuh pak Bayu dan
Cup
Bibir mereka bertemu.
Jujur aku agak kaget.
Pak Bayu sedikit mengelak yg kulihat.
"Malu ah, ada orang", kata dia pelan namun terdengar.
"Apaan si dewi doang kali", kata istrinya.
"Itu orang", kata pak Bayu menunjukku sembari tersenyum.
"Eh iya, hai kenalin aku Caca", kata dia lalu mendekati ku.
Kami bersalaman dan aku mengenalkan diri kepadanya.
Dia sangat ramah, jujur kesan pertama ku bertemu dengannya aku senang. Pembawaan nya sangat berkesan menurutku.
Kataku dalam hati, cocok banget sama pak Bayu yg kalem ya.
Lalu kamipun makan bersama. Yg aku kaget, ibu tua yg membukan pintu tadi ikut makan bersama kami dan kenapa aku kaget karena ternyata dia adalah ART disini. Aku tidak pernah mempunyai art dirumah, tapi dalam benakku jika mempunyai art ya kalau makan pasti berbeda tempat lah.
Sekitar jam setengah 9 aku berangkat darisana diantar pak Bayu pulang.
Sedikit lama karena aku menunggu dia mandi dulu dan aku mengobrol sama istrinya dan teh dewi.
Pak Bayu pun menjelaskan mau mengantarkan ku pulang karena rumahku yg lumayan jauh dan jadi telat karena ada meeting di kantor utama tadi.
Istrinya meng-iyakan penjelasan pak Bayu. Dan kami pun berangkat menggunakan kembali mobilnya.
Teh dewi sendiri diam dirumah pak Bayu menemani istrinya selagi menunggu suaminya menjemput kesana.
Awalnya aku mau masuk ke bagian belakang mobil seperti tadi sore.
Namun saat aku membuka pintu pak Bayu berkata.
"Di depan aja, saya bukan supirmu", katanya.
Aku hanya tersenyum lalu menuruti perintahnya.
Oke.. bersambung yaws
Dan kali ini, gue kembali mencoba untuk membuat cerita. Cerita ini sedikit banyaknya menggambarkan kehidupan pribadi gue di dunia pekerjaan. Ada kejadian yg real, namun juga ada yg fiksi. Semoga ada yg menyukai.
Oke, seperti biasa gue selalu menulis dari POV seorang wanita. Karena gue rasa POV seorang wanita bisa membuat sebuah rasa yg lebih bagi para pembaca pria tanpa mengurangi rasa hormat kepada para perempuan disini.
Oke. Mulai, ya.
Untuk judul jujur belum tahu apa, tapi semuanya berhubungan dengan FWB.
1. Perkenalan
Hallo semuanya, kenalin namaku Ananda. Ananda awalya tepatnya, bisa ditebak ya aku anak keberapa.
Aku adalah fresh graduate dari salah satu universitas swasta di kota kembang dan sekarang aku baru saja bekerja di sebuah kantor bidang distribusi barang yg cukup dibutuhkan sehari-hari.
Posisiku sendiri adalah administrasi di bagian penjualan atau marketing yg disana berhubungan dengan dunia sales.
Oke, itulah sedikit ilustrasi diriku.
Tempat ku bekerja terletak di sebuah kawasan pergudangan yg berada di jl Kopo Bandung.
Akan ku cerita sedikit dulu kehidupan pribadiku.
Aku sendiri orang yg cukup supel dalam bergaul dan dikenal oleh masyarakat luas sebagai anak baik.
Namun disatu sisi aku punya kepribadian yg tidak diketahui orang lain, aku mempunyai sedikit nafsu yg berlebih dalam hal seksual. Aku sendiri mempunyai akun alter di medsos twit**ter yg isinya base untuk mencari teman untuk melampiaskan hawa nafsu.
Aku cukup sering melakukan percakapan yg nakal dengan pria yg ku temui disana, namun hanya sebatas itu.
Jujur, aku sudah tidak perawan lagi. Semuanya ku berikan kepada mantanku dulu saat kuliah, namun sampai saat ini hanya dia seoranglah yg pernah menikmati tubuhku.
Tempat kerjaku terdiri dari dua tempat, yaitu kantor pusat dan gudang.
Kantor pusat sendiri berada di jalan Soekarno-Hatta setelah perempatan paling lama sedunia yaitu perempatan Carrefour dan aku di tempatkan di gudang yg aku sebutkan tadi.
Aku sendiri beralamatkan di Soreang.
Digudang sendiri diisi mayoritas pria, yaitu sekitar 25 orang yg terdiri dari 4 sales, 3 supir dan sisanya para helper dan ada satu orang spv yg mengatur kami semua.
Wanitanya hanya ada 5 orang, yaitu aku bagian mengurus tagihan sales. Dan sisanya bagian pembuatan faktur dan pengecekan barang.
Aku sendiri lumayan akrab dengan semua karyawan disana, bahkan aku lebih sering ikut mengobrol dengan para karyawan pria disana.
Terkadang mereka suka melemparkan jokes nakal kalau sedang berada di dekatku. Aku terkadang menanggapinya yg sepertinya membuat mereka semakin penasaran kepadaku hehe.
Di dunia alter sendiri, kebanyakan aku menemui orang yg hanya selewat saja untuk mengobrol satu malam dan malam lain bertemu dgn yg lain.
Tapi ada satu yg dari pertama bertemu sampai sekarang masih sering menghubungi ku, bahkan dia terbilang perhatian kepadaku.
Namanya Rangga, aku gak tahu itu nama aslinya atau bukan. Dia tinggal di Bogor dan untuk pertama kalinya malam tadi aku dan dia melakukan vcs setelah bujukan dia yg membuatku nafsu banget. Bahkan pagi tadi aku mengirimkan foto nude ku kepada dia. Entahlah aku menjadi percaya kepadanya.
Di tempat kerja aku menjadi kurang fokus karena memikirkan dia terus. Ada rasa yg masih belum terlepaskan menurutku. Namun disatu sisi aku dan dia sekarang semakin intim. Bahkan dia sudah memanggilku sayang.
Saat aku sedang melamun, lalu ada yg menepok pundakku.
"Heh ngelamun aja", kata orang itu.
"Eh, bapak. Maaf maaf, knpa pak?", Jawabku kepada dia.
Dia adalah Pak Anwar, seorang sales senior disini.
"Minta data yg kontra bon, kenapa kamu melamun? Mikirin nikah?", Katanya sembari bercanda.
"Haha ngga pak, sebentar pak", kataku lalu dia duduk di depan mejaku.
"Disini banyak cowoknya, masa gada yg suka satupun nanda", katanya.
"Hahah mereka mah hareureuy hungkul pak, males"
"Atuh minimal dapet buat jajan na herey ge", timpalnya lagi
"Hah jajan apa pak?", Kataku sembari memberikan data yg dia minta
"Coba kamu tanya teh dewi aja", katanya lalu pergi dari mejaku.
Aku diam saja dengan pertanyaan yg belum terjawab yaitu ada apa dengan teh dewi.
Beberapa hari berlalu, semua berjalan dgn normal. Rangga masih sering menghubungi ku, pekerjaan juga normal-normal saja.
Sampai satu siang, aku sedang makan siang di mejaku karena aku membawa bekal. Teh Dewi menghampiri ku.
"Nan, kerjaan beres? Gak ada yg sulit?", Tanya nya seraya duduk di kursi sebelahku yg biasanya ditempati oleh Pak Bayu yg adalah spv bagian penjualan.
"Aman teh, ya gini aja kadang masih suka ketuker tokonya aja"
"Wajarlah, belum lama juga kamu kan kerja disini, teteh ikut makan sini ya", katanya seraya membuka bungkusan yg ia bawa.
"Iya teh, mangga", kataku sambil melanjutkan makan ku.
Lalu kamipun kembali makan, diselingi beberapa percakapan.
"Masalah lingkungan kerja gimana disini? Bikin nyaman gak?"
"Nyaman aja teh, enak gak saling sikut keliatan nya"
"Iya, ya. Disini sih enak, karna ya fair lah tiap divisi yg di gudang atau di kantor spv nya bisa ngerti. Jadi HR nya gak nyepelein karyawan"
"Iya ya teh, teteh juga kayanya dah enak aja gitu kerjanya, gak banyak nuntut juga pak bayu ya"
"Iya, kalo Bayu emang gitu. Dia kalo udah percaya dan selama kerjaannya aman ya bakal santai aja gak gimana2"
"Iya teh, teteh ge kayanya deket banget ya"
"Kan istrinya itu temen teteh, jadi deket. Kamu juga kayanya gampang deket sama karyawan sini, laki-laki sini kayanya pengen nempel terus", ucapnya sambil tertawa.
"Haha, ya aku mah gak pilih2 teh, kalo ada yg ajak ngobrol ya respon aja selama sopan mah"
"Ohh, gitu. Kirain nyari benefit lain nand", katanya.
"Hah maksudnya teh?", Ucapku penuh tanda tanya dan penasaran.
"Masa gak ngerti ah", katanya.
Oh, ya FYI, teh dewi adalah wanita berumur sekitar 30 tahun. Seorang wanita karir yg cukup mapan menurutku.
Dia mempunyai seorang suami yg bekerja sebagai guru, penampilan dia juga modis dengan bentuk tubuh yg menurutku ideal untuk seorang wanita.
"Hehe, takut salah persepsi teh", ucapku menimpali dia lagi.
"Aduhh, tar deh jelasinnya ya. Sore pas mau balik", katanya.
Lalu diapun berlalu begitu saja.
Tak lama, datang lah pak Bayu ke meja sebelahku yg tadi ditempati teh dewi untuk makan.
"Udah makan nanda?", Tanyanya lalu memeriksa berkas yg ada di atas mejanya.
Untuk denah kerjaku sendiri, karena ini gudang yg bentuknya ruko dengan ada ruangan atas dengan satu kamar.
Ruangan nya sendiri hanya ditempati aku dan pak Bayu, lalu kamar nya di buat menjadi tempat penyimpanan berkas.
Sedangkan yg lainnya ada dilantai bawah karena untuk memudahkan pengecekan barang dan pembuatan faktur.
"Eh, udah pak", kataku.
"Jam 2 kamu ikut saya, ke kantor ya. Beresin aja tas kamu, takutnya nanti pulang langsung dari kantor", katanya.
Pak Bayu sendiri orangnya sekitar 39 tahunan, seumur dengan teh dewi. Penampilan dia sendiri sebagai seorang pria menurutku keren, dia selalu casual dengan outfitnya. Dan kata dewi, istrinya pak bayu adalah seorang model juga. Mungkin itu juga yg membuat pak bayu yg menurutku mempunyai karisma.
Sekitar jam 2, aku udah membereskan semua perlengkapan. Aku sudah menunggu di depan gudang. Lalu datang satu herper bernama Ardi.
"Mau kemana teh? Izin?", Katanya. Dia memanggilku teteh.
"Nggak, nunggu pak Bayu ini. Katanya ada meeting ke kantor", katanya.
Posisiku duduk di kursi depan dan dia sedang membersihkan kaleng di dekat kursi yg ku duduki karena ada keran air.
"Ohh, teh.. minggu ini kosong gak?", Tanyanya.
"Hah kosong apa?"
"Aku mau ngajak jalan teteh, tapi malu euy", katanya.
"Haha, jalan kemana? Kenapa malu?"
"Gatau sih, malu aja teh. Asa minder", katanya.
"Nanti aku kontek lagi kalo kosong ya", kataku.
Lalu pak Bayu keluar dari dalam bersama teh dewi.
"Udah siap?", Kata dia.
"Udah pak", katanya.
Lalu dia menyapa Ardi terus berjalan ke mobil CRV dia.
Lalu kami bertiga pergi ke kantor pusat.
Sekitar setengah 3, kami sampai disana. Disana kami langsung meeting.
Meeting berkaitan dengan masalah salah satu sales yg kabur dan menggelapkan uang perusahaan. Yg membuat divisi kami tersorot.
Pak Bayu terus ditekan oleh direksi, saya dan teh dewi hanya mendengarkan.
Sampai satu solusi adalah mengharuskan pak Bayu melakukan investigasi ke toko yg bermasalah karena uangnya di ambil oleh sales.
Tak terasa, meeting baru selesai sekitar jam 17.45. Perutku lapar.
"Nanda, jangan dulu pulang. Nanti saya antar", kata pak Bayu menghampiri.
"Eh, gausah pak. Saya pake gojek aja"
"Gapapa, sama dewi nanti saya antar", katanya.
"Iya, gapapa nanda, gausah sungkan", kata teh dewi menimpali dari belakang.
"Eh iya pak", kataku singkat.
Lalu aku berjalan menuju parkiran bersama teh dewi.
Sekitar jam 6 kami berangkat pulang.
"Eh, kita mampir dulu ke rumah ya. Makan disana, caca dah masak nih katanya", kata pak Bayu.
"Wah, boleh bay. Kamu gapapa kan nanda? Hubungi ortu kamu bilang ke rumah atasan dulu", kata teh dewi.
"Iya teh, aku mah ikut aja", kataku singkat lalu menghubungi mama ku.
Mama membalas iya.
"Trus gimana bay? Si pak riki kan gak ada", kata teh dewi memulai pembicaraan kembali.
Jalanan lumayan macet sore ini, kami tersendat kembali di lampu merah Kiaracondong.
"Fokus gue sih beresin ke toko nya dulu, urusan riki udah di handle sama bos besar", kata pak Bayu.
"Trus gimana ke toko?", Kata teh dewi kembali.
Aku tidak berani ikut pembicaraan mereka, wong aku cuma anak baru.
"Paling gue ke Sukabumi dulu aja ke tokonya gimana. Gue perlu lo ikut kesana ya sama si anwar paling buat backup area sana"
"Lah, jangan gue dong. Gue udah gaboleh sama misua keluar kotaan nih, curiga sekarang dia", imbuh teh dewi.
"Haha, lo sih kelakuan ngaco bet", kata pak Bayu.
Mereka masih asik membicarakan pekerjaan itu, aku hanya menainkan hp saja lalu beberapa saat kemudian teh dewi berkata.
"Gimana mau kan nanda?", Kata teh dewi seperti meminta validasi ku.
"Hah, mau apa teh? Maaf", kataku.
"Haduh maen HP terus sih", kata dia.
"Udah gapapa, gini Nanda. Tadi kan saya bilang saya perlu dewi dan anwar untuk ikut saya ke Sukabumi buat membereskan masalah yg terjadi. Tapi dewi gak bisa, gimana kalau kamu yg ikut kesana? Menginap tapi", kata pak Bayu.
"Iya Nanda, aman koq kalau sama dia. Semuanya ditanggung dari makan hotel sampai kamu mau beli permen aja ditanggung", kata teh dewi menimpal.
"Eh gimana ya pak, saya harus minta izin dulu ke orang tua mungkin", jawabku bingung.
"Iya bilang dulu aja, nanti juga saya ikut bilang ke orang tua kamu pas saya anterin pulang ya", kata pak Bayu.
"Eh, iya pak. Tapi kenapa harus bertiga pak? Gak cukupkah kalau hanya pak anwar?", Kataku
"Begini, saya perlu saksi untuk menyelesaikan masalah ini. Lalu anwar posisi nya juga sales, saya gak tau dia ikut terlibat dengan riki atau tidak. Juga saya perlu seorang saksi untuk memvalidasi apa yg terjadi nanti. Kenapa saya awalnya ingin membawa Dewi, ya karena saya percaya dia. Lalu dewi menawarkan kamu, saya pikir kamu anak baru disini, saya rasa tidak ada salahnya saya percaya sama kamu. Selama kamu bisa memegang kepercayaan saya, kamu bisa aja langsung mendapatkan kenaikan pangkat maupun gaji", kata dia menerangkan.
Aku hanya mengangguk saja. Aku rasa sih tidak masalah ya, apalagi semuanya bisa mempengaruhi karirku disini.
Lalu sekitar jam 7 mobil berbelok ke perumahan Batununggal tempat pak Bayu tinggal. Disana kita masuk ke salah satu komplek.
Komplek berisi rumah yg menurutku mewah.
Kami sampai di salah satu rumah dan mobil dipakir didalam. Disana ada seorang wanita tua yg membuka gerbang.
"Caca dah pulang bu?", Tanya pak Bayu.
"Udah mas", kata ibu itu.
Lalu pak bayu memberi isyarat untuk mengikuti nya kedalam rumah lewat pintu depan.
Lalu muncullah seorang wanita cantik, menyambut kami.
"Hey, baru pulang", kata dia.
"Eh dewi", lanjutnya.
Ya, yg ku tahu dia adalah ibu Caca, istri dari pak Bayu dan yg sempat aku singgung dia seorang model ya memang dia sangat cantik menurutku.
Sebagai ilustrasi caca.
Dia lalu sedikit memeluk tubuh pak Bayu dan
Cup
Bibir mereka bertemu.
Jujur aku agak kaget.
Pak Bayu sedikit mengelak yg kulihat.
"Malu ah, ada orang", kata dia pelan namun terdengar.
"Apaan si dewi doang kali", kata istrinya.
"Itu orang", kata pak Bayu menunjukku sembari tersenyum.
"Eh iya, hai kenalin aku Caca", kata dia lalu mendekati ku.
Kami bersalaman dan aku mengenalkan diri kepadanya.
Dia sangat ramah, jujur kesan pertama ku bertemu dengannya aku senang. Pembawaan nya sangat berkesan menurutku.
Kataku dalam hati, cocok banget sama pak Bayu yg kalem ya.
Lalu kamipun makan bersama. Yg aku kaget, ibu tua yg membukan pintu tadi ikut makan bersama kami dan kenapa aku kaget karena ternyata dia adalah ART disini. Aku tidak pernah mempunyai art dirumah, tapi dalam benakku jika mempunyai art ya kalau makan pasti berbeda tempat lah.
Sekitar jam setengah 9 aku berangkat darisana diantar pak Bayu pulang.
Sedikit lama karena aku menunggu dia mandi dulu dan aku mengobrol sama istrinya dan teh dewi.
Pak Bayu pun menjelaskan mau mengantarkan ku pulang karena rumahku yg lumayan jauh dan jadi telat karena ada meeting di kantor utama tadi.
Istrinya meng-iyakan penjelasan pak Bayu. Dan kami pun berangkat menggunakan kembali mobilnya.
Teh dewi sendiri diam dirumah pak Bayu menemani istrinya selagi menunggu suaminya menjemput kesana.
Awalnya aku mau masuk ke bagian belakang mobil seperti tadi sore.
Namun saat aku membuka pintu pak Bayu berkata.
"Di depan aja, saya bukan supirmu", katanya.
Aku hanya tersenyum lalu menuruti perintahnya.
Oke.. bersambung yaws